PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Ketentuan umum. Kemudian Buku Pertama tentang Perniagaan Pada Umumnya, yang terdiri
atas:
Titel 1 : (dihapuskan)
Titel 2 : Pembukuan
Titel 3 : Beberapa Jenis Persekutuan
Titel 4 : Bursa Perniagaan, Makelar, Kasir
Titel 5 : Komisioner, ekspeditur, pengangkut, dan nakhoda yang melayari sungai dan perairan
pedalaman
Titel 6 : Surat-surat wesel dan surat sanggup
Titel 7 : Cek, promes, dan kuitansi atas tunjuk
Titel 8 : Reklame atau penuntutan kembali dalam hal kepailitan
Titel 9 : Asuransi atau pertanggungan
Titel 10 : Pertanggungan kebakaran, pertanggungan terhadap bahaya yang mengancam hasil
pertanian di sawah, dan sebagainya, pertanggungan jiwa
3. Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan
diikuti oleh putusan-putusan pengadilan berikutnya untuk kasus yang sebangun.
4. Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan berasal dari kebiasaan yang berulang-ulang untuk pola
tingkah yang sama dalam waktu lama dan ada perasaan untuk mematuhinya. Banyak
norma aturan jual beli perniagaan dalam perdagangan internasional banyak didasarkan
pada hukum kebiasaan. Di dalam perdagangan internasional terdapat hukum kebiasaan
yang didokumentasikan dalam Uniform Commercial Practices (UCP).
Berbeda dengan Indonesia dan negara-negara dengan sistem civil law, di negara-
negara yang menganut sistem common law, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan
Australia, pengaturan hukum bisnis atau dagang tidak dikodifikasikan dalam kitab
undang-undang.
D.Perbuatan Perniagaan
Secara historis, hukum dagang adalah hukum perdata khusus bagi pedagang.26
Menurut Pasal 2 KUHD (lama), pedagang adalah mereka yang melakukan perbuatan
perniagaan sebagai pekerjaannya sehari-hari. Kemudian oleh Pasal 3 KUHD (lama)
disebutkan lagi bahwa perbuatan perniagaan pada umumnya adalah perbuatan pembelian
barang-barang untuk dijual kembali. Dari ketentuan Pasal 3 KHUD (lama) tersebut, H.M.N.
Purwosutjipto mencatat:27
1. Perbuatan perniagaan hanya perbuatan pembelian saja, sedangkan perbuatan
penjualan tidak termasuk di dalamnya karena penjualan merupakan tujuan
pembelian itu; dan
2. Pengertian barang di sini berarti barang bergerak. Jadi, tidak termasuk barang tetap.
Pasal 4 KUHD (lama) kemudian lebih merinci lagi beberapa kegiatan termasuk dalam
kategori perbuatan perniagaan, yaitu:
1. perusahaan komisi;
2. perniagaan wesel;
3. pedagang, bankir, kasir, makelar dan yang sejenis;
4. pembangunan, perbaikan, dan perlengkapan kapal untuk pelayaran di laut;
5. ekspedisi dan pengangkutan barang;
6. jual-beli perlengkapan dan keperluan kapal;
7. rederij, carter kapal, bordemerij, dan perjanjian lain tentang perniagaan laut;
8. mempekerjakan nahkoda dan anak buah kapal untuk keperluan kapal niaga;
9.perantara (makelar) laut, cargadoor, convoilopers, pembantu-pembantu pengusaha
perniagaan, dan lain-lain.
10. perusahaan asuransi
Pasal 5 KUHD (lama) menambahkan lagi kegiatan yang termasuk dalam kategori
perbuatan perniagaan, yaitu perbuatan-perbuatan yang timbul dari kewajiban-
kewajiban menjalankan kapal untuk melayari laut, kewajiban-kewajiban mengenai
tubrukan kapal, tolong-menolong dan menyimpan barang-barang di laut yang berasal
dari kapal karam atau terdampar, begitu pula penemuan barang-barang di laut,
pembuangan barang-barang di laut ketika terjadi avarai (avarij). Pasal 2 sampai dengan
Pasal 5 tersebut telah dicabut oleh Stb.1938- 276 yang mulai berlaku sejak tanggal 17
Juli 1936. Ketentuan ini juga mengganti istilah perbuatan perniagaan istilah
perusahaan.