Anda di halaman 1dari 7

LAYAKKAH FPI DITETAPKAN SEBAGAI

ORGANISASI TERLARANG OLEH PEMERINTAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK PRO
NAMA : SYUKUR NIATMAN HAREFA
EVI ASTUTI HAREFA
FATULUSI BAWAMENEWI
KELAS :A
SEMESTER : VI (ENAM)
FAKULTAS/PRODI: FKIP/PPKn
MATA KULIAH : DEMOKRASI PANCASILA

DOSEN PENGAMPU :
DARISALIM TELAUMBANUA, S.H., M.H

UNIVERSITAS NIAS (UNIAS) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. Front Pembela Islam (FPI)

Front Pembela Islam (FPI) adalah organisasi garis keras Islamisme Indonesia yang
didirikan pada tahun 1998 oleh Muhammad Rizieq Shihab dengan dukungan militer dan
tokoh politik. pimpinan organisasi sejak tahun 2015 adalah Ahmad Shabri Lubis,
sedangkan Rizieq Shihab bergelar Imam Besar FPI seumur hidup FPI awalnya
memposisikan dirinya sebagai polisi moral Islam melawan wakil

Organisasi tersebut menyelenggarakan sejumlah protes massa agama dan politik,


termasuk Aksi 4 November dan demonstrasi lainnya terhadap gubernur Jakarta saat itu
Basuki Tjahaja Purnama. FPI juga berunjuk rasa di luar Kedutaan Besar Amerika di
Jakarta pada tahun 2003 untuk mengutuk Perang Irak. Protes tersebut dikritik karena
melakukan kejahatan kebencian atas nama Islam dan kekerasan terkait agama.

Pada 30 Desember 2020, pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan bersama


menteri yang melarang FPI. Pemerintah mengatakan FPI telah mengancam ideologi
nasional Indonesia, melakukan penggerebekan dan kekejaman ilegal termasuk terorisme,
dan izin organisasinya telah kedaluwarsa. Pemerintah juga memperlihatkan rekaman
Rizieq Shihab yang menjanjikan FPI kesetiaan kepada Negara Islam Irak dan Syam (ISIS)
dan mendukung kekhalifahan ala ISIS. Pembubaran terjadi beberapa minggu setelah 6
Laskar FPI ditembak mati oleh polisi.

B. Sejarah

FPI dideklarasikan pada 17 Agustus 1998 (atau 24 Rabiuts Tsani 1419 H) di


halaman Pondok Pesantren Al Um, Kampung Utan, Ciputat, di Selatan Jakarta oleh
sejumlah Habaib, Ulama, Mubaligh, Aktivis Muslim dan disaksikan ratusan santri yang
berasal dari daerah Jabotabek. Pendirian organisasi ini hanya empat bulan setelah Presiden
Soeharto mundur dari jabatannya, karena pada saat pemerintahan orde baru, presiden tidak
mentoleransi tindakan ekstrimis dalam bentuk apapun. FPI pun berdiri dengan tujuan
untuk menegakkan hukum Islam di negara sekuler.

Organisasi ini dibentuk dengan tujuan menjadi wadah kerja sama antara ulama dan
umat dalam menegakkan Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar di setiap aspek kehidupan.

Latar belakang pendirian FPI sebagaimana diklaim oleh organisasi tersebut antara lain:
1. Adanya penderitaan panjang umat Islam di Indonesia karena lemahnya kontrol sosial
penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajalela di seluruh sektor
kehidupan.
3. Adanya kewajiban untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan martabat Islam
serta ummat Islam.

Pada tahun 2002, saat tablig akbar ulang tahun FPI yang juga dihadiri oleh mantan
Menteri Agama, Said Agil Husin Al Munawar, FPI menuntut agar syariat Islam
dimasukkan pada pasal 29 UUD 45 yang berbunyi, "Negara berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa" dengan menambahkan "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" seperti yang tertera pada butir pertama dari Piagam Jakarta yang dirumuskan
pada tanggal 22 Juni 1945 ke dalam amendemen UUD 1945 yang sedang di bahas di MPR
sambil membawa spanduk bertuliskan "Syariat Islam atau Disintegrasi Bangsa".Namun,
menurut anggota Dewan Penasihat Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Dr. J. Soedjati
Djiwandono dimasukkannya tujuh kata Piagam Jakarta ke dalam UUD 1945 yang
diamendemen justru dikhawatirkan akan memecah belah kesatuan bangsa dan negara
mengingat karekteristik bangsa yang majemuk.

Pembentukan organisasi yang memperjuangkan syariat Islam dan bukan


Pancasila inilah yang kemudian menjadi wacana pemerintah Indonesia untuk
membubarkan ormas Islam yang bermasalah pada tahun 2006.

Pada 30 Desember 2020, pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Bersama 6


Pejabat Tertinggi, yakni Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kominfo, Jaksa Agung, Kapolri, dan Kepala BNPT yang melarang seluruh aktivitas FPI
dan akan menghentikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh FPI. Hal ini meliputi
pelarangan penggunaan simbol FPI di wilayah Indonesia. Sehingga, FPI tidak lagi
memiliki hak legal, baik sebagai ormas maupun organisasi biasa di Indonesia.

C. Aksi Yang Pernah Terjadi


FPI menjadi sangat terkenal karena aksi-aksinya yang kontroversial sejak tahun
1998, terutama yang dilakukan oleh laskar paramiliternya yakni Laskar Pembela Islam.
Rangkaian aksi penutupan klab malam, tempat pelacuran dan tempat-tempat yang diklaim
sebagai tempat maksiat, ancaman terhadap warga negara tertentu, penangkapan (sweeping)
terhadap warga negara tertentu, konflik dengan organisasi berbasis agama lain adalah
wajah FPI yang paling sering diperlihatkan dalam media massa.

Di samping aksi kontroversial yang dilakukan, FPI juga melibatkan diri dalam
aksi-aksi kemanusiaan antara lain pengiriman relawan ke daerah bencana tsunami di Aceh,
bantuan relawan dan logistik saat bencana gempa di Padang dan beberapa aktivitas
kemanusiaan lainnya.

FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang
berujung pada perusakan hak milik orang lain. Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah
satu-satunya intitusi yang berhak melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan
bahwa Polri tidak memiliki inisiatif untuk melakukannya. Sementara itu Rizieq, sebagai
ketua FPI, menyatakan bahwa FPI merupakan gerakan lugas dan tanpa kompromi sebagai
cermin dari ketegaran prinsip dan sikap. Menurut Rizieq, kekerasan yang dilakukan FPI
dikarenakan kemandulan dalam sistem penegakan hukum dan berkata bahwa FPI akan
mundur bila hukum sudah ditegakkan. Ia menolak anggapan bahwa beberapa pihak
menyatakan FPI anarkis dan kekerasan yang dilakukannya merupakan cermin kebengisan
hati dan kekasaran sikap.

D. Kontroversi

Karena aksi-aksi kekerasan yang dilakukan FPI dinilai meresahkan masyarakat,


termasuk dari sebagian golongan Islam sendiri, beberapa ormas menuntut agar FPI
dibubarkan, diantaranya kelompok yang tergabung dalam forum wanita-muslimah
mengirimkan petisi pembubaran FPI dan ajakan bergabung yang diinisiasi oleh Guntur
Romli. Menurut mereka walaupun FPI membawa nama agama Islam, pada kenyataannya
tindakan mereka bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islami, bahkan tidak jarang
menjurus ke vandalisme. Sedangkan menurut Pengurus FPI, tindakan itu dilakukan oleh
oknum-oknum yang kurang atau tidak memahami Prosedur Standar FPI.
Pada bulan Mei 2006, FPI berseteru dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pertikaian ini berawal dari acara diskusi lintas agama di Purwakarta, Jawa Barat. Gus Dur,
yang hadir di sana sebagai pembicara, sempat menuding organisasi-organisasi Islam yang
mendukung Rancangan Undang-Undang Anti-Pornografi dan Pornoaksi disokong oleh
sejumlah jenderal. Perdebatan antara Gus Dur dan kalangan FPI pun memanas sampai
akhirnya mantan presiden ini turun dari forum diskusi.

Pada bulan Juni 2006 Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) Tjahjo Kumolo dan Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Muhaimin Iskandar meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Kapolri Jenderal
Polisi Sutanto untuk menindak ormas-ormas anarkis secepatnya. Pemerintah, melalui
Menko Polhukam Widodo AS sempat mewacanakan pembubaran ormas berdasarkan
peraturan yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985, namun hal ini hanya berupa
wacana, dan belum dipastikan. Kalangan DPR juga meminta pemerintah bertindak tegas
terhadap ormas-ormas yang bertindak anarkis dan meresahkan ini. Tindakan tegas aparat
keamanan dinilai penting agar konflik horizontal tidak meluas. Sementara itu dalam acara
diskusi "FPI, FBR, versus LSM Komprador" Rizieq Shihab menyatakan bahwa rencana
pemerintah untuk membubarkan ormas Islam adalah pesanan dari Amerika merujuk
kedatangan Rumsfeld ke Jakarta. FPI sendiri menyatakan bahwa bila mereka dibubarkan
karena tidak berdasarkan Pancasila maka organisasi lainnya seperti Muhammadiyah dan
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) juga harus dibubarkan.

Insiden Modas adalah sebutan media untuk peristiwa penyerangan yang


dilakukan FPI terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan
Berkeyakinan (AKBB) di silang Monas pada tanggal 1 Juni 2008. Satu hari setelah
peristiwa tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan Rapat Koordinasi
Polkam yang membahas aksi kekerasan tersebut. Presiden dalam jumpa persnya
mengatakan negara tidak boleh kalah dengan perilaku kekerasan, menambahkan bahwa
aksi-aksi kekerasan telah mencoreng nama baik di dalam dan di luar negeri. Ketua
Komando Laskar Islam, Munarman, mengoreksi pemberitaan media dan menyatakan
bahwa penyerangan terhadap AKBB dilakukan oleh Komando Laskar Islam dan bukan
FPI.

Sehari sebelumnya Polisi menemui Ketua FPI, Rizieq Shihab di markas FPI di
bilangan Petamburan, Jakarta namun tidak melakukan penangkapan karena ketua FPI
berjanji akan menyerahkan anggotanya yang bertanggung jawab pada insiden Monas.
Polisi sendiri sudah mengidentifikasi lima anggota FPI yang diduga terlibat dalam
penyerangan di Lapangan Monas. Setelah tidak ada yang menyerahkan diri, pada 4 Juni
2008 sejumlah 1.500 anggota polisi dikerahkan ke Markas FPI dan menangkap 57 orang
untuk diselidiki. Di antara yang dijadikan tersangka dalam kasus ini yaitu ketua FPI,
Rizieq Shihab. Ketua Laskar Islam Munarman telah ditetapkan sebagai DPO Polisi (Daftar
Pencarian Orang) karena telah melarikan diri dan keberadaannya tidak diketahui.
Pemerintah sendiri akan melakukan pengkajian terhadap keberadaan FPI berdasar UU No
8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan seperti yang dinyatakan Menteri Koordinator
Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Widodo AS. Pembinaan terhadap ormas yang
ada di masyarakat penting agar berjalan sesuai dengan UU yang berlaku. Pembinaan dapat
berupa teguran, peringatan, dan tindakan tegas yakni pembubaran.[ Hingga saat ini
pemerintah sulit untuk membubarkan FPI secara resmi karena keberadaan FPI tidak
berlandaskan hukum seperti yang diungkap Menteri Kehakiman dan HAM saat itu, Andi
Mattalata.

Insiden Monas tersebut menuai protes dan kecaman dari berbagai pihak. Ketua
PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan
kriminalitas nyata. Sementara itu, Ketua DPR Agung Laksono menilai kekerasan tersebut
tidak bermoral. Sementara aksi menentang FPI terjadi di Purwokerto, Banyumas,
Mojokerto, Malang, Jember dan Surabaya oleh ratusan ormas seperti PMII, Banser,
Satgas, Garda Bangsa and GP Anshor yang umumnya merupakan partisan PKB Gus Dur.
Massa ormas tersebut mengancam apabila pemerintah tidak mengambil tindakan maka
mereka akan mengambil tindakan sendiri. Di Bali, Masyarakat Aliansi Penegak Pancasila
menggelar aksi pengecaman terhadap tindakan FPI di depan Monumen Perjuangan Rakyat
Bali.

FPI secara garis besar terdiri dari dua bagian, Majelis Syura yang bertujuan
memberikan pengambilan keputusan, dan Majelis Tanfidzi yang melaksanakan keputusan
yang diberikan oleh Majelis Syura. Divisi paramiliter FPI yang dikenal dengan Laskar
Pembela Islam (LPI) memiliki struktur yang sangat mirip dengan militer yang sebenarnya;
dipimpin oleh Imam Besar, dengan beberapa pangkat berdasarkan jumlah personel militer
yang dikomandani oleh mereka, dari Imam (25.000 personel), Wali (5.000 personel), Qaid
(1.000 personnel), Amir (200 personel), hingga Rais (20 personel). Setiap personel LPI
disebut sebagai Jundi.

FPI adalah organisasi yang terbuka untuk umum, dan siapa saja bisa menjadi
anggotanya. Hal ini memungkinkan FPI berkembang dengan cepat sejak didirikan pada
tahun 1998, dan dapat dengan cepat memobilisasi personel selama demonstrasi. FPI
memiliki cabang di tingkat provinsi dengan struktur organisasi serupa terdiri dari pengurus
dan pengurus. Meskipun jaringan merambah ke tingkat kabupaten dan kecamatan, namun
terkoordinasi secara longgar, dan sering terjadi kasus fragmentasi seperti cabang FPI di
Surakarta yang mengaku independen dari Dewan Pimpinan Pusat di Jakarta. Abu Bakar
Ba'asyir pernah menjadi ketua FPI Surakarta tersebut.

FPI memiliki struktur organisasi yang terdiri atas:

1. Dewan Pimpinan Pusat, sebagai pengurus organisasi berskala nasional


o Ketua Majelis Syura
o Ketua Majelis Tanfidzi
2. Dewan Pimpinan Daerah, sebagai pengurus organisasi berskala provinsi
3. Dewan Pimpinan Wilayah, sebagai pengurus organisasi berskala Kota/Kabupaten
4. Dewan Pimpinan Cabang, sebagai pengurus organisasi berskala kecamatan.

Pemerintah menetapkan Front Pembela Islam sebagai organisasi terlarang


keputusan tersebut tertuang dalam surat keputusan bersama 6 pejabat tertinggi di K/L
yakni Mendagri, Menkumham, Menkomimfo, Jaksa agung, Kapolri dan Kepala BNPT “
Menyatakan FPI adalah organisasi yang tidak terdaftar sebagai ormas sebagai mana
diatur dalam undang-undang sehingga secara de jure telah bubar sebagai ormas,”

Anda mungkin juga menyukai