Kata wakaf berasal dari kata bahasa Arab waqafa, yang artinya berhenti atau menahan, diam.
Mengenai terminologi wakaf, para ahli fikih menggunakan dua kata yaitu habas dan wakaf,
sehingga habasa atau ahbasa dan auqafa sering digunakan untuk menyatakan kata kerja.
Sedangkan waqf dan habas adalah kata benda yang bentuk jamaknya adalah awqaf, ahbas dan
mahbus. Namun pada dasarnya, al habsu dan al wakaf sama-sama berarti al imsak (menjaga),
al man'u (mencegah) dan at-tamakkus (diam). Dikatakan sah karena wakaf tersebut tidak
dijual, rusak atau sebaliknya bertentangan dengan tujuan wakaf itu sendiri. Mengenai
pengertian wakaf dari sudut pandang para ulama, terdapat perbedaan pendapat yang
mendefinisikan wakaf berbeda-beda menurut perbedaan madzhab yang dianut, dan menurut
keumuman dan kekhususannya. Kondisi akses dalam urusan wakaf atau status pemilik harta
benda wakaf setelah dihibahkan. Selain itu, terdapat perbedaan metode pelaksanaan wakaf.
Dalam mendefinisikan wakaf, ulama merujuk pada imam yang menjadi petunjuk seperti
Imam Malik, Abu Hanifah, dan Imam Syafi'i, serta ulama lainnya. Sehingga yang terlintas di
benak penulis setelah membaca definisi yang mereka buat adalah seolah-olah definisi
tersebut adalah kutipan dari mereka padahal seharusnya tidak. Karena pemahaman ini hanya
dibuat oleh para ahli fikih yang datang belakangan. Untuk menerapkan prinsip-prinsip umum
ulama masing-masing madzhab