Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan judul percobaan


“Reaksi Karbohidrat” yang disusun oleh :
Kelompok :I
Anggota Kelompok : 1. Nur Eka Sari Basir
2. Fatmawari
3. Ayu Mutmainnah Halim
4. Febrina
5. Andi Vista Tenri Abeng
6. Yudhi Priyatmo
7. Khaliq Al Gifarri
8. Alam Budiawan
9. Novia S. Maulegha
Kelas : Pendidikan Kimia
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Kordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Januari 2015


Kordinator Asisten Asisten

Mukalladin Ulil Akbar Ika Nurfadilah

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Iwan Dini, S.Si, M.Si


NIP : 19781205 200604 1 002
A. JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Karbohidrat

B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.

C. LANDASAN TEORI
Karbohidrat (hidrat dari karbon’, hidrat arang) atau sakarida 9dari bahasa
Yunani σἁќχαρŏr, sἁktharon, berarti “gula”) adalah segolongan besar senyawa
organic yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas karbon,
hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangunan (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi
karbohidrat (Wikipedia, 2014).
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hydrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energy di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang
dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses
oksidasi (pembakaran) karbohidrat inikemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan
otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau
bekerja (Irawan, 2007 : Volume 1.Nomor 3).
Istilah karbohidrat timbul dari konsepsi yang salah pada masa lalu
mengenai struktur gula. Pada waktu mula-mula ilmu kimia dipelajari, analisis dari
berbagai macam gula memberikan rumus empiris C x(H2O)y. Misalnya, rumus
molekul untuk glukosa (C6H12O6) diartikan sebagai C6(H2O)6. Rumus ini membuat
para ahli kimia waktu itu mengambil kesimpulan bahwa gula adalah hidratdari
karbon dengan istilah “karbohidrat”. Karbohidrat sebagai suatu golongan senyawa
yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi, polihidroksi aldehid dan keton.
Dalam hubungan ini, polihidroksi berarti dua atau lebih gugus hidroksil
(Fessenden dan Fessenden, 2010 : 613).
Karbohidrat yang merupakan senyawa kimia yang terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen adalah salah satu sumber utama energi bagi kehidupan,
dikenal juga sebagai sakarida atau lebih umum disebut gula, karbohidrat adalah
merupakan struktur kimianya yang kompleks. Karbohidrat dibagi menjadi tugas
jenis monosakarida, disakarida dan polisakarida. Masing-masing dari senyawa ini
memiliki struktur yang berbeda dan fungsi yang berbeda dalam
biokimia (Mulyadi, 2014).
Karbohidrat umumnya diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana atau
monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul
yang lebih sederhana, misalnya glukosa dan fruktosa. Karbohidrat kompleks
terbentuk dari dua atau lebih karbohidrat sederhana yang terikat bersama.
Contohnya adalah sukrosa (gula meja) adalah suatu disakarida yang terbentuk dari
satu molekul glukosa yang terikat dengan satu molekul fruktosa; selulosa adalah
suatu polisakarida yang terbentuk dari ratusan molekul glukosa yang terikat
bersama. Jika polisakarida dhidrolisis akan terurai menghasilkan satuan-satuan
monosakarida penyusunnya.
H3O+
1 sukrosa 1 glukosa + 1 fruktosa
H3O+
Selulosa 3000 glukosa
Monosakarida (mono- = “satu”; sacchar- = “manis”) adalah gula
sederhana. Dalam monosakarida, jumlah karbon biasanya berkisar dari tiga
sampai tujuh. Jika gula memiliki gugus aldehid (gugus fungsional dengan struktur
R-CHO), diketahuisebagai aldosa dan jika memiliki kelompok keton (kelompok
fungsional dengan struktur RC(=O)R’, itu dikenal sebagai sebuah ketosa.
Tergantung pada jumlah karbon dalam gula, mereka juga dapat dikenal sebagai
triosa (tiga karbon), pentose (lima karbon), dan atau heksosa (enam karbon).
Monosakarida dapat eksis sebagai rantai linear atau sebagai molekul berbentuk
cincin dalam alrutan air mereka biasanya ditemukan dalam bentuk cincin. Adapun
beberapa struktur dari monosakarida :

Glukosa (C6H12O6) adalah monosakarida umum dan sumber energy yang penting
(Sridianti, 2014).
Monosakarida, baik dalam bentuk hemiasetal atau hemiketal mudah
dioksidasi oelh bahan uji lebmah seperti pereaksi Tollens, fehling, atau Benedict.
Disakarida dapat atau tidak dapat dioksidasi tergantung pada strukturnya. Bila
ikatan antara kedua unit gula akan mudah dioksidasi. Tetapi bila kedua unit
monosakarida berikatan melalui atom oksigen pada atom-atom karbon hemiasetal
atau hemiketal, maka tidak lagi mempunyai sifat-sifat aldehid atau alfa
hidroksiketon, sehingga tidak mudah dioksidasi. Oleh karena itu, gula dapat
dibedakan atas gula pereduksi dan gula bukan pereduksi ( Tim Dosen Kimia
Organik, 2014 : 10-11).
Glukosa yang terdapat di dalam madu berguna untuk memperlancar kerja
jantung dan dapat meringankan gangguan penyakit hati (lever). Glukosa dapat
diubah menjadi glikogen yang sangat berguna untuk membantu kerja hati dalam
menyaring racun-racun dari zat yang sering merugikan tubuh. Selain itu, glukosa
merupakan sumber energy untuk seluruh system jaringan otot. Sedangkan,
fruktosa disimpan sebagai cadangan dalam hati untuk digunakan bila tubuh
membutuhkan dan juga untuk mengurangi kerusakan hati (Ratnayani, 2008 :
volume 2. Nomor 2).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
monosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari
satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah suatu
hubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari satuan
kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4-β, bergantung pada
stereokimia pada karbon glikosida. Disakarida terdiri atas maltose, selubiosa,
laktosa, dan sukrosa. Disakarida laktosa (gula susu) berbeda dari maltose atau
selubiosa dalam hal laktosa terdiri dari dua monosakarida yang berlainan,
D-glukosa D-galaktosa.

Laktosa
[4-O-(β-D-galaktopiranosil)-D-glukopiranosa]
Disakarida sukrosa adalah gula pasir biasa. Dalamsukrosa, baik fruktosa maupun
glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal ; oleh karena itu, sukrosa di dalam air
tidak berbeda dalam kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau ekton.
Sukrosa tidak menunjukkan mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi.
Sukrosa
(β-D-fruktofuranosil-α-D-Glukopiranosida)
Polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh
monosakarida yang terikat dengan ikatan glikosida. Polisakarida bukan
merupakan gula pereduksi dan tidak mengalami mutarotasi karena tidak
mempunyai gugus hidroksil anomerik bebas (kecuali pada ujung rantai). Selulosa
dan pati merupakan contoh polisakarida yang paling banyak terdapat di
alam (Wahjudi, 2005 : 105).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima electron, contohnya adalah glukosa dan
fruktosa. Ujung dari suatu guka pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus
aldehida atau ketobebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa)
dan disakarida (laktosa, maltose), ekcuali sukrosa dan pati (polisakarida),
termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan
berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim
maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan (Wikipedia, 2014).
Asam aldonat, aldehida lebih mudah dioksidasi daripada alkohol. Sebagai
akibatnya, kita dapat mengoksidasi gugus aldehida dari karbohidrat tanpa
mengoksidasi gugus hidroksil alkohol. Beberapa pereaksi dapat digunakan untuk
oksidasi gugus aldehida; pereaksi Tollens (Ag(NH3)2+), larutan fehling (kompleks
Cu2+ - tartrat), dan lastan Benedict (kompleks Cu2+ -sitrat). Dalam reaksinya
dengan gula, oksidator ini akan tereduksi oleh gula sehingga gula disebut gula
pereduksi (Fessenden dan Fessenden, 2010 : 632).
Kualitas gula ditentukan oleh kandungan sukrosa pada gula. Kandungan
sukrosa yang tinggi menyebabkan kualitas gula lebih baik bila dibanding dengan
kandungan sukrosa yang rendah. Sukrosa,sebagai zat optis aktif memutar bidang
polarisasi cahay ke kanan (dextrorotatory), tetapi bila dilarutkan dalam air
pemutaran ke kanan makin berkurang dan akhirnya sekit memutar ke kiri. Proses
yang dikenal dengan istilah inversi sukrosa pada dasarnya merupakan hidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Indahyanti, 2014: Volume 19. Nomor 1).
D. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi sedang 8 buah
2) Tabung reaksi besar 4 buah
3) Gelas kimia 800 ml 1 buah
4) Gelas kimia 250 ml 1 buah
5) Hot palet 1 buah
6) Pembakar spiritus 1 buah
7) Kaki tiga dan kasa asbes 2 buah
8) Pipet tets 10 buah
9) Gelas ukur 25 ml 1 buah
10) Pinset 1 buah
11) Gelas ukur 10 ml 2 buah
12) Rak tabung reaksi 2 buah
13) Batang pengaduk 1 buah
14) Klem kayu 2 buah
15) Stopwatch 2 buah
16) Botol semprot 2 buah
17) Sikat tabung 1 buah
18) Lap kasar 1 buah
19) Lap halus 1 buah
b. Bahan
1) Glukosa (C6H12O6)
2) Fruktosa (C6H12O6)
3) Sukrosa (C12H22O11)
4) Laktosa (C12H12O11)
5) Ammonium Hidroksida (NH4OH) 2%
6) Asam Klorida (HCl) 10%
7) Perak Nitrat (AgNO3)
8) Larutan Benedict (2Cu2+ + 5OH-)
9) Asam Sulfat (H2SO4)
10) Fenilhidrazin (C6H8N2)
11) Larutan α-naftol dalam etanol
12) Aquades (H2O)
13) Kertas saring
14) Larutan sampel X
15) Kertas lakmus merah
16) Kertas lakmus biru
17) Kapas
18) Es batu
19) Aluminium foil
20) Tissue
21) Label
2. Prosedur Kerja
A. Uji Molisch
1) Memasukkan 2 ml larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
laktosa) ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
2) Menambahkan 2 tetes larutan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung yang
berisi larutan gula.
3) Menyiapkan 2 ml larutan H2SO4 pekat dalam 4 tabung reaksi yang
berbeda dan menuangkan larutan gula yang telah bercampur
dengan α-naftol 1,5 M ke dalam masing-masing tabung melalui sisi
tabung reaksi, sedemikian rupa sehingga larutan mengapung pada
permukaan asam tanpa terjadi pencampuran.
4) Mengamati perubahan warna pada batas kedua cairan.
B. Uji Tollens
1) Membuat pereaksi Tollens dengancara : menyediakan tabung
reaksi bersih, kemudian memasukkan 2 ml larutan perak nitrat.
2) Menambahkan setetes demi setetes sambil mengaduk NH4OH
secukupnya untuk melarutkan endapan.
3) Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens.
4) Menambah 5 tetes larutan gula (glukosa dan sukrosa) ke dalam
pereaksi tollens pada tabung yang berbeda.
5) Mencatat apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
C. Uji Benedict
1) Menyiapkan 5 ml larutan benedict dalam 4 tabung reaksi.
2) Menambahkan 10 tetes larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan laktosa) ke dalam masing-masing tabung yang berlainan.
3) Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih hingga terdapat
endapan.
4) Mencatat perubahan warna yang terjadi.
D. Uji Osazon
1) Menempatkan dalam tabung reaksi masing-masing 4 ml larutan
gula (fruktosa,glukosa,sukrosa, dan laktosa).
2) Menambahkan ke dalam masing-masing tabung sebanyak 2 ml
fenilhidrazin.
3) Mengaduk campuran dengan baik.
4) Menyumbat masing-masing tabung dengan kapas.
5) Memanaskan keempat tabung reaksi pada air panas mendidih
selama 30 menit.
6) Mendinginkan sampai suhu kamar.
7) Mencatat perubahan yang terjadi.
E. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
1) Menyiapkan 10 ml larutan sukrosa dalam tabung reaksi.
2) Menambahkan 10 ml larutan HCl 10%
3) Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih selama 50 menit.
4) Mendinginkan larutan.
5) Menetralkan dengan larutan NaOH 10%
6) Menguji pH dengan kertas lakmus.
7) Melakukan pengujian dengan menambahkan 5 ml larutan benedict
pada tabung berisi campuran.
8) Memanaskan larutan hingga terjadi perubahan.
9) Membandingkan hasil pengujian ini dengan uji Benedict terhadap
sukrosa di atas.
F. Identifikasi Gula
1) Uji Molisch
a. Memasukkan 2 ml larutan sampel dalam tabung reaksi
b. Menambahkan 2 tetes larutan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung
yang berisi larutan sampel X
c. Menyiapkan 2 ml larutan H2SO4 pekat dalam tabung yang
berisi sampel X, dan menuangkan larutan gula sampel yang
telah bercampur dengan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung reaksi
melalui sisi tabung, hingga larutan mengapung pada
permukaan asam tanpa terjadi pencampuran.
2) Uji Tollens
a. Menyiapkan tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens yang
sudah dibuat sebelumnya.
b. Menambahkan 5 tetes larutan gula sampel X.
c. Mencatat apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3) Uji Benedict
a. Menyiapkan 5 ml larutan benedict dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 tetes larutan sampel X.
c. Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih hingga
terdapat endapan.
d. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4) Uji Osazon
a. Memasukkan 10 ml larutan sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 5 ml larutan fenilhidrazin.
c. Mengaduk campuran dengan baik.
d. Menyumbat tabung reaksi dengan kapas.
e. Memanaskan tabung reaksi pada air panas mendidih selama 30
menit.
f. Mendinginkan sampai suhu kamar.
g. Mencatat perubahan yang terjadi.
5) Hidrolisis Gula oleh Asam
a. Menyiapkan 10 ml larutan gula sampel dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 ml larutan HCl 10%.
c. Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih selama 50
menit.
d. Mendinginkan larutan.
e. Menetralkan dengan larutan NaOH 10%.
f. Menguji larutan dengan kertas lakmus.
g. Melakukan pengujian dengan menambahkan 5 ml larutan
benedict pada tabung yang berisi campuran.
h. Memanaskan larutan hingga terjadi perubahan.
i. Membandingkan hasil pengujian ini dengan uji benedict
terhadap larutan sampel diatas.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molish
a. 2 ml laktosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% terbentuk 3 lapisan,
lapisan atas keruh, tengah terdapat cincin ungu dan lapisan bawah
bening, larutan menjadi panas.
b. 2 ml sukrosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% larutan berwarna hitam
dan panas.
c. 2 ml glukosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% terbentuk 2 lapisan,
lapisan atas keruh, dan lapisan bawah bening dan terdapat cincin ungu
diantara dua cairan, larutan menjadi panas.
d. 2 ml fruktosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% larutan berwarna hitam
dan panas.
2. Uji Tollens
Pembuatan reagen tollens
2 ml AgNO3 (bening) + setetes demi setetes NH4OH larutan keruh.
a. Pereaksi tollens (keruh) + 5 tetes glukosa (bening) panaskan terbentuk

cincin perak
b. Pereaksi tollens (keruh) + 5 tetes sukrosa (bening) panaskan

larutan
warna coklat.
3. Uji Benedict
a. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan glukosa (bening) jhkjk
larutan biru ) panaskan

terbentuk 2 lapisan, atas coklat dan bawah biru
serta terdapat endapan merah.
b. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan laktosa (bening) jgjhm
larutan biru ) panaskan

terbentuk 2 lapisan, atas coklat dan bawah biru
serta terdapat endapan merah.
c. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan sukrosa (bening) hjhjh
larutan biru ) panaskanlarutan coklat serta terdapat endapan merah.

d. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan fruktosa (bening) jhjkjk


larutan biru ) panaskanterbentuk 2 lapisan, atas coklat dan bawah biru

serta terdapat endapan merah.


4. Uji Osazon
a. 4 ml fruktosa (bening) + 2 ml fenilhidrazin (kuning) terbentuk 2
lapisan (atas putih keruh, bawah berwarna kuning)
tutup dengan kapas dan panaskan selama 30 menit didinginkan

terbentuk 2 lapisan (atas kuning, bawah terdapat hablur kuning)


b. 4 ml laktosa (bening) + 2 ml fenilhidrazin (kuning) terbentuk 2
lapisan (atas putih keruh, bawah berwarna kuning)
tutup dengan kapas dan panaskan selama 30 menit didinginkan

terbentuk 2 lapisan (atas kuning, bawah terdapat hablur kuning)


c. 4 ml glukosa (bening) + 2 ml fenilhidrazin (kuning) terbentuk 2
lapisan (atas putih keruh, bawah berwarna kuning)
tutup dengan kapas dan panaskan selama 30 menit didinginkan

terbentuk 2 lapisan (atas kuning, bawah terdapat hablur kuning)


d. 4 ml sukrosa (bening) + 2 ml fenilhidrazin (kuning) terbentuk 2
lapisan (atas putih keruh, bawah berwarna kuning)
tutup dengan kapas dan panaskan selama 30 menit didinginkan dan tidak

terbentuk hablur, tetapi hanya larutan kuning tua


5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. 10 ml sukrosa (bening) + 10 ml HCl 10% (bening) larutan bening
panaskan 10 menit larutan coklat dinginkan dinetralkan dengan NaOH
→ →

larutan coklat gelap (pH : basa)


b. Mengambil 10 tetes larutan tadi (larutan coklat gelap) + 5 ml pereaksi
benedict panaskan larutan coklat dengan endapan merah bata

6. Identifikasi Gula
a. Uji Molish sampel X
2 ml larutan sampel (bening) + 2 tetes α-naftol (coklat kehitaman) hbjkjk
larutan putih kehitaman + 2 ml H2SO4 pekat (bening) kedua
lcairan tidak bercampur dan terdapat cincin ungu pada batas kedua
cairan.
b. Uji Tollens sampel X
Pereaksi tollens (keruh) + larutan sampel (bening) larutan keruh.
c. Uji Benedict sampel X
5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes larutan sampel (bening) hbjhb
larutan (biru ) panaskanlarutan terdapat endapan merah.

d. Uji Osazon sampel X


10 ml larutan sampel (bening) + 5 ml fenilhidrazin (kuning) jhhjjhkj
terbentuk 2 lapisan (atas bening keruh, bawah berwarna kuning) kocok →

larutan berwarna putih susu) panaskan



terbentuk 2 lapisan (atas bening
keruh, bawah berwarna kuning) kocok

larutan kuning didinginkan

terbentuk 2 lapisan (atas bening keruh, bawah berwarna kuning)


e. Hidrolis Gula oleh Asam sampel X
10 ml larutan sampel (bening) + 10 ml HCl 10% (bening) panaskan

larutan bening didinginkan



larutan bening ne tralkan dengan

NaOH
larutan bening

F. PEMBAHASAN
Karbohidrat adalah segolongan besar senyawa organic yang paling
melimpah di bumi. karbohidrat sendiri terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh mahluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangunan (misalnya selulosa
pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Karbohidrat menyediakan
kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh mahluk hidup.
1. Uji Molisch
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat
dalam larutan gula yang diuji. Adapun larutan gula yang diuji yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa dan laktosa. Dalam percobaan ini, semua larutan gula
ditambahkan α-naftol yang berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan
karbohidrat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. H2SO4 pekat
ditambahkan kedalam kedalam masing-masing larutan gula melalui dinding
tabung, hal ini karenakan larutan H2SO4 bersifat eksotermis sehingga panas dari
larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi. Penambahan H 2SO4
bertujuan untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida sehingga menghasilkan
senyawa fulfural. Fulfural ini kemudian bereaksi dengan α-naftol membentuk
cincin berwarna ungu. Pembentukan cincin ungu terdapat pada batas antara cairan
H2SO4 pekat dan larutan gula.
Pada percobaan uji molish yang dilarutkan, larutan gula yang membentuk
cincin ungu ialah laktosa dan glukosa sedangkan pada larutan sukrosa dan
fruktosa ialah tidak membentuk cincin ungu, melainkan larutan berwarna hitam
dan panas, terjadinya perubahan warna larutan menjadi hitam dikarenakan
bercampurnya larutan gula dengan H2SO4 sedangkan untuk panas yang dihasilkan
dikarenakan sifat H2SO4 yang eksotermis (panas) karena merupakan larutan asam
yang pekat. Berdasarkan teori menurut Sumardjo (2006) menyatakan bahwa
warna violet atau ungu terbentuk adanya karbohidrat serta membentuk senyawa
berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Menurut Cambell (2002)
bahwan golongan karbohidrat monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa
sedangkan golongan karbohidrat disakarida yaitu sukrosa dan laktosa. Dari hasil
percobaan hanya larutan laktosa dan glukosa yang sesuai teori karena
terbentuknya cincin ungu menandakan adanya kandungan karbohidrat, sedangkan
pada larutan fruktosa dan sukrosa tidak sesuai teori karena tidak terbentuk cincin
ungu. Perbedaan teori dan hasil percobaan dikarenakan larutan sukrosa dan
fruktosa yang digunakan sudah tidak baik (rusak). Adapun reaksi yang terjadi:
- Reaksi untuk Glukosa

- Reaksi untuk Fruktosa


- Reaksi untuk Sukrosa

- Reaksi untuk Laktosa

2. Uji Tollens
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dan gula
non pereduksi. Gula pereduksi akan mereduksi Ag menjadi Ag + yang ada pada
larutan gula sedangkan gula non pereduksi tidak dapat bereaksi dengan pereaksi
tollens. Pereaksi tollens dibuat dari reaksi antara AgNO3 5% yang berfungsi
sebagai penyedia ion Ag+ dan NH4OH 2% yang berfungsi sebagai pelarut yang
melarutkan endapan Ag+. Adapun reaksinya:
2 Ag+ + NO3- + 2 NH4OH Ag2OH + 2 NH4NO3 + H2O

Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag(NH3 )+ + OH-


(Pereaksi Tollens)
Pada percobaan ini, larutan gula yang diuji adalah glukosa dan sukrosa
yang direaksikan dengan pereaksi tollens, hasilnya glukosa membentuk cermin
perak sedangkan sukrosa tidak membentuk cermin perak. Hal ini disebabkan
karena glukosa yang termasuk dalam golongan monosakarida yang memiliki
gugus aldehid bebas sehingga dapat dioksidasi oleh pereaksi tollens gugus
aldehida dapat dioksidasi oleh pereaksi Tollens karena pada gugus karbonilnya
mengandung atom hidrogen. Adapun reksinya:

Reaksi larutan sukrosa dengan pereaksi Tollens menghasilkan larutan


berwarna coklat, tidak seperti halnya glukosa yang membentuk endapan cermin
perak. Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut sudarmo (2006) bahwa sukrosa
termasuk disakarida dan tidak bereaksi dalam uji tollens karno sukrosa terdiri dari
fruktosa dan glukosa, dimana gugus OH dari fruktosa dan gugus H bebas dari
glukosa berikatan sehingga sukrosa tidak memiliki gugus OH atau H bebas yang
dapat dioksidasi. Adapun reaksinya:

(sukrosa)
3. Uji Benedict
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan gula pereduksi dan gula bukan
pereduksi. Adapun larutan gula yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa dan
laktosa. Masing-masing larutan gula tersebut direaksikan dengan pereaksi
benedict dan menghasilkan larutan berwarna biru. Warna biru yang dihasilkan
merupakan warna dari pereaksi benedict yang menandakan belum terjadi reaksi
antara benedict dengan larutan gula. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Setelah pemanasan, pada glukosa, fruktosa,
laktosa dan glukosa terbentuk endapan merah bata. Hal ini menandakan gula
tersebut merupakan gula pereduksi. Namun, berdasarkan teori bahwa glukosa,
fruktosa dan laktosa yang merupakan gula pereduksi sedangkan sukrosa
merupakan gula bukan pereduksi. Terbentuknya endapan merah bata pada larutan
sukrosa disebabkan karena sukrosa yang digunakan sudah tidak bagus dan pipet
yang digunakan untuk mengambil larutan sukrosa sudah digunakan pada larutan
lain.
Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung tembaga (II) sulfat
(CuSO4) dalam larutan natrium natrium sitrat. CuSO 4 pada reaksi benedict
berfungsi untuk mengoksidasi gugus keton atau aldehid bebas pada larutan gula
dan mengalami reduksi. Reaksi antara glukosa dan pereaksi benedict membentuk
endapan merah bata karena glukosa mengandung gugug aldehid bebas yang dapat
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai tembaga (I) oksida (Cu20).
Adapun reaksinya:
Reaksi antara fruktosa dan benedict menghasilkan endapan merah bata
meskipun tidak memiliki gugus karbonil aldehid karena fruktosa mengalami
reaksi isomersasi dengan aldosa dalam larutan basa melalui tautomeri keton
membentuk senyawa aldosa yang memiliki gugus karbonil aldehid, dimana gugus
karbonilnya mengandung atom hidrogen yang dapat dioksidasi menghasilkan
asam karboksilat. Adapun reaksinya:

Laktosa merupakan karbohidrat golongan disakarida yang mengandung


gugus hemiasetal bebas yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka sehingga
dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Adapun reaksinya:

Sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas glukosa dan fruktosa


yang saling berikatan melalui atom oksigen pada atom karbon hemiasetal
(aldehid) pada glukosa dengan atom karbon pada hemiketal (keton) pada fruktosa.
Sehingga sukrosa tidak mempunyai sifat-sifat aldehid dan alfa hidroksiketon dan
oleh karena itu sukrosa tidak mudah dioksidasi. Adapun reaksinya:
4. Uji Osazon
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gula dihidrolisis
oleh fenilhidrazin membentuk hablur warna kuning dan juga untuk membedakan
karbohidrat yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton
(hemiketal) bebas atau tidak bebas. Semua karbohidrat yang yang mempunyai
gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama
fenilhidrazin berlebih. Fenilhidrazin berfungsi untuk menghidrolisis larutan gula
dan sebagai indicator yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk Kristal dari
larutan gula.
Pada percobaan ini, larutan gula yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa
dan laktosa direaksikan dengan fenilhidrazin membentuk larutan kuning. Adapun
warna kuning yang dihasilkan merupakan warna dari fenilhidrazin, sehingga
belum terjadi reaksi. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk
mempercepat reaksi, pada proses pemanasan keempat tabung reaksi disumbat
dengan kapas yang berfungsi agar tidak terkontaminasi dengan udara dan untuk
mempercepat terbentuknya hablur. Glukosa, fruktosa, dan laktosa membentuk
hablur berwarna kuning diantara dua lapisan sedangkan sukrosa tidak membentuk
hablur dan larutan yang dihasilkan tidak terdiri atas 2 lapisan, warna yang
dihasilkan adalah warna kuning tua. Glukosa dan fruktosa memiliki gugus aldehid
dan gugus keton bebas sehingga dapat bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk
hidrazon atau osazon (hablur kuning). Laktosa memiliki atom C yang tertutup
(hemiasetal) yang dapat bermutarotasi membentuk aldehid bebas (rantai terbuka)
sehingga dapat bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk osazon. Sukrosa
merupakan disakarida yang tersusun atas glukosa dan fruktosa yang saling
berikatan melalui atom oksigen pada atom karbon hemiasetal glukosa dan atom
karbon hemiketal fruktosa, sehingga sukrosa tidak lagi memiliki sifat-sifat aldehid
atau alfa hidroksiketon dan oleh karena itu, sukrosa tidak dapat bereaksi dengan
fenilhidrazin. Adapun reaksinya:
- Reaksi untuk Glukosa
- Reaksi untuk Fruktosa

- Reaksi untuk Laktosa


- Reaksi untuk Sukrosa

5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam


Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan jika suatu disakarida
dihidrolisis maka akan terurai menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya.
Adapun dalam percobaan ini, sukrosa direaksikan dengan HCl yang berfungsi
untuk memberikan suasana asam dan sekaligus menghidrolisis sukrosa menjadi
monosakaridanya yaitu glukosa dan fruktosa. Larutan kemudian dipanaskan untuk
menyempurnakan reaksi dan mempercepat proses hidrolisis sukrosa. Selanjutnya
larutan didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH menghasilkan larutan coklat
gelap, yang semakin gelap dengan penambahan NaOH, kemudian dilakukan
pengujian pH dengan kertas lakmus, dimana kertas lakmus merah berubah warna
menjadi warna biru yang menandakan larutan telah bersifat basa. Fungsi
penetralan yaitu agar ketika direaksikan dengan pereaksi benedict, larutan dapat
bereaksi dengan baik dimana Cu2+ dalam benedict hanya bereaksi dalam suasana
basa. Kemudian hasil hidrolisis ditambahkan dengan pereaksi benedict yang
bertujuan untuk mengetahui apakah sukrosa telah terhidrolisis menjadi
monosakaridanya. Larutan sukrosa yang tekah dihidrolisis direaksikan dengan
pereaksi benedict dan dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Hasilnya,
larutan tersebut membentuk endapan merah bata. Dengan adanya endapan
tersebut menandakan bahwa sukrosa telah terhidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa yang masing-masing memiliki gugus aldehid (glukosa) dan keton
(fruktosa) bebas sehingga dapat teroksidasi. Adapun reaksinya :
6. Identfikasi gula
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu larutan gula
yang tidak diketahui jenisnya. Pertama-tama dilakukan Uji Molisch, dimana
larutan gula sampel tersebut membentuk cincin ungu yang menandakan bahwa
sampel merupakan karbohidrat. Selanjutnya dengan pengujian Benedict yang
berwarna biru direaksikan dengan sampel larutan tetap berwarna biru kemudian
dilakukan pemanasan untuk mempercepat reaksi menghasilkan larutan dengan
endapan merah bata. Selanjutnya dilakukan pengujian Tollens menghasilkan
larutan keruh dan tidak terbentuk cermin perak. Setelah itu dilakukan pengujian
Osazon menghasilkan larutan yang terdiri atas 2 lapiran, atas bening dan bawah
kuning yaitu fenilhidrazin kemudian dilakukan pemanasan untuk mempercepat
reaksi menghasilkan larutan yang tetap terdiri atas 2 lapisan yaitu bening dan
kuning serta tidak terbentuk hablur kuning yang menandakan sampel tidak
memiliki sifat aldehid. Dan yang terakhir dilakukan pengujian Hidrolisis sampel
X oleh asam, dimana asam yang digunakan ialah HVl dilakukan pemanasan
menghasilkan larutan bening. Dari kelima uji yang dilakukan dan memperhatikan
hasil dari tiap-tiap ujinya dapat disimpulkan bahwa larutan sampel tersebut adalah
sukrosa karena satu-satunya karbohidrat yang tidak dapat bereaksi dengan
benedict ialah sukrosa dan sukrosa tidak dapat membentuk hablur kuning karena
tidak memiliki sifat aldehid.

G. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Gula pereduksiyaitu glukosa, fruktosa, dan laktosa, sedangkan gula non
pereduksi adalah sukrosa, dimana dapat dibedakan melalui uji Tollens, uji
Benedict, dan Uji Osazon yang ditandai dengan masing-masing terbentuknya
cermin perak, endapan merah bata dan hablur kuning, sedangkan pada
sukrosa tidak menunjukkan uji positif tersebut.
b. Disakarida yang mengandung gugus aldehid (hemiasetal) bebas dan keton
(hemiketal) bebas adalah glukosa, fruktosa, dan laktosa, sedangkan sukrosa
tidak mengandung kumpulan aldehid ataupun keton bebas karena kedua
komponen monosakaridanya saling berikatan satu sama lain.
2. Saran
a. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam menggunakan pipet tetes, jangan
sampai pipet tetes digunakan secara berulang untuk larutan yang berbeda
karena akan mempengaruhi hasil percobaan.
b. Praktikan diharapkan lebih cermat mencuci alat agar alat yang digunakan
telah benar-benar steril dari larutan sebelumnya, agar tidak terjadi
kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.

Fessenden dan Fessenden. 2010. Dasar - Dasar Kimia Organik. Tanggerang :


Binarupa Aksara.

Indahyanti, Ellya. Dkk. 2014. Optimasi Konsentrasi Garam Bisulfit pada


Pengendalian Kualitas Nira Kelapa. (http://jurnalpenemuansaintek.com/)
Brawijaya Malang. Volume 19 Nomor 1. Diakses pada tanggal 4
Desember 2014.

Irawan, M. Anwari. 2007. Karbohidrat. (http://www.jurnaldepartement.com/).


Surabaya. Volume 01 Nomor 03.

Mulyadi, Tedi. 2014. Perbedaan Monosakarida, Disakarida, dan Polisakarida.


(http://www.sridianti.com/). Diakses pada tanggal 5 Desember 2014.

Ratnayani, K. dkk. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu
Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. (http://www.jurnalkimia.com/) . Jurusan Kimia Fmipa Universitas
Udayana, Bukit Jimbaron. Volume 2 Nomor 2.

Sridianti. 2014. Struktur Molekul Karbohidrat. (http://www.sridianti.com/).


Diakses pada tanggal 5 Desember 2014.

Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Wahjudi, dkk. 2005. Kimia Organik II. Malang : Universitas Negeri Malang.

Wikipedia. 2014. Gula Pereduksi. (http://id.wikipedia.org/). Diakses pada tanggal


5 Desember 2014.

Wikipedia. 2014. Karbohidrat. (http://id.wikipedia.org/). Diakses pada tanggal 4


Desember 2014.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Persamaan reaksi hasil pengujian Tollens terhadap glukosa :

2. Persamaan reaksi hasil pengujian Benedict terhadap laktosa:


3. Rumus molekul sukrosa yaitu C12H24O12. Pada saat direaksikan dengan
Benedict dan Tollens tidak ada cermin perak dan endapan merah bata. Hal ini
disebabkan karena sukrosa tersusun atas monosakarida yaitu fruktosa yang
memiliki gugus ketosa dan glukosa yang memiliki gugus aldosa, dimana
gugus anomerik keduanya saling terikat sehingga tidak dapat bereaksi dengan
Benedict dan Tollens.
4. Glukosa dan fruktosa menghasilkan osazon yang sama karena monosakarida
tersebut memiliki letak gugus H dan OH yang sama yaitu pada atom karbon
nomor 3 dan 5, monosakarida dapat bereaksi dengan fenilhidrazin berlebih
membentuk Kristal osazon yang berupa hablur kuning.
5. Pada percobaan hidrolisis sukrosa dengan asam, diperoleh larutan berwarna
bening, kemudian direaksikan dengan benedict sehingga diperoleh larutan
yang berwarna biru dan terdapat endapan. Dimana sukrosa telah dihidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan pada saat sukrosa ditambah
fenilhidrazin tidak terbentuk hablur kuning, dimana tidak dapat bereaksi
dengan fenilhidrazin. Hal ini disebabkan sukrosa yang dihidrolisis berbeda
dengan sukrosa yang tidak dihidrolisis dimana jika sukrosa dihidrolisis
dengan suatu asam maka akan membentuk glukosa dan fruktosa sama
banyaknya yang menandakan sukrosa merupakan gula nonpereduksi.
Sedangkan jika sukrosa direaksikan dengan fenilhidrazin tidak akan
membentuk Kristal osazon karena hanya gula pereduksi yang dapat
membentuk osazon.
6. Makna kalimat “lima gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam molekul
glukosa dan fruktosa” adalah bahwa glukosa dan fruktosa dapat mengikat
gugus asetat sebanyak 5 yang merupakan ikatan rangkap tertutup yang terikat
satu sama lain.
7. Makna kalimat “hanya delapan gugus asetil dapat dimasukkan ke dalam
molekul sukrosa” adalah bahwa molekul sukrosa yang terdiri dari
monosakarida memiliki 8 atom H yang terikat pada molekulnya, dimana ke ½
delapan gugus hidrogen tersebut masih bisa mengikat gugus asetil.
8. Gula yang terdapat di dalam larutan setelah dilakukan hidrolisis terhadap
sukrosa adalah glukosa dan fruktosa. Sedangkan gula yang mereduksi
pereaksi benedict adalah glukosa memiliki gugus aldehid yang dapat
mereduksi pereaksi Benedict sedangkan fruktosa tidak dapat mereduksi
karena memiliki gugus keton.

Anda mungkin juga menyukai