Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PERKAWINAN WARIS DAN WAQAF

Disusun Oleh :
RAHMAD FAHRUL USMAN (19621040)

UNIVERSITAS YAPIS PAPUA


FAKULTAS TEKNIK DAN SISTEM INFORMASI
PRODI SISTEM INFORMASI 2022

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum
Perkawinan, Waris, dan Wakaf ini tepat pada waktunya dan diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Di sini kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman


serta ilmu bagi para pembaca. Kami juga berharap untuk ke depannya pembaca bisa
memberikan masukkan bagi kami untuk memperbaiki bentuk maupun isian dari
makalah ini sehingga menjadi makalah yang memiliki wawasan yang luas dan lebih
baik lagi.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, April 2022

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..       i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….       ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….      1
A.    Latar Belakang Masalah …………………………………………….        1
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………..         2
C.     Tujuan penulisan ……………………………………………………         2
BAB II PERTUMBUHAN SEJARAH WAKAF …………………………...      3
A.    Sejarah waqaf dalam islam …………………………………………………….        3
B.     Sejarah waqaf di Indonesia ………………………………………...        4
C.     Sejarah waqaf di negara-negara Islam …………………………………………       5

BAB III PENUTUP …………………………………………………………...      8


a. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………….. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

b. Latar Belakang

Wakaf, sebagaimana halnya zakat, adalah termasuk harta/asset ummat muslim


yang harus dijaga dan dikembangkan demi kepentingan ummat muslim itu sendiri.
Dalam perjalanannya, wakaf pada dunia Islam mengalami berbagai macam kondisi -
pasang dan surut- terus mewarnai perkembangannya dan tampaknya hal seperti itu
akan terus terjadi sepanjang masa.
Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena
wakaf disyariatkan setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua
pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang
siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat
ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah
SAW ialah wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid.
Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari
‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad, ia berkata: Dan diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari
Umar bin Sa’ad bin Muad berkata: “Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam
Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang
Ansor mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW." (Asy-Syaukani: 129).
Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh
kebun kurma di Madinah; diantaranya ialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah
dan kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa yang
pertama kali melaksanakan Syariat Wakaf adalah Umar bin Khatab. Pendapat ini
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Umar ra, ia berkata:
Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang yang ingin berbuat baik
dengan kekayaan yang dimilikinya dan dikelola secara individu tanpa ada aturan
yang pasti. Namun setelah masyarakatIslam merasakan betapa manfaatnya lembaga
wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik.
Kemudian dibentuk lembaga yang mengatur wakaf untuk mengelola, memelihara
dan menggunakan harta wakaf, baik secara umum seperti masjid atau secara
individu atau keluarga
A.Rumusan Masalah
1. Sejarah wakaf dalam Islam
2. Sejarah wakaf di Indonesia
3. Sejarah wakaf di negara-negara islam

B.Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Hukum perkawinan waris dan waqaf

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah waqaf dalam islam

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf
disyariatkan setelah nabi SAW diMadinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua
pendapat yang berkembang dikalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang
siapa yang pertamakali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat
ulama mengatakanbahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah
SAW ialah wakaftanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Pendapat ini
berdasarkanhadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin
Mu’ad, iaberkata: Dan diriwayatkan dari Umar bin Syabah, dari Umar bin Sa’ad bin
Muadberkata: “Kami bertanya tentang mula-mulawakaf dalam Islam? Orang
Muhajirin mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkanorang-orang Ansor
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.”(Asy-Syaukani: 129).
 Rasulullah SAW padatahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan ketujuh kebun
kurma di Madinah; diantaranyaialah kebon A’raf, Shafiyah, Dalal, Barqah dan kebon
lainnya. Menurut pendapatsebagian ulama mengatakan bahwa yang pertama kali
melaksanakan Syariat Wakafadalah Umar bin Khatab. Pendapat ini berdasarkan
hadits yang diriwayatkan IbnuUmar ra, ia berkata:Dari Ibnu Umar ra, berkata:
“Bahwa sahabat Umar ra, memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian Umar
ra, menghadap Rasulullah SAW untukmeminta petunjuk, Umar berkata : “Hai
Rasulullah SAW., saya mendapat sebidangtanah di Khaibar, saya belum mendapat
harta sebaik itu, maka apakah yang engkauperintahkan kepadaku?” Rasulullah
SAW. bersabda: “Bila engkau suka, kau tahan(pokoknya) tanah itu, dan engkau
sedekahkan (hasilnya), tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak diwariskan.

Ibnu Umar berkata: “Umar menyedekahkannya (hasil pengelolaantanah) kepada


orang-rang fakir, kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, Ibnusabil dan tamu. Dan
tidak dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makandari hasilnya dengan cara
yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang laindengan tidak bermaksud
menumpuk harta” (HR.Muslim).
Kemudian syariat wakafyang telah dilakukan oleh Umar bin Khatab dususul oleh Abu
Thalhah yangmewakafkan kebun kesayangannya, kebun “Bairaha”. Selanjutnya disusul
olehsahabat Nabi SAW. lainnya, seperti Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnyadi
Mekkah yang diperuntukkan kepada anak keturunannya yang datang ke Mekkah.Utsman
menyedekahkan hartanya di Khaibar. Ali bin Abi Thalib mewakafkantanahnya yang subur.
Mu’ads bin Jabal mewakafkan rumahnya, yang populer dengansebutan “Dar Al-Anshar”.
Kemudian pelaksanaan wakaf disusul oleh Anas binMalik, Abdullah bin Umar, Zubair bin
Awwam dan Aisyah Isri Rasulullah SAW.

c. Sejarah waqaf di Indonesia

3
Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan
perkembangan penyebaran Islam. Pada masa-masa awal penyiaran Islam, kebutuhan
terhadap masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan dakwah berdampak positif,
yakni pemberian tanah wakaf untuk mendirikan masjid menjadi tradisi yang lazim
dan meluas di komunitas-komunitas Islam di Nusantara. Seiring dengan
perkembangan sosial masyarakat islam dari waktu ke waktu praktik perwakafan
mengalami kemajuan setahap demi setahap. Tradisi wakaf untuk tempat ibadah tetap
bertahan dan mulai muncul wakaf lain untuk kegiatan pendidikan seperti untuk
pendirian pesantren dan madrasah. Dalam periode berikutnya, corak pemanfaatan
wakaf terus berkembang, sehingga mencakup pelayanan sosial kesehatan, seperti
pendirian klinik dan panti asuhan. Perkembangan modern wakaf menunjukkan bahwa
di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Pada tingkat tertentu, perkembangan wakaf juga dipengaruhi oleh kebijakan


perundang-undangan pada masanya. Sejak masa kolonial, aturan wakaf telah ada
terkait dengan administrasi dan pencatatan wakaf. Aturan perundang-undangan wakaf
tersebut terus berkembang sejalan dinamika perkembangan dan pengelolaan wakaf di
lapangan. Dari sini, jumlah dan aset wakaf terus meningkat. Meskipun dmeikian,
peningkatan tersebut tidak disertai dengan upaya peningkatan mutu pengelolaan
wakaf, terutama peningkatan mutu sumber daya manusia dan manajemennya. Karena
itu, tidak heran mengapa wakaf produktif tidak tumbuh dengan baik.

Wakaf merupakan ajaran Islam yang umum dipraktikkan masyarakat. Wakaf untuk
masjid, lembaga pendidikan, pesantren, dan kuburan merupakan jenis wakaf yang
paling dikenal oleh masyarakat. Praktik wakaf ini diasumsikan telah ada sejak Islam
menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam di
Nusantara sejak akhir abad ke-12 M. Di Jawa Timur , tradisi yang menyerupai praktik
wakaf telah ada sejak abad ke-15 M dan secara nyata disebut wakaf dengan
ditemukannya bukti-bukti historis baru ada pada awal abad ke-16.[1] Di Sumatera,
Aceh, wakaf disebutkan mulai muncul abad ke-14 M.[2] Meskipun demikian perlu
ditekankan di sini bahwa praktik-praktik yang menyerupai wakaf dilaporkan telah ada
sejak jauh sebelum datangnya Islam ke Nusantara.

d. Sejarah waqaf di negara-negara Islam

Sebelum Islam lahir, praktik seperti sistem wakaf Islam bisa dijumpai di
beberapawilayah, di kota Mekkah misalnya

4
terdapat ka‟bah yang dibangun sejak zaman nabi
Ibrahim sebagai tempat berkumpul dan tempat ibadah bagi manusia, namun pada
zaman jahiliyah, suku-suku di sekitar jazirah ini menambahkannya dengan beberapa p
atung yangdijadikan sesembahan, keberadaan patung yang sediakan oleh para kabilah
itu jugaberfungsi sebagai prestise, yang membedakannya dengan wakaf dalam Islam.
 Pada masa pra-Islam, di Irak juga sudah dikenal sistem pengelolaan tanah
ygmenyerupai wakaf, dimana tuan tanah memberikan hak kepada penggarap untuk
mengolahtanahnya dan pengelola tanah ini bisa diwariskan secara turun temurun.
Demikian jugapada zaman Mesir Kuno, para raja biasa mewakafkan barang atau
tanah untuk kepentinganpara dewa, seperti untuk tempat ibadah, kuil-kuil
dan kuburan, termasuk digunakan untuksedekah yang diberikan kepada para pendeta.
Di negara ini juga dikenal adanya wakafkeluarga, dimana anak tertua memiliki
wewenang mengatur pengelolaan harta wakaf dantidak boleh perjual belikan. Bahkan
pengelolaan sistem yang menyerupai wakaf, juga dikenal pada masa pra-Islam di
wilayah non-muslim, seperti pada masyarakat Romawi. Dalam salah satu pasal pada
piagam “Justin: (kumpulan Undang-undang Romawi) menyebutkan bahwa setiap
benda suci dan atau benda yang berkaitan dengan agama tidak dapat dimiliki oleh
seseorang, karena sesuatu yang telah digunakan untuk ibadat tidak dapat dimiliki oleh
manusia, termasuk lahan bekas bangunan suci tetap dianggap suci, walaupun
bangunannya telah lama roboh.
 Tentu prinsip dasar sistem ini berasal dari titah raja, bukan berangkatdari sebuah
keyakinan agama.Pada masa awal Islam (abad I H.), khususnya ketika Rasulullah
saw. masih hidup,praktik wakaf dapat dilihat dari ucapan Nabi kepada Abu Thalhah
agar menyalurkan wakafkepada keluarganya (Hasan bin Tsabit dan Ubay bin Ka'ab).
 Inilah yang menjadi dasar pendapat sebagian ulama bahwa praktik wakaf sudah ada
sejak Rasul masih hidup. Lalu peristiwa tersebut juga diperkuat dengan jawaban
Rasul atas pertanyaan Umar ketika ia memperoleh sebidang tanah di Khaibar. Dalam
sejarah umat Islam juga terjadi penyalahgunaan wakaf, wakaf
mengalamiperkembangan yang signifikan di berbagai daerah dan masa. Namun
demikian, pengelolaanwakaf juga pernah mengalami kemunduran atau
diselewenangkan, seperti untukmenghalangi ahli waris mendapatkan warisan. Tentu
saja pendapat ulama mengenai wakafseperti ini adalah batal,
 artinya wakaf tersebut tidak sah.Sudah mafhum bahwa bangunan yang selalu
dihubungkan dengan contoh praktikwakaf pertama sekali adalah masjid Quba di
Madinah yang didirikan oleh Rasulullah saw.,wakaf yang kedua adalah masjid
Da>r al-Hijrah
 di Madinah juga, yang dibangun olehRasulullah saw. setelah mengambil alih lahan
perkebunan milik seorang Yahudi yangterbunuh dalam perang Uhud yang berpihak
kepada kaum muslim.
 Pada masa dinasti-dinasti Islam, wakaf memiliki peran yang signifikan
dalampembangunan negara. Pada masa Dinasti Saljuk, harta wakaf dibangun untuk
tempatpemberhentian sementara kafilah dagang yang melewati wilayahnya, mereka

5
bolehberistirahat di situ selama tiga hari tanpa dipungut bayaran dan mendapat
makanan secaracuma-cuma.
 Pada zaman Dinasti Utsmani berkuasa, wakaf dikenal dengan
vakviye
, yang berartipelayanan publik.
 Pada masa ini wakaf telah berperan dalam membiayai pelayanan publikdan berbagai
bangunan seni budaya. Bahkan menurut Timur Kuran bahwa sampai tahun1923 dua
per tiga tanah subur yang ada di Turki dimiliki oleh wakaf,
 yang menjadiindikasi bahwa pelaksanaan wakaf di negara ini sangat maksimal, baik
kesadaranmasyarakatnya yang begitu tinggi maupun karena profesionalitas
pengelolanya.Pada masa lalu, institusi wakaf memiliki peran yang besar dalam
rekonstruksiIsntanbul.
 Dengan aset wakaf yang begitu besar dan pengelolaannya secara profesionaldan
inovatif, maka tak mengherankan jika dampaknya masih bisa dilihat sampai
sekarang,yang telah berlangsung ratusan tahun, baik berupa bangunan-bangunan
sosial, sepertimadrasah, benteng-benteng, jalan, jembatan, air mancur, tempat
mandi(rendaman), jembatan, rumah sakit. Ada juga tempat ibadah, seperti masjid. Ser
ta bangunan komersia lainnya seperti pasar, pertokoan, tempat penginapan untuk
pelancong, pabrik-pabrik.Bahkan saat ini sudah merambah perbankan bank dan lain-
lain.Di Mesir, pada masa Dinasti Bani Umaiyah, dalam masalah wakaf dikenal
seoranghakim yang bernama Taubah bin Namr bin Haumal al-Hadrami pada masa
pemerintahanHisyam bin Abdul Malik, ia telah mencatat harta wakaf secara khusus
dan sangat rapi. Iapula orang yang pertama mengelola wakaf untuk membuat
bendungan. Perkembanganwakaf pun berlanjut pada periode-periode berikutnya.Pada
masa Dinasti Mamluk, wakaf dibagi ke dalam tiga kategori dan diatur
dalamadministrasi yang terpisah-pisah. Pertama abbas, terdiri dari tanah perkebunan
yang luasyang hasilnya diperuntukkan bagi pemeliharaan masjid. Kedua,awqaf
hukmiya terdiri daritanah-tanah di perkotaan Misr dan Kahira terutama diperuntukkan
bagi kepentingan keduakota tersebut. Ketiga.awqaf ahliya atau wakaf pemberian
keluarga.
 Dalamperkembangannya, wakaf keluarga terus berlangsung hingga pada zaman
modern, yangpengaturannya oleh pemerintah Mesir akan dibahas pada bagian berikut
tulisan ini. Dengandemikian wakaf pada zaman ini telah dikelola secara baik dan
maksimalDi Irak pada masa Dinasti Abbasiyah (Bagdad), wakaf dikelola
oleh Qadhi yangselalu dimonitoring dan terhadap wakaf harta bergerak
ditampung dalambait al-ma>l  khusus.
 Sedangkan peruntukan wakaf tidak hanya diberikan kepada fakir miskin
saja,tetapi pada masa itu sudah dilakukan inovasi dalam pendistribusian
wakaf, sehinggaperuntukan wakaf juga dikeluarkan untuk membangun
tempat ibadah, tempatpengungsian, perpustakaan, sarana pendidikan,
beasiswa untuk para pelajar, gaji paratenaga pengajar dan orang yang
terlibat di dalamnya (jika sekarang mungkin bagianadministrasi
sekolah).Praktik wakaf di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak Islam menjadi

6
kekuatansosial politik, beberapa praktik yang menyerupai wakaf yang sudah
diketahui secara umumdiantaranya di Mataram, dikenal adanya
“tanah Perdikan,”di Lombok dikenal “tanahPareman,”di Banten (pada masyarakat
Badui di Cebo) dikenal adanya istilah “HumaSerang,”di Minangkabau dikenal
adanya “tanah pusaka (tinggi),”di Aceh ada “ tanahweukeuh,”yaitu
tanah pemberian sultan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum),seperti umum
membangunan dan mengembangkan meunasah, membangun masjid. operasionalisasi
perayaan atau peringatan hari-hari besar Islam maupun bersifat lokal. Namun
demikian, perkembangan inovasi pemanfaatan harta wakaf sejak setelah
zamankesultanan mengalami kemunduran sampai diterbitkannya No. 41 tahun 2004
tentang Wakaf. Sehingga walaupun jumlah penduduk muslim di wilayah Indonesia
sangat banyak,namun dalam pengelolaan wakaf tidaklah signifikan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf
disyariatkan setelah nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua
pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang
siapa yang pertama kali melaksanakan syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat
ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah
Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid.
Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan setelah
nabi SAW Madinah, pada tahun kedua Hijriyah. Ada dua pendapat yang

7
berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang siapa yang
pertama kali melaksanakan syariat wakaf.
Seiring dengan perkembangan zaman kini wakafpun mengalami beberapa
kemajuan baik dari cara pengelolaan dan juga penyaluranya melalui lembaga-
lemabaga pengelola wakaf.

Anda mungkin juga menyukai