Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nurul Azizah Musli

NIM: 90400120085

Kelompok: 1 ( Pancasila dan Keharusan Reaktualisasi)

Kelas: Akuntansi C

RESUME PANCASILA DAN KEHARUSAN REAKTUALISASI

1. Pancasila merupakan hasil perenungan tentang isi jiwa peradaban bangsa Indonesia dan
nilai-nilai asli yang hidup dalam masyarakat Indonesia sehari-hari jauh sebelum
Indonesia merdeka dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan kemanusiaan, dengan
bangsa dan negara, dengan rakyat Indonesia, dan dengan keadilan hidup. Sementara itu,
sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian, dimana masing-masing
bagian tersebut saling bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan dalam lingkungan utuh
dan menyeluruh. Jadi sistem filsafat adalah suatu lingkungan yang kompleks mengenai
suatu hasil perenungan tertentu yang memiliki ciri-ciri tertentu dan hendak mencapai
tujuan tertentu, seperti sistem filsafat kapitalisme, liberalisme, sosialisme, dan sistem-
sistem filsafat lainnya.
2. Reaktualisasi memilik arti sebagai proses, cara, perbuatan mengaktualisasikan kembali;
penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan masyarakat
3. Penyebab kegagalan menghadirkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari:
a. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat
domestik, regional maupun global.Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa pada
tahun 1945, sekitar 66 tahun yang lalu, telah mengalami perubahan yang amat nyata
pada saat ini, dan akan terus berubah pada masa yang akan datang.Beberapa
perubahan yang dialami antara lain terjadinya proses globalisasi dalam segala
aspeknya, perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbangi
dengan kewajiban asasi manusia (KAM).
b. Juga lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi
menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga
yang rentan terhadap "manipulasi" informasi dengan segala dampaknya.Ketiga
perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa
Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya,
termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini.
4. Proses Reaktualisasi:
a. Adapun proses reaktualisasi itu bisa dimulai dari pemimpin( seperti Presiden,
Gubernur, Walikota, Bupati, hingga kepala desa). Pemimpin baik yang ada di ranah
lokal maupun nasional mempunyai pengaruh yang sangat besar lantaran menjadi role
model masyarakat. Masyarakat akan mencontoh bagaimana pemimpin menerapkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Seperti yang kita ketahui bahwa perilaku elite politik dan pemerintah kita jauh dari
batas-batas normal sebagai bangsa yang mengakui adanya Pancasila yang menjadikan
Tuhan sebagai spirit bernegaranya. Perilaku korupsi dan pengurasakan setiap sendi
kehidupan berbangsa hampir masif dilakukan oleh hampir semua instansi
penyelenggara negara. Ini membuktikan betapa proses pemahaman terhadap nilai
Pancasila belum terpahami dengan baik. Jangan berharap banyak masyarakat mau
memahami dan menjalankan Pancasila kalau elite bangsa dan pemimpin republik ini
tidak mampu memberikan contoh.
c. Reaktulisasi Pancasila bisa juga dilakukan dengan menjadikan Pancasila sebagai
ideologi yang terbuka yang membuka ruang dialog dan intepretasi sesuai dengan
kondisi zaman. Menghidupkan Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara mistifikasi
terhadap Pancasila itu sendiri. Sehingga, Pancasila akan mewujudkan menjadi
ideologi yang membumi (down to earth). Langkah yang sangat stategis dalam
melakukan proses internalisasi atau pembumian Pancasila adalah melalui proses
pendidikan. Sudah selayaknya pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
melakukan reformasi kurikulum pendidikan, terutama yang terkait dengan ajaran
Pancasila. Kurikulum yang dirancang perlunya tidak hanya menitikberatkan pada
dimensi kognitif, tetapi juga harus menyentuh aspek afeksi dan psikomotorik.
5. Kesimpulan
Reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan yang majemuk
dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban
bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian.
Kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap Pancasila dan dalam waktu
yang bersamaan, melepaskan Pancasila dari stigma lama yang penuh mistis bahwa
Pancasila itu sakti, keramat dan sakral, yang justru membuatnya teraleinasi dari
keseharian hidup warga dalam berbangsa dan bernegara.
Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian, seperti nilai ketuhanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan keadilan sosial, diyakini
bangsa ini akan dapat meraih kejayaan di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai