Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENYAKIT KULIT “campak”

OLEH:

SRI HARIANI

917312906105.005

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Campak dalam sejarah anak telah dikenal sebagai pembunuh terbesar, meskipun
adanya vaksin telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, virus campak ini
menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih dari 1 juta kematian.
Insiden terbanyak berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas penyakit campak yaitu
pada negara berkembang, meskipun masih mengenai beberapa negara maju seperti
Amerika Serikat.
Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi
dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur
di bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Campak
telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam
penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin
akan mengurangi komplikasi penyakit ini.
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup virus
morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya
ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala
muncul.Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin dan
measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen (dalam bahasa Jawa)
atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut juga rubeola (nama ilmiah) merupakan
suatu infeksi virus yang sangat menular, yang di tandai dengan demam, lemas, batuk,
konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit
(ruam kulit)
Ada beberapa pengertian tentang campak menurut beberapa ahli, yaitu :
 Campak atau morbili adalah penyakit virus akut , menular yang di tandai
dengan 3 stadium yaitu stadium prodromal (kataral), stadium erupsi dan
stadium konvalisensi, yang di manifestasikan dengan demam,
konjungtivitis dan bercak koplik (Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991.
FKUI ).
 Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan
atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi (Ilmu Kesehatan
Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000).
 Campak adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart,
vol 3, 2001).
B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT CAMPAK
Riwayat alamiah penyakit campak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap prepatogenesis
b. Tahap pathogenesis
c. Tahap Akhir/ pasca pathogenesis.
C. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI PENYAKIT CAMPAK
1. ETIOLOGI
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus genus morbilivirus merupakan salah satu virus RNA. Virus ini
terdapat dalam darah dan secret (cairan)nasofaring (jaringan antara tenggorokan dan
hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam setelah timbulnya bercak
merah di kulit dan selaput lendir.
2. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan
dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya
menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran
pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa
bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya
ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler
juga ikut berperan dalam eliminasi virus.
D. MASA INKUBASI DAN DIAGNOSIS PENYAKIT CAMPAK
 Masa inkubasi
Masa tunas/ inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih 10 – 20 hari dan kemudian
timbul gejala-gejala yang di bagi dalam 3 stadium, yaitu :
 Stadium Kataral atau Prodromal
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan
mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s
(Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak
selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya
seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini
menentukan suatu diagnose pasti terhadap penyakit campak.
 Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi,
kadan-kadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah
yang spesifik), timbul setelah 3 – 7 hari demam. Rash timbul secara khusus
yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi,
menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan
muka bengkak.
 Stadium Konvalensi atau penyembuhan
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang
disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan
menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.
E. CARA PENULARAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT CAMPAK
1. Cara Penularan
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena
menghirup Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan
penderita morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila
menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja.
Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam
kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala
muncul.Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi
setiap 2-3 tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap
penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
 Bayi berumur lebih dari 1 tahun
 Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
 Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
2. Cara Pencegahan Penyakit Campak
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya factor
predisposisi/ resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan
primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang
tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak.
Edukasi kepada orang tua anak sangat penting peranannya dalam upaya
pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang
baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk
terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk
mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
F. PENANGGGULANGAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT CAMPAK
1. Penanggulangan Campak
Pada sidang CDC/ PAHO / WHO, tahun 1996 menyimpulkan bahwa penyakit
Campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya pejamu/ reservoir campak hanya
pada manusia serta tersedia vaksin dengan potensi yang cukup tinggi yaitu
effikasi vaksin 85% dan dirperkirakan eradikasi dapat dicapai 10 – 15 tahun
setelah eliminasi.
World Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya
eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-
beda pada setiap tahap yaitu :
a. Tahap Reduksi
Tahap ini dibagi dalam 2 tahap :
 Tahap Pengendalian Campak
Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi
campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas
campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis
campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola
epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun.
 Tahap Pencegahan KLB
Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi ≥ 80% dan merata,terjadi
penurunan tajam kasus dan kematian, insidens campak telah bergeser kepada
umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.
b. Tahap Eliminasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi ≥ 95% dan daerah-daerah dengan cakupan
imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus campak sudah sangat
jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan
(tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi campak.
c. Tahap Eradikasi
Cakupan imunisasi sangat tinggi dan merata, serta kasus Campak sudah tidak
ditemukan.
Pada siding The World Health Assambley (WHA) tahun 1998, menetapkan
kesepakatan Eradikasi Polio (ERAPO), Eliminasi Tetanus Noenatorum (ETN)
dan Reduksi Campak (RECAM). Kemudian pada Technical Consultative Groups
(TGC) Meeting di Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi
campak di Indonesia berada pada tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian
Luar Biasa (KLB).

Strategi operasional yang dilakukan ditingkat Puskesmas untuk mencapai reduksi


Campak tersebut adalah :

 Imunisasi rutin pada bayi 9 –11 bulan (UCI Desa ≥ 80


 Imunisasi tambahan (suplemen)
 Catch up compaign : memberikan imunisasi Campak sekali saja pada anak
SD kelas 1 s/d 6 tanpa memandang status imunisasi.
Selanjutnya untuk tahun berikutnya secara rutin diberikan imunisasi campak
pada murid kelas 1 SD (bersama dengan pemberian DT) pelaksanaan secara
rutin dikenal dengan istilah BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) Campak.
Tujuannya adalah mencegah KLB pada anak sekolah dan memutuskan rantai
penularan dari anak sekolah kepada balita.
 Crash program Campak : memberikan imunisasi Campak pada anak umur 6
bulan - > 5 tahun tanpa melihat status imunisasi di daerah risiko tinggi
campak.
Ring vaksinasi : Imunisasi Campak diberikan dilokasi pemukiman di sekitar
lokasi KLB dengan umur sasaran 6 bulan (umur kasus campak termuda)
tanpa melihat status imunisasi.
 Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar
biasa).
 Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa Setiap kejadian luar biasa
harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi
pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi
komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan
cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-
desa risiko tinggi.
Pengobatasn Penyakit Campak
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular, secara epidemiologi merupakan
penyebab utama kematian terbesar pada anak. Menurut etiologinya campak disebabkan oleh
virus RNA dari family paramixoviridae, genus Morbilivirus , yang ditularkan secara droplet.
Gejala klinis campak terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan
stadium konvalesensi. Campak dapat dicegah dengan melakukan imunisasi secara aktif,
pasif dan isolasi penderita. Serta pada Technical Consultative Groups (TGC) Meeting di
Dakka Bangladesh tahun 1999, menetapkan bahwa reduksi campak di Indonesia berada pada
tahap reduksi dengan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahap ini terjadi
penurunan kasus dan kematian yang tajam, dan interval terjadinya KLB relative lebih
panjang
B. SARAN
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi lebih baik. Selalu menjaga
kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak sebelum makan.
Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau karena hal tertentu dokter
menunda pemberian imunisasi campak (MMR), sebaiknya anak tidak berdekatan dengan
anak lain atau orang lain yang sedang demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya
secepatnya berobat dan jika dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah
sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak karena anak atau balita
yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk terkena
penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Nelson. 1999. Ilmu Keperawatan Anak

Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan Anak FKUI.
Jakarta

http://askep-akper.blogspot.com/2009/11/campak-measles-rubeola.html

http://nurse87.wordpress.com/2011/10/25/askep-morbilicampak-pada-anak/

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/11/askep-morbili/

http://www.akperppni.ac.id/askep-anak/campak-measles-rubeola

Anda mungkin juga menyukai