Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU FIQIH DARI MASA KE MASA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Fiqh

Dosen Pengampu: Anis Nizar, Lc., M. H

Disusun Oleh :

Nurul Fatimah (2102036005)

Salma Nafi’ah (2102036009)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS UIN WALISONGO SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah Subahanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat
taufiq, serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqh dari masa ke masa” dengan lancar dan tepat waktu.
Dan tidak lupa sholawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari kegelapan zaman jahiliyyah menuju Cahaya islam.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Ilmu
Fiqh. Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai Sejarah
perkembangan ilmu fiqh serta yang bersangkutan dengan hal tersebut.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Anis Nizar, Lc. M.H. selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Fiqh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
penyususunan kedepanya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
digunakan dengan baik.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Semarang, 2 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................................... 1

BAB II.................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 2

A. Sejarah Perekembangan Ilmu Fiqh dari masa ke masa ................................................... 2

a. Periode Nabi Muhammad Saw. .................................................................................. 2

b. Periode Sahabat .......................................................................................................... 4

c. Periode Tadwin .......................................................................................................... 4

c. Periode Taqlid ............................................................................................................ 8

BAB III .............................................................................................................................. 11

PENUTUP ......................................................................................................................... 11

Kesimpulan ..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Fiqh merupakan salah satu ilmu yang penting dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Tidak terlepas dari setiap keadaan, permasalahan, dan kegiatan manusia, baik
kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, maupun kehidupan manusia dengan
tuhannya yang sangat membutuhkan ilmu fiqh dalam menanganinya. Seperti cara
beribadah, cara membersihkan najis dengan baik, muamalah, dan lain-lain

Adapun sejarah ilmu fiqh telah dimulai dari diangkatnya Nabi Muhammad
SAW menjadi nabi sampai wafatnya beliau. Pada masa Rasulullah SAW, beliau telah
mewariskan beberapa nash-nash hukum baik dari Al-Qur’an maupun hadist. Ketika
kedua hal tersebut dijadikan rujukan dan bahan kajian, maka muncullah pemikiran dan
pemahaman dari beberapa sahabat.

Dari sejarah tersebut, Ilmu fiqh mengalami perkembangan dari masa ke masa
yang memiliki ciri-ciri ataupun hal yang menonjol dalam masa tersebut. sehingga Ilmu
Fiqh dapat menyalurkan banyak manfaat untuk kehidupan dari zaman dahulu sampai
zaman sekarang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan ilmu fiqih dari masa ke masa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan ilmu fiqih dari masa ke masa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perekembangan Ilmu Fiqh dari masa ke masa


Abdul Wahhab Khallaf membagi perkembangan Sejarah Ilmu fikih, menjadi empat
periode, yaitu periode Rasul, sahabat, tadwīn, dan Taqlid. 1

Berikut tabel periodesasi perkembangan Sejarah ilmu fikih :

a. Perkembangan Ilmu Fikih Periode Makkah


1. Periode Nabi Muhammad
Saw b. Perkembangan Ilmu Fikih Periode Madinah

2. Perkembangan Ilmu Fikih


Khulafaur Rasyiddin
Periode Sahabat Nabi

a. Imam Abu Hanifah


3. Perkembangan Ilmu Fikih b. Imam Malik
Periode Tadwin c. Imam As-Syafi’i
d. Imam Ahmad Bin Hambal

a. Periode abad ke-4 H – Abad ke-7 H


4. Perkembangan Ilmu Fikih b. Dari abad ke-4 H – Abad ke 10 h
Periode Taqlid c. Abad Ke 10 H – zaman Muhammad Abduh
d. Masa sekarang2

a. Periode Nabi Muhammad Saw.


Pada hakikatnya, semua perkembangan ilmu berasal sejak masa Rasulullah Saw, karena
yang berwewenang atas dasar wahyu yang mentasyri’kan hukum dan berakhir pada wafatnya
Rasulullah. Pada periode nabi Muhammad Saw ini disebut juga dengan Periode Pertumbuhan,
yang dimulai sejak kebangkitan (Bi’tsah) Nabi Muhammad Saw sampai beliau wafat (12 rabiul
awal 11 H / 8 Juni 632 M). 3

1
Prof. Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh (Da’wah Islamiah Syabab Al-Azhar Kairo, 1996) hal 27
2
Ahmad Jazuli, Konsep dan Ruang Lingkup Fiqh (Madrasah Aliyah Al Ahron Demak, 2009)
3
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A., ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Depok, 2004) hal 13

2
Sumber hukum yang ada pada masa ini adalah Al-Qur’an yang berdasarkan pada wahyu
yang telah diterima oleh Nabi Muhammad Saw dan diimplementasikan dalam kehidupan
beliau. Sebagaimana telah dijelaskan dalam surah QS. An-Najm (53): 3-4 yang berbunyi:

ۡ ‫ع ِن‬
َ ‫)ٰ ِإ ۡنٰٰه َُوٰٰ ِإ َّل‬٤(ٰٰ‫ٰٰٱل َه َوى‬
(٣) ٰ‫ٰٰو ۡحيٰٰيُو َحى‬ َ ٰٰ‫َو َماٰ َينطِ ُق‬

Artinya: “Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya.Tidak lain
(Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (AnNajm[53]:3-4).
Periode ini berlangsung selama 20 tahun beberapa bulan yang dibagi menjadi 2 masa,
yaitu :
1. Perkembangan Ilmu Fikih Periode Makkah

Periode Makkah merupakan periode pertama pada masa nabi


Muhammad Saw yang bermula sejak Nabi berdakwah perorangan secara
sembunyi-sembunyi. Periode ini, sebagai penyebaran agama yang lebih
ditekankan pada aspek tauhid. Yang berlangsung kurang lebih 13 tahun, konsep
nabi menyerukan tauhid ajaran islam kepada jiwa setiap individu Masyarakat arab
dengan cara menjauhkan dan menghindarkan Masyarakat arab dalam
menyembah berhala.

Pada masa ini belum ada hal yang mendorong Nabi Muhammad Saw
untuk membuat hukum. Sehingga tidak ada ayat-ayat dari surah makiyyah yang
berkenaan dengan hal tersebut. Namun, Kebanyakan dari surah makiyyah
berisikan tentang akidah, akhlak, dan Sejarah.

2. Perkembangan Ilmu Fikih Periode Madinah


Periode Madinah merupakan periode kedua setelah periode Makkah.
Periode ini dimulai sejak hijrahnya Nabi Muhammad Saw ke Madinah pada 16
Juni 622 M sampai beliau wafat. Periode yang berlangsung selama 10 tahun ini
menjadi awal terbentuknya negara islam dengan seperangkat aturan hukum
yang mengatur masyarakat islam madinah. Sehingga pada masa ini wahyu
Allah mulai turun secara berangsur-angsur yang berisi tentang hukum-hukum,
seperti hukum perkawinan, talak, wasiat, jual beli, sewa, hutang-piutang dan
semua transaksi yang terdapat dalam surat-surat Madaniyah, seperti surat Al-
Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’, Al Maidah, Al Anfal, At Taubah, An-Nur dan
sebagainya.

3
Jadi, pada masa ini ilmu fiqih lebih bersifat praktis dan realis dalam
artian kaum muslimin dapat mencari hukum dari suatu peristiwa tersebut yang
betul-betul terjadi. 4

b. Periode Sahabat
Periode ini bermula dari tahun 11 H (sejak Nabi wafat) sampai masa Muawiyah bin Abi
Sufyan menjabat sebagai khalifah pada tahun 41 H. Pada periode ini kaum muslimin telah
memiliki rujukan hukum syariat yang sempuna, berupa al-Quran dan hadist. Disisi lain para
sahabat Nabi mulai mengibarkan bendera islam dibeberapa daerah untuk memperluas wilayah
islam sehingga hal itu menjadi faktor utama dalam munculnya masalah-masalah baru.5

Faktor-faktor munculnya masalah tersebut karena tidak semua orang dapat memahami
nash (Al-Quran dan Hadist) secara benar, materi belum tersebar secara detail ke wilayah
perluasan islam, dan terakhir karena banyaknya peristiwa dan hukum syariat yang belum terjadi
dan belum ditentukan di masa Nabi Muhammad Saw.

Dari masalah-masalah tersebut para sahabat merasa dituntut untuk memberikan


jawaban terhadap tantangan yang perlu dijelaskan. Sehingga para sahabat memberi fatwa-
fatwa pada masalah-masalah tersebut. Namum fatwa tersebut tidak ditemukan hukumnya
dalam nash, oleh karena itu para sahabat melakukan ijtihad. Jadi, pada masa ini sumber hukum
islam bertambah dengan ijtihad sahabat disamping Al-Quran dan Hadist itu sendiri. 6

c. Periode Tadwin
Pada periode tadwin ini terjadi pada Daulah Abbasiyah yang dimulai dari pertengahan
abad ke-2 H sampai pertengahan ke-4, yaitu kekhalifahan kedua islam yang berkuasa di
Baghdad setelah runtuhnya Daulah Umayyah. Pada masa ini terjadi pembukuan dan
penyempurnaan fikih sehingga periode ini disebut juga sebagai masa mujahidin dan masa
pembukuan hukum islam (fikih). Seperti adanya usaha dalam pembukuan al-Hadis, Atsar
Sahabat dan fatwa-fatwa tabi’in dalam bidang fikih, ushul fikih, tafsir, dan sebagainya yang
dilakukan secara intensif. 7

4
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A., ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Depok, 2004) hal 14
5
Prof. Dr. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushulul Fiqh (Da’wah Islamiah Syabab Al-Azhar Kairo, 1996) hal 29

6
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A., ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Depok, 2004) hal 15
7
Ahmad Jazuli, Konsep dan Ruang Lingkup Fiqh (Madrasah Aliyah Al Ahron Demak, 2009)

4
Oleh karena itu, masa ini mengalami kemajuan yang pesat sekali. Sehingga
disebut juga dengan masa keemas an islam yang ditandai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan yang dapat dirasakan hingga zaman sekarang.
Adapun faktor-faktor yang menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh,
antara lain :
a. Adanya khalifah yang perhatiannya sangat besar terhadap ilmu fiqh maupun
ilmu pengetahuan pada umumnya.
b. Adanya kebebasan dalam berpendapat dan berkembangnya diskusi ilmiah
dikalangan ulama.
c. Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti Al Quran pada masa
Khalifah ar Rasyidin, Hadis pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Tafsir
dan llmu Tafsir pada abad pertama hijriah yang dirintis oleh Ibnu Abbas serta
muridnya, dan kitab-kitab lainnya. 8

Sehingga pada masa ini muncul pula madzah-madzhab fikih yang banyak
mempengaruhi pekembangan hukum Islam, diantaranya

a. Perkembangan Ilmu Fikih masa Imam Abu Hanifah

Nama asli beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi,
tetapi lebih dikenal dengan nama Abu Hanifah, seorang mujtahid dan pendiri
madzhab Hanafi. Beliau lahir di Kufah, Irak pada tahun 80 H ./ 699 M dan
meninggal di Baghdad, Irak pada tahun 150 H / 767 M.

Beliau merupakan seorang tabi’in, yakni generasi setelah sahabat nabi,


karena pernah bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yang
bernama Anas bin Malik dan beberapa peserta perang badar yang dimuliakan Allah
Swt. Yang merupakan generasi terbaik Islam. Beliau juga berguru kepadanya dalam
meriwayatkan Hadis dan berbagai ilmu dari Rasulullah Saw.
Sedangkan salah satu guru Imam Abu Hanifah dalam bidang ilmu fikih
adalah Syaikh Hammad bin Abi sulaiman. Beliau berguru kepada Syaikh Hammad
selama 18 tahun. Ketika sang guru wafat, beliau menggantikan posisi gurunya
sebagai guru besar. Imam Abu Hanifah memiliki banyak murid, dan yang paling
terkenal dan giat dalam membukukan apa yang disampaikan oleh beliau adalah

8
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A., ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Depok, 2004) hal 18

5
Syaikh Abu Yusuf. Dari Syaikh Abu Yusuf inilah mazhab Hanafi terus berkembang
sampai sekarang.

b. Perkembangan Ilmu Fikih masa Imam Malik

Nama asli beliau adalah Malik bin Anas bin Malik bin ‘Amr Al-Humayari
Al-Asbahi Al-Madani. Beliau terkenal dengan kecerdasan yang luar biasa. Beliau
memiliki buah karya yang sangat terkenal,yakni kitab Al–Muwattha’. Kitab yang
memuat kompilasi Hadis dan ucapan para sahabat.
Beliau juga salah satu mujtahid mutlak, pendiri mazhab Maliki yang dalam
perkembangannya banyak digunakan di daerah Madinah dan sebagian Makkah.
Diantara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ Al-Muqbiri, Na’imul
Majmar, Az-Zuhri dan lain-lain. Kemudian murid-murid beliau diantaranya adalah
Ibnul Mubarok, Penerus dan pengembang dari mazhab Malikiyyah, Sufyan At-
Tsauri, Imam As-Syafi’i, pendiri mazhab Syafi’iyyah, Abu Hudzaifah AsSahmi dll.

c. Perkembangan Ilmu Fikih masa Imam As-Syafi’i

Nama asli beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris AS-Syafi’i Al-
Muttholibi Al-Quraisy. Seorang mufti besar sunni islam dan pendiri mazhab
Syafi’i. Lahir di Palestina tahun 150 H / 767 M dan wafat di Mesir tahun 204 H /
819 M. Beliau masih tergolong kerabat nabi melalui jalur kakeknya yang bernama
Al-Muttholib, yakni saudara dari Hasyim yang merupakan kakek Rasulullah Saw.
Dalam perjalanan hidupnya, setelah ayah beliau meninggal dan dua tahun
kelahirannya, sang ibu membawanya ke Makkah, tanah air nenek moyangnya. Di
Makkah, As-Syafi’i kecil belajar fikih kepada mufti disana, Syaikh Muslim bin
Kholid AzZanji sampai beliau mengizinkan Syafi’i kecil memberikan fatwa ketika
masih berumur 15 tahun. Kemudian Syafi’i remaja berguru kepada Imam Dawud
bin Abdurrahman Al-Atthar dan masih banyak lagi guru-guru beliau. Ketika As-
Syafi’i kecil berumur 9 tahun,
Ia pergi ke Madinah dan berguru fikih kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan mampu menghafalkannya hanya
dalam 9 maalam saja. Setelah Imam As-Syafi’i dewasa, dengan segala ilmu yang
telah Ia pelajari, Ia mulai berijtihad dan berfatwa serta produktif dalam menulis
kitab-kitab. konseptual nan praktis sebagai media rujukan kaum muslim dalam

6
menjalankan kehidupan individual maupun sosial. Buah dari ijtihad beliau adalah
mazhab syafi’iyyah yang mana mazhab ini merupakan mazhab dengan penganut
terbanyak di dunia saat ini.

d. Perkembangan Ilmu Fikih masa Imam Ahmad Bin Hambal

Saat masih kanak-kanak, Ahmad bin Hambal ditinggal wafat oleh


ayahnya yang gugur dalam pertempuran melawan Bizantium. Sedangkan
kakeknya, Hambal, adalah seorang gubernur pada masa Dinasti Umayyah. Banyak
ulama menyebutkan bahwa Imam Ahmad berkutat mencari ilmu di Baghdad dan
sekitarnya sampai usia 19 tahun. Setelah menghafal al Qur’an di usia belia, ia mulai
mengumpulkan hadis dan mendalami fikih sejak umur 15 tahun.
Setelah masa-masa di Baghdad, ia berkelana ke banyak daerah, seperti
Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, Yaman dan Syam, guna berguru kepada ulama
terkemuka setempat. Para periwayat hadis banyak sekali tercatat pernah tinggal,
atau setidaknya, singgah di Baghdad. Para tokoh ulama ini diabadikan oleh al-
Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad.
Oleh sebab itu Ahmad bin Hambal begitu terpengaruh oleh mereka, dan
nantinya merupakan salah satu kalangan ahlul Hadis terkemuka. Sebagian besar
kekayaan ilmu Ahmad Ibn Hambal diperoleh di kota kelahirannya, Baghdad.
Sebagai sosok yang besar di sana pada kurun abad ke-2 hijriah, Ahmad
bin Hambal berada dalam pusaran keilmuan Islam. Berkat ketekunannya
mengumpulkan hadis, Ahmad bin Hambal memiliki hafalan hadis yang banyak
sekali. Ini membuatnya sangat kompeten dalam periwayatan hadis, dan segera
menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidang tersebut.
Di samping itu, perkembangan ilmu fikih mulai banyak dikembangkan pada
masa pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Saat Mu’awiyah Ibnu Abi
Sufyan mengambil alih kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahan
dipindahkan dari Madinah ke Damaskus. Kemudian ketika Abbasiyah mengambil
alih kekuasaan dari Bani Umayyah, pusat kerajaan atau ibu kota politik dunia islam
dipindah ke kota Baghdad.
Beliau belajar kepada para guru tersohor, seperti Syekh Abu Yusuf, salah
satu murid utama Abu Hanifah, kemudian Abdur Razzaq, salah satu generasi
pemula penyusun kitab hadis, serta Imam As-Syafi’i. Ketika Imam As-Syafi’i

7
tinggal di Baghdad, Ahmad Ibn Hambal rajin mengikuti halaqahnya. Kedalaman
ilmu fikih dan hadisnya menjadikan pribadi Ahmad ibn Hambal sebagai pribadi
yang unggul di majelis Imam asy-Syafi’i. Imam asy-Syafii juga tercatat berjumpa
dengan Imam Ahmad di dataran Hijaz saat Imam Ahmad sedang melakukan haji,
serta saat Imam As-Syafi’i sedang berkunjung ke Irak.
Imam As-Syafi’i pun memuji sosok Imam Ahmad bin Hambal: “Aku keluar
dari Irak, dan tiada kutemui orang yang lebih mumpuni ilmunya dan zuhud
dibanding Ahmad bin Hambal,” tutur beliau. Ia digambarkan para muridnya sebagai
pribadi yang wara’, santun, dan ramah. Ahmad bin Hambal fokus menimba ilmu,
dan baru menikah pada usia 40 tahun.
Di usia itu, dengan perbendaharaan ilmu yang kaya khususnya dalam bidang
hadis dan fikih, Ahmad mendirikan majelis tersendiri di kota Baghdad. Oleh
beberapa ulama ia dinilai mengikuti jejak Imam Abu Hanifah yang membuka
majelis saat usia serupa, dan dianggap baru memberanikan diri membuka majelis
usai wafatnya Imam Syafi’i sebagai bentuk takzim. Dari majelis ini pula, Ahmad
bin Hambal mulai merumuskan dasar-dasar mazhabnya, mengeluarkan fatwa, dan
membimbing murid-muridnya.9
d. Periode Taqlid

Periode taqlid merupakan zaman dimana ilmu fiqih yang berkembang sejak awal abad
ke-4 H mulai suram dan terus berlangsung selama berabad-abad. Periode yang lalu juga
terdapat golongan yang bertaqlid (muqallid), dan juga golongan yang berijtihad (mujtahid)
Mulai dari abad ke-4 ini taqlid berpengaruh bagi ulama dengan mempunyai arti dengan yang
lalu.

Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbasyiyah berada dalam keadaan lemah
dikarenakan pada masa itu banyak terjadi konflik politik dan beberapa faktor sosiologis,
sehingga banyak daerah yang melepaskan diri seperti Bani Samani (874-999 M), Bani Ikhsyidi
(935-1055 M) dqan beberapa beberapa kerajaan kecil lainnya. Selain itu, banyak ulama pada
masa itu yang kemampuannya sudah lemah untuk mencapai tingkat mujtahid mutlak
sebagaimana masa sebelumnya. 10

9
Ahmad Jazuli, Konsep dan Ruang Lingkup Fiqh (Madrasah Aliyah Al Ahron Demak, 2009)
10
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A., ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh (Depok, 2004) hal 22

8
Pada periode Taqlid mujtahid dan muqallid memiliki arti tersendiri, dimana mujtahid
adalah muqaiyad atau mujtahid mazhab yakni orang yang berijtihad tanpa melepas diri dari
suatu mazhab. Sedangkan muqallid yaitu orang yang menerima suatu hukum dari seorang
imam dan memandang bahwa fatwanya seolah-oleh merupakan sebuah syara’.11

Berdasarkan ahli Tarikh Tasyri’ zaman taqlid ini berlangsung selama tiga tahun atau
empat periode :

1. Dari abad ke-4 H sampai jatuhnya baghdad ketangan Tartar (pertengahan abad
ke-7 H).

Dipermulaan abad ke-4 H banyak ulama yang menegakkan fatwa


imamnya, menyeru ummat untuk mengikuti mazhab yang dianutnya.Ulama Irak
mempropaganda ummat untuk menganut mazhab Imam Abu Hanifah. Ulama
madinah kepada Mazhab Imam Malik. Dilain itu juga, terdapat kota yang
dijadikan pusat ilmu fiqih dan tempat lahirnya ulama yang menyerukan mazhab
Imam Syafi’I dan Imam Ahmad Ibn Hambal.

Pada periode ini juga, banyak golongan yang menderukan tentang


mazhab yang dianutnya. Hal ini berlangsung sampai abad ke 6 H, semangat
fanatik yang terlalu terhunjam dalam keseharian dan mulailah tampak
perbedaan dalam pergaulan hidup dikarenakan berlainan mazhab.

2. Dari abad ke-4 sampi abad ke-10 H

Pada masa ini taqlid belumlah merata secara penuh, banyak ulama yang
berijtihad walaupun tidak sebagai ulama mujtahidin dimasa Bani Umayyah dan
permulaan masa bani abbas. Dalam periode ini, kelemahan ruh ijtihad terlihat
lebih nyata, hanya sebagian kecil ulama yang masih menggunakan daya ijtihad
diperiode ini, seperti:

 Al Iz Ibn Abdis Salam (578-660 H)


 Ibnu Daqiqil ‘Ied (615-702 H)
 Ibnu Rif’ah (645-710 H)
 AL Bulqini (724- 805 H)
3. Dari abad ke-10 H sampai zaman Muhammad Abduh

11
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Semarang, 2001) hal 68-70

9
Di periode kedua telah dijelaskan bahwa masih ada ulama yang maju
untuk mencapai derajat ijtihad serta memikirkan masalah yang belum terjadi
sebelumnya, dan juga masih berani membantah taqlid buta seperti Ibnu
Taimiyah dan Ibnu Qoiyim. Pada periode ini ijtihad sudah benar sirna, dan
fatwa bahwa berijtihad haram juga telah berkembang. Bahkan taqlid tidak lagi
sampai kepada Mutaqaddimin dan salaf yang shaleh, namun hanya sampai
kepada seorang alim yang terdahulu di kalangan mereka saja.

Walaupun pada awal periode ini sudah sirnanya ijtihad,dipertengahan


abad ke XII, bangkit dua orang mujtahid yang keluasan ijtihadnya diakui alim
ulama di Tengah-tengah negeri Yaman, yaitu Muhammad Ibnu Ismail Al Amir
ash Shan’ani (pengarang Subulussalam) dan Al Imam Asy-Syaukani
(pengarang Nailul Authar).

Kemudian awal abad ke XX bangunlah pujangga Sunnah, ahli politik


islam yakni, Al Imam Muhammad Abduh. Dengan semangat beliau dalam
penyelidikan terhadap problem yang dihadapi, maka semakin mudah mazhab
dipersatukan kembali dengan landasan Kitabullah dan Sunnatur Rasul serta
dengan pedoman yang digunakan oleh mujtahidin pada masa terdahulu.

4. Masa yang sedang kita tempuh saat ini

Di masa munculnya Muhammad Abduh, kalangan Masyarakat Mesir


merasa terancam, karena beliau menyerukan ulama untuk berijtihad dan
menyingkap tirai taqlid.

Dengan usaha Al Manar yang dikendalikan oleh As Saiyid,


bermunculan juga usaha menggulungkan tirai taqlid buta itu.12

12
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Semarang, 2001) hal 71

10
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Abdul Wahhab Khallaf membagi perkembangan Sejarah Ilmu fikih, menjadi
empat periode, yaitu periode Rasul, Sahabat, Tadwin, dan Taqlid. Pada masa periode
Nabi Muhammad Saw. Pada hakikatnya, semua perkembangan ilmu berasal sejak masa
Rasulullah Saw, karena yang berwewenang atas dasar wahyu yang mentasyrikan
hukum dan berakhir pada wafatnya Rasulullah. Pada periode nabi Muhammad Saw ini
disebut juga dengan Periode Pertumbuhan, Periode ini berlangsung selama 20 tahun
beberapa bulan yang dibagi menjadi 2 masa, yaitu Perkembangan Ilmu Fikih Periode
Makkah yang berlangsung selama 13 tahun dan Perkembangan Ilmu Fikih Periode
Madinah Periode yang berlangsung selama 10 tahun ini menjadi awal terbentuknya
negara islam dengan seperangkat aturan hukum yang mengatur Masyarakat islam
Madinah.

Periode ketiga yaitu periode Sahabat. Periode ini bermula dari tahun 11 H sejak
Nabi wafat sampai masa Muawiyah bin Abi Sufyan menjabat sebagai khalifah pada
tahun 41 H. Pada periode ini kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syariat
yang sempuna, berupa al-Quran dan hadist. Dan periode yang terakhir yaitu Periode
taqlid. Periode taqlid merupakan zaman dimana ilmu fiqih yang berkembang sejak awal
abad ke-4 H mulai suram dan terus berlangsung selama berabad-abad. Periode yang
lalu juga terdapat golongan yang bertaqlid (muqallid), dan juga golongan yang
berijtihad (mujtahid) Mulai dari abad ke-4 ini taqlid berpengaruh bagi ulama dengan
mempunyai arti dengan yang lalu.

Telah kita ketahui dari beberapa periode-periode diatas yang telah dibahas
dalam sejarah perkembangan ilmu fiqih dari masa ke masa menjadikan kita menambah
pemahaman tentang ilmu fiqih serta menambah rasa Syukur sehingga kita dapat
menyadari bahwa begitu besar perjuangan ulama-ulama dari step by step periode
sehingga kita mampu mendapatkan dan mengamalkan ilmu fiqih tanpa berjuang keras
sperti ulama-ulama terdahulu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jazuli Ahmad, Konsep dan Ruang Lingkup Fiqh, Madrasah Aliyah Al Ahron:
Demak,2009.
Koto Alaiddin, ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh , Depok:Gema Risalah Press, 2004
Muhammad Teungku Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam Semarang:PT
Pustaka Riski Putra,2001.
Wahab Abdul, Ilmu Ushulul Fiqh, Da’wah Islamiah Syabab Al-Azhar, Kairo: 1996.

12

Anda mungkin juga menyukai