Anda di halaman 1dari 20

ACARA I

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT


I. TUJUAN
Mengidentifikasi karbohidrat baik secara umum maupun untuk karbohidrat yang
memiliki gugus pereduksi dengan reaksi warna.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Karbohidrat
II.1.1
Pengertian
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia,
yang menghasilkan 4kj/gram.Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian lemak. Tetapi sebagian besar
karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pada tanaman
karbohidrat dibentukdari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno FG,
2004).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2 O ;
misalnya,rumus molekul glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). senyawa in
pernah disangka hidrat dan karbon,sehingga disebut karbohidrat
(Fessenden,1986).
II.1.2
Klasifikasi
II.1.2.1
Monosakarida
Monosakarida tidak memiliki warna, berbentuk kristal dan larut
dalam air tetapi tak larut dalam pelarut nonpolar. Memiliki rumus
empiris(CH2O)n dimana n = 3 atau angka yang lebih besar. Rangkaatom
karbon pada golongan ini tidak bercabang dan setiap karbon kecuali
nomor satu memiliki sebuah ikatan hidroksil (Lehninger, 1970).
1

Monosakarida tak dapat diuraikan


lebih lanjut dengan hidrolisis.
Monosakarida paling sederhana
umum ialah Glukosa. Glukosa adalah
suatu aldoheksosa dan sering disebut
dekstrosa karena mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi

Gambar 1 Strukur D-Glukosa

kearah kanan (Poedjiadi,1994).


II.1.2.2

Oligosakarida
Oligosakarida yang paling umum adalah disakarida, tersusun dari

2 monosakarida (identik atau berbeda) yang digabungkan oleh ikatan


glikosida yang dapat dihidrolisasikan. dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Disakarida yang paling umum ialah maltose, laktosa dan

sukrosa. Maltosa terbentuk dari dua molekul D-glukosa. Ikatan yang


terjadi ialah antara atom karbon 1 dan 4. Maltose mudah larut dalam
air.Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida yang tersusun dari glukosa
dan fruktosa [O--D-fructofuranosyl-(21)--D-glucopyranoside].
Banyak terkandung dalam tanaman dan dikenal sebagai gula dapur. Tidak
seperti kebanyakan disakarida dan oligosakarida, sukrosa tak memiliki
gugus anomer bebas karena kedua gugus anomerik dari kedua heksosa
saling berikatan satu sama lain. Karena ini lah sukrosa tidak bermutarotasi, tidak bereaksi dengan phenilhydrazine membentuk osazon dan
tak bersifat reduktor.Hidrolisa dari sukrosa menjadi D-Glukosa dan DFruktosa sering disebut inversi. Pembentukan glukosa dan fruktosa
diiringi dengan perubahan muatan dalam rotasi optis dari dekstro ke levo.
Gula ini sering disebut gula invert (Lehninger, 1970).

II.1.2.3

Polisakarida
2

Polisakarida merupakan polimer monosakarida, biasanya tidak larut


dalam air, dalam larutan biasa membentuk koloid dan biasanya tidak
mempunyai rasa manis. Homopolisakarida merupakan polisakarida yang
apabila dihidrolisis menghasilkan satu jenis monosakarida, sedang
heteropolisakarida menghasilkan laritan yang mengandung dua atau lebih
jenis monosakarida. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah
amilum, glikogen dan selulosa (Dahlqvist,1987).
Polisakarida merupakan kelompok karbohidrat yang paling banyak
terdapat di alam. Polisakarida merupakan senyawa makromolekul yang
terbentuk dari banyak sekali satuan (unit) monosakarida. Jumlah
polisakarida ini terdapat jauh lebih banyak daripada oligo maupun
monosakarida. Sebagian dari polisakarida membentuk struktur tanaman
yang tak dapat larut misalnya selulosa dan hemiselulosa. Sebagian lagi
membentuk senyawa cadangan pangan berbentuk pati dala tanaman atau
glikogen pada sel-sel hewan (William, 1994).
II.1.3

II.1.3.1

Sifat Karbohidrat
Sifat karbohidrat berhubungan erat dengan gugus fungsi yang terdapat
pada molekulnya, yaitu gugus OH, gugus aldehida dan keton.
Sifat Mereduksi
Golongan karbohidrat monosakarida bereaksi positif terhadap
larutan fehling, dimana terdapat kegiatan mereduksi larutan fehling di
larutan tersebut. (Sastrohamidjojo, 2005)
Pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga tembaga
bermartabat dua berubah menjadi tembaga bermartabat satu
(Sumardjo, 2006)

II.1.3.2

Pembentukan Furfural
Larutan asam encer, monosakaridanya umumnya stabil
walaupun dipanaskan. Apabila dipanaskan dengan asam kuat yang

pekat maka monosakarida akan menghasilkan furfural. Reaksi


pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari suatu senyawa. Furfural dapat membentuk senyawa
berwarna apabila direaksikan dengan naftol karena heksosa
yangterhidrasi akan menghasilkan hidroksilmetilfurfural. Dalam
pembentukan furfural digunakan pereaksi molisch. Apabila pereaksi
ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian ditambahkan asam
sulfat pekat akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara
kedua lapisan tersebut terdapat cincin berwarna ungu (Poedjiadji,
1994).
II.1.3.3

Pembentukan Osazon
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton
bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin
berlebih. Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazine, mula-mula
terbentuk D-glukosafenilhidrazon, kemudian reaksi berlanjut sehingga
terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa, dan manosa dengan

II.1.3.4

fenilhidrazine menghasilkan osazon yang sama (Poedjiadji, 1994).


Isomerasi
Apabila pada larutan asam encer monosakarida dapat stabil,
tidak demikian halnya apabila monosakarida dilarutkan dalam basa
encer. Glukosa dalam larutan basa encer akan sebagian berubah
menjadi fruktosa dan manosa sehingga tidak stabil (Poedjiadji, 1994).

II.2
II.2.1

Uji Karbohidrat
Uji Molisch
Uji Molisch adalah uji yang memiliki prinsip hidrolisis karbohidrat
menjadi monosakarida. Uji ini bukan uji spesifik untuk karbohidrat.Uji ini
ditandai dengan warna ungu kemerah-merahan untuk reaksi positif,
sedangkan warna hijau untuk negatif. (Sumardjo, 2006).

Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu -naphthol


yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4
pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak
sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan. H2SO4
pekat (dapat digantikan asam kuat lainnya) berfungsi untuk menghidrolisis
ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian
bereaksi dengan reagent Molisch, -naphthol membentuk cincin yang
berwarna ungu.Cincin berwarna merah ungu pada batas ke dua cairan
menunjukkan adanya karbohidrat dalam contoh. (Winarno, FG, 2004)
II.2.2

Uji Benedict
Uji Benedict berdasarkan pada gula yang mengandung gugus

aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+dalam suasana alkalis,
menjadi Cu+yang mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida) berwarna merah
bata. Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanismeCu2+dari pereaksi
Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat olehgula reduksi
monosakarida dari pada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O (kupro
oksida) berwarna merah bata. (Sumardjo 2006).
II.2.3

Uji Fehling
Uji fehling menggunakan pereaksi fehling yang terdiri dari campuran

kupri sulfat, Na-K-tartrat dan natrium hidroksida dengan gula pereduksi dan
dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna merah kecoklatan
(Sudarmadji et all, 1986)
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%,
pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan
apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%,
endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan (Poedjiadi, 1994).
II.2.4

Pembentukan Osazon (Reaksi Fenilhidrazin)

Uji osazon, Aldosa ataupun ketosa dengan fenilhidrazin dan dipanaskan


akan membentuk hidrason atau osazon. Senyawa ini terjadi karena gugus
aldehid ataupun ketonik dari karbohidrat berikatan dengan fenilhidrazin.
Reaksi antar senyawaan tersebut merupakan reaksi oksido-reduksi atom C
yang mengalami reaksi adalah atom C nomor satu dan dua dari aldosa atau
ketosa. Fruktosa dan glukosa menunjukkan osazon yang sama (Soedarm,
1989).
II.2.5

Uji Selliwanof
Uji Seliwanoff dipakai untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya

fruktosa. Pereaksi Seliwanof adalah resorsinol dalam asam klorida encer.


Prinsip dari uji Seliwanof ini adalah jika setelah pencampuran larutan lalu
dilakukan pemanasan selama 60 detik, maka sakarida yang tergolong ketosa
adalah yang berwarna merah (Sumardjo,2006).

III.METODE PRAKTIKUM
6

III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat:
1. 9 buah tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu spirtus
4. Penjepit
5. Pipet tetes
6. Preparat
7. Mikroskop
III.1.2 Bahan
1. 1 cc Sukrosa
2. 2 tetes Molisch
3. 1 cc H2SO4
4. 2 cc Glukosa
5. 1 cc Benedict
6. 0,5 cc Maltosa
7. 0,5 cc Laktosa
8. 1 cc Fehling A
9. 1 cc Fehling B
10. 2 cc Fruktosa
11. 1 tetes Asam asetat
12. 2 tetes Fenilhidrazin
13. 0,1 gram Natrium asetat padat
14. 1 cc reagen Selliwanof
15. Korek
16. Label keterangan
III.2
Cara Kerja
1. Uji Molisch
1. Menyiapkan 2 buah tabung reaksi kemudian masing-masing ditempel
2.
3.
4.
5.

label keterangan
Mengisi tabung reaksi I dengan 1 cc sukrosa ditambah 2 tetes Molisch,
Mengisi tabung reaksi II dengan 1 cc H2SO4
Memiringkan tabung reaksi II sebesar 45
Memasukan isi tabung reaksi I ke tabung reaksi II secara perlahan

melalui dinding tabung supaya terlihat perbedaan lapisan


6. Mengamati perubahan yang muncul
2. Uji Benedict
1. Menghidupkan spirtus
2. Menyiapkan 1 buah tabung reaksi kemudian ditempel label keterangan
3. Mengisi tabung reaksi dengan 0,5 cc glukosa ditambah 1 cc Benedict

4. Menjepit bagian atas tabung reaksi menggunakan penjepit tabung,


kemudian dipanaskan selama 1 menit
5. Mengamati perubahan warna larutan
6. Mematikan spirtus
3. Uji Fehling
1. Menghidupkan spirtus
2. Menyiapkan 3 buah tabung reaksi kemudian masing masing ditempel label
keterangan
3. Mengisi tabung reaksi I dengan 0,5 cc glukosa, tabung reaksi II dengan
0,5 cc maltosa dan tabung reaksi III dengan 0,5 cc laktosa
4. Menambahkan 1 cc Fehling A dan 1 cc Fehling B ke masing-masing
tabung reaksi
5. Menjepit bagian atas tabung reaksi menggunakan penjepit tabung,
kemudian dipanaskan
6. Mengamati hingga larutan berubah warna
7. Mematikan spirtus
4. Uji Osazon
1. Menghidupkan spirtus
2. Menyiapkan 2 buah tabung reaksi kemudian masing masing ditempel label
keterangan
3. Mengisi tabung reaksi I dengan 1 cc glukosa dan tabung reaksi II dengan 1
cc fruktosa
4. Menambahkan 1 tetes asam asetat glasial, 2 tetes fenilhidrazin dan 0,1
gram Natrium asetat padat ke masing-masing tabung reaksi
5. Menjepit bagian atas tabung reaksi menggunakan penjepit tabung,
kemudian dipanaskan sampai mendidih
6. Mematikan spirtus saat mendidih kemudian mendinginkan tabung reaksi
7. Mendiamkan tabung reaksi sampai muncul endapan
8. Mengambil endapan dari tabung menggunakan pipet tetes, kemudian
meneteskan ke preparat untuk mengamati endapan di mikroskop
5. Selliwanof
1. Menghidupkan spirtus
2. Menyiapkan 1 buah tabung reaksi kemudian ditempel label keterangan
3. Mengisi tabung reaksi dengan 1 cc reagen Selliwanof dan 1 cc larutan
sampel berupa fruktosa

4. Menjepit bagian atas tabung reaksi menggunakan penjepit tabung,


kemudian dipanaskan selama 30 detik sampai mendidih
5. Mengamati perubahan warna larutan
6. Mematikan spirtus

IV. HASIL PENGAMATAN

PERCO

CARA KERJA

O
1

BAAN
Uji

1cc sukrosa

Molisch

2 tetes molisch

DOKUMENTASI
PROSES
Tabung 1
(1 cc sukrosa + 2 tetes
molish)

Tabung 1

HASIL
Muncul cincin
berwarna ungu
yang membatasi
antara larutan

Tabung 2 (1 cc

tabung I dan

H2SO4)

larutan tabung II.


Sehingga hasil

Pengamatan

percobaan (+)
Tabung 2
(1 cc H2SO4 + 2 tetes

mengandung
karbohidrat.

molisch )

Memasukkan isi tabung


I ke tabung II, posisi
tabung II miring 45

Terbentuk cincin
berwarna ungu yang
membatasi antara
larutan tabung I dan
larutan tabung II

Uji
Benedict

O,5 cc glukosa
1 cc benedict

Sebelum dipanaskan
10

berwarna biru

Warna larutan
Benedict
mengalami

Pemanasan 1

V.

PEMBAHASAN
Praktikum Acara I ini membahas tentang analisa kualitatif karbohidrat
yang bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat secara umum maupun
untuk karbohidrat yang memiliki gugus pereduksi dengan reaksi warna.
Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fakultas Sains dan Matematika
UNDIP pada hari Senin tanggal 18 April 2016 pada pukul 10.00 1200 WIB.
Pada praktikum analisa kualitatif karbohidrat ini dilakukan beberapa uji
karbohidrat antara lain:
V.1 Uji Molisch
Uji Molisch merupakan campuran antara -naftol dalam pelarut alkohol.
Uji ini untuk mendeteksi senyawa-senyawa karbohidrat yang mudah
didehidrasi oleh asam sulfat pekat menjadi senyawa furfural atau senyawa
furfural tersubstitusi. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat
oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi
metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural.

11

Menurut Sumardji (2010), mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah


karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida,
lalu monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi
furfural. Jika
senyawanya
berupa heksosaheksosa maka
senyawa yang
terbentuk berupa
hidroksimetil
Gambar 2 Pembentukan Furfural (Sumber : David J
Holme;1998)

furfural. Furfural
tersebut dengan

adanya -naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna


ungu. Dehidrasi pentose akan menghasilkan furfural, dehidrasi heksosa akan
menghasilkan hidroksimetil furfural sedangkan dehidrasi ramnosa membentuk
metil furfural
Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan glukosa dan larutan
fruktosa. Pada tabung I (1cc<16 tetes> sukrosa + 2 tetes molish)
menghasilkan warna putih keruh. Pada tabung 2 (1 cc H2SO4 + 2 tetes molish)
menghasilkan warna merah bata. Fungsi H2SO4 ini untuk pembentukan
senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Lalu tabung 1 dimasukkan ke
dalam tabung 2 dengan kemiringan 45o.secara perlahan melalui dinding
tabung supaya terlihat perbedaan lapisan
Setelah diamati dengan adanya pada percobaan dengan larutan glukosa
dan larutan fruktosa didapat data hasil pengamatan bahwa terbentuk dua
lapisan yang diantara dua lapisannya berwarna ungu yang membatasi antara
lautan sukrosa dan H2SO4, ini berarti bahwa larutan menunjukkan reaksi yang
positif terhadap uji molisch.

12

Menurut Sumardji (2010), dapat disimpulkan pada percobaan ini dengan


menggunakan pereaksi Molisch akan muncul warna ungu dalam
mengidentifikasi kandungan karbohidrat sehingga sesuai dengan hasil
praktikum yang didapat.
V.2 Uji Benedict
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan
direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O
berwarna merah bata. Tujuan dari Uji Benedict adalah untuk mengidentifikasi
gula pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid.
Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas
tembaga sulfat dan larutan natrium karbonat dan natrium sitrat, mula-mula
glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu
mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata. Persamaan reaksi yang
terja di pada uji Benedict. Reaksi umum yang terjadi pada pereaksi benedict
ini adalah:
O
R

OH

C u ( c itr a te ) 2

2-

An Aldose Benedicts

Carboxylat

reagent (blue

C u 2O

(s )

Brick-red prepitate

e anion

solution)
Gambar : Pembentukan Cu2o (Sumber : Sir William
Ramsey;1962)

Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan glukosa. 0,5 cc (8 tetes)
larutan glukosa ditambahkan dengan 1 cc benedict awalnya berwarna biru lalu
kedua campuran tersebut dipanaskan diatas pemanas spirtus selama 1 menit
sehingga warna berubah menjadi merah bata. Fungsi adanya dipanaskan ini
bertujuan untuk mempercepat reaksi.

13

Menurut Sumardjo (2008), glukosa yang diberi larutan benedict akan


terjadi perubahan warna dari biru menjadi kemerah-merahan dan akhirnya
terbentuk endapan merah bata kupro oksida konsentrasi karbohidrat pereduksi
cukup tinggi. Jadi dapat disimpulkan terjadinya perubahan warna dari biru
menjadi merah bata, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel uji positif
mengandung karbohidrat karena glukosa termasuk gula pereduksi.
V.3 Uji Fehling
Menurut Sudarmadji et all (1986), Uji fehling menggunakan pereaksi
fehling yang terdiri dari campuran kupri sulfat, Na-K-tartrat dan natrium
hidroksida dengan gula pereduksi dan dipanaskan akan terbentuk endapan
yang berwarna merah kecoklatan.
Menurut Keenan (1986), Uji fehling ini digunakan untuk mengetahui
adanya kandungan gula pereduksi dalam karbohidrat. Gula pereduksi adalah
karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi lemah seperti Cu
dalam pereaksi fehling. Agar berfungsi sebagai gula pereduksi, karbohidrat
harus mempunyai fungsi aldehid atau gugus fungsi hemi asetal yang dapat
membuka menjadi aldehid. Dari ketiga bentuk glukosa, hanya bentuk asiklik
yang dioksidasi oleh pereaksi fehling. Akhiran -osa digunakan dalam
tatanama karbohidrat sistematik untuk menyatakan suatu gula pereduksi.
Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4)
dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).
Larutan yang diuji dalam uji ini adalah larutan glukosa, maltose dan
laktosa. Pada langkah kerja, tiga tabung yang masing-masing berisi larutan
tersebut sebanyak 0,5 cc (8 tetes), masing-masing beri 1 cc fehling A dan 1 cc
fehling B. Setelah itu tiga tabung tersebut dipanaskan sampai berubah warna.
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam

14

karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil


sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
Reaksi umum dari pereaksi Fehling ini adalah:
O

O
R

2CuO

2OH

Aldehid Larutan Fehling

OH

Asam

Cu2O

H2 O

Endapan Merah Bata

Karboksilat
Gambar : Pembentukan endapan merah bata (Sumber : Acton, 2013)

Berdasarkan Sudarmadji et all (1986) , dapat disimpulkan pada tabung


pertama yang berisi larutan glukosa sebelum dipanaskan berwarna hijau
lumut,setelah dipanaskan berubah menjadi warna merah bata, ini berarti
bahwa larutan menunjukkan reaksi yang positif terhadap uji fehling. Warna
merah bata tersebut menandakan bahwa larutan sample tersebut merupakan
gula pereduksi dan mengandung gugus aldehid atau keton bebas. Pada tabung
yang kedua yang berisi larutan laktosa sebelum dipanaskan berwarna hijau
lalu setelah dipanaskan berubah menjadi warna merah bata. ini berarti bahwa
larutan menunjukkan reaksi yang positif terhadap uji fehling. Warna merah
bata tersebut menandakan bahwa larutan sample tersebut merupakan gula
pereduksi dan mengandung gugus aldehid atau keton bebas. Pada tabung yang
kedua yang berisi larutan laktosa yang semula berwarna hijau setelah
dipanaskan berubah menjadi warna merah bata juga. Pada tabung ketiga berisi
larutan maltose yang semula berwarna biru setelah dipanaskan tidak
menunjukkan perubahan warna. hal ini disebabkan karena amilu merupakan
polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif dengan fehling. Maltose bukan
gula perduksi yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, sehingga tidak
terjadi oksidasi maltosa dan larutan fehling, yang menyebabkan larutan tetap
berwarna biru setelah dipanaskan. ini berarti bahwa larutan menunjukkan
reaksi yang negatif terhadap uji fehling.
15

V.4 Uji Osazon


Pada uji Osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehida atau keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan
membentuk hidrazon atau osazon. Uji Osazon bertujuan untuk mengamati
perbedaan spesifik bagi tiap karbohidrat melalui penampang endapan yang
dihasilkannya.
Menurut Sumardjo (2006), Osazon adalah suatu Kristal berwarna kuning
yang larut dalam air, dan terbentuk apabila kita memanaskan monosakarida
atau disakarida pereduksi dengan fenilhidrazin. Osazon, baik aldosazon
maupun ketosazon, merupakan nama umum. Tahap-tahap reaksi pembentukan
aldosazon sedikit berbeda dengan tahap reaksi pembentukan ketosazon. Pada
pembentukan aldosazon dari aldosa, bagian yang aktif adalah radikal formil
dan radikal hidroksil pada atom C2. Gugus-gugus lain tidak mengalami
perubahan. Sebuah molekul fenilhidrazin dipakai untuk mengoksidasi alkohol
sekunder menjadi keton.
Pada langkah kerja, mempersiapkan dua tabung yang kemudian diisi 1 cc
larutan glukosa pada tabung pertama dan 1 cc larutan fruktosa pada tabung
kedua. Kemudian masing-masing tabung berikan 1 tetes asam asetat glacial
serta 2 tetes fenilhidrozin. Kemudian 0,1 gram Na asetat padat di tuangkan
kedalam kedua tabung tersebut. Lalu tabung reaksi tersebut dipanaskan
hingga mendidih kemudian didinginkan dan diamati perubahannya. Pada
perlakuan saat didinginkan selama 5 menit ini bertujuan agar larutan ini
mengendap pada dasar tabung.
Pada hasilnya, kedua tabung yang awalnya berisi cairan bening atau tidak
berwarna setelah dipanaskan tabung pertama yang berisi larutan glukosa
berwarna putih seperti kapur dan membentuk endapan di dasar tabung reaksi
berwarna merah bata. Endapan tersebut di amati menggunakan mikroskop.
Hasil setelah diamati dengan mikroskop endapan tersebut tidak terbentuk
16

Kristal tetapi hanya bulat-bulat seperti air. Percobaan yang dilakukan ini
hasilnya negatif,yang disebabkan adanya kurang lamanya tabung reaksi
tersebut dipanaskan. Seharusnya saat di amati di mikroskop endapan tersebut
membentuk kristal. Pada tabung kedua yang berisi larutan fruktosa sebelum
dipanaskan tidak berwarna lalu setelah dipanaskan berwarna kuning keruh
serta terbentuk endapan di dasar tabung reaksi.endapan tersebut diamati
menggunakan mikroskop, terbentuk Kristal .

(Sumber : Nugraha, 2009)

Berdasarkan penelitian dari Yusuf (2013) menyatakan bahwa osazon dari


disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan,
namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida dan keton
yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas., sebaliknya osazon
monosakarida tidak larut dalam air mendidih.
Berdasarkan Sumardjo (2006), dapat disimpulkkan dari uji osazon ini
terdapat pengkristalan dalam endapan yang terjadi menunjukkan bahwa
sampel mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan hasil endapan dari
sampel fruktosa yang diamati dibawah mikroskop, sehingga dapat
disimpulkan bahwa fruktosa positif mengandung karbohidrat. Sedangkan
glukosa negatif karena tidak terjadi pengkristalan.
V.5 Uji Selliwanof

17

Menurut Sumardjo (2006), uji Seliwanoff bertujuan menunjukkan adanya


ketoheksosa, misalnya fruktosa. Pereaksi Seliwanof adalah resorsinol dalam
asam klorida encer. Prinsip dari uji Seliwanof ini adalah jika setelah
pencampuran larutan lalu dilakukan pemanasan selama 60 detik, maka
sakarida yang tergolong ketosa adalah yang berwarna merah.
Menurut Sumardjo (2006), dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan ini,
yaitu dehidrasi fruktosa oleh HCl yang ada dalam pereaksi Seliwanoff
membentuk hidroksimetilfurfural dan kondensasi hidroksimetilfurfural yang
terbentuk dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah. Sakarosa
akan memberikan hasil yang sama bila diuji dengan uji ini sebab sakarosa
akan mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa dalam proses ini.
Fruktosa yang terbentuk akan memberikan warna merah

Pada langkah kerja, tabung reaksi yang berisi 1 cc larutan fruktosa yang
ditambahkan dengan 1 cc reagen selliwanof dipanaskan dan didihkan selama
30 detik.Tujuan dari pemanasan ini untuk mempercepat adanya reaksi kimia
yang hasilnya menunjukkan dengan adanya perubahan warna.
Hasil dari pengamatan diperoleh pada saat sebelum dipanaskan larutan
tersebut berwarna cokelat tua lalu setelah dipanaskan berwarna merah.
Menurut Sumardjo (2006),dapat disimpulkan dari percobaan ini fruktosa
18

dengan Selliwanof akan menghasilakn larutan spesifik yaitu warna merah


yang mengidentifikasi adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis
monosakarida. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan bahwa fruktosa setelah
dilakukan pemanasan berubah warna dari coklat menjadi warna mera

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum tentang analisa kualitatif karbohidrat dapat
disimpulkan bahwa pada uji Molisch muncul cincin berwarna ungu yang
menuntukkan adanya kandungan karbohidrat. Pada uji Benedict , larutan sampel
berubah warna menjadi merah bata yang menunjukkan bahwa terdapat kandungan
karbohidrat. Pada uji Fehling, glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi
karena mengalami perubahan warna, sedangkan maltosa bukan gula pereduksi.
Pada uji Osazon, endapan fruktosa mengkristal sedangkan endapan glukosa tidak
mengkristal. Dan pada uji Selliwanof, warna larutan fruktosa berubah menjadi
merah bata.

19

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga


Yusuf, Muhammad. 2013. Pengaruh Alkali dan Pembentukan Osazon [laporan

penelitian]. Politeknik Negeri Jember.

Page, David S.1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.


Fessenden, Ralp J dan Joan S.Fessenden, 1986, Kimia Organik, Edisi Ketiga,

Penerjemah: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Jakarta : Erlangga


Poedjiadi, Anna.1994. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

Press
Winarno, F.G.1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

20

Anda mungkin juga menyukai