“Analisis Karbohidrat”
Disusun Oleh :
Nama : Meilin Kawete
Nim : 17 506 026
Prodi/Kelas : Pendidikan Kimia (A)
Kelompok :1
Hari/Tanggal : Selasa, 05 November 2019
Tempat : Laboratorium Terpadu
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019
A. Judul Percobaan
“Analisis Karbohidrat”
B. Tujuan
Uji Kestabilan Gelung Heliks Pati dengan Uji Iodin (Iodine Test) :
Untuk mengamati kestabilan struktur gelung heliks pati (amilum) dengan uji
iodin terhadap pengaruh pemanasan.
Uji Benedict :
Menentukan adanya gula pereduksi dalam suatu larutan.
C. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam bahan
pangan. Karbohidrat mempunyai zat gizi yang terdapat dalam makanan yang tersusun
dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) dengan rumus fungsi karbohidrat
adalah (CH2O)n. Karbohidrat adalah monomer dan polimer dari aldehid dan keton yang
memiliki beberapa gugus hidroksil yang melekat. Fungsi karbohidrat bagi tubuh adalah
sebagai sumber energi utama tubuh, cadangan energi dalam otot dan hati, untuk
memperlancar pencernaan, dan sebagai pemanis alami. Jenis karbohidrat yang terdapat
dalam makanan pada umumnya di bagi menjadi tiga jenis berdasarkan ukuran
molekulnya yaitu :
Monosakarida, Disakarida dan Polisakarida. Masing-masing dari senyawa ini
memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dalam biokimia. Monosakarida merupakan
zat yang mereduksi dikarenakan adanya gugus karbonil. Biasanya disebut dengan
menambahkan akhiran ose/osa (dalam istilah indonesia). Seperti gluocose (glukosa) dan
fructose (fruktosa). Akhiran osa ini sering digunakan sebagai nama umum. Selain itu,
penggolongan monosakarida pada jumlah atom oksigen yang terdapat di dalam
senyawa. Contoh senyawa monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa dan
sebagainya. Disakarida (Oligosakarida) sangat penting untuk farmasi. Disakarida
merupakan gabungan dua atau lebih monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosida. Contoh senyawa disakarida yaitu sukrosa (gula pasir), laktosa (gula susu) dan
maltosa. Sukrosa merupakan satu-satunya disakarida yang banyak terdapat pada tanam-
tanaman, sari buah, air batang tebu, dan sebagainya. Polisakarida merupakan senyawa
yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan monosakarida. Polisakarida sering juga
dinamakan senyawa bukan gula karena rasanya tidak manis. Monomer-monomer
polisakarida yaitu monosakarida dihubungkan oleh rantai glikosid yang dapat dipecah
dengan cara hidrolisis. Contoh senyawa polisakarida yaitu amilum, selulosa dan
glikogen.
1. Uji Kestabilan Gelung Heliks Pati dengan Uji Iodin (Iodine Test)
Uji ini untuk melihat kestabilan gelung heliks pati dalam suatu larutan.
Ketika larutan pati direaksikan dengan pereaksi iodin maka akan terbentuk
warna biru-hitam (adanya warna ini menandakan dalam larutan (+) pati), hal
tersebut disebabkan karena iod akan masuk ke dalam kumparan molekul pati
membentuk kompleks pati-iod (warna biru-hitam). Senyawa kompleks ini
hanya stabil ketika dalam larutan dingin. Saat dilakukan pemanasan,
kestabilan kompleks akan terganggu, sehingga warna biru-hitam akan hilang
karena kumparan molekul pati merenggang dan iod lepas dari kumparan,
tetapi warna akan kembali menjadi biru-hitam bila larutan didinginkan.
Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent yang
digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai
poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar),
sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai
pendek seperti disakarida dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks
sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin. Amilum dengan iodin dapat
membentuk kompleks biru, amilopektin dengan iodin akan memberi warna
merah ungu sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk
warna merah coklat (Monruw, 2010).
Pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru. Sifat
ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh
struktur molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan,
spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru
menghilang. Dari percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan
merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari
dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari
dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warna merah.
Sedang dekstrin dengan polimer 6,7 dan 8 membentuk warna coklat. Polimer
yang lebih kecil dari lima tidak memberikan warna dengan iodin (Winarno,
2004).
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks berwarna biru. Pati
dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis menjadi senyawa
yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan memberikan
warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan iodium
maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan
iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012). Larutan
amilum setelah ditetesi iodium (sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih
bening. Namun, setelah dipanaskan warna larutan tetap putih bening tetapi
ada endapan berwarna ungu didasar tabung reaksi. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat pemanasan. Adapun endapan yang
muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses hidrolisis pati yang
tidak sempurna. Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir amilum (Diwan,
2012).
Ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus
saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat didinginkan. Apabila
dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga iod mudah terlepas,
sama halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan mengerut sehingga
iod kembali terikat dengan amilum. Hal ini karena kemampuan
menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa. Pengujian
amilum dilakukan dalam suasana asam, basa dan netral. Penambahan larutan
iod 0,01 M pada air pada suasana basa tidak terjadi perubahan warna karena
iod tidak berikatan dengan amilum (Sherly, 2012).
Amilum bereaksi dengan molekul iod karena struktur amilum pada
larutan berbentuk heliks yang berbentuk kumparan sehingga dapat diisi oleh
molekul iod di dalamnya. Namun, setelah dilakukan pemanasan, warna
larutan menjadi bening. Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan ikatan
Iod dengan glukosa tadi atau terjadi penguraian ion (pelepasan iod dari
amilum) karena adanya perubahan suhu yang tinggi. Setelah didinginkan,
larutan kembali berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan antara iod
dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan
terbentuk kembali pada saat didinginkan (Raandesky, 2011).
2. Uji Benedict
Ketika gula pereduksi dipanaskan dalam kondisi basa (alkali) maka
gula pereduksi ini akan mereduksi ion Cu2+ yang ada dalam pereaksi
Benedict menjadi ion Cu+ yang diendapkan sebagai tembaga (I) oksida
(Cu2O) yang tidak larut. Cu2O ini merupakan endapan berwarna merah bata.
Uji Benedict digunakan untuk identifikasi karbohidrat dengan reaksi
gula pereduksi. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula-gula yang
mengandung gugus aldehid atau keton bebas, dengan membentuk kupro
oksida berwarna. Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Uji Benedict dilakukan pada suasana basa yang
menyebabkan terjadinya transformasi isomeric. Pada suasana basa, reduksi
ion Cu+ dari CuSO4 oleh gula-gula pereduksi akan berlangsung dengan
cepat membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah bata. Pereaksi
Benedict terdiri dari logam Cu dan larutan basa kuat seperti gambar berikut.
E. Prosedur Kerja
1. Uji Kestabilan Gelung Heliks Pati dengan Uji Iodin (Iodine Test)
- Disiapkan tabung reaksi sebanyak 1 buah
- Dimasukkan 5 mL larutan pati 1% ke dalam tabung reaksi,
- Lalu ditambahkan 10 tetes larutan iodin 2%. (Warna biru-hitam
menunjukkan hasil positif adanya pati)
- Kemuadian campuran tersebut dipanaskan dalam air mendidih
- Lalu diamati perubahan yang terjadi.
- Setelah itu campuran didinginkan kembali dan diamati kembali
perubahan yang terjadi.
2. Uji Benedict
- Disiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah
- Dimasukkan sebanyak 5 mL larutan Benedict pada setiap tabung reaksi
- Lalu ditambahkan 8 tetes bahan yang akan diuji (larutan gula pasir, gula
cair, madu, susu, pati 1%, putih telur 1% dan akuades secara terpisah),
- Kemudian dikocok dan dididihkan selama 2 menit atau dipanaskan
dalam penangas air selama 5 menit.
- Lalu Dinginkan perlahan
- Setelah itu diamati warna dan endapan yang terbentuk. (Perubahan warna
dalam larutan tidak menunjukkan reaksi positif. Hasil positif ditunjukkan
bila terdapat endapan berwarna hijau, kuning, atau endapan merah bata)
Pembahasan:
Pada uji ini, menggunakan larutan tepung kanji. Setelah itu, larutan
kanji ditambahkan dengan 10 tetes larutan iodin 2%, campuran berubah
warna menjadi warna biru kehitaman hal ini menunjukkan bahwa pati
menghasilkan larutan yang positif terhadap kandungan polisakarida sehingga
menghasilkan warna biru kehitaman. Terbentuknya warna biru kehitaman
disebabkan molekul amilosa dan amilopektin yang membentuk suatu
molekul dengan molekul dari larutan iodin. Uji iodium ini bertujuan untuk
memisahkan antara polisakarida, monosakarida dan disakarida. Setelah
dipanaskan, campuran berubah menjadi warna bening karena senyawa
kompleks tersebut hanya stabil dalam keadaan dingin. Sehingga saat
didinginkan campuran kembali berwarna biru kehitaman.
2. Uji Benedict
Pembahasan:
Pada Uji Benedict ini, 5 mL larutan benedict ditambahkan 8 tetes
bahan yang akan diuji (larutan gula pasir, madu murni, susu cair murni,
tepung tapioka, putih telur, dan akuades secara terpisah). Gula pasir, madu
murni, dan susu cair menunjukkan hasil positif karena terjadi perubahan
warna endapan, Terjadi perubahan warna hijau, kuning, dan merah bata.
Sedangkan untuk Putih Telur, dan Aquades menunjukkan hasil negative
karena tidak terjadi perubahan warna endapan, hal itu dikarenakan Putih
telur dan Aquades tidak tergolong dalam Karbohidrat. Untuk Pati, hasil
pengamatannya menunjukkan hasil negative karena hanya terjadi perubahan
warna endapan putih. Itu terjadi karena sampelnya tidak tereduksi dengan
Cu2+.
Saran
Untuk praktikum berikutnya diharapkan agar alat dan bahan dalam
laboratorium dilengkapi agar praktikum bisa berjalan dengan lancar tanpa
adanya hambatan dan gangguan karena kurannya alat dan bahan, dan untuk
praktikan kiranya dalam melakukan setiap percobaan untuk lebih teliti lagi.
H. Daftar Pustaka
o http://asrultoosilajara.blogspot.co.id/2013/11/laporan-biokimia-karbohidrat.html.
diakses pada tanggal 10 November 2019. Tondano.
o http://putrisyawalpunya.blogspot.co.id/2014/12/laporan-pengujian-
karbohidratpraktikum. html. diakses pada tanggal 10 November 2019. Tondano.
o Darius Dare. 2016. http://dariusdare-laporan-praktikum-
biokim.blogspot.com/2016/04/laporan-praktikum-biokim-karbohidrat. Diakses
pada tanggal 09 November 2019. Tondano.
o https://www.academia.edu/9729169/Uji_karbohidrat_Dengan_Metode_Iodin.
Diakses pada tanggal 09 November 2019. Tondano.
o Penuntun Praktikum Biokimia
I. Lampiran
1. Uji Iodin