Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN 1
IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

Disusun oleh
Shift/Kelompok: A/4
Arini Gania Shapira 10060320018
Vira Apriliandani 10060320019
Indah Dzakia Utami 10060320020
Livi Kharisma Wibawa 10060320021
Rahmadita Sopyanti 10060320022
Najwa Khalisha Putri 10060320023

Nama Asisten: Silvia Wulandari, S.Farm.


Tanggal Percobaan: 9 Februari 2022
Tanggal Laporan: 16 Februari

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M/1443 H
MODUL I

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Memahami metode identifikasi karbohidrat menggunakan metode Uji
Molisch.
1.2 Memahami metode identifikasi karbohidrat menggunakan metode Uji
Benedict.
1.3 Memahami metode identifikasi karbohidrat menggunakan metode Uji
Barfoed.
1.4 Memahami metode identifikasi karbohidrat menggunakan metode Uji
Seliwanoff .
1.5 Memahami metode identifikasi karbohidrat menggunakan metode Uji
Pati-Iodium.

II. PRINSIP PERCOBAAN


2.1 Uji Molish adalah kondensasi senyawa furfural dan turunannya dengan
α-naftol.
2.2 Uji Benedict adalah reduksi Cu menjadi Cu oleh karbohidrat yang
2+ +

mengandung aldehid dan keton bebas.


2.3 Uji Barfoed adalah reduksi Cu menjadi Cu oleh karbohidrat yang
2+ +

mengandung aldehid dan keton bebas.


2.4 Uji Seliwanoff adalah konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan
hidroksimetil furufural yang kemudian dikondensasi dengan resorsinol.
2.5 Uji Pati-Iodium adalah pembentukan kompleks pati-iodium.

III. TEORI DASAR

3.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber kalori utama bagi manusia selain protein
dan lemak. Karbohidrat juga dapat didefinisikan sebagai polihidroksi aldehid
atau polihidroksi keton. Polihidroksi adalah struktur karbohidrat yang
tersusun Atas banyak gugus hidroksil dan gugus karbonil nya berada di ujung
rantai sedangkan polihidroksi keton merupakan struktur karbohidrat yang
tersusun dari banyak gugus hidroksi dan karbonilnya berada di selain ujung
rantai (Purnomo,2006).
Semua karbohidrat terdiri dari unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O) yang pada umumnya mempunyai rumus kimia (CH O)n. 2

Persamaan lain ialah ikatan-ikatan organik yang menyusun kelompok


karbohidrat ini berbentuk polialkohol. Dari sudut fungsi, karbohidrat
adalah penghasil utama energi dalam makanan maupun di dalam tubuh.
Molekul dasar dari karbohidrat disebut monosakarida atau monosa. Dua
monosa yang saling terikat membentuk disakarida atau diosa, dan 3
monosakarida yang saling terikat diberi nama trisakarida atau triosa. ikatan
lebih dari 3 monosakarida disebut polisakarida. Polisakarida yang
mengandung jumlah monosakarida yang tidak begitu banyak disebut
oligosakarida (Sediaoetama, 2004).

3.2 Klasifikasi Karbohidrat


Karbohidrat memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil.
Senyawa ini juga memiliki gugus hidroksil. Karena itu, karbohidrat
merupakan polihidroksi aldehid dan polihidroksi keton atau turunan
senyawa-senyawa tersebut (Ngili,2009). Karbohidrat dibagi menjadi
beberapa kelas atau golongan dengan sifat-sifatnya terhadap zat-zat
penghidrolisis. Menurut (Sastrohamidjojo,2005) karbohidrat atau gula dibagi
menjadi 4 kelas pokok yaitu:
• Gula sederhana atau monosakarida
Monosakarida merupakan senyawa-senyawa yang mengandung
lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung enam
karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut
pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah polihidroksi aldehid yang
disebut aldosa dan polihidroksi keton yang disebut ketosa. Yang
termasuk monosakarida yaitu:
- Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut
dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam
buah-buahan dan madu lebah (Poedjiadi,2005).
- Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam dan
umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa yaitu
gula yang terdapat dalam susu. Laktosa mempunyai rasa kurang
manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa
juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi
ke arah kanan (Poedjiadi,2005).
- Fruktosa
Fruktosa merupakan heksulosa karena memutar bidang
polarisasi ke kiri. Fruktosa juga merupakan gula termanis dan
terdapat di dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.
Fruktosa dapat terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang
disebut sukrosa dan fruktosa adalah salah satu gula pereduksi
(Budiman,2009).

• Disakarida
Merupakan jenis karbohidrat yang jika dihidrolisis dapat
menghasilkan 2 molekul monosakarida yang sama atau
berbeda. Monosakarida yang berjumlah 2 disatukan oleh sebuah ikatan
o-glikosida untuk membentuk disakarida (Marks,2000). Yang termasuk
disakarida, yaitu:
- Sukrosa
Sukrosa biasanya terdapat pada batang tebu, bit, sorgum,
nanas juga wortel. Hidrolisis dengan enzim sukrosa
menghasilkan glukosa dan fruktosa (Asmadi,2008).
- Laktosa

Laktosa atau gula susu terdapat dalam air susu hewan


mamalia. Pada proses hidrolisis menggunakan asam atau enzim
laktosa dihasilkan glukosa dan laktosa (Asmadi,2008).

- Maltosa
Maltosa terdiri dari 2 unit glukosa dan maltosa. Maltosa
juga merupakan gula pereduksi yang bisa didapatkan dari
amilum, glikogen, dan biji gandum. Hidrolisis maltosa
menghasilkan 2 molekul glukosa (Asmadi,2008).

• Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida yang
mengandung banyak satuan monosakarida yang dihubungkan oleh
ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari polisakarida akan
menghasilkan monosakarida (Marks, 2000). Yang termasuk
polisakarida yaitu:
- Selulosa
Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai
dalam dinding sel pelindung. Selulosa juga adalah polimer
berantai panjang dan tidak bercabang.
- Amilum

Amilum adalah homopolimer glukosa dengan ikatan -


glukosida. amilum juga merupakan bentuk karbohidrat yang
disimpan dalam karbohidrat tanaman.

• Oligosakarida
Oligosakarida merupakan karbohidrat yang mengandung 3
sampai 12 monosakarida. Oligosakarida dapat dijumpai dalam
komponen karbohidrat glikoprotein dan glikolipid juga di antara produk
pencernaan kanji (Haribi,2009).
3.3 Sifat Karbohidrat

Sifat kimia karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang


terdapat pada molekul nya yaitu gugus -OH, gugus aldehid dan gugus keton:

• Sifat mereduksi, monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai


sifat dapat mereduksi terutama dalam keadaan basa. Sifat sebagai
reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat
maupun analisis kuantitatif. Sifat ini disebabkan oleh adanya gugus
aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat.
• Pembentukan furfural, dalam larutan asam yang encer, walaupun
dipanaskan monosakarida umumnya stabil. Tetapi bila dipanaskan
dengan asam yang pekat, monosakarida akan menghasilkan furfural
atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural adalah reaksi dehidrasi
atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
• Pembentukan ozason, semua karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan membentuk ozason jika dipanaskan
bersama fenilhidrazin berlebih. Ozon yang yang terjadi mempunyai
bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat
(Poedjiadi,2007).

3.4 Identifikasi Karbohidrat


Identifikasi dapat dilakukan diantaranya yaitu uji molisch, uji
seliwanoff uji Benedict uji barfoed uji fehling uji iodin dan uji anthrone
(Sumardjo,2006).
• Uji molisch
Merupakan uji kualitatif dalam bidang kimia yang digunakan
untuk menunjukkan ada atau tidaknya kandungan karbohidrat di dalam
sampel uji melalui proses hidrolisis asam. Dengan prinsip kondensasi
senyawa furfural dan turunannya dengan α-naftol. Uji ini ditandai
dengan warna ungu untuk reaksi positif dan warna hijau untuk negatif.
• Uji Benedict dan uji barfoed
Uji benedict berdasarkan gula yang mengandung gugus aldehid
atau keton bebas akan mereduksi ion Cu dalam suasana alkalis menjadi
2+

Cu yang mengendap sebagai Cu O (kupro oksida) berwarna merah


+
2

bata. Uji ini untuk mendeteksi adanya gula pereduksi. Uji barfoed
memiliki prinsip berupa mekanisme Cu dari pereaksi barfoed dalam
2+

suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi


monosakarida dari pada disakarida (biru) menghasilkan Cu O (kupro
2

oksida) berwarna merah bata. Uji ini bertujuan untuk membedakan


monosakarida, disakarida,dan polisakarida.
• Uji seliwanoff
Uji seliwanoff adalah uji yang dilakukan untuk membedakan gula
aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton
atau aldehida gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton
ia adalah ketosa sebaliknya jika mengandung gugus aldehida ia adalah
aldosa. Uji ini didasarkan atas fakta bahwa ketika dipanaskan ketosa
lebih cepat terhidrasi daripada aldosa.
• Uji Pati iodium
Uji ini didasarkan pada penambahan iodium pada suatu
polisakarida yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi
berwarna spesifik. Pati atau amilum dengan iodium menghasilkan
warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, glikogen dan
sebagian pati yang terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk
warna merah coklat.
• Uji fehling
Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagen
yang digunakan adalah CuSO 4 dan NaOH. Digunakan untuk
menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Pereaksi ini dapat
direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi,
juga dapat direduksi selain oleh reduktor lain.
• Uji antrone
Prinsip uji ini sama dengan uji seliwanoff dan molisch yaitu
menggunakan senyawa H SO untuk membentuk senyawa furfural lalu
2 4

membentuk kompleks dengan pereaksi anthrone sehingga membentuk


warna biru kehijauan.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


4.1 Uji Molisch
Disiapkan 9 tabung reaksi, kemudian pada tabung reaksi1 sampai 4
dimasukkan larutan monosakarida yaitu larutan glukosa, arabinosa, galaktosa
dan fruktosa, pada tabung reaksi 5 sampai 7 dimasukkan larutan disakarida
yaitu larutan sukrosa, maltosa dan laktosa dan pada tabung 8 dan 9
dimasukkan larutan polisakarida yaitu larutan 1% pati dan selulosa.
Kemudian pada masing-masing tabung reaksi dimasukkan reagen molisch
sebanyak 3 tetes, kemudian dikocok pelan-pelan, kemudian pada masing-
masing tabung reaksi ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding di
dalam tabung yang dimiringkan. Terjadinya warna pada bidang batas antara
kedua lapisan cairan menunjukkan reaksi positif.
4.2 Uji Benedict
Disiapkan 3 tabung reaksi, kemudian dimasukkan 1 ml reagen benedict
pada masing-masing tabung reaksi, kemudian pada tabung reaksi 1
dimasukkan larutan galaktosa, pada tabung reaksi 2 dimasukkan larutan
laktosa dan pada tabung reaksi 3 dimasukkan larutan sukrosa. Selanjutnya
masing-masing tabung reaksi disimpan didalam penangas air mendidih
selama 3 menit, kemudian tabung reaksi dibiarkan dingin. Selanjutnya
diamati perubahan warna dan endapan (endapan hijau, kuning atau merah
menunjukkan reaksi positif).
4.3 Uji Barfoed
Disiapkan 4 tabung reaksi, kemudian pada masing-masing tabung
reaksi dimasukkan reagen barfoed segar, kemudian pada tabung reaksi 1
dimasukkan larutan fruktosa, pada tabung reaksi 2 dimasukkan larutan
galaktosa, pada tabung reaksi 3 dimasukkan larutan sukrosa dan pada tabung
reaksi 4 dimasukkan larutan laktosa. Selanjutnya masing-masing tabung
reaksi disimpan didalam penangas air mendidih, direbus selama 1 menit atau
lebih hingga terjadi reaksi reduksi terjadi. Kemudian tabung reaksi yang telas
dipanaskan dibiarkan dingin pada air mengalir selama 2 menit.
4.4 Uji Seliwanoff
Disiapkan 3 tabung reaksi, kemudian pada tabung 1 dimasukkan 3 tetes
glukosa ke dalam 1 ml reagen seliwanoff, pada tabung 2 dimasukkan 3 tetes
fruktosa ke dalam 1 ml reagen seliwanoff dan pada tabung 3 dimasukkan 3
tetes sukrosa ke dalam 1 ml reagen seliwanoff. Selanjutnya masing-masing
tabung reaksi disimpan didalam penangas air mendidih, selama 60 detik dan
diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Terjadinya perubahan warna
merah dan endapan menunjukan reaksi positif untuk ketosa, bila endapan
dilarutkan dalam alkohol terjadi larutan warna merah.
4.5 Uji Pati-Iodium
Disiapkan 3 tabung reaksi, kemudian dimasukkan 3 ml larutan pati 1
%. Selanjutnya pada tabung reaksi 1 dimasukkan 2 tetes air, pada tabung
reaksi 2 dimasukkan 2 tetes 6 N HCl dan pada tabung reaksi 3 dimasukkan 2
tetes NaOH 6 N. Kemudian pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan
1 tetes 0,01 M larutan iodium. Kemudian masing-masing tabung reaksi
dipanaskan hingga timbul warna dan dicatat perubahan warna yang terjadi.
Dan diamati juga 3 ml larutan glukosa yang ditambahkan satu tetes 0,01 M
larutan iodium.

V. HASIL PENGAMATAN

6.1 Uji Molish


No Sampel Uji Hasil Pengamatan
1. Glukosa Menjadi warna coklat muda (-)
2. Arabiatosa Menjadi warna ungu kehitaman (++)
3. Galaktosa Menjadi warna ungu kehitaman (++)
4. Fruktosa Menjadi warna ungu kehitaman (lebih pekat) (+++)
5. Sukrosa Menjadi warna ungu kehitaman (lebih pekat) (+++)
6. Maltosa Menjadi warna ungu kehitaman (++)
7. Laktosa Menjadi warna ungu kehitaman (++)
8. 1% Pati Menjadi warna ungu kehitaman (lebih pekat) (+++)
9. selulosa Menjadi warna coklat muda (-)

6.2 Uji Benedict


No Sampel uji Hasil Pengamatan
1. Monosakarida (galaktosa) Terdapat endapan merah (+)
2. Disakarida (sukrosa) Biru tua tidak ada endapan (-)
3. Disakarida (laktosa) Terdapat endapan berwarna merah (+)
4. Blanko Biru tua tidak ada endapan (-)

6.3 Uji Barfoed


No Sampel Hasil Pengamatan
Uji
1. Fruktosa Berwarna biru dan terdapat endapan berwarna merah bata
(+++)
2. Galaktosa Berwarna biru pekat, dan terdapat endapan berwarna merah
bata (+++)
3. Sukrosa Berwarna biru dan tidak terdapat endapan (-)
4. Laktosa Berwarna biru dan tidak terdapat endapan (-)
5. Blanko Berwarna biru dan tidak terdapat endapan (-)

6.4 Uji Seliwanoff


No Sampel Uji Hasil Pengamatan
1. Glukosa Kuning dan tidak terjadi perubahan warna (-)
2. Fruktosa Terjadi perubahan warna menjadi orange kemerahan (+)
3. Sukrosa Terjadi perubahan warna menjadi orange kemerahan (+)
4. Blanko Kuning dan tidak terjadi perubahan warna (-)

6.5 Uji Pati – Iodium


No Sampel Uji Hasil Pengamatan
1. Pati + air Sebelum dipanaskan berwarna biru pudar, dan setelah
dipanaskan menjadi warna ungu (+)
2. Pati + 6N Sebelum dipanaskab berwarna biru kehitaman (pekat), dan
HCl setelah dipanaskan menjadi warna ungu kehitaman (sangat
pekat) (+)
3. Pati + Sebelum dipanaskan berwarna kuning pudar, dan setelah
NaOH 6N dipanaskan menjadi bening (-)
4. Blanko Sebelum dipanaskan tidak berwarna, dan setelah dipanaskan
aquades tidak ada perubahan (-)
5. Blanko HCl Sebelum dipanaskan tidak berwarna, dan setelah dipanaskan
tidak ada perubahan (-)
6. Blank Sebelum dipanaskan tidak berwarna, dan setelah dipanaskan
NaOH tidak ada perubahan (-)
7. Glukosa Sebelum dipanaskan berwarna kuning pudar, dan setelah
dipanaskan tetap berwarna kuning pudar (-)

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi karbohidrat yang


bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya karbohidrat dalam suatu
sampel, mampu membedakan monosakarida dan disakarida, mampu
membuktikan adanya polisakarida, serta mampu membuktikan adanya gula
pereduksi. Pada praktikum identifikasi karbohidrat ini, menggunakan lima
macam uji, diantaranya yaitu uji Molich, uji Benedict, uji Bafroed, uji
Seliwanoff, dan uji Pati-Iodium

6.1 Uji Molisch


Uji Molisch adalah uji yang didasarkan pada prinsip hidrolisis
karbohidrat menjadi monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentose
akan mengalami dehidrasi dengan asam pekat menjadi furfural. Sementara
golongan heksosa menjadi hidroksi-metilfurfural menggunakan asam organic
pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alcohol akan bereaksi
dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
(Sumardjo, 2006).
Pada percobaan pertama yaitu uji Molisch, dengan dimasukkan 1 ml
larutan karbohidrat ke dalam 9 tabung reaksi yaitu glukosa, arabinosa,
galaktosa, fruktosa, sukrosa, maltose, laktosa, 1% pati, dan selulosa.
Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch ke dalam masing-masing
tabung dan dikocok perlahan. Tujuan pengocokkan yaitu agar larutan
karbohidrat dan pereaksi Molisch homogen. Setelah homogen, masing-
masing tabung reaksi dimiringkan dan dialiri 1 ml asam sulfat pekat melalui
dinding tabung reaksi agar tidak bercampur. Pada uji ini, asam sulfat pekat
berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural Kemudian diamati warna pada bidang batas antara kedua cairan. Pada
saat diamati, semua tabung yang semula berwarna keruh, setelah ditetesi asam
sulfat pekat berubah menjadi warna ungu serta terdapat cincin pada batas
diantara pereaksi dengan larutan uji. Cincin tersebut terbentuk dari
reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat. Furfural yang dihasilkan akan
bereaksi dengan reagen Molisch, α-naftol membentuk cincin yang berwarna
ungu kemerahan (Sumardjo, 2006). Dapat disimpulkan bahwa semua larutan
uji mengandung karbohidrat karena menghasilkan warna ungu seperti teori
yang disampaikan oleh (Sumardjo, 2006).
Persamaan Reaksi :
6.2 Uji Benedict
Uji Benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki
guggus aldehid atau keton bebas. Uji Benedict didasarkan pada reduksi Cu²⁺
menjadi Cu⁺ oleh karbohidrat yang mengandung aldehid dan keton bebas
dalam suasana alkalis (Sumardjo, 2006).
Pada uji Benedict, dilakukan pada larutan galaktosa, sukrosa, dan
laktosa. Pertama-tama disiapkan 3 tabung reaksi, kemudian dimasukkan 1 ml
reagen Benedict pada setiap tabung dan ditambahkan 3 tetes larutan
galaktosa, sukrosa, dan laktosa. Setelah itu, ketiga tabung dipanaskan di
penangas air selama 3 menit, kemudian didinginkan dan diperhatikan
perubahan warna dan enndapan nya. Tujuan dipanaskan di penangas air yaitu
untuk melepaskan O₂. Pada hasil pengamatan diperoleh bahwa pada larutan
galaktosa dan laktosa terdapat endapan merah yang menandakan adanya
gugus aldehid/keton bebas yang tereduksi oleh ion tembaga dan membentuk
karboksilat. Sedangkan pada larutan sukrosa tidak terdapat endapan karena
sukrosa tidak memiliki gugus aldehid/keton bebas yang dapat mereduksi
reagen benedict sehingga hasil reaksinya negatif (tidak ada perubahan)
(Winarno, 1984).
Persamaan Reaksi :

6.2 Uji Bafroed


Uji Bafroed merupakan uji yang digunakan untuk membedakan
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Uji Bafroed memiliki prinsip
berupa mekanisme Cu²⁺ dari pereaksi Bafroed dalam suasana asam akan
direduksi lebih cepat oleh gyla reduksi monosakarida daripada disakarida dan
menghasilkan Cu₂O berupa endapan berwarna merah bata (Winarno, 1984).
Pada uji Bafroed dilakukan pada fruktosa, sukrosa, galaktosa, dan
laktosa. Pertama-tama, disiapkan 4 tabung reaksi, dimasukkan 1 ml reagen
Bafroed segar dan 1 ml larutan fruktosa, galaktosa, sukrosa, dan laktosa pada
masing-masing tabung. Kemudian disimpan dalam penangas air mendidih
selama 1 menit atau hingga terjadi reduksi. Setelah itu dibiarkan dingin pada
air mengalir selama 1 menit. Pada percobaan tersebut, diperoleh pada fruktosa
dan galaktosa terjadi perubahan warna menjadi agak keruh dan terdapat
endapan merah yang menandakan bahwa fruktosa dan galaktosa positif
monosakarida. Hal tersebut terjadi karena fruktosa dan galaktosa memiliki
gula pereduksi. Sedangkan pada larutan sukrosa dan galaktosa tidak terjadi
perubahan warna dan rtidak terdapat endapan karena sukrosa dan galaktosa
merupakan gula non-pereduksi. Hasil tersebut sudah sesuai dengan literatur
yang disampaikan oleh (Winarno, 1984).
Persamaan Reaksi :

6.3 Uji Seliwanoff


Menurut Hawab (2004), Uji seliwanoff merupakan uji identifikasi
karbohidrat yang termasuk kedalam uji spesifik untuk karbohidrat golongan
ketosa. Uji seliwanoff ini termasuk kedalam uji spesifik untuk karbohidrat
golongan basa. Prinsip menggunakan uji ini untuk konversi fruktosa menjadi
asam levulinate dan hidroksimetil furfural yang dikondensasi dengan
resorsinol. Uji ini memiliki tujuan untuk membuktikan adannya gugus ketosa
dari suatu bahan.
Pada percobaan kali ini digunakan pereaksi yang berwarna kuning
dimasukkan terlebih dahulu kedalam 3 tabung reaksi dan blanko masing-
masing sebanyak 1 mL. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi 3 tetes
larutan glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Lalu tabung reaksi disimpan didalam
penangas air mendidih selama 60 detik sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah. Uji karbohidrat yang memiliki gugus aldosa dan ketosa
sehingga dilakukannya pemanasan yang tujuannya untuk membantu
mempercepat reaksi hidrolisa disakarida dan mendapatkan hasil
monosakarida ketosa yang akan memberikan hasil poritif atau berwarna
merah. Penyebab timbulnya warna merah merupakan hasil kondensasi
resorsinol yang didahului pembentukan hidroksi metil furfural.
Hasil yang didapatkan pada uji seliwanoff dengan larutan fruktosa yang
menjadi warna merah, hal ini sudah terbukti bahwa teridentifikasi adannya
kandungan ketosa. Jika dari sampel glukosa tidak dihasilkan perubahan warna
ketika sudah dilakukan pengujian, hal ini dikarenakan glukosa merupakan
karbohidrat dari gugus aldosa, ketika gugus aldosa direaksikan dengan
pereaksi seliwanoff akan bereaksi bukan mendehidrasi sedangkan blanko
tidak terjadi perubahan warna.
Persamaan Reaksi:

6.4 Uji Pati-Iodium


Menurut Sumardjo (2006), Uji Pati-Iodium merupakan suatu
polisakarida yang menyebabkan terbentuknya kompleks adsorpsi berwarna
spesifik. Prinsip menggunakan uji ini untuk pembentukan kompleks pati-
iodium. Uji ini memiliki tujuan untuk memisahkan antara polisakarida,
monosakarida dan disakarida.
Pada percobaan kali ini digunakan 3 tabung reaksi dan blanko, kedalam
3 tabung reaksi dimasukan 3 mL larutan pati 1%. Pada tabung 1 ditambahkan
2 tetes air, tabung 2 ditambahkan 2 tetes 6 N HCl, dan tabung 3 ditambahkan
2 tetes NaOH 6 N. Setelah itu, setiap tabung ditambahkan satu tetes 0.01 M
larutan iodium kemudian tabung reaksi dipanaskan hingga terjadi perubahan
warna dan 3 mL larutan glukosa ditambahkan 1 tetes 0.01 M larutan iodium.
Hasil yang didapatkan pada uji Pati-Iodium terjadi perubahan warna
menjadi warna biru dengan hasil positif. Hal ini disebabkan oleh, Pati dalam
suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Pada tabung yang berisi pati dengan air berubah
menjadi biru tua, hal ini dikarenakan sudah terjadi ikatan dengan pati. Tabung
yang berisi pati dengan HCl berubah menjadi biru, hal ini dikarenakan derajat
keasaman mempengaruhi ikatan pati dan iodium. Tabung yang berisi pati
dengan NaOH berubah menjadi bening atau tidak berwarna dan menunjukkan
hasil negatif, hal ini dikarenakan dalam suasana basa pati dan iodium tidak
berikatan (Fessenden, 1986).
Persamaan Reaksi:
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan kali ini, dapat disimpulkan
bahwa pada Uji Molisch terhadap sampel karbohidrat terjadi perubahan
warna menjadi ungu tua yang menandakan reaksi positif.
Pada Uji Benedict dengan larutan galaktosa menghasilkan warna
coklat, laktosa menghasilkan warna merah bata yang menandakan reaksi
positif dan sukrosa tidak menghasilkan perubahan warna yang menghasilkan
reaksi negatif.
Pada Uji Barfoed, larutan yang menunjukkan adannya gula
monosakarida adalah larutan fruktosa dan galaktosa yang mendapatkan hasil
endapan merah bata.
Pada Uji Seliwanoff, larutan fruktosa dan sukrosa menghasilkan warna
merah dengan reaksi positif.
Pada Uji Pati-Iodium, untuk larutan pati dicampur air dan HCl
menghasilkan warna biru tua dengan reaksi positif, sedangkan larutan pati
yang dicampur NaOH tidak menghasilkan perubahan dengan tidak
menunjukkan adannya hidrolisis pati.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Budiman. (2009). Karbohidrat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Haribi. (2009). Biokimia 1 Karbohidrat dan Denaturasi Protein. Semarang:
Universitas Muhammadiyah.
Ngili, Yohanis. (2009). Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marks. (2002). Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta: EGC.
Poedjiadi. (2005). Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Purnomo. (2006). Biologi. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Sumardjo. (2006). Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.
Sastrohamidjojo, Hardjono. (2005). Kimia Organik
Stereokimia,Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sediaoetama, A.D. (2004). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid ke-
1. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai