Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

WAQAF DAN DAKWAH RASULULLAH PERIODE


MADINAH

Nama: Andika Tri Ramadhana


NISN: 0047538426
Kelas : X MIPA 2

SMAN 1 CILILIN
2021
Alamat: Jl. Radio Cililin, Cililin, Bandung Barat,
Jawa Barat
Telp: (022) 6940048
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah Waqaf ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Entin
Kartini selaku Guru mata pelajaran Agama Islam yang telah memberi
tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kira mengenai pengertian,
prinsip, jenis jenis waqaf. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun


yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi saya sendiri maupun yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
pernaikan di masa yang akan datang.

Bandung,............................

ANDIKA TRI RAMADHANA


ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................i

Daftar
Isi....................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan.................................................................................1

Latar Belakang.........................................................................................1

Rumusan
Masalah....................................................................................6

Tujuan Dan Manfaat.................................................................................6

BAB 2 Pembahasan.................................................................................8

Pengertian................................................................................................8

Macam Macam Wakaf............................................................................10

Rukun Dan Syarat Wakaf.......................................................................10

Macam Macam Dakwah.........................................................................11

Syarat Dakwah.......................................................................................13

BAB 3 Penutup.......................................................................................14

Kesimpulan.............................................................................................14

Saran......................................................................................................15

Penutup..................................................................................................17

Daftar Pustaka........................................................................................18
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Wakaf merupakan salah satu tuntunan ajaran Islam yang
menyangkut kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima‟iyah
(ibadah sosial). Karena wakaf adalah ibadah, maka tujuan utamanya
adalah pengabdian kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari
ridhaNya. Salah satu alasan pembentukan Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf adalah praktik wakaf yang ada di
masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien, salah satu
buktinya adalah di antara harta benda wakaf tidak terpelihara dengan
baik, terlantar, bahkan beralih ke tangan pihak ketiga dengan cara
melawan hukum. Di samping itu, karena tidak adanya ketertiban
pendataan, banyak benda wakaf yang karena tidak diketahui datanya,
jadi tidak terurus bahkan wakaf masuk dalam siklus perdagangan.
Keadaan demikian itu tidak selaras dengan maksud dari tujuan wakaf
yang sesungguhnya dan juga akan mengakibatkan kesan kurang baik
terhadap Islam sebagai ekses penyelewengan wakaf, sebab tidak jarang
sengketa wakaf terpaksa harus diselesaikan di Pengadilan.

Pelaksanaan wakaf yang terjadi di Indonesia masih banyak yang


dilakukan secara agamis atau mendasar pada rasa saling percaya,
yaitu
2

Wakif hanya menyerahkan tanah wakaf kepada seorang nazhir


tanpa dibarengi dengan adanya pembuatan Akta Ikrar Wakaf (AIW)
atau sejenisnya. Kondisi ini pada akhirnya menjadikan tanah yang
diwakafkan tidak memiliki dasar hukum, sehingga apabila dikemudian
hari terjadi permasalahan mengenai kepemilikan tanah wakaf
penyelesaiannya akan menemui kesulitan, khususnya dalam hal
pembuktian. Dalam perkara lain, hal yang sering menimbulkan
permasalahan dalam praktik wakaf di Indonesia adalah dimintanya
kembali tanah wakaf oleh ahli waris wakif dan tanah wakaf dikuasai
secara turun-temurun oleh Nazhir yang penggunaannya menyimpang
dari akad wakaf. Dalam praktik sering didengar dan dilihat adanya
tanah wakaf yang diminta kembali oleh ahli waris wakif setelah wakif
tersebut meninggal dunia. Akan tetapi khusus untuk wakaf tanah,
ketentuan pembuatan akta ikrar wakaf telah menghapuskan
kepemilikan hak atas tanah yang diwakafkan sehingga tanah yang
telah diwakafkan tersebut tidak dapat diminta kembali.

Pada dasarnya, benda yang telah diwakafkan tidak dapat


dilakukan perubahan. Dalam sabda Rasulullahh SAW telah
dijelaskan bahwa benda wakaf tidak bisa diperjualbelikan,
dihibahkan, atau diwariskan dalam hadits Umar Radhiyallahu 'anhu :
(Sesungguhnya tanah wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh
dihibahkan, dan tidak boleh diwaris [HR Bukhari])
Tindakan-tindakan yang tidak boleh dilakukan, baik atas nama
wakif maupun atas nama mauquf „alaih karena dapat merusak
kelestarian wakaf, yaitu:

1. Menjual lepas, artinya transaksi memindahkan hak atas tanah


atau barang-barang yang yang telah diwakafkan untuk selama-
lamanya.
2. Mewariskan, artinya memindahkan harta wakaf secara turun-
temurun kepada anak cucu setelah meninggal dunia.
3. Menghibahkan, artinya menyerahkan harta wakaf kepada pihak
lain tanpa imbalan

Demikian pula, tindakan-tindakan lain yang sengaja atau karena


kelalaian menyimpang dari tujuan wakaf, yaitu

1. Menukar atau memindahkan wakaf dari suatu lokasi ke lokasi


yang lain, seperti tanah sawah ditukar dengan tanah darat atau
dari lingkungan perkotaan ke desa terpencil.
2. Melakukan perubahan peruntukan yang disebabkan oleh wakif
dalam ikrar wakafnya seperti wakaf masjid diubah menjadi wakaf
pondok pesantren.
3. Menelantarkan wakaf sehingga tidak produktif atau tidak memberi
manfaat apa-apa.
4. Membongkar atau membongkar barang-barang wakaf hingga
punah.
5. Mengambil alih menjadi milik pribadi
Dakwah merupakan bagian yang sangat penting di dalam Islam,
karena berkembang tidaknya ajaran agama Islam dalam kehidupan
masyarakat merupakan aktifitas dari berhasil tidaknya dakwah yang
dilaksanakan, sebagai ajaran yang menuntut penyampaian dan
penyebaran. Setiap muslim senantiasa berada dalam kisaran fungsi dan
misi risalah melalui media dakwah, baik ke dalam maupun ke luar

lingkungan umat Islam, dengan memperhatikan akidah, akhlak, dan


ketentuan lainya yang intinya sesuai dengan konsep Islam ( Saefudin,
1996 : 1 )

Dakwah menurut istilah mengandung beberapa arti yang beragam.


Banyak para ahli ilmu dakwah memberikan definisi menurut versi sudut
pandang yang berbeda. Meskipun demikian akan lebih terasa kalau
semuanya itu saling melengkapi

Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode


tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu
dipertimbangkan metode yang akan digunakan dan cara penerapannya,
karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering dinilai dari
segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang
dihadapi oleh dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga
metode yang berhasil di suatu tempat tidak dapat dijadikan tolak ukur
daerah lain ( Abdullah, 1993 : 1 ).

Secara umum Allah telah memberikan pedoman tentang dasar


metode dakwah, sebagaimana tercantum dalam Al Qur‟an surat An –
Nahl ayat 125 yang artinya: “ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia – lah yang lebih
mengetahui tentang siapa tersesat dari jalan – Nya dan Dia – lah yang
lebih mengetahui orang – orang yang mendapat petunjuk “

Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, khususnya untuk


kalangan remaja di Tambakaji, masih jauh dari harapan umat Islam
pada umumnya yang dapat melaksanakan syariat Islam dengan baik,
hal ini disebabkan karena dampak arus globalisasi yang pada dasar

sasaranya adalah remaja. Karena suatu keadaan tentang remaja adalah


penuh kegoncangan, belum mempunyai prinsip hidup kuat. Keadaan
seperti itu sangat memerlukan agama dan membutuhkan suatu
pegangan atau kekuatan luar yang dapat membantu mereka dalam
mengatasi dorongandorongan dan keinginan-keinginan baru yang belum
pernah mereka kenal sebelum itu

Melihat perkembangan zaman yang semakin modern dan sasaran


dakwahnya di kalangan remaja, nampaknya kurang tepat jika dakwah
khususnya dikalangan remaja perkotaan menggunakan dakwah bil lisan.
Hal ini mengingat masyarakat kota khususnya kalangan remaja tidak
terlalu suka untuk digurui. Masyarakat kota cenderung percaya dengan
hal-hal yang bersifat rasional. Tidak semua remaja di Tambakaji
terpengaruh oleh dampak globalisasi. Hal ini dibuktikan sebagian remaja
di Tambakaji ada yang sudah melaksanakan syariat Islam, dan juga
membentuk suatu organisasi dakwah, yang sasaran utama dakwahnya
adalah remaja.

Kondisi semacam ini rupanya memang merupakan problematika


utama dakwah di masa kini. Dengan kata lain bagaimana agar dakwah
Islamiah khususnya di kalangan remaja perkotaan yang selama ini
bersifat bil – lisan dapat dilengkapi dengan dakwah Islamiah secara
lebih lengkap, luas dan menyeluruh. Sehingga nilai–nilai Islam benar–
benar dapat dipahami, dihayati serta diamalkan sepenuhnya sehingga
agama dapat membawa umatnya ke arah kemajuan dan kesejahteraan
hidup. Sedangkan sementara ini kondisi umat boleh dikatakan masih
banyak yang hidup dengan pola agraris yang disebut dengan peradaban
gelombang pertama, dan baru sedikit yang berpola hidup industry

sebagai peradaban gelombang yang kedua. Ketertinggalan umat Islam


semacam ini jelas terkait erat dengan pola dakwah yang berlangsung
selama ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang hendak dikemukakan adalah


sebagai berikut:

1. Apa faktor penyebab dan akibat hukum penguasaan tanah wakaf


oleh ahli waris waris wakif
2. Bagaimana pertimbangan hakim serta akibat hukumnya dalam
penyelesaian perkara wakaf
3. Bagaimana peran Pemerintah dalam pengawasan
4. Bagaimana Metode dakwah pada forum komunikasi remaja
“ROMANSA” ?
5. Apa hasil-hasil yang telah dicapai forum komunikasi remaja
“ROMANSA” dalam dakwahnya?
1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah


sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab terjadinya sengketa
wakaf akibat dari tanah wakaf yang dikuasai oleh ahli waris
2. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam hal
pembuktian untuk memutus dan menyelesaikan sengketa wakaf
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Pemerintah
4. Untuk mengetahui metode dakwah pada forum komunikasi remaja
“ROMANSA”

5. Untuk mengetahui hasil dari kreatifitas metode dakwah pada forum


komunikasi remaja “ROMANSA” di Kel. Tambakaji Ngaliyan
Semarang.

Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat yang ingin dicapai


adalah sebagai beriku:

Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
dan wawasan ilmu hukum terkait dengan wakaf, serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran (sebagai informasi ilmiah)
b. Diharapkan menambah wacana keilmuan di bidang ilmu dakwah.
8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Wakaf Kata “Wakaf” atau “Wacf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”.
Asal kata “Wakafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di
tempat”. Kata “Wakafa Yaqifu Waqfan” sama artinya dengan “Habasa
Yahbisu Tahbisan” artinya mewakafkan.

Disebut menahan karena wakaf ditahan dari kerusakan, penjualan


dan semua tindakan yang tidak sesuai tujuan wakaf. Selain itu dikatakan
menahan juga karena manfaat dan hasilnya ditahan dan dilarang bagi
siapapun selain dari orang-orang yang berhak atas wakaf tersebut.

Menurut istilah syara‟, Muhammad Jawad Mughniyah dalam bukunya


al-Ahwalus-Syakhsiyah menyebutkan bahwa wakaf adalah:

Suatu bentuk pemberian yang menghendaki penahanan asal harta dan


mendermakan hasilnya pada jalan yang bermanfaat.
Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat
dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat
yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan

Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari


kata yad‟u (fi‟il mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah
memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summer),
menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to prray).
Selain kata “dakwah”, al-Qur’an juga menyebutkan kata yang memiliki

pengertian yang hampir sama dengan “dakwah”, yakni kata “tabligh”


yang berarti penyampaian, dan “bayan” yang berarti penjelasan.

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi antara lain:

Dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam


kehidupan seorang muslim, dimana esensinya berada pada ajakan
dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain
untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi
keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan


secara radikal dan komprehansif, artinya tidak secara parsial atau
setengah-setengah. Seluruh komponen sistem (unsurunsur) dakwah
harus dievaluasi secara komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu
dilakukan oleh beberapa da’i harus memiliki jiwa inklusif untuk
pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan
ilmu. Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan
keputusan, maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective
action). Kalau yang demikian dapat terlaksana dengan baik, maka
terciptalah suatu mekanisme perjuangan dalam dalam bidanh dakwah.
Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya disebut dengan ihtiar insani.
Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa mohon taufik dan
hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah.

10

2.2 Macam-Macam Wakaf


a. Wakaf Uang

Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang sebagai salah satu


solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif, karena
uang disini tidak lagi dijadikan alat tukar menukar

saja. Wakaf uang dipandang dapat memunculkan suatu hasil yang


lebih banyak.

b. Sertifikat Wakaf Tunai

Sertifikat wakaf tunai adalah salah satu instrument yang sangat


potensial dan menjanjikan, yang dapat dipakai untuk menghimpun
dana umat dalam jumlah besar. Sertifikat wakaf tunai merupakan
semacam dana abadi yang diberikan oleh individu maupun lembaga
muslim yang mana keuntungan dari dana tersebut akan digunakan
untuk kesejahteraan masyarakat.

2.3 Rukun dan Syarat Wakaf


Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai rukun dan syarat yang ada dalam
wakaf:

1. Rukun Wakaf

Dalam istilah fikih, rukun merupakan penyempurna sesuatu dan


bagian dari sesuatu itu sendiri. Sedangkan menurut bahasa, rukun
diterjemahkan dengan sisi yang terkuat atau sisi dari sesuatu yang
menjadi tempat bertumpu.

11

Wakaf mempunyai rukun, yaitu:

a) Waqif (orang yang memberikan wakaf).


b) Mauquf bih (barang atau benda yang diwakafkan).
c) Mauquf‟alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf)
d) Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf sebagai suatu ehendak untuk
mewakafkan sebagian harta benda)
2. Syarat Wakaf
a) Waqif (orang yang mewakafkan). Dalam hal ini syarat waqif adalah
merdeka, berakal sehat, baligh (dewasa), tidak berada di bawah
pengampuan. Karena waqif adalah pemilik sempurna harta yang
diwakafkan, maka wakaf hanya bisa dilakukan jika tanahnya
adalah milik sempurna waqif tersebut.
b) Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan). Dalam
perwakafan, agar dianggap sah maka harus memenuhi beberapa
syarat
2.4 Macam-Macam Dakwah
Dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan
dalam pelaksanaan dakwah. Metode-metode tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Ceramah

Ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk


menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan
tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan.

12

Ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh


cirri-ciri karakteristik bicara oleh seseorang da’i pada suatu aktivitas
dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang
retorika, diskusi, dan factor-faktor lain yang membuat pendengar merasa
simpatik dengan ceramahnya.

b. Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan


menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau mengusai materi
dakwah, di samping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima
dakwah.

Tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus


digunakan bersama-sama dengan metode lainnya. Tanya jawab sebagai
salah satu metode cukup dipandang efektif apabila ditempatkan dalam
usaha dakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi
hubungan timbale balik antara subjek dakwah dengan objek dakwah.

c. Diskusi

Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan,


pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan
membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur
dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.

Melalui metode diskusi da’i dapat mengembangkan kualitas mental


dan pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas

13

pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan


menggunakan metode diskusi ini dapat menjadikan peserta terlatih
menggunakan pendapat secara tepat dan benar tentang materi dakwah
yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara kreatif dan
logis (analisis) dan objektif.

2.5 Syarat Dakwah


a. Menguasai bahasa yang akan disampaikan dengan sebaik-
baiknya
b. . Bisa menyesuaikan bahan dengan taraf kejiwaan, juga
lingkungan sosial dan budaya para pendengar
c. Suara dan bahasa diatur dengan sebaik-baiknya, meliputi ucapan,
tempo, melodi ritme, dan dinamika.
d. Sikap dan cara berdiri duduk bicara yang simpatik
e. . Mengadakan variasi dengan dialog dan Tanya jawab serta
humor.
14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah diuraikan secara keseluruhan melalui pengkajian al-Qur’an,


hadits serta memperhatikan pendapat para mazhab dan mempelajari
Undang- undang no. 41 tahun 2004 tentang wakaf, maka dapat diambil
kesimpulan yang berkenaan dengan wakaf dengan wasiat sebagai
berikut:

1. Tidak sah hukumnya, apabila seseorang yang melakukan wakaf


berada dibawah pengampuan. Karena orang yang melakukan
wakaf harus memiliki kecakapan hukum. Dan seseorang bisa
dikatakan memiliki kecakaan hukum jika memenuhi 4 kriteria:
a. Merdeka
b. Berakal sehat
c. Dewasa
d. Tidak berada dibawah pengampuan
Tetapi berdasarkan metode istihsan wakaf orang yang berada
dibawah pengampuan terhadap dirinya sendiri selama hidupnya,
hukumnya adalah sah. Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk
menjaga harta wakaf supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu
yang tidak benar dan untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban
orang lain.

2. Adapun tujuan dari pembatasan harta wakaf dengan wasiat ialah


untuk kesejahteraan anggota keluarga yang ditinggalkan, terutama
ahli waris. Oleh karena itu, seseorang diharamkan memberikan

15

wakaf yang merugikan ahli waris dan barang yang diwakafkan juga
harus memenuhi kriteria harta benda yang bernilai (mutaqowwam)
dapat diketahui danmiliksempurna (tidak dalam khiyar).

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab


terdahulu, maka dapatlah diambil inti pembahasaan atau kesimpulaan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Metode dakwah mujadalah yang digunakan da’i dalam


menyampaikan pesan dakwah di Masjid Ad-Du’a Kelurahaan Way
Halim Kota Bandar Lampung untuk pengajian bapak-bapak,
tingkat keberhasilan da’i dalam menyampaikan pesan dakwah
baik. Hal ini disebabkan karena keberhasilan dakwah tidak hanya
ditentukan oleh da’i dengan ilmu dakwahnya saja, tetapi juga
ditunjang dengan penguasaan da’i dalam penggunaan metode
dakwah mujadalah yang tepat dalam penyampaian pesan dakwah
dan adanya komunikasi yang baik antara da’i dengan pemerintah,
pemuka-pemuka masyarakat, bahkan masyarakat itu sendiri.
2. Tanggapan jama’ah pengajian terhadap metode dakwah
mujadalah dimasjid Ad-du’a sangat baik dan responya pun positif,
jama’ah banyak yang setuju dengan adanya metode dakwah
mujadalah ini. Karena da’i nya pun sudah profesional kontenporer
ilmiah materi yang dibawakan juga berlandaskan hukum didalam
Al-Qur’an dan hadis(shohih).
3.2 Saran
1. Wakaf wasiat merupakan bentuk pemberian yang dapat
menumbuhkan rasa kesetiakawanan yang tinggi, mempersempit
kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin, sehingga

16

bentuk pemberian tersebut sangat dianjurkan agar tercipta sendi-


sendi umat Islam (ukhuwah Islamiyah).
2. Undang-Undang wakaf, khususnya yang berkenaan dengan wakaf
wasiat inihendaknya dioptimalkan secara profesional dan
porposional. Sehingga diharapkan dengan adanya Undang-
Undang ini akan dapat menyelesaikan kemungkinan-kemungkinan
terjadinya penyelewengan dalam pengolahan harta wakaf.
3. Dalam optimalisasi wakaf wasiat ini, hendaknya pemerintah
terutama pihak-pihak yang berkompeten dalam masalah
perwakafan, dalam hal ini hendaknya lebih menggiatkan kembali
dan segera mensosialisasikan wakaf wasiat ini, mengingat
keberadaan insitusi ini sangat penting peranannya dalam
peningkatan kesejahteraan umat. Sehingga diharapkan potensi
wakaf yang cukup besar akanmakin familiar di tengah-tengah
kemajemukan masyarakat Indonesia dan juga diharapkan akan
dapat memberikan pemahaman baru kepada masyarakat.
Setelah penulis melakukan penelitian terhadap metode dakwah yang
diterapkan oleh KH. Munif Muhammad Zuhri, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:

1. Di dalam Islama dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap


umat manusia yang harus diterapkan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, agar ajaran Islam terealisasi dalam masyarakat. 106
2. Metode dakwah yang diterapkan KH. Munif Muhammad Zuhri
dalam berbagai macam, gagasan beliau sangat tepat dan sangat
diperlukan bagi perkembangan masyarakat khususnya

17

3. masyarakat Girikusuma, maka dari itu perlu dikembangkan agar


apa yang menjadi tujuan dakwah dapat tercapai secara maksimal.
4. Dalam melaksanakan dakwah tentu ada hambatan, tetapi
hambatan tersebut jangan sampai menjadikan untuk
melaksanakan kegiatan dakwah tetapi hendaknya hambatan
tersebut dapat dijadikan sebagai penyemangat dalam berdakwah
serta mencari keridhoan Allah SWT.
4.3 Penutup

Dengan mengucapkan Alhamdulilah penulis telah mengakhiri


penulisan skripsi ini. Sebagai manusia biasa tentunya tentunya dalam
penulisan skripsi ini masih banyak hal-hal yang belum terpenuhi, baik
dari segi bahasa, penyusunan kalimat, dan hal yang lainnya. Namun
demikian penulis telah berupaya semaksimal mungkin demi
terselesaikannya karya ini dan agar mendapat hasil sebaik mungkin,
tetapi kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas. Oleh karena
itu untuk kesempurnaan karya yang sederhana ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua
pihak demi keberhasilan karya penulis dimasa mendatang

18

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=kata+pengantar&safe=strict&hl=id&sxsrf=ALeKk02WgDcISHXu-
dILgrqYIotOO-
CQZw:1622733895160&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUK
Ewiy64rr4vvwAhUymeYKHVFaAyUQ_AUoAXoECAEQAw&biw=136
6&bih=663#imgrc=UF06nORSro8hHM

http://eprints.ums.ac.id/37010/7/BAB%20I.

https://www.mediamaya.net/contoh-makalah-yang-baik-dan-benar/

http://repository.radenintan.ac.id/1130/3/

https://www.google.com/search?
q=pengertian+waqaf&oq=pengertian+waqaf&aqs=chrome..69i57j0l4j
0i10l2j0l3.6778j1j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://repository.uin-suska.ac.id/7184/6/BAB%20V.
http://wishwondersurprise.blogspot.com/2013/01/contoh-daftar-isi-
makalah.html

http://eprints.walisongo.ac.id/1094/2/071211017_

http://eprints.walisongo.ac.id/2611/3/091311016_

Anda mungkin juga menyukai