Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Penentuan angka kuman

Asteria Seli ,godwin Pargaulan Siahaan, Indah puspita,


Wiwik Hendarini

Jurusan Fakultas Farmasi – Sains dan Teknologi Nasional


Juni 2020

ABSTRAK
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan organisme
mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang
bersifat merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan
bagi kepentingan organisme akuatik perlu dipelajari  supaya bakteri yang menguntungkan,
keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang
merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan
pencegahan atau antisipasi  infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Praktikan dapat menghitung jumlah bakteri yang tumbuh dari sampel praktik yang
sebelumnya. Selain dapat menghitung angka bakteri yang tumbuh, praktikan juga dapat
mengetahui cara-cara teknik pewarnaan bakteri dan dapat membedakan bakteri gram negatif
dengan bakteri gram positif yang dilihat di bawah mikroskop.
Penentuan angka kuman dilakukan untuk menentukan banyaknya mikroorganisme dalam
suatu bahan, dapat berupa makanan, minuman, obat, atau bahan – bahan lain yang ingin di
ketahui adakah mikroorganisme di dalam sampel tersebut. Penentuan angka kuman dapat di
gunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroorganisme,
yaitu dengan mengetahui jumlah mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat
untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan ini tercemar oleh mikroba.
(Wulandari, et al., 2020)

PENDAHULUAN Ada berbagai cara untuk menghitung


jumlah sel bakteri, antara lain hitungan
Setelah kita mempelajari bagaimana
langsung dengan menggunakan
menumbuhkan suatu koloni bakteri, tentu
mikroskop, dan hitungan tidak langsung
harus mengatahui kuantitas dan kualitas
dengan metode hitung cawan baik dengan
dari bakteri tersebut. Dalam hal ini yang
metode cawan tuang maupun metode
akan dibahas adalah bagaimana
cawan sebar.
mengetahui kuantitas dari suatu bakteri.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba • Untuk menghitung jumlah kuman
dari suatu sampel dilakukan untuk
aerob yang terdapat dalam produk obat,
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain
berdasarkan jumlah mikroba yang ada obat tradisional, makanan kosmetik,
dalam sampel tersebut. Sehingga dengan
dan alat kesehatan
kita dapat mengetahui apakah mikroba
tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi • Untuk menentukan jumlah populasi
lingkungan dalam jumlah tertentu.
mikroorganisme dalam suatu kultut
Untuk mengetahui perkembangan suatu
bakteri membutuhkan pembuatan media atau sample
dengan metode perhitungan bakteri yang
• Mempelajari teknik pengenceran
ada dalam media. Ada banyaknya metode
yang digunakan dalam menghitung jumlah kuman untuk penentuan angka kuman
bakteri secara kuantitatif dari suatu
(Wulandari, et al., 2020)
populasi bakteri. Proses penghitungan sel
bakteri dapat dilakukan dengan beberapa Prinsip dari penentuan angka
metode baik secara langsung maupun tidak kuman :Sediaan yang telah
langsung, diantaranya adalah metode
hitung pada cawan petri (standard plate dihomogenkan dan diencerkan dengan
count), metode pengamatan langsung pengenceran yang sesuai ditanam pada
dengan kaca objek atau metode hitung
media agar (PCA = Plate Count Agar),
dengan menggunakan haemocytometer,
metode ukur kekeruhan (turbidimetri) setelah inkubasi pada suhu 37oC selama
menggunakan spektrophotometer dan 24-48 jam dihitung jumlah koloni yang
metode jumlah perkitaan terdekat.
Dalam praktikum kali ini menggunakan tumbuh. (Wulandari, et al., 2020)
metode hitung koloni dicawan
petri(standar/viable plate count
methond ) dan spektrofotometer Perhitungan Langsung :Hasil
( turbidimeter ), kedua metode ini sering
sekali digunakan karena kedua metode ini perhitungan mikroba dapat langsung
terhadang menghasilkan hasil perhitungan diketahui dan hasilnya menunjukkan
yang mirip namun keduanya mempunyai
prinsip yang berbeda. jumlah mikroba baik hidup maupun yang
Adapun tujuan praktikum perhitungan mati. (Saiful Bahri, 2020)
jumlah bakteri kali ini ialah mengetahui
berbagai cara menghitung jumlah sel dari
1.Hitungan Mikroskopik Counting
biakan suatu bakteri.
. Kandungan mikroba pada suatu bahan Chamber (Metode Petroff Hausser).
juga sangat menentukan tingkat tingkat Perhitungan mikroskopik menggunakan
kerusakannya serta dapat ditentukan oleh kotak-kotak skala.
tingkat kelayakan untuk di konsumsi. Keuntungan : mudah, murah dan cepat
(Wulandari, et al., 2020) Kelemahan :
1) Sel mati tidak dapat dibedakan dari
sel hidup
Tujuan dari penentuan angka kuman : 2) Sulit untuk sel motil
3) Tidak sesuai untuk suspense yang hidup saja. (Saiful Bahri,
2020)
terlalu encer (<106 CFU/mL)
4) Tidak dapat digunakan untuk bahan 1.Angka Lempeng Total (Total
Plate Count)
pangan yang mengandung debris atau
Perhitungan jumlah sel tampak
ekstrak makanan (Saiful Bahri, 2020) (visible) dan didasarkan pada asumsi
bahwa satu sel bakteri hidup akan
tumbuh, bereproduksi dan
membentuk suatu koloni. Satuan
perhitungan yang dipakai adalah CFU
(Colony Froming Unit) dengan cara
membuat seri pengenceran sample
dan menumbuhkan sampel pada
media padat. Perhitungan dilakukan
pada cawan dengan jumlah koloni 25-
250 (Kemenkes) atau 30-300.
 Keuntungan : sederhana, mudah dan
sensitive
 Kelemahan :
1) Nutrisi dan kondisi fisik yang berbeda
menghasilkan jumlah yang berbeda
2) Memerlukan persiapan dan waktu
inkubasi relative lama
3) Bakteri yang ditumbuhkan harus
dapat tumbuh pada medium padat
dan menghasilkan koloni yang
kompak, jelas, dan terpisah tidak
Gambar 1. Hemacytometer speeder
(Counting Chamer) 4) Kesalahan pada pemipetan sering
Hemacytometer terdiri dari 9 kotak terjadi
besar, dimana dalam 1 kotak besar (Saiful Bahri, 2020)
tersebut terdiri dari 25 kotak sedang, yang
masing – masing kotak sedang ini Perhitungan CFU :
berisikan 16 kotak kecil, yang luas dan
volumenya sudah ditentukan. Dengan CFU (sel/mL)
menghitung
mikroorganisme yang berada dalam Keterangan :
kotakkotak tersebut dan mengkalikannya
dengan volumenya, maka jumlah  Jumlah koloni : jumlah koloni yang
mikroorganisme permililiter dapat tumbuh pada cawan setelah inkubasi 24
diektahui. (Wulandari, et al., 2020 jam. Syarat koloni yang dijadikan
Perhitungan Secara Tidak Langsung : sebagai data adalah jumlah koloni
Hasil perhitungan mikroba baru dapat sebanyak 25250 pada tiap cawan.
diperoleh kemudian setelah dilakukan Jumlah koloni <25 dianggap sebagai
perlakuan terlebih dahulu. Hasil TSUD (terlalu sedikit untuk dihitung),
perhitungan tidak langsung dan hanya
sedangkan jumlah koloni >250
akan menunjukkan mikroba yang masi
dianggap TBUD (terlalu banyak untuk 1) Hanya dapat digunakan pada
dihitung). sampel cair homogen dan tidak
 FP : faktor pengenceran dari tabung pekat
pengenceran berseri 2) Perlu membuat kurva standar yang
 Volume : jumlah volume sampel yang membandingkan
ditanam pada cawan padat (Saiful 3) Antara hitungan langsung dan tak
Bahri, langsung.
2020) 4) Bakteri yang ditumbuhkan harus
dapat tumbuh pada
Gambar 2. Alur dari metode total
5) Medium padat dan mengahsilkan
plate count
koloni yang kompak, jelas, dan
terpisah tidak speeder. (Saiful
Bahri, 2020)
Pengukuran massa sel

1.Pengukuran Berat Sel Kering (BSK)


Digunakan untuk mengukur
pertumbuhan fungi berfilamen.
Miselium fungi dipisahkan dari media
cair dan dihitung sebagai berat kotor.
Selanjutnya miselium dikeringkan
dengan desikator dan ditimbang
beberapa kali hingga mencapai berat
konstan yang dihitung sebagai berat sel
kering
Kelemahan : waktu untuk pengeringan
bervariasi setiap mikoorganisme (Saiful
Bahri, 2020)

Syarat koloni yang ditentukan


untukdihitung

1) Satu koloni dihitung 1 koloni


2) Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1
koloni
Gambar 3. Metode Plate dan 3) Beberapa koloni yang berhubungan
Metode Pour-plate dihitung 1 koloni
4) Dua koloni yang berhimpitan dan
2.Pengukuran Kekeruhan (Turbidity) masih bisa dibedakan dihitung 2 koloni
Menghitung jumlah sel berdasarkan 5) Koloni yang terlalu besar (lebih besar
kerapatan optis suatu sampel yang
dari setengah cawan) tidak dihitung
diukur dengan spektrofotometer.
 Keuntungan : mudah dan cepat, 6) Koloni yang besarnya kurang dari
dapat digunakan untuk mengetahui setengah cawan dihitung 1 koloni
laju pertumbuhan kultur (Wulandari, et al., 2020)
mikoorganisme Standar Perhitungan
 Kelemahan : a) Cawan yang dipilih adalah yang
mengandung jumlah koloni 30-300
koloni, beberapa koloni yang Batang pengaduk, Pipet volume, Vortex,
bergabung menjadi satu koloni Speader drigalsky.
dihitung sebagai satu koloni, maupun BAHAN
koloni yang bersekatan. Hasil yang Medium petri PCA, aquadest steril, NaCl
dilaporkan terdiri dari dua angka yaitu Bahan uji : Susu Kedelai, Pepaya, Madu,
Bumbu Kacang, Jamu, Bakso, Sirup, dan
angka pertama didepan koma dan
Sosis
angka kedua dibelakang koma. Jika PROSEDUR
angka ketiga lebih besar dari 5 maka
harus dibulatkan satu angka lebih Sampel bahan padat
tinggi pada angka kedua (Wulandari, et 1. Timbang 1 gram sampel padat lalu
al., 2020) masukan kedalam aqusdest steril 9
b) Jika semua pengenceran menghasilkan ml (pengenceran 10-1) secara
aseptis dan divortex. Lalu diambil
angka kurang dari 30 koloni pada
1 ml larutan masukan dalam 9 ml
cawan petri maka hanya koloni aquadest steril yang baru
oengenceran terendah yang dihitung. (pengenceran 10-2)
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang 2. Demikian seterusnya sampai
dari 30 koloni dihasilkan faktor tingkat pengenceran yang
pengenceran tetapi jumlah sebenarnya diinginkan.
harus dicantumkan dalam tanda 3. Dari masing-masing 3 pengenceran
kurung. (Wulandari, et al., terakhir dipipet 0,1 ml untuk
ditanam secara sprade plate pada
2020)
medium petri PCA masing-masing
c) Jika semua pengenceran menghasilkan
duplo.
angka lebih dari 300 koloni pada 4. Inkubasi selama 24 jam
cawan petri, maka hanya koloni pada 5. Hitung jumlah koloni yang tumbuh
pengenceran tertinggi yang dihitung. dengan satuan CFU (Coloni
Hasilnya dilaporkan lebih dari Forming Unit)baru (pengenceran
sebenarnya harus dicantumkan dalam 10-2)
tanda kurung.
Sample bahan cair
(Wulandari, et al., 2020)
d) Jika semua pengenceran menghasilkan 1. .Timbang 1 gram sampel cair lalu
range antara 30-300 koloni pada cawan masukan ke dalam aqusdest steril 9
petri. Perbandingan sel pengenceran ml
tertinggi dan terendah dari kedua (pengenceran 10-1) secara aseptis dan
pengenceran lebih kecil atau sama divortex. Lalu diambil 1 ml larutan
masukan dalam 9 ml aquadest steril
dengan 2, tentukan rata-rata dari kedua
yang
pengenceran tersebut dengan 2. Demikian seterusnya sampai
memperhitungkan pengencerannya. tingkat pengenceran yang
Jika perbandingan antara hasil diinginkan.
pengenceran tertinggi dan terendah 3. Dari masing-masing 3
lebih dari 2, maka yang dilaporkan pengenceran terakhir dipipet 0,1
hanya hasil yang terkecil. ml untuk ditanam secara sprade
(Wulandari, et al., 2020) plate pada medium petri PCA
ALAT dan BAHAN ALAT masing-masing duplo.
Hemacytometer, Cawan petri, 4. Inkubasi selama 24 jam
Erlenmeyer, Tabung Reaksi, Ose loop,
5. Hitung jumlah koloni yang tumbuh Forming Unit)
dengan satuan CFU (Coloni
Hasil
Tabel hasil perhitungan jumlah koloni pada sampel.
Seorang analis mikrobiologi, melakukan analisa tentang cemaran bakteri pada beberapa
sampel yang diambil. Berikut data hasil perhitungan bakteri pada tiap sampel (Jumlah
koloni 30-300 koloni)
No Sampel Jumlah Koloni Dalam Setiap Cawan Pengenceran CFU
(Sel/mL)
104 104 105 105 106 106
1 Susu Kedelai 230 245 134 125 37 43 2,4 x 106
2 Pepaya 126 132 47 34 12 10 1,3 x 106
3 Madu 145 134 24 27 3 5 1,4 x 106
4 Bumbu Kacang TBUD TBUD 336 354 275 267 2,7 x 108
5 Jamu 123 110 34 36 11 9 1,2 x 106
6 Bakso 150 147 45 54 23 21 1,5 x 106
7 Sirup 56 47 12 18 1 2 5,2 x 105
8 Sosis 167 189 75 65 23 27 1,8 x 106
ditanam secara sprade plate pada medium
petri PCA , lalu diinkubasi selama 24 jam,
Pembahasan setelah itu dapat dihitung jumlah koloni
Penentuan angka kuman di lakukan yang tumbuh dengan satuan CFU (Coloni
untuk mengetahui banyaknya mikroba Forming Unit). Dalam percobaan ini
dalam sampel uji yang sudah di sediakan. dilakukan duplo untuk pengenceran yang
Dengan mengetahui jumlah mikroba, diinginkan.
maka dapat diketahui kualitas Dari hasil yang di dapat, kemudian
mikrobiologi dari sampel uji tersebut. dihitung CFU dengan menggunakan range
Sehingga dapat mengetahui kandungan jumlah koloni sebanyak 30-300 koloni.
mikroba pada sampel uji tersebut , Jumlah koloni <30 (dianggap sebagai
kerusakannya serta dapat ditentukan oleh TSUD (terlalu sedikit untuk dihitung),
tingkat kelayakan untuk di konsumsi. sedangkan jumlah koloni >300 dianggap
Prosedur yang dilakukan untuk TBUD (terlalu banyak untuk dihitung).
sampel uji berupa bahan padatan dan Dalam perhitungan ada beberapa
bahan cair dilakukan dengan cara yang standar perhitungan yang harus
sama yaitu : Pertama di lakukan adalah diperhatikan. Cawan yang dipilih adalah
dengan menimbang sampel uji sebanyak 1 yang mengandung jumlah koloni 30-300
gram, kemudian dilakukan pengenceran koloni, beberapa koloni yang bergabung
pertama (10-1) dengan aquadest steril menjadi satu koloni dihitung sebagai satu
sebanyak 9 ml, secara aseptis dan koloni, maupun koloni yang bersekatan.
divortex, kemudian dari hasil pengenceran Hasil yang dilaporkan terdiri dari dua
tersebut di ambil sebanyak 1 ml larutan, di angka yaitu angka pertama didepan koma
lakukan pengenceran kembali (10- dan angka kedua dibelakang koma. Jika
2
)dengan penambahan 9 ml aquadest steril angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus
yang baru. Demikian seterusnya sampai dibulatkan satu angka lebih tinggi pada
tingkat pengenceran yang diinginkan. angka kedua. Jika digunakan dua cawan
Kemudian dari masing-masing 3 petri (duplo) perpengenceran, data yang
pengenceran terakhir dipipet 0,1 ml untuk diambil harus dari kedua cawan tersebut,
tidak boleh salah satu, meskipun salah harus dicantumkan dalam tanda kurung.
satu dari cawan duplo tidak memenuhi Jika semua pengenceran menghasilkan
syarat 30-300 koloni. Jika semua angka lebih dari 300 koloni pada cawan
pengenceran menghasilkan range antara petri, maka hanya koloni pada
30-300 koloni pada cawan petri. pengenceran tertinggi yang dihitung.
Perbandingan sel pengenceran tertinggi Hasilnya dilaporkan lebih dari sebenarnya
dan terendah dari kedua pengenceran lebih harus dicantumkan dalam tanda kurung.
kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-
rata dari kedua pengenceran tersebut
dengan memperhitungkan
pengencerannya. Jika perbandingan antara
hasil pengenceran tertinggi dan terendah
lebih dari 2, maka yang dilaporkan hanya
hasil yang terkecil. Jika semua
pengenceran menghasilkan angka kurang
dari 30 koloni pada cawan petri maka
hanya koloni oengenceran terendah yang
dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai
kurang dari 30 koloni dihasilkan faktor
pengenceran tetapi jumlah sebenarnya
Kriterian Mikrobiologi Dalam Pangan mendapatkan hasil diantara range 30-300.
Olahan Maka dari itu dilakukanlah perbandingan
pengenceran tertinggi dan pengenceran
Batas Maksimal terendah didapatkan hasil >2 yang berarti
N diambil pengenceran terendah yaitu
Sampel Mikroba
o pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-rata
1 Susu 105 koloni/mL karena dilakukan duplo dan mendapatkan
Kedelai hasil 2,4 x 106. Dan hasil yang didapatkan
2 Pepaya 105 koloni/mL tidak sesuai dengan standar dari BPOM
dan SNI karena lebih besar dari 105
3 Madu 3 x 103 koloni/mL koloni/sel. Hal tersebut dapat disebabkan
karena praktikum dalam melakukan
4 Bumbu 105 koloni/mL praktik melakukan kesalahan seperti
Kacang adanya tumpahan, tidak aseptic dan lain
5 Jamu 106 koloni/mL sebagainya, dapat pula terjadi karena alat
yang sudah terkontaminasi, dan bahan
6 Bakso 105 koloni/mL yang mengandung banyak mikroba.
Pada percobaan pepaya didapatkan
7 Sirup 102 koloni/mL
hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
hasil 126 dan 132 koloni, untuk
8 Sosis 105 koloni/mL pengenceran 10-5 didapatkan hasil 47 dan
34 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
didapatkan hasil 12 dan 10 koloni. Dapat
Pada percobaan susu kedelai kita lihat hanya pengenceran 10-4 yang
didapatkan hasil untuk pengenceran 10-4 mendapatkan hasil diantara range
didapatkan hasil 230 dan 245 koloni,
untuk pengenceran 10-5 didapatkan hasil 30-300. Maka dari itu diambil
134 dan 125 koloni, dan untuk pengenceran 10-4 untuk dihitung, lalu
pengenceran 10-6 dihitung rata-rata karena dilakukan duplo
didapatkan hasil 37 dan 43 koloni. dan mendapatkan hasil 1,3 x 106. Dan
Dapat kita lihat semua pengenceran hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
standar dari BPOM dan lain sebagainya, dapat pula terjadi karena
SNI karena lebih besar dari 105 koloni/sel. alat yang sudah terkontaminasi, dan bahan
Hal tersebut dapat disebabkan karena yang mengandung banyak mikroba.
praktikum dalam melakukan praktik Pada percobaan jamu didapatkan
melakukan kesalahan seperti adanya hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
tumpahan, tidak aseptic dan lain hasil 123 dan 110 koloni, untuk
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat pengenceran 10-5 didapatkan hasil 34 dan
yang sudah terkontaminasi, dan bahan 36 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
yang mengandung banyak mikroba. didapatkan hasil 11 dan 9
Pada percobaan madu didapatkan koloni. Dapat kita lihat pengenceran
hasil untuk pengencean 10-4 didapatkan 10 dan 10-5 mendapatkan hasil diantara
-4

hasil 145 dan 134 koloni, untuk range 30300. Maka dari itu dilakukanlah
pengenceran 10-5 didapatkan hasil 24 dan perbandingan pengenceran tertinggi dan
27 koloni, dan untuk pengenceran 10-6 pengenceran terendah didapatkan hasil >2
didapatkan hasil 3 dan 5 yang berarti diambil pengenceran terendah
koloni. Dapat kita lihat hanya yaitu pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-
pengenceran 10-4 yang mendapatkan hasil rata karena dilakukan duplo dan
diantara range 30-300. Maka dari itu mendapatkan hasil 1,5 x 106. Dan hasil
diambil pengenceran 10-4 untuk dihitung, yang didapatkan tidak sesuai dengan
lalu dihitung rata-rata karena dilakukan standar dari BPOM dan
duplo dan mendapatkan hasil 1,4 x 106. SNI karena lebih besar dari 105 koloni/sel.
Dan hasil yang didapatkan tidak sesuai Hal tersebut dapat disebabkan karena
dengan standar dari BPOM dan SNI praktikum dalam melakukan praktik
karena lebih besar dari 3 x 103 koloni/sel. melakukan kesalahan seperti adanya
Hal tersebut dapat disebabkan karena tumpahan, tidak aseptic dan lain
praktikum dalam melakukan praktik sebagainya, dapat pula terjadi karena alat
melakukan kesalahan seperti adanya yang sudah terkontaminasi, dan bahan
tumpahan, tidak aseptic dan lain yang mengandung banyak mikroba.
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat Pada percobaan bakso didapatkan
yang sudah terkontaminasi, dan bahan hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
yang mengandung banyak mikroba. hasil 150 dan 147 koloni, untuk
Pada percobaan bumbu kacang pengenceran 10-5 didapatkan hasil 45 dan
didapatkan hasil untuk pengenceran 10-4 54 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
didapatkan hasil TBUD dan TBUD didapatkan hasil 23 dan 21 koloni. Dapat
koloni, untuk pengenceran 10-5didapatkan kita lihat pengenceran 10-4 dan 10-5
hasil 336 dan 354 koloni, dan untuk mendapatkan hasil diantara range 30300.
pengenceran 10-6 Maka dari itu dilakukanlah perbandingan
didapatkan hasil 275 dan 267 koloni. pengenceran tertinggi dan pengenceran
Dapat kita lihat bahwa hanya pengenceran terendah didapatkan hasil >2 yang berarti
10-6 yang mendapatkan hasil diantara diambil pengenceran terendah yaitu
range 30-300. Maka dari itu diambil pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-rata
pengenceran 10-6 untuk dihitung, lalu karena dilakukan duplo dan mendapatkan
dihitung rata-rata karena dilakukan duplo hasil 1,2 x 106. Dan hasil yang didapatkan
dan mendapatkan hasil 2,7 x 108. Dan tidak sesuai dengan standar dari BPOM
hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan dan
standar dari BPOM dan SNI karena lebih SNI karena lebih besar dari 106 koloni/sel.
besar dari 105 koloni/sel. Hal tersebut Hal tersebut dapat disebabkan karena
dapat disebabkan karena praktikum dalam praktikum dalam melakukan praktik
melakukan praktik melakukan kesalahan melakukan kesalahan seperti adanya
seperti adanya tumpahan, tidak aseptic dan tumpahan, tidak aseptic dan lain
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat menggunakan range jumlah koloni 30-
yang sudah terkontaminasi, dan bahan 300, yang memperlihatkan hasil paling
yang mengandung banyak mikroba. besar adalah pada sampel bumbu kacang.
Pada percobaan sirup didapatkan Dapat dilihat dari hasil perhitungan CFU
hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan pada sampel uji bumbu kacang yaitu
hasil 56 dan 47 koloni, untuk pengenceran sebesar 2,7 x 108. Selain itu hasil
10-5 didapatkan hasil 12 dan 18 koloni, penetapan angka kuman dari sampel
dan untuk pengenceran 10-6 didapatkan kacang pun melebihi batas maksimal yang
hasil 1 dan 2 koloni. Dapat kita lihat diperbolehkan berdasarkan pertaturan
bahwa hanya pengenceran 10-4 yang yang ditetapkan BPOM dan BSN.
mendapatkan hasil diantara range 30-300. Dan untuk hasil yang paling sedikit
Maka dari itu diambil pengenceran 10-4 adalah pada sampel sirup yaitu sebesar 5,2
untuk dihitung, lalu dihitung rata-rata x 105 . Tetapi hasil yang di peroleh pun
karena dilakukan duplo dan mendapatkan masih melebihi batas maksimum mikroba
hasil 5,2 x 105. Dan hasil yang didapatkan yang di tetapkan oleh peraturan BPOM
tidak sesuai dengan standar dari BPOM dan BSN.
dan SNI karena lebih besar dari 102 Hasil uji dari sampel yang di
koloni/sel. Hal tersebut dapat disebabkan gunakan, setelah di lakukan perhitungan
karena praktikum dalam melakukan CFU total, memperlihatkan bahwa semua
praktik melakukan kesalahan seperti sempel melebihi batas maksimum yang
adanya tumpahan, tidak aseptic dan lain telah di tetapkan, artinya semua sempel
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat yang di gunakan pada uji ini masuk dalam
yang sudah terkontaminasi, dan bahan kategori tercemar.
yang mengandung banyak mikroba.
Pada percobaan sosis didapatkan
hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
hasil 167 dan 189 koloni, untuk
pengenceran 10-5 didapatkan hasil 75 dan
65 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
didapatkan hasil 23 dan 27 koloni. Dapat
kita lihat pengenceran 10-4 dan 10-5
mendapatkan hasil diantara range 30300.
Maka dari itu dilakukanlah perbandingan
pengenceran tertinggi dan pengenceran
terendah didapatkan hasil >2 yang berarti
diambil pengenceran terendah yaitu
pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-rata
karena dilakukan duplo dan mendapatkan
hasil 1,8 x 106. Dan hasil yang didapatkan Kesimpulan
tidak sesuai dengan standar dari BPOM 1.Perhitungan angka kuman bertujuan untuk
dan
SNI karena lebih besar dari 105 koloni/sel. mengetahui seberapa jauh bahan tercemar
Hal tersebut dapat disebabkan karena oleh mikroba.
praktikum dalam melakukan praktik
melakukan kesalahan seperti adanya 2.      Kandungan mikroba pada suatu bahan
tumpahan, tidak aseptic dan lain menunjukkan kualitas mikrobiologi serta
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat
yang sudah terkontaminasi, dan bahan tingkat kelayakan suatu bahan untuk
yang mengandung banyak mikroba. dikonsumsi.
Dari hasil perhitungan CFU dengan
3. Jumlah kuman perhitungan kuman yang Saiful Bahri, M. (2020). Penentuan Angka
Kuman. Jakarta.
didapat tergantung pada jumlah bakteri
yang terdapat saat pengenceran Wulandari, A., Manalu, R. T., Hamida, F.,
Wenas, D. M., Bahri, S., &
4.  Prinsip metode cawan hitung (Plate Count)
Syafriana, V. (2020). Buku
adalah jika sel mikroba yang masih hidup Penuntun Praktikum Mikrobiologi
ditumbuhkan pada medium , maka sel Farmasi. Jakarta: Fakultas
Farmasi Institut Sains Dan
mikroba tersebut akan berkembang
Teknologi Nasional.
biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat lansung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. 
5. Pengenceran adalah mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh
volume akhir yang lebih besar.
6. Dari sampel yang di gunakan , semua
termasuk dalam kategori tercemar
mikroba, karna hasil hitung CFU melebihi
batas maksimal mikroba yang telah di
tetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku penuntun praktek
mikrobiologiFakutas Farmasi ISTN
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar
Mikrobiologi.Jakarta: Djambatan.
Ririn A
ndriani,Pengenalan Alat-alat
Laboratorium Mikrobiologi Untuk
mengatasi Keselamatan Kerja dan
Keberhasilan Praktikum.Universitas Halu
Oleo.Maret 2016
BPOM. (2019). Peraturan BPOM No. 13
Tahun 2019 Tentang Batas
Maksimal Cemaran Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan. Jakarta:
BPOM.

Nasional, B. S. (2009). Batas Maksimum


Cemaran Mikroba Dalam Pangan.
Standar Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai