Anda di halaman 1dari 3

BELAJAR BEHAVIORISTIK

a. Definisi Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya
interaksi antara stimulus (ransangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar adalah
bentung perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon maka dari itu seseorang
dikatakan telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perilaku pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon.

Contohnya seperti percobaan yang dilakukan oleh Jhon B. Watson pada seorang bayi
berumur 11 bulan pada awalnya bayi ini tidak takut terhadap binatang seperti tikus yang berbulu
lembut. Namun, setiap saat bayi ini akan mendekati tikus Watson akan memukul sebatang besi
dengan palu akibatnya, bayi ini menjadi takut terhadap tikus itu dan hal-hal yang berhubungan
dengan warna putih dan berbulu lembut lainnya. Disini disimpulkan bahwa bayi tersebut
menerima ransangan(stimulus) berupa suara batang besi yang dipukul dengan palu dan
memberikan respon(tanggapan) takut terhadap hal-hal yang berhubungan dengan warna putih
dan berbulu halus.

b. Revolusi Behavioristik
a) Ivan Pavlov
Teori Ivan Pavlov dikenal sebagai pengkondisian klasik (classical conditioning),
dimana pengkondisian klasik terjadi secara otomatis melibatkan alam bawah sadar
kita. Sebagai contohnya pada percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov pada seekor
anjing yang ketika melihat makanan dia akan mengeluarkan liurnya dan jika
mendengar bunyi lonceng tidak mengeluarkan liurnya maka Pavlov membunyikan
lonceng ketika hendak memberikan anjing itu makanan maka secara tidak sadar
anjing itu setiap kali mendengar bunyi lonceng akan mengeluarkan liurnya. Ini
disebabkan karena anjing itu telah menerima ransangan(stimulus) berupa suara
lonceng dan memberikan respon(tanggapan) berupa air liur.
b) E.L. Thorndike
E.L. Thorndike dikenal dengan kaidah efeknya. Contohnya, Thorndike melakukan
eksperimen dengan seekor kucing yaitu dengan memasukkan kucing kedalam sebuah
kotak dan kemudian kucing tersebut harus berusa untuk keluar dari kotak tersebut
untuk mengambil makanan. Eksperimen ini dilakukan berulang kali sehingga kucing
tersebut semakin lama semakin cepat dia menemukan jalan keluar dari kotak tersebut.
Hal yang dilakukan kucing ini yaitu dengan cara mengulangi perilakunya yang
membuatnya lolos dari kotak tersebut dan tidak mengulangi perilakunya yang akan
mempersulitnya keluar dari kotak.
c) B.F. Skinner
B.F. Skinner dikenal dengan pengkondisian operan yang artinya penggunaan
konsekuensi yang menyenangkan. Dan dapat disimpulkan juga bahwa Skinner
menekankan tentang pentingnya hubungan sebab-akibat antara kondisi linkungan dan
perilaku individu. Sebagai contohnya Skinner melakukan suatu percobaan pada pada
tikus dengan cara merancang sebuah kotak yang didalamnya terdapat tombol jika
ditekan makan mengeluarkan butiran makanan kemudian dimasukkan tikus maka jika
tikus ini menyadari bahwa dengan menekan tombol yang ada di dalam kotak tersebut
membuatnya mendapatkan butiran makanan maka dia akan fokus pada tombol
tersebut dan mengurangi perilaku lain seperti hanya mengitari kotak tersebut.

c. Prinsip Behavioristik
a) Konsekuensi
Setiap perilaku atau tindakan selalu mempunyai konsekuensi, konsekuensi itu sendiri
ada dua macam yaitu konsekuensi menyenangkan atau penguatan (reinforce) dimana
seseorang dapat meningkatkan frekuensi perilakunya contohnya memberikan nilai
yang tinggi kepada siswa yang rajin mengerjakan tugas. Dan ada pun konsekuensi
yang kurang menyenangkan atau hukuman (punisher) yang dapat melemahkan atau
menghilangkan perilaku tersebut. Contohnya seorang siswa dihukum membersihkan
kelas selama 1 minggu karena kedapatan membuang sampah sembarangan.
b) Kesegaran konsekuensi (immediacy of consequence)
Salah satu prinsip terpenting dalam teori pembelajaran perilaku ialah konsekuensi
yang dilakukan dalam waktu terdekat lebih berpengaruh pada perilaku daripada
konsekuensi yang tertunda. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesegaran konsekuensi
adalah tindakan langsung dari seorang guru berupa konsekuensi positif maupun
negatif untuk meningkatkan penguatan atau melemahkan perilaku pada siswa
tersebut. Contohnya untuk siswa kelas awal, dengan memberikan pujian untuk
pekerjaan yang diselesaikan dengan baik secara langsung pada waktu itu juga lebih
memiliki nilai penguatan dari pada nilai yang bagus tapi pada kemudian hari. Begitu
juga untuk siswa yang berperilaku kurang pantas dengan menyentuh bahunya dan
memberikan pengarahan menjadi tindakan penguatan yang lebih berpengaruh dari
pada omelan bibir atau peringatan pada akhir pelajaran.
c) Pembentukan (shaping)
“pembentukan” (shaping) adalah suatu kegiatan pembelajaran kemampuan atau
perilaku baru pada siswa secara bertahap dari mulai terkecil untuk menuju tujuan
yang diinginkan. Prinsip penguatan disini adalah siswa dikuatkan pada perilaku yang
berada pada kemampuan mereka sekarang tetapi juga memperluas kearah
kemampuan yang baru.

d. Kekuatan dan Kelemahan Behavioristik


a) Kekuatan
 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan.
 Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan
tidak produktif.
 membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.
b) Kelemahan
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
 Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata
kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
 Tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel
atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
 Tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan
terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

Anda mungkin juga menyukai