Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA PANGAN
“UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT”

Dosen Pembimbing :
Ir. ULYA SAROFA, M.M.

NAMA : Vidianka Tirta Fitri Azzahra


NPM : 21033010008
Kelompok : A1
Tanggal Praktikum : 22 September 2022

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. DASAR TEORI


Tubuh memerlukan asupan nutrisi untuk bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Adanya
asupan yang kita dapatkan dari makanan tersebut membantu tubuh dalam memproduksi energi
sehingga kita dapat bergerak, berpikir, dan melakukan suatu aktivitas. Tubuh membutuhkan
sumber nutrisi yang sangat penting diantaranya karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat
merupakan sumber nutrisi yang paling banyak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga perlu adanya
wawasan yang dibutuhkan untuk mengetahui seberapa banyak karbohidrat yang dibutuhkan
oleh tubuh.
Karbohidrat merupakan sumber zat gizi yang memiliki rumus kimia berupa karbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O) yang terdapat dalam alam. Karbohidrat atau juga disebut sakarida
didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton. Kedua jenis satuan penyusun
ini mengandung gugus karbonil. Jika gugus karbonil itu terdapat pada ujung bangun molekul
linier sebagai gugus aldehid, maka satuan itu dinamakan aldosa. Jika gugus itu terdapat pada
urutan kedua rantai atom C sebagai gugus keton, maka dinamakan ketosa. Menurut Daud
(2012), sebagian besar karbohidrat, terutama golongan monosakarida dan disakarida seperti
glukosa, fruktosa, galaktosa, dan laktosa mempunyai sifat mereduksi. Sifat mereduksi dari
karbohidrat disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau gugus keton bebas dan gugus –OH
bebas. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini
mempunyai rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”
dan memiliki nisbah 1:2:1 untuk C, H, dan O. Perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2:1
seperti pada molekul air (Fitri dan Fitriana, 2020).
Menurut Siregar (2014), karbohidrat sendiri terbagi ke dalam 2 golongan yaitu karbohidrat
sederhana yang terdiri dari monosakarida, disakarida, dan oligosakarida. Sedangkan golongan
berikutnya yaitu golongan karbohidrat kompleks yang terdiri dari polisakarida. Yang termasuk
dalam polisakarida diantaranya adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida non pati.
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang sudah tidak bisa dihidrolisis lagi menjadi
molekul yang lebih kecil atau gula yang lebih sederhana. Menurut Firani (2017), yang termasuk
ke dalam lima atom karbon monosakarida diantaranya adalah glukosa, fruktosa, galaktosa,
pentosa, dan manosa. Disakarida merupakan sakarida yang hanya terdiri dari dua satuan dasar
dan oligosakarida merupakan jenis karbohidrat yang mempunyai dua hingga sepuluh satuan
dasar. Disakarida juga memiliki beberapa jenis, pernyataan dari Siregar (2014) menyebutkan
bahwa terdapat 4 jenis disakarida diantaranya adalah sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa,
dan trehaltosa. Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga mempunyai fungsi
yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi rasa manis pada makanan,
penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses.
Pernyataan dari Fitri dan Fitriana (2020) mengatakan bahwa karbohidrat juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur,
dan lain-lain. Sedangkan untuk di dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah
tumbuhnya ketosis, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna
untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Menurut Ramlah dkk (2016), fungsi primer
dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber
energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka menengah
(pati untuk tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai
komponen struktural sel.

1.2.TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bahan makanan mengandung
karbohidrat atau tidak. Selain itu, dengan adanya pengujian ini juga diharapkan praktikan
mampu menganalisis jenis-jenis karbohidrat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Uji Molisch menurut Nigam dan Ayyagari (2017) merupakan uji kualitatif yang tujuannya
untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan karbohidrat pada suatu senyawa. Biasanya uji
ini menggunakan α-napthol atau alpha naphtol sebagai senyawa pereaksi. Yang dapat membantu
dalam memberikan warna ungu/violet pada suatu senyawa karbohidrat. Sedangkan H2SO4 akan
membantu menghidrolisis karbohidrat sehingga mengalami dehidrasi menjadi gugus furfural.

Menurut Sumardjo (2018), dasar uji molisch ini adalah heksosa atau pentosa mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehid yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa yang berwarna
khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis
polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan
proses kondensasi.

Menurut Desyanti (2013), uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod
juga dapat membedakan amilum dengan nitrogen reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti
disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin (Desyanti, 2013). Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan
warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati
yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna cokelat.

Amilum ditetesi Iod, maka molekul Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan
ini akan berwarna biru. Ketika dipanaskan, amilum akan terhidrolisis menjadi monosakarida
sehingga Iod bisa terlepas. Selanjutnya ditambahkan NaOH maka I- akan bereaksi dengan Na+
membentuk NaI, akibatnya larutan akan menjadi bening. Hal ini tidak berlaku untuk jenis-jenis
sakarida yang lain seperti monosakarida, disakarida, dan oligosakarida karena struktur mereka
masih sederhana (Hanum, 2017).

Uji benedict adalah uji yang digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi (senyawa
yang mampu mereduksi gugus aldehid atau keton) dalam larutan glukosa 1%, larutan fruktosa
1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilosa 1% dengan menggunakan metode pengamatan
langsung. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus
aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti
sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah,
atau oranye. Larutan-larutan tembaga yang basa, bila direduksi oleh karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning
sampai merah (Permanasari dan Yulistiani, 2015).

Hasil dari uji benedict menyebabkan sampel berubah warna menjadi merah bata dan
terbentuknya endapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel mengandung gula pereduksi.
Glukosa yang mengandung gugus aldehid yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata setelah
dipanaskan. Hal tersebut yang dijadikan indikator untuk mengetahui adanya kandungan glukosa
pada sampel (Galung, 2021).

Pada uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Endapan
berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Ion Cu2+ dari
pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah
bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida
membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O (Galung, 2021).
Pada uji Seliwanoff, jika gula tersebut mempunyai gugus keton disebut ketosa. Sebaliknya
jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Prinsip dari uji ini adalah dehidrasi
fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol
akan mengalami kondensasi membentuk kompleks berwarna merah oranye. Uji ini didasarkan
pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa
dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji
positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil menunjukan
positif mengandung gula pereduksi dengan adanya endapan merah pada larutan (Kusbandari,
2015).

BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Gelas beaker
3. Pipet ukur
4. Pipet tetes
5. Rak tabung reaksi
6. Plat tetes
7. Penangas air

Bahan :
1. Larutan glukosa 1%
2. Aquadest
3. Pereaksi molisch
4. H2SO4 pekat
5. Larutan amilum 1%
6. Larutan Yodium 0,1 N
7. Larutan Benedict
8. Larutan glukosa 3%
9. Larutan Barfoed
10. Larutan sukrosa 1%
11. Larutan fruktosa 1%
12. HCl pekat
13. Larutan Selliwanoff

3.2. Cara Kerja


1. Uji Molisch

Persiapan 2 tabung reaksi

Pengisian 1 mL larutan glukosa 1% dan 1 mL aquadest ke masing-masing


tabung reaksi

Penambahan 5 tetes pereaksi molisch ke masing-masing tabung reaksi

Pencampuran larutan dengan pereaksi

Penambahan H2SO4 pekat ke masing-masing tabung reaksi

Pengamatan pada masing-masing tabung reaksi


2. Uji Yod

Persiapan plat tetes

Penambahan 3 tetes larutan amilum 1% dan 3 tetes larutan glukosa 1%

Penambahan beberapa tetes larutan Yodium 0,1 N

Pengamatan

3. Uji Benedict

Persiapan 2 tabung reaksi

Penambahan 3 mL larutan benedict ke masing-masing tabung reaksi

Penambahan 1 mL glukosa 3% pada tabung 1 dan 1 mL glukosa 1% pada


tabung 2

Pemanasan 10 menit dalam air mendidih

Pengamatan perubahan warna pada larutan

4. Uji Barfoed

Persiapan 2 tabung reaksi


Penambahan 5 mL larutan barfoed ke masing-masing tabung reaksi

Penambahan 5 mL glukosa 1% pada tabung 1 dan 5 mL sukrosa 1% pada


tabung 2

Pencampuran larutan dengan pereaksi

Pemanasan 10 menit dalam air mendidih

Pengamatan perubahan warna pada larutan

5. Uji Selliwanoff

Persiapan 2 tabung reaksi

Penambahan 2 mL glukosa 1% dan 2 mL fruktosa 1% ke masing-masing


tabung reaksi

Penambahan 2 mL HCl pekat

Pencampuran larutan dengan pereaksi

Pemanasan 30 menit dalam air mendidih


BAB IV

HASIL PENGAMATAN

PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN

1. Uji Molisch
Senyawa yang Warna Hasil
Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan
Glukosa 1% 5 tetes pereaksi Ungu, Larutan glukosa 1% termasuk
Molisch dibagian dalam karbohidrat karena terbentuk
bawahnya warna ungu dan terbentuk sedikit
sedikit cincin berwarna ungu gelap di
terbentuk kedua lapisan cairan glukosa
cincin
berwarna
ungu gelap
Aquadest 5 tetes pereaksi Oranye muda Bukan termasuk dalam karbohidrat
Molisch karena larutan tidak berubah warna
menjadi ungu dan tidak terbentuk
adanya cincin di kedua lapisan
cairan tersebut

2. Uji Yod Senyawa yang Warna Hasil


Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan

Amilum 1% Beberapa larutan Biru tua Amilum termasuk ke dalam


Yod 0,1 N karbohidrat kompleks yaitu
polisakarida
Glukosa 1% Beberapa larutan Bening agak Larutan glukosa 1% tidak
Yod 0,1 N coklat sedikit menghasilkan warna biru, berarti
ada 2 kemungkinan yaitu
monosakarida atau disakarida.
Menurut tinjauan pustaka, glukosa
termasuk ke dalam monosakarida

3. Uji Benedict Senyawa yang Warna Hasil


Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan

Glukosa 1% 3 mL larutan Merah bata + Glukosa 1% memiliki waktu


benedict 52 s perubahan warna yang lebih lama
dan terjadi adanya endapan
berwarna merah bata
Glukosa 3% 3 mL larutan Merah bata + Glukosa 3% memiliki waktu lebih
benedict 40 s cepat dalam berubah warna karena
konsentrasinya lebih besar dan
terjadi adanya endapan berwarna
merah bata

4. Uji Barfoed Senyawa yang Warna Hasil


Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan

Glukosa 1% 5 mL larutan Sedikit Glukosa 1% termasuk ke dalam


barfoed berwarna monosakarida
merah gelap
di salah satu
sisinya
Sukrosa 1% 5 mL larutan Biru Sukrosa 1% bukan termasuk
barfoed monosakarida karena tidak
terbentuk endapan

5. Uji Selliwanoff
Senyawa yang Warna Hasil
Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan

Glukosa 1% 2 mL HCl pekat Kuning keruh Termasuk dalam gula aldosa


Fruktosa 1% 2 mL HCl pekat Merah Termasuk dalam gula ketosa
oranye
BAB V

PEMBAHASAN

Glukosa 1% yang dicampurkan dengan larutan pereaksi molisch berupa alpha naphtol
dapat berubah warna menjadi ungu ketika sudah ditetesi H2SO4 pekat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukaan oleh Nigam dan Ayyagari (2017) bahwa alpha naphtol berperan
dalam memberikan warna ungu/violet pada suatu senyawa karbohidrat. Sedangkan H2SO4 akan
membantu menghidrolisis karbohidrat sehingga mengalami dehidrasi menjadi gugus furfural.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Dari gugus furfural tersebut yang akan membentuk cincin
berwarna ungu apabila uji positif mengandung karbohidrat. Dengan kata lain, terbentuknya
cincin berwarna ungu di antara 2 lapisan senyawa tersebut akibat dari adanya kondensasi antara
furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish.
Pada video diperlihatkan hasil akhir perubahan warna dari larutan glukosa 1% adalah
berubahnya warna yang semula bening menjadi ungu. Seluruh cairan berubah menjadi ungu,
bukan hanya terpisah dan membentuk cincin. Hal ini dikarenakan saat proses penuangan H2SO4
kemungkinan pipet belum benar-benar menyentuh dinding tabung reaksi sehingga antara H2SO4
dengan campuran larutan sedikit homogen sehingga menyebabkan hasil akhir larutan
keseluruhan berwarna ungu. Seharusnya terlihat 2 lapisan dan dipisahkan oleh cincin berwarna
ungu.
Pada akhirnya larutan glukosa 1% dinyatakan positif termasuk dalam karbohidrat karena
setelah dilakukan uji molisch didapatkan hasil bahwa senyawa berwarna ungu dan membentuk
cincin yang ada di sekitar 2 lapisan senyawa. Sedangkan untuk aquadest tidak berubah warna
menjadi ungu karena aquadest hanya mengandung hidrogen dan oksigen di mana proses
dehidrasi karbohidrat tidak dapat terjadi dan tidak terbentuk gugus furfural. Maka dari itu
aquadest berwarna oranye muda karena tercampur oleh warna asli dari H2SO4 pekat.
Untuk uji yang kedua yaitu uji yod di mana sesuai dengan pernyataan dari Desyanti (2013)
bahwa dalam pengujian ini tujuannya untuk mengetahui karbohidrat kompleks yaitu
polisakarida. Di mana pada video terlihat bahwa amilum 1% terjadi perubahan warna biru tua
yang berarti di dalamnya terkandung karbohidrat kompleks yaitu polisakarida, sedangkan untuk
glukosa 1% memiliki warna bening sedikit kecoklatan yang menandakan warna tersebut antara
monosakarida atau disakarida. Menurut Firani (2017), di mana glukosa termasuk ke dalam
kelompok karbohidrat sederhana atau gula sederhana yaitu monosakarida. Pengujian tersebut
bisa menghasilkan 2 warna yang berbeda karena senyawa yang diuji juga berbeda. Untuk
amilum yang menghasilkan warna biru tua, hal itu dapat terjadi karena menurut Hanum (2017),
amilum yang ditetesi Iod, maka molekul Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan
ini akan berwarna biru. Ketika dipanaskan, amilum akan terhidrolisis menjadi monosakarida
sehingga Iod bisa terlepas. Sedangkan untuk larutan yang berwarna bening kecoklatan
dikarenakan adanya penambahan NaOH maka I- akan bereaksi dengan Na+ membentuk NaI,
akibatnya larutan akan menjadi bening.
Selanjutnya uji benedict yang menggunakan cupri sulfat, natrium karbonat, natrium sitrat.
Hasil positif apabila terjadi perubahan warna hijau, kuning, atau endapan merah bata. Contoh
senyawa yang punya gugus aldehid atau keton bebas adalah monosakarida dan disakarida,
kecuali sukrosa yang tidak memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Dari video dapat terlihat
bahwa glukosa 3% terjadi perubahan warna yang lebih cepat yaitu selama 40 detik daripada
glukosa 1% yang baru terjadi perubahan warna beberapa detik setelah glukosa 3% selesai yaitu
selama 52 detik. Perubahan warna dari bening menjadi merah bata dan munculnya sedikit
endapan dapat terjadi karena adanya konsentrasi yang berbeda pada senyawa yang diuji. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa sampel mengandung gula pereduksi. Glukosa yang
mengandung gugus aldehid yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata setelah dipanaskan.
Menurut Galung (2021), monosakarida akan bereaksi lebih cepat atau membentuk
endapan lebih cepat daripada disakarida pada uji barfoed ini. Hal ini dikarenakan monosakarida
memiliki penyusun yang lebih ringan yaitu tersusun atas satu satuan dasar dan sudah tidak bisa
dihidrolisis lagi menjadi molekul yang lebih sederhana atau gula sederhana. Maka dari itu proses
bereaksinya glukosa pada saat dipanaskan lebih cepat dibandingkan dengan sukrosa. Pada uji
barfoed ini tujuannya untuk mengidentifikasi karbohidrat yang tergolong monosakarida dengan
ciri-ciri terbentuknya endapan berwarna merah oranye ketika dipanaskan dalam suhu tertentu
selama selang waktu beberapa menit. Berdasarkan hasil penelitian menghasilkan endapan warna
merah gelap yang menunjukkan bahwa glukosa mengandung monosakarida. Endapan berwarna
merah bata menunjukkan adanya monosakarida dalam glukosa. Ion Cu2+ pereaksi barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida
dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah gelap. Sedangkan sukrosa termasuk
dalam golongan karbohidrat disakarida karena sukrosa yang awalnya berwarna bening, akibat
dicampurkan oleh pereaksi barfoed akhirnya berwarna biru karena terhomogen oleh warna asli
dari pereaksi barfoed. Jadi pada intinya sukrosa warnanya tidak berubah dan tetap berwarna
biru.
Pengujian yang terakhir yaitu uji selliwanoff di mana menurut Kusbandari (2015) tujuan
dari uji selliwanoff ini adalah untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung
gugus keton). Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan
warna merah pada larutannya. Akibat dari dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. HCl mendehidrasi gula ketosa
membentuk furfural. Furfural bereaksi dengan resorsinol (dalam reagen seliwanoff) membentuk
senyawa berwarna merah oranye. Maka dari itu fruktosa berubah warna menjadi merah oranye
karena fruktosa tersusun atas gugus keton dan ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. Dengan uji selliwanoff, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna
merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan.

BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum mata kuliah Biokimia Pangan yang berjudul “Uji Kualitatif
Karbohidrat” didapatkan beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Uji molisch bertujuan untuk menguji ada tidaknya karbohidrat dalam bahan
makanan. Uji molisch dinyatakan positif apabila terbentuk cincin warna ungu pada
batas kedua cairan.
2. Glukosa termasuk dalam karbohidrat karena terjadi perubahan warna ungu pada uji
molisch
3. Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod dinyatakan positif
apabila terbentuk warna biru (polisakarida), apabila bening berarti monosakarida atau
disakarida, apabila coklat atau kemerahan berarti golongan karbohidrat kompleks
yang sudah terhidrolisis sebagian.
4. Amilum termasuk dalam polisakarida karena terjadi perubahan warna biru tua pada
uji iod
5. Uji benedict untuk menguji keberadaan gula pereduksi, dinyatakan positif apabila
terjadi perubahan warna hijau, kuning, atau endapan merah bata.
6. Uji barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida, di mana
monosakarida akan membentuk endapan lebih cepat daripada disakarida.
7. Glukosa termasuk monosakarida, sukrosa termasuk dalam disakarida pada uji
barfoed
8. Uji selliwanoff untuk mengetahui adanya ketosa

DAFTAR PUSTAKA

Daud, M. (2012). Biokonversi bahan Berlignoselulosa menjadi Bioetanol Menggunakan


Asperligus niger dan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Perennial. 8(2) : 43-51.
Desyanti, N. L. M. (2013). METODE ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KARBOHIDRAT. Denpasar: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Denpasar.
Firani, N. K. (2017). METABOLISME KARBOHIDRAT: Tinjauan Biokimia dan Patologis.
Malang : UB Press.
Fitri, A. S., dan Fitriana, Y. A. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Jurnal
Sainteks. 17(1) : 45-52.
Galung, F. S. (2021). ANALISIS KANDUNGAN KARBOHIDRAT (GLUKOSA) PADA SALAK
GOLLA–GOLLA Salaccaeduli. Jurnal Ilmu Agroteknologi. 5(1) : 10-14.
Hanum, G. R. (2017). BUKU AJAR BIOKIMIA DASAR. Sidoarjo : Umsida Press.
Kusbandari, A. (2015). ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN SAKARIDA DALAM TEPUNG
DAN PATI UMBI GANYONG (Canna edulis Ker.). Jurnal Pharmaҫiana. 5(1) : 35-42.
Nigam A, Ayyagari A. (2017). Lab Manual in Biochemistry, Immunology, and Biotechnology.
Tata MCGraw-Hill Publishing Company Limited: New Delhi.
Permanasari, A. R., dan Yulistiani, F. (2015). PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI
SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS. Jurnal Fluida.
11(2) : 9-14.
Ramlah, Soekendarsi, E., Hasyim, Z., dan Hasan, M. S. (2016). PERBANDINGAN
KANDUNGAN GIZI IKAN NILA Oreochromis niloticus ASAL DANAU MAWANG
KABUPATEN GOWA DAN DANAU UNIVERSITAS HASANUDDIN KOTA MAKASSAR.
Jurnal Biologi Makassar. 1(1) : 39-46.
Siregar, N. S. (2014). KARBOHIDRAT. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 13(2) : 38-44.
Sumardjo, D. (2018). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiwa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai