Abstrak
Generasi Z merupakan generasi terkini yang lahir sesudah tahun 1995-2010.
dimana mereka hidup di era digital dengan teknologi yang canggih, seperti HandPhone,
Laptop, Internet, Ipad, WhatsApp dll. Di samping itu Penampilan bagi mereka adalah
nomor satu, dan sangat diperhatikan. Seperti dalam islam kita juga dianjurkan untuk
memperhatikan penampilan, mempercantik diri, dan menjaga keindahan. Selama kita
yakin kandungan bahan kosmetik itu aman dan bersih dari zat-zat yang diharamkan
meskipun belum memiliki sertifikat halal diperbolehkan.
Abstract
Generation Z is the latest generation born after 1994 and before 2004. where
they live in the digital era with sophisticated technology, such as cell phones, laptops,
internet, Ipad, WhatsApp etc. In addition, appearance for them is number one, and is
highly considered. As in Islam we are also encouraged to pay attention to appearance,
beautify ourselves, and maintain beauty. As long as we are sure that the cosmetic
ingredients are safe and clean from prohibited substances, even though they do not have
a halal certificate, they are allowed.
Keywords: cosmetic product, generation Z, Paradigm
PENDAHULUAN
Bagi umat Islam, Islam adalah seperangkat aturan yang ditetapkan oleh Tuhan
untuk manusia, yang sifatnya sama untuk keduanya dengan ibadah dan muamalah,
dipahami dari kandungan Al-Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup. Aturan itu
disebut juga syariah Ini mungkin membawa umat Islam ke eksekusi kebahagiaan di dunia
dan di akhirat.
Mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, obat-
obatan, dan kosmetik yang berkembang sangat pesat. Pengolahan produk dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan percampuran
antara yang halal dan yang haram baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena
itu, untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu produk, diperlukan suatu kajian
khusus yang membutuhkan pengetahuan multidisiplin, seperti pengetahuan di bidang
pangan, kimia, biokimia, teknik industri, biologi, farmasi, dan pemahaman tentang
syariat. Lembaga yang mempunyai wewenang untuk memberikan logo atau label halal
pada suatu produk di Indonesia adalah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika Majlis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
Sertifikasi halal merupakan sebuah proses dalam melakukan pemberian sebuah
fatwa tertulis yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang berisikan
pernyataan bahwa produk tersebut halal berdasarkan ketentuan dan syariat Islam, dengan
melakukan pemeriksaan secara rinci terhadap produk yang diajukan untuk sertifikasi
halal.
Menurut Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan dalam
mengukur persepsi terkait sertifikasi halal ini. Menurut Jagdish Sheth dalam Saskia
(2021) terdapat empat indikator dalam mengukur persepsi sertifikasi halal. Pertama
adalah nilai keagamaan (religious value). Dalam hal ini konsumen/pengguna produk yang
beragama Islam menafsirkan informasi, mengatur dan memilih suatu produk halal
dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Kedua yaitu keamanan (safety). Konsumen yang
beragama Islam menafsirkan informasi, mengatur dan memilih suatu produk halal
dikaitkan dengan aspek keselamatan baik dari sisi proses produksi maupun bahan
bakunya. Ketiga ialah kesehatan (health). Konsumen muslim menafsirkan informasi,
mengatur dan memilih suatu produk halal dikaitkan dengan kesehatan dirinya pada saat
menggunakan produk tersebut. Adapun yang keempat yaitu kekhususan (exclusivity).
Konsumen yang beragama Islam menafsirkan informasi, mengatur dan memilih suatu
produk halal dikaitkan dengan exclusivity. Artinya, produk halal jangan tercampur
dengan produk haram. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengolahan produk
sudah sesuai dengan syariat, tidak terjadi kontak langsung dengan zat-zat haram dan
terhindar dari risiko kontaminasi.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Karena masalah pada
penelitian ini jelas dan peneliti ingin lebih banyak memberikan informasi yang nyata.
Kajian ini merupakan kajian tentang dampak label halal yang terdapat pada suatu produk
kosmetik terhadap keputusan membeli suatu produk kosmetik tersebut. Penelitian ini
disebut penelitian kuantitatif karena adanya data penelitian yang berupa analisis
berdasarkan angka dan statistik.
Penelitian ini akan menggunakan kuesioner dan akan dilakukan menggunakan
Google Form. Penggunaan Google Form ini bertujuan untuk menghemat kertas (go
green/ paperless culture), meminimalisir kehilangan data, dan dapat menjangkau
responden di wilayah yang jauh.