Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DETERMINAN KOTA SEHAT DAN PERANANAN STAKEHOLDER

DISUSUN OLEH:

NAMA :AKBAR HADI

NIM :19010047

NAMA :ERIZA REZEKI

NIM :19010050

MK :KESLING PEMUKIMAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN (STIKes)

PAYUNG NEGERI ACEH DARUSSALAM TAHUN AJARAN (2022-2023)


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat dan hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”determinan kota sehat dan peranan stakeholder” bertujuan
untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan kesling pemukiman.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengajar yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan makalah, terlepas dari itu semua penulis menyusun berdasarkan
sumber dari internet. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa belum sempurna adanya, untuk itu
penulis bersedia menerima kritikan ataupun saran dari rekan-rekan sekalian.
Demikianlah makalah ini kami tulis, apabila terdapat kekurangan, penulis memohon maaf ini
disebabkan karena kurangnya literatur yang penulis temukan, untuk itu apabila ada saran penulis
bersedia menampungnya demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................
1.5 Metode Penulisan.........................................................................................................
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................
2.1 Sejarah Kota Sehat.......................................................................................................
2.2 Pengertian dan tujuan Kota Sehat................................................................................
2.3 Bentuk Kabupaten/Kota Sehat.....................................................................................
2.4 Peraturan/Dasar Hukum Pelaksanaan Kota Sehat.......................................................
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................
3.1 Ciri-ciri kota sehat........................................................................................................
3.2 Sasaran, kebijakan dan strategi pelaksanaan kota sehat...............................................
3.3 Indikator keberhasilan kota sehat.................................................................................
3.4 Verifikasi pelaksanaankota sehat.................................................................................
3.5 Peranan, sasaran, dan tujuan stakeholder dalam pelaksanaan kota sehat.....................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk kota di dunia menunjukkan penimgkatan yang cukup fenomenal,
sementara kualitas lingkungan cenderung menurun.
Masalah-masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan
pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan, dan penggunaan obat-obat terlarang
menjadi masalah yang dialami oleh masyarakat perkotaan. Berdasarkan fakta tersebut, lingkungan
fisik, sosial, dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut
tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah.
Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan
memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada
pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenteraman, dan
kesehatan bagi masyarakat perkotaan dalam menjalankan kegiatan kehidupannya

I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Apa ciri-ciri kota sehat?

I.2.2 Apa sasaran, kebijakan dan strategi pelaksanaan kota sehat?

I.2.3 Apa indikator keberhasilan kota sehat?

I.2.4 Bagaimana verifikasi kota sehat?

I.2.5 Apa peranan, sasaran, dan tujuan stakeholder dalam pelaksanaan kota sehat?

I.3 Tujuan Penulisan

I.3.1 Mengetahui ciri-ciri kota sehat?

I.3.2 Mengetahui sasaran, kebijakan dan strategi pelaksanaan kota sehat

I.3.3 Mengetahui indikator keberhasilan kota sehat

I.3.4 Mengetahui verifikasi kota sehat

I.3.5 Mengetahui peranan, sasaran, dan tujuan stakeholder dalam pelaksanaan kota sehat

I.4 Manfaat Penulisan


Secara teoritis memberikan pemahaman mengenai cirri-ciri, sasaran, kebijakan, dan strategi
pelaksanaan kota sehat, mengetahui indikator keberhasilan kota sehat serta verifikasi kota sehat,
memahami peranan, sasaran, dan tujuan stakeholder dalam pelaksanaan kota sehat serta gambaran
pelaksanaan kota sehat di Sumatera Barat. Sedangkan manfaat praktisnya mampu merangsang
pemikiran kritis mahasiswa kesehatan masyarakat sebagai pendukung terwujudnya kota sehat.
I.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini adalah metode yang mengacu pada
situs-situs yang relevan terhadap topik dan kepustakaan dengan mengkaji berbagai sumber relevan
serta studi penelitian objektif.

I.6 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari empat bab. Bab I yang merupakan pendahuluan berisikan latar
belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Pada bab II berupa tinjauan pustaka beberapa literatur. Bab III berisi pembahasan masalah
sesuai dengan topik di lihat dari berbagai aspek atau sudut pandang. Pada bab IV atau bab penutup
berisikan kesimpulan dan saran dari masalah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Kota Sehat


Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an
sebagai strategi menyongsong ‘Ottawa Charter’, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat
dicapai, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan, dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu
konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan semata, tetapi lebih kepada
aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani.
Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober
1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan
melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara Lingkungan Hidup/Bapedal, dan Departemen
Perhubungan dan Telekomunikasi.
Departemen Kehutanan mulai dilibatkan dalam pembahasan Kota Sehat pada akhir bulan
April tahun 2001. Hal ini mempertimbangkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Departemen
Kehutanan dapat menunjang program atau gerakan Kota Sehat, misalnya kegiatan
reboisasi/penghijauan, pembangunan hutan kota, pengadaan bangunan resapan air, perbaikan gizi
masyarakat di sekitar hutan (PMDH), upaya pengurangan asap, dan sebagainya.
Sedangkan Dasar-dasar munculnya gerakan kota sehat (Werna, Harpham, Blue and Goldstein
1998; WH0 1996; WHO 2001; dalam Surjadi 2002) ialah sebagai berikut:
1. Adanya keyakinan bahwa pembangunan kota bukan hanya urusan pemerintah pusat dan Propinsi. Pada
banyak keberhasilan diketahui bahwa kota yang sehat adalah kota yang dibangun atas kerjasama antara
penduduk, masyarakat, organisasi masyarakat, pengusaha/sektor swasta, dan lain-lain.
2. Salah satu peran pemerintah kota dan pusat ialah mendukung inisiatif masyarakat yang hidup dan
bekerja di kota. Dalam hal ini termasuk mendukung inisiatif masyarakat, organisasi masyarakat dan
swasta. Ini berarti peranan pemerintah tidak hanya mengelola kota akan tetapi juga mendukung insiatif
dari kelompok- kelompok masyarakat.
3. Kesehatan seseorang terwujud akibat tercipta tatanan sehat pada lingkungan ia hidup dan bekerja,
seperti di rumah, tempat kerja, pasar, sekolah, dan lain-lain.
4. Dalam pelaksanaan kota sehat, ada dua aspek yang diperhatikan, yakni (a) aspek teknik berupa
perencanaan yang meliputi mobilisasi sumber daya dan metode pembangunan setting kesehatan
berdasarkan data kesehatan dan epidemiologi, serta (b) aspek partisipatif yang menempatkan penduduk
sebagai pemeran utama pembangunan. Dengan demikian, maka persepsi, keinginan dan seleksi
masalah dilakukan oleh penduduk setempat.
5. Kegiatan yang dilakukan ada dua macam, yakni (a) pada tatanan tertentu seperti sekolah, kantor dan
pemukiman kumuh, serta (b) pada isu tertentu misalnya kesehatan ibu, anak jalanan, gizi, penyakit
menular dan lain lain.
6. Gerakan kota sehat timbul sebagai perwujudan paradigma baru kesehatan masyarakat. Gerakan ini
berpandangan bahwa meningkatkan kesehatan kota tidak cukup hanya melakukan perbaikan
lingkungan kota dan pengobatan pada penduduk yang sakit serta pencegahan pada yang sehat melalui
peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan. Akan tetapi, dibutuhkan pendekatan yang menempatkan
kesehatan sebagai bagian dari pembangunan. Hal ini sebenarnya nyata bila melihat indeks
pembangunan manusia yang ditentukan oleh pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

II.2 Pengertian dan Tujuan Kota Sehat


Secara umum pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya dan produktivitas,
serta perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan.
Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang
aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial
dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian
wilayah (atau lebih bertujuan kepada ‘good governance’). Kota Sehat merupakan gerakan untuk
mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat.
Tujuan kota sehat adalah tercapainya kondisi kota untuk hidup dengan aman, nyaman, dan
sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosia,l dan budaya secara
optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktifitas dan perekonomian wilayah.

II.3 Bentuk Kabupaten/Kota Sehat


Adapun bentuk dari Kabupaten/Kota Sehat adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana umum : penanggung jawab teknis Dinas PU.
2. Kawasan sarana lalu lintas yang tertib dan Pelayanan Transportasi : penanggung jawab Dinas
Perhubungan
3. Kawasan Pertambangan sehat : penanggung jawab Pertambangan.
4. Kawasan Hutan sehat : penanggung jawab Dinas Kehutanan.
5. Kawasan Industri dan Perkantoran sehat : penanggung jawab Dinas Koperindag.
6. Kawasan Pariwisata sehat : penanggung jawab Kantor Pariwisata.
7. Ketahanan Pangan dan Gizi : Penanggung Jawab Dinas Pertanian
8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri : penanggung jawab Dinas Kesehatan.
9. Kehidupan sosial Yang sehat : penanggung jawab Dinas Pemberdayaan Masyarakat.
Komponen yang harus ada pada program Kota / Kab. Sehat antra lain :
1. Tim Pembina Tehnis Kabupaten (Tingkat Kabupaten).
2. Forum Kabupaten/Kota Sehat (Tingkat Kabupaten)
wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan berpatisipasi turut menentukan arah,
prioritas, perencanaan pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek sehingga
dapat mewujutkan wilalah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya.
3. Forum Komunikasi Desa/Kelurahan Sehat (Tk. Kecamatan)
adalah wadah bagi masyarakat di kecamatan kabupaten untuk mengkoordinasikan,
mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensimplikasikan prioritas, perencanaan antara desa satu
dengan desa lainnya diwilayah kecamatan yang dilakukan oleh masing-masing Pokja Desa Sehat
mewujudkan wilayah yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni warganya.
4. Kelompok Kerja (Tk. Desa/Kelurahan)
adalah wadah bagi masyarakat di kecamatan perkotaan / di pedesaan atau yang bergerak dibidang
usaha ekonomi, sosial dan budaya dan kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan
berpartisipasim kegiatan yang disepakati mereka sehingga dapat mewujudkan wilayah yang bersih,
nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni dan bekerja.

II.4 Peraturan/ Dasar Hukum Pelaksanaan Kota Sehat


1. UU Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat
5. Dasar hukum pembentukan Tim Pembina Teknis Kab./Kota Sehat adalah :
a. KepMendagri No. 650/174 Tahun 1998 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembinaan
Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota Sehat
b. KepMendagri No. 650-185 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembinaan
Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota Sehat.
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Ciri-Ciri Kota Sehat


Adapaun ciri-ciri Kabupaten/Kota Sehat Adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi
2. Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan pemerintah sebagai
fasilitator
3. Mengutamakan pendekatan proses daripada target, tidak mempunyai batas waktu, berkembang
sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat yang dicapai secara bertahap.
4. Penyelenggaraan kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat (Toma, LSM setempat)
bersama Pemkab
5. Pendekatannya juga merupakan master plan Kota.
6. Pemkab merupakan partner kunci yang melaksanakan kegiatan
7. Kegiatan tersebut dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah, kegiatan inovatif dari
berbagai sektor yang dilakukan melalui partisipasi masyarakat dan kerjasama
8. Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya setempat

III.2 Sasaran, Strategi dan Kebijakan Pelaksanaan Kota Sehat


a. Sasaran Pelaksanaan Kota Sehat
1. Terwujudnya forum yang mampu menjalin kerjasama antar masyarakat, pemerintah daerah dan
pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara
seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik.
2. Terselenggaranya upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya yang dapat
mengikatkan kesehatan dan mencegah terjadinya resiko penyakit dengan memaksimalkan seluruh
potensi sumber daya di kota secara mandiri.
3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang adil dan merata bermutu sesuai dengan standar dan
etika profesi.
4. Terselenggaranya pola dan mekanisme kerja yang teransparan antar berbagai pihak yang terkait
dalam proses pengelolaan pembangunan kota.
5. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi seluruh masyarakat dalam rangka meningkatkan
produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya, sehingga mampu meningkatkan kehidupan
dan penghidupan menjadi lebih baik.
6. Terselenggaranya kinerja pemerintah yang baik yang berorientasi kepada kepentingkan
masyarakat luas melalui kebijakan dan pengaturaaan pelaksanaan yang adil dan transparan.

b. Kebijakan Pelaksanaan Kota Sehat


Penerapan kegiatan didasarkan kepada pendekatan kota sehat di masing-masing wilayah atas
dasar adanya permasalahan yang spesifik yang disusun berdasarkan skala prioritas untuk dipecahkan
dan diselesaikan bersama-sama oleh seluruh masyarakat di wilayah tersebut, dan apabila diperlukan
difasilitasi oleh pemerintah setempat.
Pendekatan Kota Sehat dimulai dari beberapa kecamatan, sedangkan pendekatan Kabupaten
Sehat dimulai dari beberapa desa, sedangkan kawasan dimulai dari beberapa kawasan terbatas dan
diharapkan berkembang secara terus menerus dan dinamis sehingga meliputi seluruh daerah perkotaan
dan daerah kabupaten, yang kemudian dapat mendorong kota-kota lain untuk meniru dan
mengembangkannya.
Kegiatan kota sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan
masyarakatnya dengan menggunakan mekanisme pendekatan Kota Sehat, yaitu dengan konsep
pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan prinsip ‘oleh dan untuk masyarakat’. Pendekatan
kegiatan kota sehat melibatkan peran aktif masrakat dalam seluruh proses penyelenggaraan
pembangunan di daerah, sehingga seluruh potensi masyarakat dapat diberdayakan secara optimal
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum. Sektor-sektor di
propinsi berperan di dalam mengembangkan petunjuk teknis dan standar yang sesuai dengan daerah.
Pelaksanaan kegiatan diserahkan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat melalui Forum dan
Kelompok Kerja (Pokja) Kota Sehat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat di
kota tersebut.
Kegiatan kota sehat pada awalnya difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, dimulai dari
pembentukan Forum Kota Sehat, selanjutnya Forum tersebut membentuk Pokja Kota Sehat
berdasarkan kebutuhan terhadap kegiatan yang akan dilaksankan. Sedangkan plaksanaan evaluasi
kegiatan kota sehat dilakukan oleh Forum dan Pokja Kota Sehat bersama-sama Pemerintah daerah,
LSM, Perguruan Tinggi, media massa selaku pelaku pembangunan.
c. Strategi Pelaksanaan Kota Sehat
Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat di Indonesia
sebagai berikut :
1. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang spesifik, sederhana, terjangkau,
dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang
tersedia.
2. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi kesepakatan masyarakat.
3. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebut untuk ikut dalam
pendekatan kota sehat.
4. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat, serta pendampingan dari
sector terkait untuk dapat membantu memahami permasalah, menyusun perencanaan dan
melaksanakan kegiatan kota sehat.
5. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM, pemerintah, legislates di dalam
penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
6. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam mewujudkan kota sehat.
7. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang tertib hokum, peka
terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat.
8. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota sehat.

III.3 Indikator keberhasilan Kota Sehat


Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas sehinggasemua
pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah dilakukan, dan menjadi tolak ukur
untuk merencanakan kegiatan selanjutnya. Setiap daerah dapat memilih,
menetapkan,dan melaksanakankegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing untuk
memenuhi indikator tersebut. Dengan tetap memperhatikan 8 Indikator Pokok  y a n g h a r u s
dipenuhi oleh Kota dan Kabupaten yang ingin mendapatkan gelar Kota atau
Kabupaten Sehat, yaitu:
1. Wajib Belajar 9 Tahun
2.  Angka Melek Huruf yang  Meningkat
3. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat
4. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun
5.  Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang menurun
6. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun
7. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
8. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi Masyarakat Miskin
Selain indikator pokok tersebut, masih ada beberapa indicator

tambahan sesuai klasifikasi tatanan yang dipilih.

III.4 Verifikasi Pelaksanaan Kota Sehat


Dalam rangka pemberian penghargaan terhadap program kabupaten/Kota Sehat dilakukan
pemberian penghargaan setiap 2 tahun sekali. Dasar pelaksanaan penghargaan ini antara lain tercantum
pada BAB V pasal 11 dijelaskan bahwa penghargaan Kab/ Kota Sehat Tingkat Nasional dilaksanakan
setiap 2 tahun sekali. Dalam selang waktu tersebut dilaksanakan seleksi terhadap kab/ kota oleh tim
Seleksi Kab/ Kota Sehat tingkat Propinsi. Selanjutnya pengiriman hasil seleksi Kab/Kota Sehat oleh
Tim Penilai Tingkat Propinsi ke Pusat (dengan melampirkan formulir penilaian dan dokumen
pendukung) sesuai pedoman verifikasi.
1. Tim Penilai Kab/Kota Sehat Tkt Pusat menseleksi administrasi
2. Tim Penilai tingkat Pusat ke daerah utk mengklarifikasi / verifikasi
3. Penetapan calon penerima penghargaan oleh tim pusat
4. Pengiriman calon pemenang kab/ kota sehat ke Mendagri utk mendapat rekomendasi/ persetujuan
5. Pengesahan Penenang Kab/ Kota sehat oleh Menkes
6. Pemberian penghargaan SWASTI SABA
Sedangkan variabel yang diverifikasi adalah sebagai berikut:
1. Cakupan Pelaksanaan (Tatanan, Kecamatan, Desa/Kel)
2. Prestasi Daerah (penghargaan-penghargaan yang sudah diperoleh)
Aktifitas TIM PEMBINA
3. Aktifitas FORUM
4. Aktifitas FORKOM DESA / KEL
5. Aktifitas POKJA DESA
6. Hasil Kegiatan
Sedangkan jenis penghargaan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Penghargaan PADAPA (Pemantapan) Minimal 2 tatanan
2. Penghargaan WIWERDA (Pembinaan) 3 – 4 tatanan
3. Penghargaan WISTARA (Pengembangan) > 5 tatanan

III.5 Peranan, Sasaran dan Tujuan Stakeholder dalam keberhasilan Kota Sehat
Beberapa prinsip lokal yang dapat dilaksanakan ialah peranan utama pemerintah lokal dan
partisipasi dari segenap stakeholder. pentingnya peranan pemerintah lokal, partisipasi segenap
stakeholder, dan perhatian pada kesehatan dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan sering kali dipandang sebagai pembangunan lingkungan yang
mencakup pembangunan kesehatan.
Perlu disadari oleh semua pihak bahwa pembangunan kota yang berkelanjutan yang
didalamnya termasuk pembangunan Sanitasi Lingkungan kota, tidak mungkin tercapai bila tidak ada
perhatian akan dampak kesehatan dari pembangunan. Pada banyak kasus perhatian publik baru timbul
bila ada dampak negatif kesehatan. Terkadang kasus baru diketahui setelah stadium lanjut karena itu
penting melakukan kajian pada fase awal. Berkaitan dengan hal ini pihak Pemerintah pusat, pemerintah
daerah, instansi terkait khususnya Dinas kesehatan dan stakeholder perlu aktif dalam proses asesment
analisa dampak kesehatan dari suatu kegiatan pembangunan kota.
Bila dikaji dalam setiap kegiatan pembangunan kota, partisipasi masyarakat diwujudkan
berupa pemutusan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di lingkungan mereka. Ini
berarti dalam setiap kegiatan pembangunan ada batasan yang dilakukan pemerintah, apa yang
dilakukan pihak swasta dan apa yang dilakukan pihak organisasi masyarakat termasuk anggotanya. Hal
yang lebih penting daripada itu perlu didiskusikan tujuan kegiatan yang dilakukan dan akibatnya.
Berkaitan dengan ini dukungan teknis dari pemerintah, perguruan tinggi, dan LSM melalui konsultasi
dan fasilitasi pembangunan masyarakat amat di perlukan. Tanpa upaya mengembangkan kapasitas di
tingkat masyarakat kebijakan ini sulit tercapai tanpa adanya proses kemitraan antara para pemeran
pembangunan.
Oleh karena itu, perlu ada upaya pemetaan dan analisa proses dan hasil kegiatan tersebut
dalam kaitannya dengan kesehatan. Upaya ini perlu dilakukan pada setiap wilayah kota yang jadi
sasaran, dengan demikian kemungkinan untuk meningkatkan sinergi lebih mudah dilakukan. Untuk ini,
pemerintah, perguruan tinggi, institusi pengembangan kota/LSM, dan Dinas-dinas terkait khususnya
dinas kesehatan perlu menaruh perhatian akan manfaat dan dampak dari kebijakan ini. Konkritnya
perlu ada sekelompok orang yang melakukan pemetaan kegiatan pembangunan di berbagai wilayah
kota, hasil yang diharapkan, dan keterkaitan serta kesempatan untuk saling mendukung. Tanpa upaya
ini akan terjadi ketidakseimbangan dan terlalu banyak intervensi pembangunan yang membingungkan
masyarakat kota.
Sasaran dan Tujuan Stakeholder Terhadap Kota Sehat

Berkaitan dengan hal itu patut kita simak ada delapan isu pembangunan kota yang sehat yang
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yang perlu mendapat perhatian para Pemda, swasta dan
stakeholder yaitu:
1. Sanitasi lingkungan (Air, Aliran pembuangan/drainage dan Sampah padat)
2. Udara
3. Managemen tanah
4. Emisi gas
5. Kecelakaan Kelima isu lingkungan ini jika dikaitkan dengan perilaku dan akses pelayanan kesehatan
akan menimbulkan masalah kesehatan perkotaan.
Namun, isu yang kami fokuskan dalam kebijakan ini adalah isu yang pertama yaitu sanitasi
lingkungan (air, aliran pembuangan/drainage dan sampah padat) disebabkan isu inilah yang kurang
diperhatikan oleh masyarakat, instansi pemerintah sehingga mengakibatkan munculnya atau
mewabahnya berbagai macam penyakit menular pada saat sekarang ini terutama terjadi di kota-kota
besar seperti pada saat sekarang mewabahnya penyakit demam berdarah yang menjadi suatu pekerjaan
rumah bagi semua pihak dalam mencegah dan menanggulangi serta kiat-kiat apa yang harus
dilaksanakan dalam upaya preventif dan treatment yang harus dilaksanakan.
Argumen komprehensif alternatif kebijakan terhadap pentingnya gerakan pembangunan kota
sehat sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan khususnya mengenai isu sanitasi
lingkungan (air, aliran pembuangan / drainage dan sampah padat) antara lain :
1. Salah satu peran pemerintah kota dan pusat ialah mendukung inisiatif mereka yang hidup dan bekerja
di kota. Dalam hal ini termasuk mendukung inisiatif masyarakat, organisasi masyarakat, dan swasta .
Ini berarti peranan pemerintah tidak hanya mengelola kota akan tetapi mendukung insiatif dari
kelompok- kelompok masyarakat.
2. Kesehatan seseorang terwujud akibat tercipta tatanan sehat pada lingkungan hidup dan bekerja, seperti
di rumah, tempat kerja, pasar, sekolah, dan lain lain.
3. Menciptakan suatu Gerakan sanitasi lingkungan yang timbul sebagai perwujudan paradigma baru
kesehatan masyarakat. Dimana peningkatkan kesehatan kota tidak cukup hanya melakukan perbaikan
lingkungan kota dan pengobatan pada penduduk yang sakit serta pencegahan pada yang sehat melalui
peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan. Akan tetapi dibutuhkan pendekatan yang menempatkan
kesehatan sebagai bagian dari pembangunan dan bagaimana khususnya peran stake holder yang lebih
tegas dalam menanggulangi akan masalah kota yang sehat.
BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Tatanan
Kabupaten/kota sehat dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan khusus, yakni (1)
kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum, (2) kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan
transportasi, (3) kawasan pertambangan sehat, (4) kawasan hutan sehat, (5) kawasan industri dan
perkantoran sehat, (6) kawasan pariwisata sehat, (7) ketahanan pangan dan gizi, (8) kehidupan
masyarakat sehat yang mandiri, dan (9) kehidupan sosial yang sehat. Tatanan dan permasalahan khusus
ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.

IV.2 Saran
Kota Sehat memperhatikan konsepsi gerakan kota sehat tersebut, tampak bahwa gerakan kota
sehat merupakan pendekatan ‘multi stakeholders’, diharapkan sektor pemerintah dan swasta yang
merupakan bagian dari stakeholders dapat ikut aktif/ berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Partisipasi tersebut dalam tahap awal dapat berupa upaya untuk mempromosikan/ menginformasikan
kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota sehat, serta
menselaraskan kegiatan dengan sektor lain yang secara bersama-sama dapat mewujudkan kota sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditya. Kota Sehat dalam http://alramadona.multiply.com/journal/item/61/Kota_Sehat?
&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses pada tanggal 30 November 2011
2. “Info Lingkungan: Gerakan Kota Sehat dalam
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/
INFO_III01/VI_III01.htm. Diakses pada tanggal 30 November 2011
3. “Indikator Kabupaten/Kota Sehat” dalam http://hariini.org/2011/02/24/indikator-kabupatenkota-sehat/.
Diakses pada tanggal 30 November 2011
4. “Pengembangan Lingkungan Sehat” dalam http://www.antaranews.com/berita/285273/sumbar-
sediakan-rp18-miliar-untuk-pengembangan-lingkungan-sehat. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai