Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
C. LANDASAN TEORI
Karbohidrat (hidrat dari karbon’, hidrat arang) atau sakarida 9dari bahasa
Yunani σἁќχαρŏr, sἁktharon, berarti “gula”) adalah segolongan besar senyawa
organic yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas karbon,
hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan
makanan(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangunan (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).
Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi
karbohidrat (Wikipedia, 2014).
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,
hydrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energy di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang
dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses
oksidasi (pembakaran) karbohidrat inikemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan
otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau
bekerja (Irawan, 2007 : Volume 1.Nomor 3).
Istilah karbohidrat timbul dari konsepsi yang salah pada masa lalu
mengenai struktur gula. Pada waktu mula-mula ilmu kimia dipelajari, analisis dari
berbagai macam gula memberikan rumus empiris C x(H2O)y. Misalnya, rumus
molekul untuk glukosa (C6H12O6) diartikan sebagai C6(H2O)6. Rumus ini membuat
para ahli kimia waktu itu mengambil kesimpulan bahwa gula adalah hidratdari
karbon dengan istilah “karbohidrat”. Karbohidrat sebagai suatu golongan senyawa
yang terdiri dari atau dapat dihidrolisis menjadi, polihidroksi aldehid dan keton.
Dalam hubungan ini, polihidroksi berarti dua atau lebih gugus hidroksil
(Fessenden dan Fessenden, 2010 : 613).
Karbohidrat yang merupakan senyawa kimia yang terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen adalah salah satu sumber utama energi bagi kehidupan,
dikenal juga sebagai sakarida atau lebih umum disebut gula, karbohidrat adalah
merupakan struktur kimianya yang kompleks. Karbohidrat dibagi menjadi tugas
jenis monosakarida, disakarida dan polisakarida. Masing-masing dari senyawa ini
memiliki struktur yang berbeda dan fungsi yang berbeda dalam
biokimia (Mulyadi, 2014).
Karbohidrat umumnya diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana atau
monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul
yang lebih sederhana, misalnya glukosa dan fruktosa. Karbohidrat kompleks
terbentuk dari dua atau lebih karbohidrat sederhana yang terikat bersama.
Contohnya adalah sukrosa (gula meja) adalah suatu disakarida yang terbentuk dari
satu molekul glukosa yang terikat dengan satu molekul fruktosa; selulosa adalah
suatu polisakarida yang terbentuk dari ratusan molekul glukosa yang terikat
bersama. Jika polisakarida dhidrolisis akan terurai menghasilkan satuan-satuan
monosakarida penyusunnya.
H3O+
1 sukrosa 1 glukosa + 1 fruktosa
H3O+
Selulosa 3000 glukosa
Monosakarida (mono- = “satu”; sacchar- = “manis”) adalah gula
sederhana. Dalam monosakarida, jumlah karbon biasanya berkisar dari tiga
sampai tujuh. Jika gula memiliki gugus aldehid (gugus fungsional dengan struktur
R-CHO), diketahuisebagai aldosa dan jika memiliki kelompok keton (kelompok
fungsional dengan struktur RC(=O)R’, itu dikenal sebagai sebuah ketosa.
Tergantung pada jumlah karbon dalam gula, mereka juga dapat dikenal sebagai
triosa (tiga karbon), pentose (lima karbon), dan atau heksosa (enam karbon).
Monosakarida dapat eksis sebagai rantai linear atau sebagai molekul berbentuk
cincin dalam alrutan air mereka biasanya ditemukan dalam bentuk cincin. Adapun
beberapa struktur dari monosakarida :
Glukosa (C6H12O6) adalah monosakarida umum dan sumber energy yang penting
(Sridianti, 2014).
Monosakarida, baik dalam bentuk hemiasetal atau hemiketal mudah
dioksidasi oelh bahan uji lebmah seperti pereaksi Tollens, fehling, atau Benedict.
Disakarida dapat atau tidak dapat dioksidasi tergantung pada strukturnya. Bila
ikatan antara kedua unit gula akan mudah dioksidasi. Tetapi bila kedua unit
monosakarida berikatan melalui atom oksigen pada atom-atom karbon hemiasetal
atau hemiketal, maka tidak lagi mempunyai sifat-sifat aldehid atau alfa
hidroksiketon, sehingga tidak mudah dioksidasi. Oleh karena itu, gula dapat
dibedakan atas gula pereduksi dan gula bukan pereduksi ( Tim Dosen Kimia
Organik, 2014 : 10-11).
Glukosa yang terdapat di dalam madu berguna untuk memperlancar kerja
jantung dan dapat meringankan gangguan penyakit hati (lever). Glukosa dapat
diubah menjadi glikogen yang sangat berguna untuk membantu kerja hati dalam
menyaring racun-racun dari zat yang sering merugikan tubuh. Selain itu, glukosa
merupakan sumber energy untuk seluruh system jaringan otot. Sedangkan,
fruktosa disimpan sebagai cadangan dalam hati untuk digunakan bila tubuh
membutuhkan dan juga untuk mengurangi kerusakan hati (Ratnayani, 2008 :
volume 2. Nomor 2).
Suatu disakarida adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan
monosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari
satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara ikatan yang lazim ialah suatu
hubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-hidroksil dari satuan
kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4-β, bergantung pada
stereokimia pada karbon glikosida. Disakarida terdiri atas maltose, selubiosa,
laktosa, dan sukrosa. Disakarida laktosa (gula susu) berbeda dari maltose atau
selubiosa dalam hal laktosa terdiri dari dua monosakarida yang berlainan,
D-glukosa D-galaktosa.
Laktosa
[4-O-(β-D-galaktopiranosil)-D-glukopiranosa]
Disakarida sukrosa adalah gula pasir biasa. Dalamsukrosa, baik fruktosa maupun
glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal ; oleh karena itu, sukrosa di dalam air
tidak berbeda dalam kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida atau ekton.
Sukrosa tidak menunjukkan mutarotasi dan bukanlah gula pereduksi.
Sukrosa
(β-D-fruktofuranosil-α-D-Glukopiranosida)
Polisakarida adalah karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh
monosakarida yang terikat dengan ikatan glikosida. Polisakarida bukan
merupakan gula pereduksi dan tidak mengalami mutarotasi karena tidak
mempunyai gugus hidroksil anomerik bebas (kecuali pada ujung rantai). Selulosa
dan pati merupakan contoh polisakarida yang paling banyak terdapat di
alam (Wahjudi, 2005 : 105).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat
mereduksi senyawa-senyawa penerima electron, contohnya adalah glukosa dan
fruktosa. Ujung dari suatu guka pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus
aldehida atau ketobebas. Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa)
dan disakarida (laktosa, maltose), ekcuali sukrosa dan pati (polisakarida),
termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan
berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim
maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan (Wikipedia, 2014).
Asam aldonat, aldehida lebih mudah dioksidasi daripada alkohol. Sebagai
akibatnya, kita dapat mengoksidasi gugus aldehida dari karbohidrat tanpa
mengoksidasi gugus hidroksil alkohol. Beberapa pereaksi dapat digunakan untuk
oksidasi gugus aldehida; pereaksi Tollens (Ag(NH3)2+), larutan fehling (kompleks
Cu2+ - tartrat), dan lastan Benedict (kompleks Cu2+ -sitrat). Dalam reaksinya
dengan gula, oksidator ini akan tereduksi oleh gula sehingga gula disebut gula
pereduksi (Fessenden dan Fessenden, 2010 : 632).
Kualitas gula ditentukan oleh kandungan sukrosa pada gula. Kandungan
sukrosa yang tinggi menyebabkan kualitas gula lebih baik bila dibanding dengan
kandungan sukrosa yang rendah. Sukrosa,sebagai zat optis aktif memutar bidang
polarisasi cahay ke kanan (dextrorotatory), tetapi bila dilarutkan dalam air
pemutaran ke kanan makin berkurang dan akhirnya sekit memutar ke kiri. Proses
yang dikenal dengan istilah inversi sukrosa pada dasarnya merupakan hidrolisis
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Indahyanti, 2014: Volume 19. Nomor 1).
D. METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi sedang 8 buah
2) Tabung reaksi besar 4 buah
3) Gelas kimia 800 ml 1 buah
4) Gelas kimia 250 ml 1 buah
5) Hot palet 1 buah
6) Pembakar spiritus 1 buah
7) Kaki tiga dan kasa asbes 2 buah
8) Pipet tets 10 buah
9) Gelas ukur 25 ml 1 buah
10) Pinset 1 buah
11) Gelas ukur 10 ml 2 buah
12) Rak tabung reaksi 2 buah
13) Batang pengaduk 1 buah
14) Klem kayu 2 buah
15) Stopwatch 2 buah
16) Botol semprot 2 buah
17) Sikat tabung 1 buah
18) Lap kasar 1 buah
19) Lap halus 1 buah
b. Bahan
1) Glukosa (C6H12O6)
2) Fruktosa (C6H12O6)
3) Sukrosa (C12H22O11)
4) Laktosa (C12H12O11)
5) Ammonium Hidroksida (NH4OH) 2%
6) Asam Klorida (HCl) 10%
7) Perak Nitrat (AgNO3)
8) Larutan Benedict (2Cu2+ + 5OH-)
9) Asam Sulfat (H2SO4)
10) Fenilhidrazin (C6H8N2)
11) Larutan α-naftol dalam etanol
12) Aquades (H2O)
13) Kertas saring
14) Larutan sampel X
15) Kertas lakmus merah
16) Kertas lakmus biru
17) Kapas
18) Es batu
19) Aluminium foil
20) Tissue
21) Label
2. Prosedur Kerja
A. Uji Molisch
1) Memasukkan 2 ml larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
laktosa) ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
2) Menambahkan 2 tetes larutan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung yang
berisi larutan gula.
3) Menyiapkan 2 ml larutan H2SO4 pekat dalam 4 tabung reaksi yang
berbeda dan menuangkan larutan gula yang telah bercampur
dengan α-naftol 1,5 M ke dalam masing-masing tabung melalui sisi
tabung reaksi, sedemikian rupa sehingga larutan mengapung pada
permukaan asam tanpa terjadi pencampuran.
4) Mengamati perubahan warna pada batas kedua cairan.
B. Uji Tollens
1) Membuat pereaksi Tollens dengancara : menyediakan tabung
reaksi bersih, kemudian memasukkan 2 ml larutan perak nitrat.
2) Menambahkan setetes demi setetes sambil mengaduk NH4OH
secukupnya untuk melarutkan endapan.
3) Menyiapkan 2 tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens.
4) Menambah 5 tetes larutan gula (glukosa dan sukrosa) ke dalam
pereaksi tollens pada tabung yang berbeda.
5) Mencatat apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
C. Uji Benedict
1) Menyiapkan 5 ml larutan benedict dalam 4 tabung reaksi.
2) Menambahkan 10 tetes larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan laktosa) ke dalam masing-masing tabung yang berlainan.
3) Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih hingga terdapat
endapan.
4) Mencatat perubahan warna yang terjadi.
D. Uji Osazon
1) Menempatkan dalam tabung reaksi masing-masing 4 ml larutan
gula (fruktosa,glukosa,sukrosa, dan laktosa).
2) Menambahkan ke dalam masing-masing tabung sebanyak 2 ml
fenilhidrazin.
3) Mengaduk campuran dengan baik.
4) Menyumbat masing-masing tabung dengan kapas.
5) Memanaskan keempat tabung reaksi pada air panas mendidih
selama 30 menit.
6) Mendinginkan sampai suhu kamar.
7) Mencatat perubahan yang terjadi.
E. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
1) Menyiapkan 10 ml larutan sukrosa dalam tabung reaksi.
2) Menambahkan 10 ml larutan HCl 10%
3) Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih selama 50 menit.
4) Mendinginkan larutan.
5) Menetralkan dengan larutan NaOH 10%
6) Menguji pH dengan kertas lakmus.
7) Melakukan pengujian dengan menambahkan 5 ml larutan benedict
pada tabung berisi campuran.
8) Memanaskan larutan hingga terjadi perubahan.
9) Membandingkan hasil pengujian ini dengan uji Benedict terhadap
sukrosa di atas.
F. Identifikasi Gula
1) Uji Molisch
a. Memasukkan 2 ml larutan sampel dalam tabung reaksi
b. Menambahkan 2 tetes larutan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung
yang berisi larutan sampel X
c. Menyiapkan 2 ml larutan H2SO4 pekat dalam tabung yang
berisi sampel X, dan menuangkan larutan gula sampel yang
telah bercampur dengan α-naftol 1,5 M ke dalam tabung reaksi
melalui sisi tabung, hingga larutan mengapung pada
permukaan asam tanpa terjadi pencampuran.
2) Uji Tollens
a. Menyiapkan tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens yang
sudah dibuat sebelumnya.
b. Menambahkan 5 tetes larutan gula sampel X.
c. Mencatat apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3) Uji Benedict
a. Menyiapkan 5 ml larutan benedict dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 tetes larutan sampel X.
c. Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih hingga
terdapat endapan.
d. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4) Uji Osazon
a. Memasukkan 10 ml larutan sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 5 ml larutan fenilhidrazin.
c. Mengaduk campuran dengan baik.
d. Menyumbat tabung reaksi dengan kapas.
e. Memanaskan tabung reaksi pada air panas mendidih selama 30
menit.
f. Mendinginkan sampai suhu kamar.
g. Mencatat perubahan yang terjadi.
5) Hidrolisis Gula oleh Asam
a. Menyiapkan 10 ml larutan gula sampel dalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 ml larutan HCl 10%.
c. Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih selama 50
menit.
d. Mendinginkan larutan.
e. Menetralkan dengan larutan NaOH 10%.
f. Menguji larutan dengan kertas lakmus.
g. Melakukan pengujian dengan menambahkan 5 ml larutan
benedict pada tabung yang berisi campuran.
h. Memanaskan larutan hingga terjadi perubahan.
i. Membandingkan hasil pengujian ini dengan uji benedict
terhadap larutan sampel diatas.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molish
a. 2 ml laktosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% terbentuk 3 lapisan,
lapisan atas keruh, tengah terdapat cincin ungu dan lapisan bawah
bening, larutan menjadi panas.
b. 2 ml sukrosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% larutan berwarna hitam
dan panas.
c. 2 ml glukosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% terbentuk 2 lapisan,
lapisan atas keruh, dan lapisan bawah bening dan terdapat cincin ungu
diantara dua cairan, larutan menjadi panas.
d. 2 ml fruktosa (bening) + 2 tetes α-naftol (hitam) larutan bening dan
terdapat endapan hitam + 2 ml H2SO4 10% larutan berwarna hitam
dan panas.
2. Uji Tollens
Pembuatan reagen tollens
2 ml AgNO3 (bening) + setetes demi setetes NH4OH larutan keruh.
a. Pereaksi tollens (keruh) + 5 tetes glukosa (bening) panaskan terbentuk
→
cincin perak
b. Pereaksi tollens (keruh) + 5 tetes sukrosa (bening) panaskan
→
larutan
warna coklat.
3. Uji Benedict
a. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan glukosa (bening) jhkjk
larutan biru ) panaskan
→
terbentuk 2 lapisan, atas coklat dan bawah biru
serta terdapat endapan merah.
b. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan laktosa (bening) jgjhm
larutan biru ) panaskan
→
terbentuk 2 lapisan, atas coklat dan bawah biru
serta terdapat endapan merah.
c. 5 ml pereaksi benedict (biru) + 10 tetes larutan sukrosa (bening) hjhjh
larutan biru ) panaskanlarutan coklat serta terdapat endapan merah.
→
6. Identifikasi Gula
a. Uji Molish sampel X
2 ml larutan sampel (bening) + 2 tetes α-naftol (coklat kehitaman) hbjkjk
larutan putih kehitaman + 2 ml H2SO4 pekat (bening) kedua
lcairan tidak bercampur dan terdapat cincin ungu pada batas kedua
cairan.
b. Uji Tollens sampel X
Pereaksi tollens (keruh) + larutan sampel (bening) larutan keruh.
c. Uji Benedict sampel X
5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes larutan sampel (bening) hbjhb
larutan (biru ) panaskanlarutan terdapat endapan merah.
→
F. PEMBAHASAN
Karbohidrat adalah segolongan besar senyawa organic yang paling
melimpah di bumi. karbohidrat sendiri terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh mahluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada
tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangunan (misalnya selulosa
pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Karbohidrat menyediakan
kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh mahluk hidup.
1. Uji Molisch
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat
dalam larutan gula yang diuji. Adapun larutan gula yang diuji yaitu glukosa,
fruktosa, sukrosa dan laktosa. Dalam percobaan ini, semua larutan gula
ditambahkan α-naftol yang berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan
karbohidrat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. H2SO4 pekat
ditambahkan kedalam kedalam masing-masing larutan gula melalui dinding
tabung, hal ini karenakan larutan H2SO4 bersifat eksotermis sehingga panas dari
larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi. Penambahan H 2SO4
bertujuan untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida sehingga menghasilkan
senyawa fulfural. Fulfural ini kemudian bereaksi dengan α-naftol membentuk
cincin berwarna ungu. Pembentukan cincin ungu terdapat pada batas antara cairan
H2SO4 pekat dan larutan gula.
Pada percobaan uji molish yang dilarutkan, larutan gula yang membentuk
cincin ungu ialah laktosa dan glukosa sedangkan pada larutan sukrosa dan
fruktosa ialah tidak membentuk cincin ungu, melainkan larutan berwarna hitam
dan panas, terjadinya perubahan warna larutan menjadi hitam dikarenakan
bercampurnya larutan gula dengan H2SO4 sedangkan untuk panas yang dihasilkan
dikarenakan sifat H2SO4 yang eksotermis (panas) karena merupakan larutan asam
yang pekat. Berdasarkan teori menurut Sumardjo (2006) menyatakan bahwa
warna violet atau ungu terbentuk adanya karbohidrat serta membentuk senyawa
berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Menurut Cambell (2002)
bahwan golongan karbohidrat monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa
sedangkan golongan karbohidrat disakarida yaitu sukrosa dan laktosa. Dari hasil
percobaan hanya larutan laktosa dan glukosa yang sesuai teori karena
terbentuknya cincin ungu menandakan adanya kandungan karbohidrat, sedangkan
pada larutan fruktosa dan sukrosa tidak sesuai teori karena tidak terbentuk cincin
ungu. Perbedaan teori dan hasil percobaan dikarenakan larutan sukrosa dan
fruktosa yang digunakan sudah tidak baik (rusak). Adapun reaksi yang terjadi:
- Reaksi untuk Glukosa
2. Uji Tollens
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dan gula
non pereduksi. Gula pereduksi akan mereduksi Ag menjadi Ag + yang ada pada
larutan gula sedangkan gula non pereduksi tidak dapat bereaksi dengan pereaksi
tollens. Pereaksi tollens dibuat dari reaksi antara AgNO3 5% yang berfungsi
sebagai penyedia ion Ag+ dan NH4OH 2% yang berfungsi sebagai pelarut yang
melarutkan endapan Ag+. Adapun reaksinya:
2 Ag+ + NO3- + 2 NH4OH Ag2OH + 2 NH4NO3 + H2O
(sukrosa)
3. Uji Benedict
Percobaan ini bertujuan untuk membedakan gula pereduksi dan gula bukan
pereduksi. Adapun larutan gula yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa dan
laktosa. Masing-masing larutan gula tersebut direaksikan dengan pereaksi
benedict dan menghasilkan larutan berwarna biru. Warna biru yang dihasilkan
merupakan warna dari pereaksi benedict yang menandakan belum terjadi reaksi
antara benedict dengan larutan gula. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Setelah pemanasan, pada glukosa, fruktosa,
laktosa dan glukosa terbentuk endapan merah bata. Hal ini menandakan gula
tersebut merupakan gula pereduksi. Namun, berdasarkan teori bahwa glukosa,
fruktosa dan laktosa yang merupakan gula pereduksi sedangkan sukrosa
merupakan gula bukan pereduksi. Terbentuknya endapan merah bata pada larutan
sukrosa disebabkan karena sukrosa yang digunakan sudah tidak bagus dan pipet
yang digunakan untuk mengambil larutan sukrosa sudah digunakan pada larutan
lain.
Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung tembaga (II) sulfat
(CuSO4) dalam larutan natrium natrium sitrat. CuSO 4 pada reaksi benedict
berfungsi untuk mengoksidasi gugus keton atau aldehid bebas pada larutan gula
dan mengalami reduksi. Reaksi antara glukosa dan pereaksi benedict membentuk
endapan merah bata karena glukosa mengandung gugug aldehid bebas yang dapat
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai tembaga (I) oksida (Cu20).
Adapun reaksinya:
Reaksi antara fruktosa dan benedict menghasilkan endapan merah bata
meskipun tidak memiliki gugus karbonil aldehid karena fruktosa mengalami
reaksi isomersasi dengan aldosa dalam larutan basa melalui tautomeri keton
membentuk senyawa aldosa yang memiliki gugus karbonil aldehid, dimana gugus
karbonilnya mengandung atom hidrogen yang dapat dioksidasi menghasilkan
asam karboksilat. Adapun reaksinya:
Ratnayani, K. dkk. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu
Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. (http://www.jurnalkimia.com/) . Jurusan Kimia Fmipa Universitas
Udayana, Bukit Jimbaron. Volume 2 Nomor 2.
Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Wahjudi, dkk. 2005. Kimia Organik II. Malang : Universitas Negeri Malang.
JAWABAN PERTANYAAN