ACARA PRAKTIKUM II
“UJI FEHLING”
OLEH :
LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
I. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada sampel.
II. DASAR TEORI
1. Definisi uji fehling
Uji Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat dengan adanya
karbohidrat pereduksi. Hasil uji menunjukkan bahwa glukosa dan sukrosa merupakan
gula yang dapat mereduksi larutan fehling dan sebagai karbohidrat pereduksi. Hal ini
dapat dinyatakan bahwa golongan karbohidrat monosakarida dan disakarida positif
terhadap kegiatan mereduksi larutan fehling tersebut. Pereaksi fehling ditambah
karbohidrat kemudian dipanaskan, akan terbentuk endapan merah bata pada hasil akhir.
Berikut adalah reaksi yang terjadi: 2 Cu2+ + 2 OH → 2 Cu2O + H2O.
Dalam pereakksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan menjadi Cu2O. Fehling B berfungsi untuk mencegah Cu2+ mengendap
dalam suasana alkalis. Sedangkan pada sampel amilum yang tetap berwarna biru
disebabkan karena amilum merupakan polisakarida yang tidak dapat bereaksi positif
dengan pereaksi Fehling. Amilum bukan gula pereduksi yang tidak mempunyai gugus
aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi oksidasi antara amilum dengan larutan
Fehling. Pereaksi fehling dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai siat
mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas dua
larutan, yaitu larutan fehling A dan larutan fehling B.
Uji fehling digunakan untuk menguji kandungan gula tereduksi dalamsuatu sampel.
Pengujian ini didasarkan pada keberadaan gugus aldehid atauketon bebas. Reagen fehling
dibagi menjadi dua, yaitu fehling A (tembaga (II)sulfat) dan fehling B (KOH dan natrium
kalium tartarat). Larutan fehling
akan bereaksi dengan monosakarida dan disakarida yang memiliki gugus aldehidatau
keton bebas, sehingga tidak bereaksi dengan sukrosa yang tidak memilikigugus aldehid
4 Uji benedict
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi
semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa.
Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton
bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau
tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO 3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna hijau,
merah, atau orange.(Desyanti, 2013).
Uji benedict ditemukan oleh seorang ahli kimia Amerika bernama Stanley Rossiter
Benedict. Uji benedict adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan karbohidrat pada suatu larutan. Metode ini memanfaatkan reaksi kimia antara
gula pereduksi dengan ion tembaga yang menghasilkan endapan berwarna merah bata.
Warna tersebut berasal dari senyawa tembaga (I) oksida yang terbentuk dari hasil reaksi.
Uji benedict ini hanya bisa digunakan untuk mengetahui karbohidrat yang mengandung
gula pereduksi seperti semua jenis monosakarida dan disakarida pereduksi (maltosa dan
laktosa). Disakarida non-pereduksi seperti sukrosa dan polisakarida tidak bereaksi positif
dengan uji ini. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict
karena keduanya mengandung aldehida sedangkan sukrosa dan polisakarida tidak
memiliki gugus aldehid.
III. ALAT DAN BAHAN
Bahan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Air keran
- Aquades
- Glukosa 1gr
- Reagen benedict 5 ml
- Urine 1 ml
- Aluminium foil
- Kertas label
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
- Penjepit kayu
- Hot plate
- Tabung reaksi
- Gelas beker
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Timbangan analitik
IV PROSEDUR KERJA
1. Ditimbang 1 gr glukosa
2. Ditambahkan 50 ml aquades untuk melarutkan glukosa
3. Disiapkan 3 tabung reaksi yang diberi label A (tidak ada sampel),B(sampel 1),dan C
(sampel 2)
4. Ditambahkan 1 ml aquades di tabung A, 1ml sampel di tabung B dan 1 ml di tabung
C.
5. Dipipet 5 ml reagen benedict dan dimasukan masing masing tabung reaksi berlabel.
6. Dididihkan tabung A,B, dan C.
7. Dicatat seluruh perubahan yang terjadi seperti warna dan endapan selama pemanasan
untuk setiap tabung.
V HASIL PENGAMATAN
Pada praktikum yang sudah dilakukan dengan judul uji benedict yang memiliki
tujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada sampel dimana gula pereduksi adalah
gula yang memiliki gugus karbonil bebas berupa gugus aldehid atau gugus keton yang bisa
mereduksi ion logam yang memiliki muatan. Dalam analisis uji benedict kandungan gula
pereduksi ditandai dengan perubahan warna endapan menjadi hijau,merah bata,kuning,
tergantung banyaknya kadar gula pereduksi dalam suatu larutan.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat 3 tabung reaksi yang diberi
label A(tidak ada sampel), tabung B (sampel 1) dan tabung C (sampel 2) . Lalu diberi label
tabung A sebagai kontrol (aquades+benedict), tabung B glukosa (glukosa + benedict), dan
tabung C urine(urin + benedict). Pada tabung A terdapat sampel awal aquades adalah bening,
lalu sampel aquades 1 ml ditambahkan dengan 5 ml reagen benedict sebelum dipanaskan
warnanya adalah biru muda, sesudah dipanaskan warnanya tetap biru muda dan endapannya
berwarna biru muda. Hal ini dikarenakan sebagai kontrol yang memiliki fungsi untuk
membandingkan apakah tabung B dan C warna dan endapannya sama atau berbeda dan
Karena ketiadaan gugus gula pereduksi ini akibat sudah berikatan satu sama lain, meskipun
waktu pemanasan warnanya tetap menjadi biru muda.
Pada sampel kedua glukosa, hasil yang didapat dari uji benedict ini adalah positif. Hal
ini ditandai dengan berubahnya warna larutan sebelum dan sesudah pemanasan. Sebelum
pemanasan, larutan berwarna biru muda kehijauan. Setelah pemanasan, larutan berubah warna
menjadi biru kehijauan dan endapannya merah bata. Hasil positif yang didapat ini sudah
sesuai. Glukosa merupakan gula paling sederhana dan mempunyai gugus gula pereduksi
sehingga dapat mereduksi reagen benedict dari CuO menjadi Cu 2O. Namun perubahan warna
menjadi merah bata tidak akan secepat apabila sampel fruktosa yang direaksikan dengan
reagen benedict. Hal ini terjadi karena gugus gula yang dimiliki glukosa berupa aldosa,
sehingga membutuhkan waktu untuk di transformasi menjadi ketosa untuk kemudian di
dehidrasi. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi kerbohidrat yang dilihat dimana
tabung ini terdapat endapan merah bata karena terdapat glukosa.
Pada sampel ketiga, urin, hasil yang didapat pada uji benedict berbeda. Hal ini ditandai
dengan berubahnya warna larutan sebelum dan sesudah pemanasan. Sebelum pemanasan,
larutan berwarna biru muda. Setelah pemanasan, larutan berubah warna menjadi biru
kehijauan dan endapannya hijau. Hal ini dikarenakan pada tabung C mengandung
monosakarida.
Dari praktikum dapat juga diketahui banyaknya endapan merah bata yang terbentuk
sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urine. Komposisi urine berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar
yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh.
Kadar glukosa akan meningkat seiringan dengan pencernaan dan penyerapan glukosa
dari maka gula reduksi dapat mereduksi ion logam karena mempunyai gugus aldehida atau
keton yang dapat menarik kembali O2 dari logam basa, sehingga logam akan tereduksi dan
mengendap sebagai. Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus
aldehida atau keto bebas. Pada uji benedict terdapat 2 indikator karena uji benedict tujuannya
untuk menentukan ada nya gula pereduksi,gula perduksi itu terdiri dari gula monosakarida
pereduksi dan disakarida pereduksi jika indicator berwana merah berarti terdapat gula
monosakarida pereduksi , jika indikator berwarna biru kehijauan maka terdapat gula pereduksi
disakarida.
Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak hanyan spesifik terhadap
glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil yang positif.
Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam pereaksi benedict
menjadi kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat diperkirakan secara kasar (semi
kuantitatif) kadar gula dalam urin. Terbentuknya endapan merah ini diakibatkan karena
pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula
yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan
terbentuknya kuprooksida berwarna merah.
Uji benedict juga uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa
dan maltosa. Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat gula yang dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak spesifik terhadap glukosa,
gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberi hasil yang positif.
(Darwis, 2021) menyatakan bahwa prinsip kerja dari uji benedict ini adalah pereaksi
benedict yang mengandung suasana basa akan tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan
membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali
Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan
tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau
merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.
Urin atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
(Suprapta, 2018)
Pereaksi benedict berfungsi sebagai pereaksi yang digunakan untuk menentukan kadar
glukosa yang terkandung dalam urine. Glukosa yang ada dalam urine ditandai dengan
berubahnya larutan menjadi merah bata setelah dipanaskan. Pereaksi bennedict akan bereaksi
dengan gugus aldehid pada glukosa, kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi
keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki
gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam
suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict (Timbangnusa, 2013).
Terbentuknya warna-warna endapan tersebut sesuai dengan konsentrasi glukosa yang
terkandung di dalam larutan. Dimana, semakin besar kadar glukosa maka semakin banyak
pula endapan yang terbentuk. Hal ini juga disebabkan karena konsentrasi glukosa yang
semakin tinggi sehingga menyebabkan banyak glukosa yang mereduksi kuprioksida sehingga
bereaksi positif dengan pereaksi bennedict sehingga menyebabkan banyak terbentuk endapan.
Sehingga dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui bahwa kadar glukosa terbanyak
terdapat pada tabung B dan C.
VII KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tabung
A sebagai kontrol digunakan untuk membandingkan apakah tabung B dan C sama. Pada
tabung B terdapat endapan merah bata disebabkan karena terdapat sedikit monosakarida dan
gula pereduksi .
VIII SARAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka saran yang tepat adalah dalam
melakukan praktikum sebaiknya lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan, gunakan petunjuk
praktikum dengan baik dan benar serta menggunkan prosedur yang baik sebelum melakukan
percobaan seperti menggunakan masker daan sarung tangan.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, D. Y. (2021). Konsep dasar ilmu gizi kesehatan. Universitas Islam Negeri Makassar,
1885. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/tydu4
Desyanti, N. L. M. (2013). Analis Kesehatan, 2(2), 1–23. Metode Analisis Kualitatif Dan
Kuantitatif Karbohidrat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik
Kesehatan Denpasar https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51928255/207749486-
Analisa-Kualitatif-Dan-Kuantitatif-Karbohidrat-pdf-libre.pdf?1487997674=&response-
contentdisposition=inline%3B+filename
%3DAnalisa_Kualitatif_Dan_Kuantitatif_Karbo.pdf&Expires=1671615157&Signature=
S
Fitri, A. S., & Fitriana, Y. A. N. (2020). Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat. Sainteks,
17(1), 45. https://doi.org/10.30595/sainteks.v17i1.8536
Poedjiadji, A. (2006). Dasar Dasar Biokimia (P. Soemodimedjo (ed.); UI Press). UI PRESS.
Suprapta, K. A. (2018). Analisis Urin. Research Gate, 02(04), 1–7.
LAMPIRAN
Gambar 5. Pemanasan tabung ,A,B Gambar 6. pemanasan tabung C diatas hot plate
hot plate
Gambar 7. Sampel sesudah dipanaskan