Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Produk Halal
Disusun oleh :
Putriah (201410013)
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wasyukurillah, kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang
telah mengaruniakan bermacam-macam nikmat, yaitu nikmat sehat, Panjang umur, sehingga
kelompok kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun
dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Produk Halal, yang berjudul “Industri Kosmetik Halal”.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen kami yaitu, Bapak Asep Dadan
Suganda, M. Sh. Ec selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Produk Halal yang
sudah mengajar dan membimbing kami dalam penyelesaian tugas makalah ini, juga kepada
teman-teman kelompok 5 yang sudah ikut andil dan berkontribusi dalam pembuatan tugas ini,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami sangat menyadari bahwasannya hasil pembuatan dari makalah ini masih banyak sekali
kekurangannya, maka dari itu kelompok kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
B. Penggolongan Kosmetik.................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kosmetik dan Kosmetik Halal?
2. Apa saja Penggolongan Kosmetik?
3. Bahan Apa saja yang Dilarang Dalam Penggunaan Kosmetik?
4. Bagaimana Ketentuan untuk Kosmetik Halal?
5. Apakah Sertifikat Halal Perlu Dalam sebuah Kosmetik?
6. Bagaimana Perkembangan Produk Kosmetik Halal di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa itu Kosmetik dan Kosmetik Halal.
2. Untuk Mengetahui Apa saja Penggolongan pada Kosmetik.
3. Untuk Mengetahui Bahan Apa Saja yang Dilarang Dalam Penggunaan
Kosmetik.
4. Untuk Mengetahui Ketentuan Ketentuan Seperti Apa yang digunakan untuk
Kosmetik Halal.
5. Untuk Mengetahui Apakah Sertifikat Halal Perlu Dalam sebuah Kosmetik.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Produk Kosmetik Halal di
Indonesia.
v
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kosmetik Halal
Sedangkan yang dimaksud dengan kosmetik halal yaitu suatu produk kosmetik
yang didalamnya tidak diperkenankan untuk mengandung bahan-bahan hewani
yang dilaranga oleh syariah untuk orang muslim, salain itu juga diharuskan untuk
menyembelihnnya sesuai dengan ketentuan islam. Tidak boleh najis, tidak
mengandung alkohol seperti khamar dan sejenisnya, tidak boleh terkena dengan
najis dalam proses pembuatannya, pemrosesannya dan penyimpanannya, serta
baik dan aman bagi penggunanya. Adapun jika menggunakan bahan-bahan
hewani serta bahan kimia berbahaya, maka dianggap tidak diperbolehkan untuk
dipergunakan oleh orang islam.3
1
Tranggono, Relswari., & Fatma Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama. 2014
2
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2019 Tentang Mekanisme Monitoring Efek
Samping Kosmetika
3
Kamaljeet Kaur, S. Osman & S. Maziha. ‘Predicting working women purchasing behaviour of Malaysian
Halal cosmetic products by using theory of planned behaviour’ International Academic Research Journal of
Business and Management. 2014 doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.ijheatmasstransfer.2015.04.065.
vi
Oleh karenanya kosmetik ini berkaitan dengan masalah suci dan najis.
Kosmetik ini bisa disebut haram apabila didalamnya mengandung bahan-bahan
yang najis, contohnya yaitu turunan dari hewan (kolagen) dan salah satu bagian
dari tbuh manusia (placente).4
B. Penggolongan kosmetik
4
Utami, Budi Wahyu. Pengaruh Labeh Halal Terhadap Keputusan Membeli (Survei Pada Pembeli Produk
Kosmetik Wardah di Outket Wardah Griya Muslim An-Nisa Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga. 2013
vii
menggunakan kosmetik dengan bahan alami dapat menghasilkan efek yang bagus
dan sehat juga untuk kulit, tanpa adanya efek samping yang dirasakan. Untuk
hasil yang diperoleh dari penggunaan kosmetik tradisional ini membutuhkan
proses yang lebih lama dan bertahap tentunya. Proses pembuatan pada kosmetik
tradisional ini berbeda dengan kosmetik modern, sehingga alat yang digunakan
juga masih sangat tradisional, dan ada beberapa juga yang masih menggunakan
tangan. Contohnya adalah lulur bengkoang, yang dibuat dari bahan alam
kemudian dibuat menggunakan bahan-bahan dari generasi ke generasi. Kemudian
ada alat kecantikan semi tradisional, dimana pada kosmetik jenis ini yaitu bahan
yang digunakan adalah bahan yang alami, akan tetapi proses pembuatannya
dilakukan dengan cara tradisional menggunakan mesin.
c. Produk kosmetik diklasifikasikan menurut perawatan kulitnya sebagai berikut:
1. Dalam produk kecantikan perawatan kulit memiliki manfaat untuk menjaga dan
merawat kesehatan pada kulit dan menghasilkan perubahan pada kulit agar kulit
tampak lebih cerah dan sehat . Kosmetik yang termasuk pada kosmetik
perawatan kulit ini yaitu pelembab wajah, perontok komedo, krim wajah,
perontok daki, dan lulur badan.
2. Dalam produk kecantikan untuk merias kulit, yaitu kosmetik yang diperuntukkan
untuk menata pada bagian wajah, menutupi bagian kulit yang tidak rata seperti
bopeng, bekas jerawat, flek, sehingga tampilan wajah lebih terlihat flawless dan
memberikan hasil yang baik untuk menambah keyakinan pada tubuh kita. Riasan
kosmetik (hiasan) dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut:
a) Produk kecantikan riasan/dekoratif yang memberikan hasil yang sesaat
pada wajah, contohnya seperti loose powder, lipcream eye liner, dan eye
shadow.
b) Kosmetik dekoratif yang memberikan efek yang lebih tahan lama dan
awet ketika sudah di gunakan. Contohnya adalah kosmetik untuk
memutihkan kulit (foundation), cat rambut (bleaching), pengeriting
rambut (styling rambut) dan lain-lain.
viii
Sesuai dengan PP BPOM RI No. 18 Tahun2015 tentang persyaratan teknis bahan
ksometik, Bahan tambahan berbahaya dilarang dalam pembuatan kosmetik karena
resiko yang timbul yaitu efek yang negatif bagi kesehatan diantaranya :
1. Merkuri
Banyak disalah gunakan pada produk pencerah atau pemutih, merkuri ini
bersifat karsinogenik (Menyebabkan Kanker) dan Teratogenik (Menyebabkan
cacat pada janin).
2. Asam Retinoat
Disalah gunakan pada produk pengelupas kulit kimiawi (peeling) yang
sifatnya Teratogenik (menyebabkan cacat pada janin).
3. Hidrokinon
Sama halnya dengan merkuri disalah gunakannya pada produk pemutih selain
bisa mengakibatkan iritasi kulit Hidrokinon dapat menimbulkan ochrosis (Kulit
berwarna hitam) yang mulai terlihat dari 6 bulan pemakaian dan kemungkinan
tidak bisa dipulihkan.
4. Bahan pewarna Merah K3 dan Merah K10
Biasanya di gunakan dalam produk lipstik atau produk pemulas kelopak mata
dan perona pipi atau blush on kedua zat warna ini memicu penyakit kanker.5
Semua temuan kosmetika mengandung bahan berbahaya ini sudah dilakukan
tindak lanjut secara administratif diantaranya berupa pembatalan izin edar, perintah
penarikan dan pengamanan produk dari peredaran, serta pemusnahan produk. Di
samping sanksi administratif, terdapat tindak pidana di bidang kosmetika juga telah
ditindaklanjuti secara hukum oleh PPNS Badan POM. Selama tahun 2016, Badan
POM telah menindaklanjuti 16 kasus di bidang kosmetika secara pro-justitia.
Sedangkan untuk jangka waktu lima tahun terakhir, terdapat sebanyak 472 perkara
kosmetika dengan sanksi putusan pengadilan paling tinggi penjara 2 tahun 7 bulan
dan denda sebesar 50 juta rupiah.
Sebagai usaha pengawasan dan penanganan kasus persebaran kosmetika yang
mengandung bahan berbahaya, Badan POM bertanggung jawab untuk terus
memperkuat koordinasi dengan sektor terkait, antara lain dengan Pemda
Kabupaten/Kota (Dinas Kesehatan/Dinas Perindustrian/Dinas Perdagangan),
Kepolisian RI, serta Asosiasi. Badan POM memberitahu kepada para pelaku usaha
5
Tifany Crisms Damayanti, “Faktor Kesadaran Halal Pada Produk Kosmetik Kalangan Muslimah Milenial Di
Indonesia” (Jakarta: 2020) Hal. 21
ix
agar tidak melakukan produksi dan/atau mengedarkan kosmetika mengandung bahan
berbahaya. Selain itu, Badan POM juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak
menggunakan kosmetika mengandung bahan berbahaya sebagaimana yang tercantum
dalam lampiran peringatan publik/public warning ini, termasuk peringatan
publik/public warning yang sudah diumumkan.6
Dalam fatwa MUI yang di maksud dengan Kosmetika adalah bahan atau
campuran bahan yang digunakan untuk membersihkan, menjaga, meningkatkan
penampilan, merubah penampilan, digunakan dengan cara mengoles, menempel,
memercik, atau menyemprot. Tahsiniyat adalah salah satu kebutuhan syar’i yang
bersifat penyempurna (tertier), yang tidak sampai pada tingkat dlarurat ataupun hajat,
yang jika tidak dipenuhi tidak akan mengancam eksistensi jiwa seseorang, serta tidak
menimbulkan kecacatan Penggunaan kosmetika ada yang berfungsi sebagai obat dan
ada yang berfungsi sekedar pelengkap, ada yang masuk kategori haajiyyat dan ada
yang masuk kategori tahsiniyyat.
6
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Waspada Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya, diakses dari
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/310/WASPADA-KOSMETIKA-MENGANDUNG-BAHAN-
BERBAHAYA-----Pilih-Kosmetika-Aman-untuk-Tampil-Cantik----.html
pada tanggal 26 maret 2023, pukul 14.56
x
lainnya dan kemudian akan digunakan untuk produk halal, maka terlebih dahulu harus
dibersihkan sesuai dengan tata cara yang diatur menurut syar’at islam.
Penggunaan fasilitas produksi untuk produk halal dan tidak halal bergantian
tidak diperbolehkan. Produsen kosmetik yang telah menyelesaikan sertifikasi halal
dan memenuhi syarat, kemudian diperbolehkan untuk mencantumkan label halal pada
kemasan produknya.
2. Ketentuan Hukum
Adapun ketentuan hukum pada kosmetik yaitu:
xi
Dari yang telah kita ketahui Indonesia sudah mempunyai landasan yuridis
untuk produk yang beredar di Indonesia untuk menjamin kehalalannya, ada dalam UU
no 33 tahun 2014 tentang JPH (jaminan produk halal) dan pada pasal 2 pada peraturan
pemerintah nomor 39 tahun 2021 tentang PBJPH. Semua produk yang ada ataupun
beredar di Indonesia baik makanan, minuman, kosmetik, obat, produk rekayasa
genetic, barang guna, jasa dan masih banyak lagi harus memiliki setifikat halal yang
dilakukan secara bertahap semua ini berlaku sejak di sahkannya UU JPH.
Kata halal sangat familiar di masyarakat, karena bisa diartikan sesuatu yang di
bolehkan oleh syariat untuk di gunakan, Hukum halal melingkupi perbuatan dan
benda. Menurut BPOM kosmetika merupakan bahan yang dipakai pada bagian liar
tubuh manusia seperti kuku, bibir, genital bagian luar, terutama untuk mengubah
penampilan, membersihkan, atau memelihara atau melindungi tubuh saat kondisi
baik. Kosmetika digolongkan produk yang sangat tinggi penggunanya hamper semua
golongan dari yang muda hingga lanjut usia. Karena kosmetika hanya di gunakan di
luar ataupun secara langsung dalam tubuh namun kosmetik seperti lipbam ataupun
liptin bisa saja tertelan saat makan atau minum secara tidak langsung dan juga bisa
saja kosmetik yang dipakai menghalangi penetrasu air di kulit yang dapat
mempengaruhi status sahnya bersuci seorang muslim.
xii
Peraturan BPOM Nomor 30 Tahun 2020 tentang Persyaratan Teknis
Penandaan Kosmetika. Khususnya, dalam Pasal 2, penandaan pada label kosmetik
harus memenuhi beberapa kriteria.
Menurut sebuah artikel oleh CCI (Citra Cendikia Indonesia), pasar kosmetik
dalam negeri tumbuh sebesar 8,3% dengan nilai Rp, 13,9 triiun dan antara tahun 2010
dan 2015, pasar kosmetik dalam negeri tumbuh rata-rata per tahun sebesar 9,67%.
Setelah penyebaran kuesioner secara online, diperoleh responden yang terdiri dari 195
orang terdiri dari 187 perempuan, dan sisanya 8 laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas dari 4.444 konsumen kosmetik adalah perempuan. Mayoritas konsumen
berusia antara 20 hingga 26 tahun. Hasil responden mengenai merek kosmetik favorit
mereka didominasi oleh responden yang memilih Wardah, merek lokal Indonesia.
Sementara beberapa lebih suka merek kosmetik impor, yang lain lebih suka merek
kosmetik lokal, konsumen lebih memperhatikan produk yang sesuai dengan kulit
mereka, terlepas dari asal kosmetik tersebut. merek favorit 102 atau 52,3% responden
setuju bahwa konsumen mungkin perlu mencoba beberapa produk untuk menemukan
yang paling cocok dengan kulit mereka. Hal terpenting saat membeli kosmetik adalah
kualitas produk. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan gaya hidup sekitar, dan
didorong oleh ketenaran (prestise), membuat seseorang membeli produk karena ingin
membenarkan lingkungannya. Namun, 32,8% responden menolak pernyataannya dan
membeli produk untuk memenuhi kebutuhan kecantikan, tidak terpengaruh oleh gaya
hidup di sekitarnya.
xiii
Kepercayaan konsumen terhadap merek dan produk memiliki dampak yang
signifikan terhadap kesuksesan kosmetik. Baru-baru ini, perusahaan kosmetik tersebut
membagikan produk andalannya (rekomendasi) kepada banyak beauty blogger dan
beauty expert sehingga mereka dapat memverifikasi kualitas produknya tersebut. Ini
adalah cara mempromosikan perusahaan dan membangun kepercayaan pasar terhadap
kosmetik perusahaan.67 (34,4%) setuju untuk membeli setelah melihat ulasan dan
penilaian dari orang lain yang telah mencoba produk tersebut, dan 79 responden
(40,5%) setuju untuk membeli kosmetik dengan percaya diri Melakukan. Oleh Merek
atau perusahaannya. Selain kualitas, kepercayaan terhadap keamanan perusahaan
yang memproduksi kosmetik menjadi keputusan pembelian konsumen, baik dari segi
keamanan bahan maupun pembuatan, perijinan dan pengemasan. Sebanyak 91.444
responden (46,7%). ) telah menyetujui pernyataan ini.
Selain kualitas, kemudahan penggunaan kosmetik menjadi nilai tambah dari brand
tersebut. Kosmetik seperti eyeshadow dan eyeliner biasanya membutuhkan keahlian
individu untuk mengaplikasikannya dengan benar, namun jika sebuah brand dapat
memproduksi eyeshadow dengan pigmentasi tinggi, konsumen akan tertarik. Ini
menghilangkan kebutuhan untuk mengaplikasikan beberapa kali untuk mendapatkan
warna eyeliner dengan warna yang tajam dan hasil akhir yang halus. Namun, 96 dari
195 responden (49,2%)mengakui kemudahan penggunaan produk itu adalah salah
satu faktor dia membeli kosmetik.7
7
Amelia Putri, Perkembangan Penggunaan Produk Kosmetik di Indonesia 2016, vol.7 Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2018, No.1.
xiv
pada tahun 2022
BAB III
xv
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kosmetik merupakan salah satu produk kecantikan yang tidak dikonsumsi
kedalam tubuh. Kosmetik tersebut digunakan untuk menambah daya tarik,
menghilangkan bau badan, membersihkan wajah, dsb. Penggolongan kosmetik dari
cara kegunaannya dapat dilihat dari tiga aspek yaitu produk alat kecantikan yang
digolongkan menurut peraturan Menteri yang terdiri dari lipstick, bedak, dan
deodorant. Yang kedua, penggolongan alat kecantikan berdasarkan dari sifat dan cara
pengolahannya yang terdiri dari kosmetik modern dan tradisional. Yang terakhir,
penggolongan alat kecantikan berdasarkan perawatan kulit yang berguna untuk
menjaga dan merawat kesehatan pada kulit dan untuk merias kulit. Bahan yang
digunakan pada kosmetika haruslah aman dan bersertifikat halal dengan ketentuan
menurut UU RI No.30 Tahun 2014 dan Fatwa MUI bahwasannya tidak boleh
mengandung babi dan keturunannya.
Data perkembangan pada industri kosmetik halal dilihat dari dua tahun
terakhir pada tahun 2021 menempati pada peringkat ke-2 setelah india. Dimana
dijelaskan juga bahwa kegiatan impor yang dilakukan Indonesia dipertimbangkan bisa
menjadi kegiatan produk pemasaran terbesar ke-5 di dunia dalam waktu 10-15 tahun
yang akan dating.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii