BIOKIMIA PANGAN
“UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT”
Dosen Pembimbing :
Ir. ULYA SAROFA, M.M.
PENDAHULUAN
1.2.TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bahan makanan mengandung
karbohidrat atau tidak. Selain itu, dengan adanya pengujian ini juga diharapkan praktikan
mampu menganalisis jenis-jenis karbohidrat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji Molisch menurut Nigam dan Ayyagari (2017) merupakan uji kualitatif yang tujuannya
untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan karbohidrat pada suatu senyawa. Biasanya uji
ini menggunakan α-napthol atau alpha naphtol sebagai senyawa pereaksi. Yang dapat membantu
dalam memberikan warna ungu/violet pada suatu senyawa karbohidrat. Sedangkan H2SO4 akan
membantu menghidrolisis karbohidrat sehingga mengalami dehidrasi menjadi gugus furfural.
Menurut Sumardjo (2018), dasar uji molisch ini adalah heksosa atau pentosa mengalami
dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehid yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa yang berwarna
khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis
polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan
proses kondensasi.
Menurut Desyanti (2013), uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod
juga dapat membedakan amilum dengan nitrogen reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti
disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodin (Desyanti, 2013). Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan
warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati
yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna cokelat.
Amilum ditetesi Iod, maka molekul Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan
ini akan berwarna biru. Ketika dipanaskan, amilum akan terhidrolisis menjadi monosakarida
sehingga Iod bisa terlepas. Selanjutnya ditambahkan NaOH maka I- akan bereaksi dengan Na+
membentuk NaI, akibatnya larutan akan menjadi bening. Hal ini tidak berlaku untuk jenis-jenis
sakarida yang lain seperti monosakarida, disakarida, dan oligosakarida karena struktur mereka
masih sederhana (Hanum, 2017).
Uji benedict adalah uji yang digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi (senyawa
yang mampu mereduksi gugus aldehid atau keton) dalam larutan glukosa 1%, larutan fruktosa
1%, larutan sukrosa 1%, larutan amilosa 1% dengan menggunakan metode pengamatan
langsung. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti
laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus
aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti
sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah,
atau oranye. Larutan-larutan tembaga yang basa, bila direduksi oleh karbohidrat yang memiliki
gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning
sampai merah (Permanasari dan Yulistiani, 2015).
Hasil dari uji benedict menyebabkan sampel berubah warna menjadi merah bata dan
terbentuknya endapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel mengandung gula pereduksi.
Glukosa yang mengandung gugus aldehid yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis
menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata setelah
dipanaskan. Hal tersebut yang dijadikan indikator untuk mengetahui adanya kandungan glukosa
pada sampel (Galung, 2021).
Pada uji Barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida. Endapan
berwarna merah orange menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Ion Cu2+ dari
pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah
bata. Hal inilah yang mendasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida
membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil Cu2O (Galung, 2021).
Pada uji Seliwanoff, jika gula tersebut mempunyai gugus keton disebut ketosa. Sebaliknya
jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Prinsip dari uji ini adalah dehidrasi
fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol
akan mengalami kondensasi membentuk kompleks berwarna merah oranye. Uji ini didasarkan
pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa
dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji
positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil menunjukan
positif mengandung gula pereduksi dengan adanya endapan merah pada larutan (Kusbandari,
2015).
BAB III
METODOLOGI
Bahan :
1. Larutan glukosa 1%
2. Aquadest
3. Pereaksi molisch
4. H2SO4 pekat
5. Larutan amilum 1%
6. Larutan Yodium 0,1 N
7. Larutan Benedict
8. Larutan glukosa 3%
9. Larutan Barfoed
10. Larutan sukrosa 1%
11. Larutan fruktosa 1%
12. HCl pekat
13. Larutan Selliwanoff
Pengamatan
3. Uji Benedict
4. Uji Barfoed
5. Uji Selliwanoff
HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
Senyawa yang Warna Hasil
Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan
Glukosa 1% 5 tetes pereaksi Ungu, Larutan glukosa 1% termasuk
Molisch dibagian dalam karbohidrat karena terbentuk
bawahnya warna ungu dan terbentuk sedikit
sedikit cincin berwarna ungu gelap di
terbentuk kedua lapisan cairan glukosa
cincin
berwarna
ungu gelap
Aquadest 5 tetes pereaksi Oranye muda Bukan termasuk dalam karbohidrat
Molisch karena larutan tidak berubah warna
menjadi ungu dan tidak terbentuk
adanya cincin di kedua lapisan
cairan tersebut
5. Uji Selliwanoff
Senyawa yang Warna Hasil
Direaksikan Senyawa Pereaksi Reaksi Kesimpulan
PEMBAHASAN
Glukosa 1% yang dicampurkan dengan larutan pereaksi molisch berupa alpha naphtol
dapat berubah warna menjadi ungu ketika sudah ditetesi H2SO4 pekat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikemukaan oleh Nigam dan Ayyagari (2017) bahwa alpha naphtol berperan
dalam memberikan warna ungu/violet pada suatu senyawa karbohidrat. Sedangkan H2SO4 akan
membantu menghidrolisis karbohidrat sehingga mengalami dehidrasi menjadi gugus furfural.
Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Dari gugus furfural tersebut yang akan membentuk cincin
berwarna ungu apabila uji positif mengandung karbohidrat. Dengan kata lain, terbentuknya
cincin berwarna ungu di antara 2 lapisan senyawa tersebut akibat dari adanya kondensasi antara
furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-naftol dalam pereaksi molish.
Pada video diperlihatkan hasil akhir perubahan warna dari larutan glukosa 1% adalah
berubahnya warna yang semula bening menjadi ungu. Seluruh cairan berubah menjadi ungu,
bukan hanya terpisah dan membentuk cincin. Hal ini dikarenakan saat proses penuangan H2SO4
kemungkinan pipet belum benar-benar menyentuh dinding tabung reaksi sehingga antara H2SO4
dengan campuran larutan sedikit homogen sehingga menyebabkan hasil akhir larutan
keseluruhan berwarna ungu. Seharusnya terlihat 2 lapisan dan dipisahkan oleh cincin berwarna
ungu.
Pada akhirnya larutan glukosa 1% dinyatakan positif termasuk dalam karbohidrat karena
setelah dilakukan uji molisch didapatkan hasil bahwa senyawa berwarna ungu dan membentuk
cincin yang ada di sekitar 2 lapisan senyawa. Sedangkan untuk aquadest tidak berubah warna
menjadi ungu karena aquadest hanya mengandung hidrogen dan oksigen di mana proses
dehidrasi karbohidrat tidak dapat terjadi dan tidak terbentuk gugus furfural. Maka dari itu
aquadest berwarna oranye muda karena tercampur oleh warna asli dari H2SO4 pekat.
Untuk uji yang kedua yaitu uji yod di mana sesuai dengan pernyataan dari Desyanti (2013)
bahwa dalam pengujian ini tujuannya untuk mengetahui karbohidrat kompleks yaitu
polisakarida. Di mana pada video terlihat bahwa amilum 1% terjadi perubahan warna biru tua
yang berarti di dalamnya terkandung karbohidrat kompleks yaitu polisakarida, sedangkan untuk
glukosa 1% memiliki warna bening sedikit kecoklatan yang menandakan warna tersebut antara
monosakarida atau disakarida. Menurut Firani (2017), di mana glukosa termasuk ke dalam
kelompok karbohidrat sederhana atau gula sederhana yaitu monosakarida. Pengujian tersebut
bisa menghasilkan 2 warna yang berbeda karena senyawa yang diuji juga berbeda. Untuk
amilum yang menghasilkan warna biru tua, hal itu dapat terjadi karena menurut Hanum (2017),
amilum yang ditetesi Iod, maka molekul Iod akan terperangkap di dalamnya. Akibatnya larutan
ini akan berwarna biru. Ketika dipanaskan, amilum akan terhidrolisis menjadi monosakarida
sehingga Iod bisa terlepas. Sedangkan untuk larutan yang berwarna bening kecoklatan
dikarenakan adanya penambahan NaOH maka I- akan bereaksi dengan Na+ membentuk NaI,
akibatnya larutan akan menjadi bening.
Selanjutnya uji benedict yang menggunakan cupri sulfat, natrium karbonat, natrium sitrat.
Hasil positif apabila terjadi perubahan warna hijau, kuning, atau endapan merah bata. Contoh
senyawa yang punya gugus aldehid atau keton bebas adalah monosakarida dan disakarida,
kecuali sukrosa yang tidak memiliki gugus aldehid atau keton bebas. Dari video dapat terlihat
bahwa glukosa 3% terjadi perubahan warna yang lebih cepat yaitu selama 40 detik daripada
glukosa 1% yang baru terjadi perubahan warna beberapa detik setelah glukosa 3% selesai yaitu
selama 52 detik. Perubahan warna dari bening menjadi merah bata dan munculnya sedikit
endapan dapat terjadi karena adanya konsentrasi yang berbeda pada senyawa yang diuji. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa sampel mengandung gula pereduksi. Glukosa yang
mengandung gugus aldehid yang akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis menjadi Cu+
yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata setelah dipanaskan.
Menurut Galung (2021), monosakarida akan bereaksi lebih cepat atau membentuk
endapan lebih cepat daripada disakarida pada uji barfoed ini. Hal ini dikarenakan monosakarida
memiliki penyusun yang lebih ringan yaitu tersusun atas satu satuan dasar dan sudah tidak bisa
dihidrolisis lagi menjadi molekul yang lebih sederhana atau gula sederhana. Maka dari itu proses
bereaksinya glukosa pada saat dipanaskan lebih cepat dibandingkan dengan sukrosa. Pada uji
barfoed ini tujuannya untuk mengidentifikasi karbohidrat yang tergolong monosakarida dengan
ciri-ciri terbentuknya endapan berwarna merah oranye ketika dipanaskan dalam suhu tertentu
selama selang waktu beberapa menit. Berdasarkan hasil penelitian menghasilkan endapan warna
merah gelap yang menunjukkan bahwa glukosa mengandung monosakarida. Endapan berwarna
merah bata menunjukkan adanya monosakarida dalam glukosa. Ion Cu2+ pereaksi barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida
dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah gelap. Sedangkan sukrosa termasuk
dalam golongan karbohidrat disakarida karena sukrosa yang awalnya berwarna bening, akibat
dicampurkan oleh pereaksi barfoed akhirnya berwarna biru karena terhomogen oleh warna asli
dari pereaksi barfoed. Jadi pada intinya sukrosa warnanya tidak berubah dan tetap berwarna
biru.
Pengujian yang terakhir yaitu uji selliwanoff di mana menurut Kusbandari (2015) tujuan
dari uji selliwanoff ini adalah untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung
gugus keton). Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan
warna merah pada larutannya. Akibat dari dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan
hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah oranye. HCl mendehidrasi gula ketosa
membentuk furfural. Furfural bereaksi dengan resorsinol (dalam reagen seliwanoff) membentuk
senyawa berwarna merah oranye. Maka dari itu fruktosa berubah warna menjadi merah oranye
karena fruktosa tersusun atas gugus keton dan ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. Dengan uji selliwanoff, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna
merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak
muncul warna merah pada larutan.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum mata kuliah Biokimia Pangan yang berjudul “Uji Kualitatif
Karbohidrat” didapatkan beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Uji molisch bertujuan untuk menguji ada tidaknya karbohidrat dalam bahan
makanan. Uji molisch dinyatakan positif apabila terbentuk cincin warna ungu pada
batas kedua cairan.
2. Glukosa termasuk dalam karbohidrat karena terjadi perubahan warna ungu pada uji
molisch
3. Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod dinyatakan positif
apabila terbentuk warna biru (polisakarida), apabila bening berarti monosakarida atau
disakarida, apabila coklat atau kemerahan berarti golongan karbohidrat kompleks
yang sudah terhidrolisis sebagian.
4. Amilum termasuk dalam polisakarida karena terjadi perubahan warna biru tua pada
uji iod
5. Uji benedict untuk menguji keberadaan gula pereduksi, dinyatakan positif apabila
terjadi perubahan warna hijau, kuning, atau endapan merah bata.
6. Uji barfoed untuk mendeteksi karbohidrat yang tergolong monosakarida, di mana
monosakarida akan membentuk endapan lebih cepat daripada disakarida.
7. Glukosa termasuk monosakarida, sukrosa termasuk dalam disakarida pada uji
barfoed
8. Uji selliwanoff untuk mengetahui adanya ketosa
DAFTAR PUSTAKA