Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS ZAT GIZI

KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH :

NAMA : NYOMAN PUTRA

NIM : P 211 19 079

KELAS : A GIZI

ASISTEN : ANDI NUR DAMAIYANT

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O.
Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehid dan keton atau turunan
mereka. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa
dari golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukkan bahwa
senyawa tersebut adalah karbon “hidrat” ddan memiliki nisbah 1:2:1 untuk C,
H, dan O. Perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2:1 seperti pada molekul
air. Pada senyawa yang termasuk karbohidat terdapat gugus fungsi yaitu
gugus –OH, gugus aldehid, atau gugus keton (McGilvery, 1996)

Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1
dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah
suatu ubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari
satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
pada stereokimia pada karbon glikosida. Seperti halnya monosakarida,
senyawa ni larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol, dan praktis tidak larut
dalam eter dan pelarut oerganik non-olar. Contoh dari disakarida adalah
maltose, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005).

Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1
dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah
suatu ubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari
satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
pada stereokimia pada karbon glikosida (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak
molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam
monoksakarida disebut homoolisakarida, sedangkan yang mengandung
senyawa lain disebut heteropolisakarida (Fessenden, 1982).

Polisakarida tersusun dari banyak unit monosakarida yang saling berhubungan


melalui ikatan glikosida. Unit gula dapat saling berhubungan membentuk
polisakarida lurus, bercabang, atau melingkar. Ikatan 1→4 dan 1→6 adalah
yang paling banyak ditemui pada polisakarida alam yang terdiri dari heksosa
(Antony, 1984). Umumnya, polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan
tidak berbentuk Kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekul polisakarida yang larut dalam air akan membentuk
larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah
amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (McGilvery, 1996)

Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum analisis karbohidrat ini perlu


dilakukan untuk menganalisis kadar gula/sukrosa yang terdapat pada bahan
pangan untuk menetapkan kadarkarbohidrat dalam sampel. Dan menetapkan
kadar metode titrasi (sebelum dan sesudah inversi)

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana cara
mengetahui kadar gula dalam sampel dan cara menetapkan kadar metode
titrasi (sebelum dan sesudah inversi) ?

1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar karbohidrat dalam
sampel dan menetapkan kadar metode titrasi (sebelum dan sesudah inversi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu zat gizi penting yang memberikan energi cukup
besar bagi tubuh untuk bekerja dan berfungsi dengan baik. Konsumsi
karbohidrat harus seimbang antara pemasukan dan pengeluaran energinya,
bila pemasukan lebih banyak dari pengeluaran maka energi yang tidak
digunakan akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak, akibatnya
banyak orang yang tubuhnya menjadi obesitas karena kelebihan energi dan
akan berlanjut dengan timbulnya masalah kesehatan (Graha, 2010).

Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan


karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dan berat badan menurun, sebaliknya apabila jumlah kalori yang
tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan. Kebutuhan karbohidrat
sebagai sumber energi utama pada umur dewasa kurang lebih 46% dari total
energi. Gula dan makanan manis yang mengandung karbohidrat dan tinggi
energi sebaiknya digantikan dengan makanan seperti kentang, buah-buahan,
dan sayuran. Jenis makanan seperti ini mengandung berbagai macam nutrisi
(Hidayat, 2008).

Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan bakar” (energi)
utama bagi tubuh.Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan 38
Indonesia adalah beras.Di beberapa daerah, selain beras digunakan juga
jagung, ubi, sagu, sukun, dan lain-lain.Sebagian masyarakat terutama di Kota,
juga menggunakan mie dan roti yang dibuat dari tepung tergu, kerana
sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka bahan makanan sunber
karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng (Achadi EL, 2007).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
terdiri atas monosakarida, disakarida dan oligosakarida. Karbohidrat
kompleks terdiri atas polisakarida dan polisakarida non pati (serat).
Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut, kemudian terhenti sebentar di
lambung dan dilanjutkan ke usus halus kemudian di serap oleh dinding
usus, masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan
dialirkan melalui vena portae ke hati dan sebagian pati yang tidak
dicerna masuk ke usus besar. Sisa karbohidrat yang masih ada,
dibuang menjadi tinja. Fungsi lain karbohidrat bagi tubuh yaitu pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak
dan membantu mengeluarkan feces (Siregar, 2014).

2.2 Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri
dari glukosa dan fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam
antara lain: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%) dan jelly.
Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Sukrosa adalah disakarida yang apabila
dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan
fruktosa (De Man, 1997)

Pengguanaan sukrosa dalam industri pangan sangat berpotensi sebagai


penambah cita rasa dan bahan pengawet. Sukrosa dimanfaatkan dalam
pembuatan minuman whey fermentasi sebagai sumber energi bagi bakteri
asam laktat dan meningkatkan antibakteri pada minuman whey fermentasi.
Hal tersebut dikarenakan perlakuan penambahan sukrosa diduga dapat
memberikan nutrisi tambahan bagi bakteri asam laktat untuk metabolisme dan
pertumbuhan sel., dengan tersedianya nutrisi yang optimal, maka aktivitas
bakteri asam laktat akan meningkat sehingga menyebabkan jumlah asam hasil
metabolisme juga meningkat. asam laktat dan asetaldehid yang dihasilkan
menyebabkan penurunan pH media fermentasi atau meningkatkan keasaman
dan menimbulkan aroma khas (Spreer, 1998).

Whey yoghurt dengan level sukrosa 10% sangat baik dalam rasa dengan
tingkat keasaman optimum 0,78%, jumlah 8 bakteri hidup 12,1x108 serta
aktivitas antimikroba yang baik terhadap 4 bakteri uji (E.Coli, S. aureus,
Shigella dysenteriae dan B. cereus) sedangkan penambahan sukrosa 16%
memperlihatkan tidak ada aktivitas antimikroba melawan bakteri uji, tingkat
keasaman 0,68% dan jumlah bakteri hidup 3,2x108 (Kar, T and Misra, 1999).

2.3 Gula
Gula merupakan komoditas yang cukup strategis di Indonesia. Banyak olahan
pangan memakai gula sebagai pemberi rasa dalam produknya. Indonesia
pada tahun 2020 diperkirakan penduduknya mengkonsumsi gula sebanyak
3,37 juta ton. Gula pasir merupakan komoditi penyumbang kebutuhan kalori
keempat setelah padipadian, pangan hewani, serta minyak dan lemak, dengan
pangsa pasar sekitar 6,7 % (Sugiyanto, 2007).

Gula pasir merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok dan merupakan
komoditas pangan yang strategis setelah beras. Sebagai negara dengan
sumber daya agribisnis, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan
eksportir gula pasir terbesar di dunia pada tahun 1930- 1940an. Namun
seiring dengan menurunnya produktivitas gula pasir dalam negeri, predikat
sebagai negara pengekspor gula pasir yang pernah disandang Indonesia kini
berganti menjadi negara pengimpor gula pasir yang cukup besar. Hal itu
dikarenakan jumlah produksi gula pasir dalam negeri yang cenderung
menurun setiap tahunnya yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan
masyarakat akan konsumsi gula pasir sehingga langkah yang dilakukan
pemerintah untuk dapat mencukupi kebutuhan akan gula pasir dalam negeri
yaitu dengan mengimpor gula pasir (Wiranata, 2015)
2.4 Metode Uji Luff Schoorl
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.
Ujung dari suatu gula reduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida
atau keton bebas. Umumnya gula-gula reduksi mempunyai struktur
hemiasetal atau hemiketal. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa,
galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula reduksi. Umumnya gula reduksi
yangdihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin
tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan (Lehninger, 1982)

Penentuan gula reduksi pada tuak aren menggunakan metode Luff Schoorl.
Metode ini didasarkan pada reaksi yang terjadi antara monosakarida dengan
larutan copper. Monosakarida akan mereduksi CuO yang terkandung dalam
larutan Luff Schoorlmenjadi Cu2O. Kelebihan CuO selanjutnya direduksi
oleh KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. Tahap selanjutnya, I2 yang
dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Prinsip metode
analisis yang digunakan yaitu titrasi iodometri dengan menganalisis I2 bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kada (Putu, 2018).
BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Februari 2021 pukul 20.00
WITA sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara online melalui
aplikasi zoom meeting.

3.2 Bahan dan alat


Bahan yang digunakan dalam percobaan analisis kadar serat yaitu 5 gr sampel
(gula pasir), HCl 3%, Indikator PP, Kalium Iodida (KI) 20%, NaOH 30%,
H2SO4 25%, Larutan Kanji 0,05%, Larutan Tio 0,1 N, Larutan luff, Na2S2O3
0,1 N, aquades, batu didih, kertas lakmus, indikator pp, dan kertas saring.

Alat yang digunakan yaitu Neraca analitik, Erlenmeyer 250 ml, Pemanas
untuk membuat air mendidih, Tabung reaksi tertutup, Labu ukur 250 ml, Pipet
gondok 10 mL, Stopwatch, termometer, batang pengaduk, Corong, Buret ,
Gelas ukur, klem, magnet batang dan Pipet skala 5 ml dan 10 ml.

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Persiapan contoh
a. Diambil Pipet 5 mL atau 3-5 gram contoh dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL atau 250 mL.

b. Ditambahkan 5 mL larutan Pb-asetat seteangah basa, dikocok.

c. Ditambahkan larutan Na2HPO4 10% tetes demi tetes, bila timbul


endapanputih berarti Pb asetat sudah cukup. Setelah itu,

d. Ditambahkan lagi Na2HPO4 10% sampai tidak terbentuk endapan


putih lagi (berarti kelebihan Pb asetat telah diendapkan semuanya).

e. Tera dengan air suling sampai tanda batas.

f. Dikocok dan dibiarkan selama 30 menit kemudian disaring

3.3.2 Penetapan Sebelum Inversi


a. Diambil pipet 10 mL filtrate larutan contoh dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 500mL.

b. Ditambahkan 15 mL air dan 25 mL larutan Luff serta beberapa batu


didih.

C. Dipanaskan selama 2 menit sampai mendidih dan didihkan terus


sampai 10 menit dengan api kecil.

d. Dinginkan dan ditambahkan 10mL KI 30%, 25 mL H2SO4 25% (hati-


hati karenaterbentuknya CO2.

e. Titrasi dengan larutan Tio 0,1 N dengan indikator Kanji 0,5%,


misalnya memerlukan amL tio 0,1N.

f. Dikerjakan pula penetapan blanko dengan 25 mL air suling dan 25 mL


larutan Luff (tanpa contoh).Misalnya memerlukan b mL larutan tio
0,1N.

3.3.3 Penetapan Sesudah Inversi


a. Pipet 10 mL saringan dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
b. Ditambahkan 5 mL larutan HCl 25%
c. Dipanaskan dalam pemanas air pada suhu 70°C selama 10 menit.
d. Setelah dingin, dinetralkan dengan NaOH 30% dengan indicator PP
sampai warnaberubah merah jambu muda.
e. Tepatkan sampai tanda tera dengan air suling,
f. Pipet 10 mL dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
g. Ditambahkan 15 mL air suling, 2 mL larutan Luff serta batu didih
h. Dipanaskan 2 menit sampai mendidih Didihkan selama 10 menit
dengan api kecil
i. Didinginkan segera dalam es.
j. Ditambahkan 10 mL KI 30% dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
k.Di titrasi dengan larutan tio 0,1 N dengan kanji sebagai indiKator
l. Dan dikerjakan pula blanko.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan


A. Persiapan contoh
Perlakuan Hasil

Pb-Asetat dimasukkan ke Gula larut dalam larutan Pb-


dalam gelas ukur yang berisi Asetat
sampel gula

Ditambahkan Na2HPO4 10% Terbentuk endapan putih


ke dalam gelas ukur tetes demi
tetes

Larutan dipindahkan ke labu Terpisah antara gula dan


ukur dan di tera dengan filtratnya
aquades hingga tanda batas,
kemudian disaring

B. Penetapan sebelum inversi


Perlakuan Hasil

Filtrat sebanyak 10 ml Larutan berwarna biru


dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan
15 ml aquades dan
ditambahkan 25 ml larutan luff

Dipanaskan selama 2 menit Larutan mendidih

Ditambahkan KI 30% Larutan berwarna coklat


sebanyak 10 ml dan larutan
H2SO4 25% sebanyak 25 ml
Larutan ditambahkan amilum Terjadi 3 kali perubahan
yang sudah dipanaskan, warna. Pertama warna
kemudian di titrasi dengan coklat, kedua warna abu-
larutan tio sebanyak 50 ml abu, dan yang terakhir
dengan bantuan magnet batang warnanya berubah menjadi
putih susu.

Diamati volume titrasi yang Hasil titrasi sebelum


dihasilkan inversi= 5 ml

Dihitung % gula sebelum % kadar gula sebelum


inversi inversi =10,6%

C. Penetapan sesudah imversi


Perlakuan Hasil

Pipet 10 ml saringan dimasukkan Larutan panas


ke dalam labu ukur dan dipanaskan,
kemudian ditambahkan HCL 25%
+ dipanaskan pada suhu 70ºC
selama 10 menit

Ditambahkan NaOH Larutan menjadi netral /


ph=7

Ditambahkan indikator pp, Larutan berwarna merah


kemudian pipet 10 ml dan jambu
masukkan ke dalam erlenmeyer.
Lalu, ditambahkan 15 ml air suling
dan 2 ml larutan luff

Ditambahkan batu didih dan Hasil titrasi sesudah


dipanaskan dan ditambahkan 10 ml inversi = 3 ml
KI 30%, lalu ditambahkan indikator
amilum 1%. Kemudian dititrasi
dengan larutan tio 0,1 N

Dihitung kadar gula sesudah inversi sesudah inversi = 11,8 %


dan kadar gula
kadar gula = 1,14 %

4.2 Pembahasan
Tahap pertama pada penetapan kadar glukosa dengan metode luff schoorl
adalah persiapan contoh. Langkah awal pada tahap ini analah menambahkan
pb-asetat sebanyak 5 ml dalam gelas ukur yang berisi 5 gr gula pasir.
Menurut Efiah (2007) larutan Pb-asetat mengendapkan partikel gula
pereduksi. Setelah itu tambahkan Na2HPO4 10% tetes demi tetes dan
dikocok hingga larutan homogen, ditambahkan lagi hingga tidak terbentuk
endapat berwarna putih. Adanya endapan berwarna putih ini menunjukkan
bahwa Pb-asetat telah diendapkan semuanya. Selanjutnya larutan dipindahkan
ke labu ukur 100 ml dan ditera dengan air suling sampai tanda batas, lalu
dikocok dan dibiarkan selama 30 menit kemudian disaring.

Tahap kedua adalah penetapn sebelum inversi, langkah awal pada tahap ini
diambil 10 ml diltrat contoh setelah itu masukan kedalan erlenmeyer 500 ml.
Kemudian ditambahkan 15 ml aquades dan 25 ml larutan luff dan di
tambahkan batu didih adapun dengan tujuan untuk meratakan panas agar saat
proses pendidihan larutan tidak meletup letup dan untuk meratakan panas,
sehingga panas merata keseluruh larutan, setelah itu larutan terus dididhkan
dengan api kecil selama 10. Setelah 10 menit larutan didinginkan dan
tambahkan 10 ml KI 30% dan 25 ml larutanH2SO4 25%. Setelah itu
ditambahkan indikator amilum dan diititrasi dengan larutan Tio 0,1 N.
Diperoleh hasil titrasi sebanyak 5 ml, dan setelah dilakukan perhitungan
didapatkan nilai Y sebelum inversi = 10,6%.

Tahap ketiga adalah penetapan sesudah inversi, Pipet 10 ml saringan dan


dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu ditambahakan 5 ml larutan HCL
25%, penambahan HCl 25 % untuk menghidrolisis sukrosa menjadi gula
pereduksi. Setelah ditambahkan HCl, larutan dipanaskan selama 10 menit
pada suhu 70ºC. Setelah itu, larutan dinetralkan dengan NaOH 30% sampai
sampel dan campuran didalamnya netral dan kemudian ditambahkan
Indikator PP agar larutan berubah warna menjadi merah jambu. Setelah itu,
diambil Pipet 10 ml dan dimasukkan dimasukkan dalam erlenmeyer
kemudian ditambahkan 15 air suling dan 2 ml larutan luff dimasukkan batu
didih agar panasnya merata pada seluruh bagian larutan. kemudian
dipanaskan selama 2 menit sampai mendidih. Larutan Luff Schoorl akan
bereaksi dengan sampel yang mengandung gula pereduksi. Larutan di
dinginkan lalu ditambahkan 10 ml KI 30 % kemudian ditambahkan indikator
amilum 1% untuk memberi warna pasa saat titrasi. Selanjutnya dititrasi
dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan larutan berwarna merah jambu.

Jadi setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil titrasi kadar gula sebelum
inverse dan setelah inverse pada 5 gr gula pasir kadar sukrosanya adalah
1,14%.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
hasil titrasi kadar gula sebelum inverse dan setelah inverse pada 5 gr gula
pasir kadar sukrosanya adalah 1,14%.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan secara langsung
dilaboratorium dan mungkin karena keterbatasan waktu dan alat yang
digunakan hasil yang didapatkan kurang sesuai dan kurang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Achadi EL. (2007). Gizi dan Kesehatan Massyarakat. PT. Raja Grafindo.

De Man, J. M. (1997). Kimia makanan. ITB.

Kar, T and Misra, A. K. (1999). Therapeutic properties of whey used as fermented


drink. Revista Microbiologia.

Lehninger, A. L. (1982). Dasar-Dasar Biokimia jilid (1st ed.). Maggy


Thenawijaya Erlangga.

McGilvery. (1996). Biokimia: Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga


University Press.

Putu, pande dkk. (2018). kualitas tuak aren pada berbagai waktu perendaman
dengan sabut kelapa. Jurnal Media Sains, 2 (1), 1–7.

Sastroamidjojo & Hardjono. (2005). Kima Organik Stereokimia, Karbohidrat,


Lemak, dan Protein. Gadjah Mada University press.

Siregar, N. S. (2014). karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 13 (2), 38–44.

Spreer, E. (1998). Milk and Dairy Product Technology Marcel Dekker Inc.

Sugiyanto, C. (2007). Permintaan Gula Di Indonesia. Jurnal Ekonomi


Pembangunan, 8 (2), 113–127.

Wiranata, Y. S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Pasir Di


Indonesia Tahun 1980-2010. Economics Development Analysis Journal,
3(4). https://doi.org/10.15294/edaj.v3i4.1041
LAMPIRAN
Analisis data
Diketahui : Volume sebelum inversi = 5 ml
Volume sesudah inversi = 3 ml
Volume blanko = 24,8 ml
Bobot contoh = 5 gr
Faktor Pengenceran p = 100/10
Normalitas = 0,1

Ditanya : Kadar Gula Sebelum Inversi =....?

Penyelesaian :
( volume blanko−volume sampel )× N
 y¿
N
( 24,8−5 ) ×0,1
 y sebelum inversi ¿ =19,8 ml → 53 mg
0,1
y × Fp
 % gula sebelum inversi ¿ ×100 %
bobot contoh
53× 100/10
¿ ×100 %=10,6 %
5
( 24,8−3 ) ×0,1
 y sesudah inversi ¿ =21,8 ml → 59 mg
0,1
y × Fp
 % gula sesudah inversi ¿ ×100 %
bobot contoh
100
59×
10
¿ 100 %=11,8 %
5
 % gula = 0,95 (% gula sesudah - % gula sebelum)
¿ 0,95 ( 11,8 %−10,6 % )
¿ 1,14 %
Perhitungan Kadar Gula
Kadar Gula = 0,95 x (%gula sesudah inversi - % gula sebelum inversi)
= 0,95 x (11,8-10,6)
= 1,14 %
Diagram Alir Kerja
 Persiapan Contoh

Gula pasir

-Ditimbang
-Dimasukkan kedalam erlenmeyer
-Ditambahkan pb asetat

Larutan Sampel

-Ditambahkan Na2HPO4 10%

Terbentuk endapan
putih

-Ditambahkan lagi Na2HPO4 10%

Tidak ada endapan

-Ditera dengan air suling, lalu dikocok


-Didiamkan selama 30 menit
disaring

Terpisah filtrat dan


residu
 Penetapan Sebelum Inversi
Filtrat
-Dipipet 10 ml, laluDimasukkan kedalam
erlenmeyer
-Ditambahkan 15 ml air
-Ditambahkan larutan luff 25 ml
-Ditambahkan batu didih, lalu dipanaskan

Larutan berwarna biru


-Ditambahkan KI 30%
-Ditambahkan 25 ml H2SO4 25%
Larutan berubah warna coklat

-Ditambahkan indikator amilum


-Dititrasi dengan larutan tio

Larutan berubah
warna putih susu
Hasil titrasi 5 ml

-Dihitung kadar gula sebelum


inversi
Hasil = 10,6 %
 Penetapan Sesudah Inversi

Saringan
-Dipipet 10 ml, lalu Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
-Ditambahkan5ml HCL 25%
dipanaskan
Larutan panas

-Ditambahkan NaOH 30%


-Ditambahkanindikator PP
Larutan netral dan berubah
warna merah jambu

-Dipipet 10 ml, laluDimasukkan kedalam


erlenmeyer
-Ditambahkan 15 ml air
-Ditambahkan larutan luff
Larutan berwarna Ditambahkan batu didih, lalu dipanaskan
coklat
-Di dinginkan
-Ditambahkan 10 ml KI 30 %
-Ditambahkan indikator amilum
-Dititrasi dengan larutan Tio 0,1 N
Hasil titrasi = 3ml

-Dihitung kadar gula sesudah inversi dan


kadar gula

Hasil = 11,8 %

Kadar Gula = 1,14%


Dokumentasi

Tera aquades sampai tanda batas

Prnyaringan larutan

Pipet 10 ml filtrat dan dimasukan kedalam

Erlenmeyer
Lembar asistensi

Nama : Nyoman Putra


Stambuk : P 211 19 079
Asisten : Andi Nur Damaiyanti

No
Hari/Tanggal Koreksi Paraf
.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Anda mungkin juga menyukai