KARBOHIDRAT
DISUSUN OLEH :
KELAS : A GIZI
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1
dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah
suatu ubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari
satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
pada stereokimia pada karbon glikosida. Seperti halnya monosakarida,
senyawa ni larut dalam air, sedikit larut dalam alcohol, dan praktis tidak larut
dalam eter dan pelarut oerganik non-olar. Contoh dari disakarida adalah
maltose, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
mnosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1
dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah
suatu ubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari
satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
pada stereokimia pada karbon glikosida (Sastroamidjojo & Hardjono, 2005).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak
molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri dari satu macam
monoksakarida disebut homoolisakarida, sedangkan yang mengandung
senyawa lain disebut heteropolisakarida (Fessenden, 1982).
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar karbohidrat dalam
sampel dan menetapkan kadar metode titrasi (sebelum dan sesudah inversi).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu zat gizi penting yang memberikan energi cukup
besar bagi tubuh untuk bekerja dan berfungsi dengan baik. Konsumsi
karbohidrat harus seimbang antara pemasukan dan pengeluaran energinya,
bila pemasukan lebih banyak dari pengeluaran maka energi yang tidak
digunakan akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak, akibatnya
banyak orang yang tubuhnya menjadi obesitas karena kelebihan energi dan
akan berlanjut dengan timbulnya masalah kesehatan (Graha, 2010).
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan bakar” (energi)
utama bagi tubuh.Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan 38
Indonesia adalah beras.Di beberapa daerah, selain beras digunakan juga
jagung, ubi, sagu, sukun, dan lain-lain.Sebagian masyarakat terutama di Kota,
juga menggunakan mie dan roti yang dibuat dari tepung tergu, kerana
sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka bahan makanan sunber
karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng (Achadi EL, 2007).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
terdiri atas monosakarida, disakarida dan oligosakarida. Karbohidrat
kompleks terdiri atas polisakarida dan polisakarida non pati (serat).
Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut, kemudian terhenti sebentar di
lambung dan dilanjutkan ke usus halus kemudian di serap oleh dinding
usus, masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan
dialirkan melalui vena portae ke hati dan sebagian pati yang tidak
dicerna masuk ke usus besar. Sisa karbohidrat yang masih ada,
dibuang menjadi tinja. Fungsi lain karbohidrat bagi tubuh yaitu pemberi
rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak
dan membantu mengeluarkan feces (Siregar, 2014).
2.2 Sukrosa
Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri
dari glukosa dan fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam
antara lain: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%) dan jelly.
Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Sukrosa adalah disakarida yang apabila
dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida yaitu glukosa dan
fruktosa (De Man, 1997)
Whey yoghurt dengan level sukrosa 10% sangat baik dalam rasa dengan
tingkat keasaman optimum 0,78%, jumlah 8 bakteri hidup 12,1x108 serta
aktivitas antimikroba yang baik terhadap 4 bakteri uji (E.Coli, S. aureus,
Shigella dysenteriae dan B. cereus) sedangkan penambahan sukrosa 16%
memperlihatkan tidak ada aktivitas antimikroba melawan bakteri uji, tingkat
keasaman 0,68% dan jumlah bakteri hidup 3,2x108 (Kar, T and Misra, 1999).
2.3 Gula
Gula merupakan komoditas yang cukup strategis di Indonesia. Banyak olahan
pangan memakai gula sebagai pemberi rasa dalam produknya. Indonesia
pada tahun 2020 diperkirakan penduduknya mengkonsumsi gula sebanyak
3,37 juta ton. Gula pasir merupakan komoditi penyumbang kebutuhan kalori
keempat setelah padipadian, pangan hewani, serta minyak dan lemak, dengan
pangsa pasar sekitar 6,7 % (Sugiyanto, 2007).
Gula pasir merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok dan merupakan
komoditas pangan yang strategis setelah beras. Sebagai negara dengan
sumber daya agribisnis, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan
eksportir gula pasir terbesar di dunia pada tahun 1930- 1940an. Namun
seiring dengan menurunnya produktivitas gula pasir dalam negeri, predikat
sebagai negara pengekspor gula pasir yang pernah disandang Indonesia kini
berganti menjadi negara pengimpor gula pasir yang cukup besar. Hal itu
dikarenakan jumlah produksi gula pasir dalam negeri yang cenderung
menurun setiap tahunnya yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan
masyarakat akan konsumsi gula pasir sehingga langkah yang dilakukan
pemerintah untuk dapat mencukupi kebutuhan akan gula pasir dalam negeri
yaitu dengan mengimpor gula pasir (Wiranata, 2015)
2.4 Metode Uji Luff Schoorl
Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa.
Ujung dari suatu gula reduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida
atau keton bebas. Umumnya gula-gula reduksi mempunyai struktur
hemiasetal atau hemiketal. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa,
galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula reduksi. Umumnya gula reduksi
yangdihasilkan berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin
tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang
dihasilkan (Lehninger, 1982)
Penentuan gula reduksi pada tuak aren menggunakan metode Luff Schoorl.
Metode ini didasarkan pada reaksi yang terjadi antara monosakarida dengan
larutan copper. Monosakarida akan mereduksi CuO yang terkandung dalam
larutan Luff Schoorlmenjadi Cu2O. Kelebihan CuO selanjutnya direduksi
oleh KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. Tahap selanjutnya, I2 yang
dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Prinsip metode
analisis yang digunakan yaitu titrasi iodometri dengan menganalisis I2 bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kada (Putu, 2018).
BAB III
METODE PENGAMATAN
Alat yang digunakan yaitu Neraca analitik, Erlenmeyer 250 ml, Pemanas
untuk membuat air mendidih, Tabung reaksi tertutup, Labu ukur 250 ml, Pipet
gondok 10 mL, Stopwatch, termometer, batang pengaduk, Corong, Buret ,
Gelas ukur, klem, magnet batang dan Pipet skala 5 ml dan 10 ml.
4.2 Pembahasan
Tahap pertama pada penetapan kadar glukosa dengan metode luff schoorl
adalah persiapan contoh. Langkah awal pada tahap ini analah menambahkan
pb-asetat sebanyak 5 ml dalam gelas ukur yang berisi 5 gr gula pasir.
Menurut Efiah (2007) larutan Pb-asetat mengendapkan partikel gula
pereduksi. Setelah itu tambahkan Na2HPO4 10% tetes demi tetes dan
dikocok hingga larutan homogen, ditambahkan lagi hingga tidak terbentuk
endapat berwarna putih. Adanya endapan berwarna putih ini menunjukkan
bahwa Pb-asetat telah diendapkan semuanya. Selanjutnya larutan dipindahkan
ke labu ukur 100 ml dan ditera dengan air suling sampai tanda batas, lalu
dikocok dan dibiarkan selama 30 menit kemudian disaring.
Tahap kedua adalah penetapn sebelum inversi, langkah awal pada tahap ini
diambil 10 ml diltrat contoh setelah itu masukan kedalan erlenmeyer 500 ml.
Kemudian ditambahkan 15 ml aquades dan 25 ml larutan luff dan di
tambahkan batu didih adapun dengan tujuan untuk meratakan panas agar saat
proses pendidihan larutan tidak meletup letup dan untuk meratakan panas,
sehingga panas merata keseluruh larutan, setelah itu larutan terus dididhkan
dengan api kecil selama 10. Setelah 10 menit larutan didinginkan dan
tambahkan 10 ml KI 30% dan 25 ml larutanH2SO4 25%. Setelah itu
ditambahkan indikator amilum dan diititrasi dengan larutan Tio 0,1 N.
Diperoleh hasil titrasi sebanyak 5 ml, dan setelah dilakukan perhitungan
didapatkan nilai Y sebelum inversi = 10,6%.
Jadi setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil titrasi kadar gula sebelum
inverse dan setelah inverse pada 5 gr gula pasir kadar sukrosanya adalah
1,14%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
hasil titrasi kadar gula sebelum inverse dan setelah inverse pada 5 gr gula
pasir kadar sukrosanya adalah 1,14%.
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya sebaiknya dilakukan secara langsung
dilaboratorium dan mungkin karena keterbatasan waktu dan alat yang
digunakan hasil yang didapatkan kurang sesuai dan kurang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi EL. (2007). Gizi dan Kesehatan Massyarakat. PT. Raja Grafindo.
Putu, pande dkk. (2018). kualitas tuak aren pada berbagai waktu perendaman
dengan sabut kelapa. Jurnal Media Sains, 2 (1), 1–7.
Spreer, E. (1998). Milk and Dairy Product Technology Marcel Dekker Inc.
Penyelesaian :
( volume blanko−volume sampel )× N
y¿
N
( 24,8−5 ) ×0,1
y sebelum inversi ¿ =19,8 ml → 53 mg
0,1
y × Fp
% gula sebelum inversi ¿ ×100 %
bobot contoh
53× 100/10
¿ ×100 %=10,6 %
5
( 24,8−3 ) ×0,1
y sesudah inversi ¿ =21,8 ml → 59 mg
0,1
y × Fp
% gula sesudah inversi ¿ ×100 %
bobot contoh
100
59×
10
¿ 100 %=11,8 %
5
% gula = 0,95 (% gula sesudah - % gula sebelum)
¿ 0,95 ( 11,8 %−10,6 % )
¿ 1,14 %
Perhitungan Kadar Gula
Kadar Gula = 0,95 x (%gula sesudah inversi - % gula sebelum inversi)
= 0,95 x (11,8-10,6)
= 1,14 %
Diagram Alir Kerja
Persiapan Contoh
Gula pasir
-Ditimbang
-Dimasukkan kedalam erlenmeyer
-Ditambahkan pb asetat
Larutan Sampel
Terbentuk endapan
putih
Larutan berubah
warna putih susu
Hasil titrasi 5 ml
Saringan
-Dipipet 10 ml, lalu Dimasukkan kedalam
erlenmeyer
-Ditambahkan5ml HCL 25%
dipanaskan
Larutan panas
Hasil = 11,8 %
Prnyaringan larutan
Erlenmeyer
Lembar asistensi
No
Hari/Tanggal Koreksi Paraf
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.