2. Uji Benedict
Larutan Glukosa
Larutan Sukrosa
Larutan Pati
Tabung reaksi 3 buah
Pereaksi Benedict
Water bath
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua
jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam
suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk
mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau, merah, atau
orange(Dasyanti, 2013, p.1-2).
Larutan-larutan tembaga basa, bila direduksi oleh karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas akan membentuk kupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning
sampai merah. Larutan glukosa 1% dan larutan fruktosa 1% menghasilkan hasil positif uji
benedict karena keduanya berasal dari golongan monosakarida atau gula pereduksi.
Sedangkan larutan sukrosa 1% dan larutan amilosa 1% menunjukkan hasil negatif, karena
bukan dari golongan gula pereduksi. Larutan sukrosa 1% berasal dari golongan disakarida
dan larutan amilosa 1% berasal dari golongan polisakarida.
3. Uji Biuret
Larutan albumin 2ml
Larutan KOH 20% 1ml
Larutan CuSO4 1%
Tujuan dari uji biuret adalah untuk mengetahui adanya ikatan peptida. Prinsip kerja
dari uji ini adalah warna ungu menunjukkan adanya ikatan peptida, hal ini membuktikan
bahwa Cu dari CuSO4 aktif dan berikatan dengan N dari peptida pada telur, sehingga
membentuk ikatan Cu-N berwarna ungu. Hasil yang didapat pada albumin adalah terbentuk
cincin warna ungu. Warna ungu terbentuk karena adanya ikatan antara Cu2+ dari CuSO4
dengan N yang berasal dari putih telur menjadi CuN yang menyebabkan warna larutan
berwarna ungu. Penambahan NaOH encer digunakan sebagai pensuasana basa. Sumardjo
(2006) menyatakan bahwa reaksi biuret positif (ungu) untuk semua jenis protein dan hasil-
hasil antara hidrolisisnya jika masih mempunyai satu atau lebih ikatan peptida, dan negatif
untuk asam amino. Hasil yang didapat dari praktikum sesuai dengan literatur bahwa albumin
pada putih telur mengandung ikatan peptida.
4. Uji Iodium Kanji & Hidrolisis Kanji
Akuades
Larutan pati 1%
Larutan glukosa 1%
Larutan Sukrosa 1%
Pereaksi iodin 1%
HCL untuk hidrolisis
Uji Karbohidrat Metode Iodin
Kondensasi iodin dengan karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan
warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa
yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya. Bentuk ini menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada
kompleks tersebut (Fessenden, 1986).
Larutan amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih bening.
Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan berwarna
ungu didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat
pemanasan. Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses
hidrolisis pati yang tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir amilum
(Diwan, 2012).
Ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan
terbentuk kembali pada saat didinginkan. Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang
sehingga iod mudah terlepas, sama halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan
mengerut sehingga iod kembali terikat dengan amilum. Hal ini karena kemampuan
menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa. Pengujian amilum dilakukan
dalam suasana asam, basa dan netral. Penambahan larutan iod 0,01 M pada air pada suasana
basa tidak terjadi perubahan warna karena iod tidak berikatan dengan amilum (Sherly, 2012).
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila
dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan
iodium yang akan memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan
dengan iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan
iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012).
Amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada larutan berbentuk heliks
yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh molekul iod di dalamnya. Namun, setelah
dilakukan pemanasan, warna larutan menjadi bening. Hal ini disebabkan karena adanya
pemutusan ikatan Iod dengan glukosa tadi atau terjadi penguraian ion (pelepasan iod dari
amilum) karena adanya perubahan suhu yang tinggi. Setelah didinginkan, larutan kembali
berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu
karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan (Raandesky,
2011).
Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati (suatu polisakarida), ketika dilakukan
percobaan dengan tiga kondisi yaitu kondisi, netral, asam dan basa, yaitu pada masing-
masing tabung ditambahkan 2 tetes air pada tabung I (netral), 2 tetes HCl pada tabung II
(asam) dan 2 tetes NaOH pada tabung III (basa). Kemudian ketiga tabung tersebut
dipanaskan, setelah dipanaskan pada tabung I dengan kondisi netral diperoleh (+2 tetes air)
tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan
warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion
iodida pada heliks.
Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi
sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam
Natrium Hidroksida (NaOH)
Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa pada uji iodin. Pada
pengujian larutan amilum dan iod‚ NaOH menghalangi terjadinya reaksi antara amilum
dengan iod. Hal ini disebabkan karena iod bereaksi dengan basa sehingga tidak mengalami
reaksi dengan amilum. Keadaan ini terjadi sebab NaOH yang sudah ada dalam larutan lebih
dulu bereaksi dengan iod membentuk senyawa NaI dan NaOI‚ sehingga pada uji dengan
penambahan NaOH tidak terjadi perubahan pada larutan amilum (Anonim, 2011).
Aquadest
Penambahan akuades pada penetapan karbohidrat metode iodin adalah sebagai larutannetral
(Anonim, 2011).
Asam Klorida (HCl)
Penambahan HCl pada pengujian karbohidrat memiliki memiliki fungsi yang sama dengan
pereaksi lainnya seperti, HSO4. Keduanya berfungsi untuk menghidrolisis polisakarida
menjadi monosakarida penyusunnya. Amilum yang telah ditambah dengan asam klorida
ketika diuji dengan larutan iodium, menunjukkan hasil yang negatif, maka dapat disimpulkan
bahwa amilum telah terhidrolisis dengan sempurna (Sativa, 2008).
Uji Lemak
Uji emulsi= minyak dan air (bisa ditambah alcohol dan eter dan chloroform)
Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain di mana
keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan
suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat
berupa protein, brom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama
disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air.
Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya
tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga
mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Uji kelarutan minyak
Pada umumnya, lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam
alkohol dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton,
benzene, atau pelarut nonpolar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi
yang tidak stabil karena bila dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua
lapisan. Sebaliknya, minyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang
stabil karena asam lemak yang bebas dalam larutan lemak bereaksi dengan soda
membentuk sabun. Sabun mempunyai daya aktif permukaan, sehingga tetes-tetes
minyak tersebar seluruhnya.
Uji Saponifikasi= minyal 1ml, larutan KOH,
Lemak dan minyak dapat terhidrolisis, lalu menghasilkan asam-asam lemak dan
gliserol. Proses hidrolisis yang disengaja bisa dilakukan dengan penambahan basa
kuat, seperti NaOH atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol dan
sabun. Proses hidrolisis minyak oleh alkali disebut reaksi penyabunan atau
saponifikasi.