ABSTRAK
Organisme mikroskopis adalah organisme yang hanya bisa dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Salah satunya adalah bakteri yang merupakan organisme
mikroskopis. Keadaan bakteri di alam ini ada yang bersifat menguntungkan dan ada yang
bersifat merugikan bagi kepentingan manusia. Bakteri yang menguntungkan dan merugikan
bagi kepentingan organisme akuatik perlu dipelajari supaya bakteri yang menguntungkan,
keberadaannya (kapasitas jumlahnya) dapat diperbanyak sedangkan untuk bakteri yang
merugikan (patogen) jumlah populasinya dapat ditekan dan dapat dilakukan tindakan
pencegahan atau antisipasi infeksi bakteri tersebut (Umam, 2008).
Praktikan dapat menghitung jumlah bakteri yang tumbuh dari sampel praktik yang
sebelumnya. Selain dapat menghitung angka bakteri yang tumbuh, praktikan juga dapat
mengetahui cara-cara teknik pewarnaan bakteri dan dapat membedakan bakteri gram negatif
dengan bakteri gram positif yang dilihat di bawah mikroskop.
Penentuan angka kuman dilakukan untuk menentukan banyaknya mikroorganisme dalam
suatu bahan, dapat berupa makanan, minuman, obat, atau bahan – bahan lain yang ingin di
ketahui adakah mikroorganisme di dalam sampel tersebut. Penentuan angka kuman dapat di
gunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar oleh mikroorganisme,
yaitu dengan mengetahui jumlah mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat
untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan ini tercemar oleh mikroba.
(Wulandari, et al., 2020)
hasil 145 dan 134 koloni, untuk range 30300. Maka dari itu dilakukanlah
pengenceran 10-5 didapatkan hasil 24 dan perbandingan pengenceran tertinggi dan
27 koloni, dan untuk pengenceran 10-6 pengenceran terendah didapatkan hasil >2
didapatkan hasil 3 dan 5 yang berarti diambil pengenceran terendah
koloni. Dapat kita lihat hanya yaitu pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-
pengenceran 10-4 yang mendapatkan hasil rata karena dilakukan duplo dan
diantara range 30-300. Maka dari itu mendapatkan hasil 1,5 x 106. Dan hasil
diambil pengenceran 10-4 untuk dihitung, yang didapatkan tidak sesuai dengan
lalu dihitung rata-rata karena dilakukan standar dari BPOM dan
duplo dan mendapatkan hasil 1,4 x 106. SNI karena lebih besar dari 105 koloni/sel.
Dan hasil yang didapatkan tidak sesuai Hal tersebut dapat disebabkan karena
dengan standar dari BPOM dan SNI praktikum dalam melakukan praktik
karena lebih besar dari 3 x 103 koloni/sel. melakukan kesalahan seperti adanya
Hal tersebut dapat disebabkan karena tumpahan, tidak aseptic dan lain
praktikum dalam melakukan praktik sebagainya, dapat pula terjadi karena alat
melakukan kesalahan seperti adanya yang sudah terkontaminasi, dan bahan
tumpahan, tidak aseptic dan lain yang mengandung banyak mikroba.
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat Pada percobaan bakso didapatkan
yang sudah terkontaminasi, dan bahan hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
yang mengandung banyak mikroba. hasil 150 dan 147 koloni, untuk
Pada percobaan bumbu kacang pengenceran 10-5 didapatkan hasil 45 dan
didapatkan hasil untuk pengenceran 10-4 54 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
didapatkan hasil TBUD dan TBUD didapatkan hasil 23 dan 21 koloni. Dapat
koloni, untuk pengenceran 10-5didapatkan kita lihat pengenceran 10-4 dan 10-5
hasil 336 dan 354 koloni, dan untuk mendapatkan hasil diantara range 30300.
pengenceran 10-6 Maka dari itu dilakukanlah perbandingan
didapatkan hasil 275 dan 267 koloni. pengenceran tertinggi dan pengenceran
Dapat kita lihat bahwa hanya pengenceran terendah didapatkan hasil >2 yang berarti
10-6 yang mendapatkan hasil diantara diambil pengenceran terendah yaitu
range 30-300. Maka dari itu diambil pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-rata
pengenceran 10-6 untuk dihitung, lalu karena dilakukan duplo dan mendapatkan
dihitung rata-rata karena dilakukan duplo hasil 1,2 x 106. Dan hasil yang didapatkan
dan mendapatkan hasil 2,7 x 108. Dan tidak sesuai dengan standar dari BPOM
hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan dan
standar dari BPOM dan SNI karena lebih SNI karena lebih besar dari 106 koloni/sel.
besar dari 105 koloni/sel. Hal tersebut Hal tersebut dapat disebabkan karena
dapat disebabkan karena praktikum dalam praktikum dalam melakukan praktik
melakukan praktik melakukan kesalahan melakukan kesalahan seperti adanya
seperti adanya tumpahan, tidak aseptic dan tumpahan, tidak aseptic dan lain
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat menggunakan range jumlah koloni 30-
yang sudah terkontaminasi, dan bahan 300, yang memperlihatkan hasil paling
yang mengandung banyak mikroba. besar adalah pada sampel bumbu kacang.
Pada percobaan sirup didapatkan Dapat dilihat dari hasil perhitungan CFU
hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan pada sampel uji bumbu kacang yaitu
hasil 56 dan 47 koloni, untuk pengenceran sebesar 2,7 x 108. Selain itu hasil
10-5 didapatkan hasil 12 dan 18 koloni, penetapan angka kuman dari sampel
dan untuk pengenceran 10-6 didapatkan kacang pun melebihi batas maksimal yang
hasil 1 dan 2 koloni. Dapat kita lihat diperbolehkan berdasarkan pertaturan
bahwa hanya pengenceran 10-4 yang yang ditetapkan BPOM dan BSN.
mendapatkan hasil diantara range 30-300. Dan untuk hasil yang paling sedikit
Maka dari itu diambil pengenceran 10-4 adalah pada sampel sirup yaitu sebesar 5,2
untuk dihitung, lalu dihitung rata-rata x 105 . Tetapi hasil yang di peroleh pun
karena dilakukan duplo dan mendapatkan masih melebihi batas maksimum mikroba
hasil 5,2 x 105. Dan hasil yang didapatkan yang di tetapkan oleh peraturan BPOM
tidak sesuai dengan standar dari BPOM dan BSN.
dan SNI karena lebih besar dari 102 Hasil uji dari sampel yang di
koloni/sel. Hal tersebut dapat disebabkan gunakan, setelah di lakukan perhitungan
karena praktikum dalam melakukan CFU total, memperlihatkan bahwa semua
praktik melakukan kesalahan seperti sempel melebihi batas maksimum yang
adanya tumpahan, tidak aseptic dan lain telah di tetapkan, artinya semua sempel
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat yang di gunakan pada uji ini masuk dalam
yang sudah terkontaminasi, dan bahan kategori tercemar.
yang mengandung banyak mikroba.
Pada percobaan sosis didapatkan
hasil untuk pengenceran 10-4 didapatkan
hasil 167 dan 189 koloni, untuk
pengenceran 10-5 didapatkan hasil 75 dan
65 koloni, dan untuk pengenceran 10-6
didapatkan hasil 23 dan 27 koloni. Dapat
kita lihat pengenceran 10-4 dan 10-5
mendapatkan hasil diantara range 30300.
Maka dari itu dilakukanlah perbandingan
pengenceran tertinggi dan pengenceran
terendah didapatkan hasil >2 yang berarti
diambil pengenceran terendah yaitu
pengenceran 10-4, lalu dihitung rata-rata
karena dilakukan duplo dan mendapatkan
hasil 1,8 x 106. Dan hasil yang didapatkan Kesimpulan
tidak sesuai dengan standar dari BPOM 1.Perhitungan angka kuman bertujuan untuk
dan
SNI karena lebih besar dari 105 koloni/sel. mengetahui seberapa jauh bahan tercemar
Hal tersebut dapat disebabkan karena oleh mikroba.
praktikum dalam melakukan praktik
melakukan kesalahan seperti adanya 2. Kandungan mikroba pada suatu bahan
tumpahan, tidak aseptic dan lain menunjukkan kualitas mikrobiologi serta
sebagainya, dapat pula terjadi karena alat
yang sudah terkontaminasi, dan bahan tingkat kelayakan suatu bahan untuk
yang mengandung banyak mikroba. dikonsumsi.
Dari hasil perhitungan CFU dengan
3. Jumlah kuman perhitungan kuman yang Saiful Bahri, M. (2020). Penentuan Angka
Kuman. Jakarta.
didapat tergantung pada jumlah bakteri
yang terdapat saat pengenceran Wulandari, A., Manalu, R. T., Hamida, F.,
Wenas, D. M., Bahri, S., &
4. Prinsip metode cawan hitung (Plate Count)
Syafriana, V. (2020). Buku
adalah jika sel mikroba yang masih hidup Penuntun Praktikum Mikrobiologi
ditumbuhkan pada medium , maka sel Farmasi. Jakarta: Fakultas
Farmasi Institut Sains Dan
mikroba tersebut akan berkembang
Teknologi Nasional.
biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat lansung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop.
5. Pengenceran adalah mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh
volume akhir yang lebih besar.
6. Dari sampel yang di gunakan , semua
termasuk dalam kategori tercemar
mikroba, karna hasil hitung CFU melebihi
batas maksimal mikroba yang telah di
tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku penuntun praktek
mikrobiologiFakutas Farmasi ISTN
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar
Mikrobiologi.Jakarta: Djambatan.
Ririn A
ndriani,Pengenalan Alat-alat
Laboratorium Mikrobiologi Untuk
mengatasi Keselamatan Kerja dan
Keberhasilan Praktikum.Universitas Halu
Oleo.Maret 2016
BPOM. (2019). Peraturan BPOM No. 13
Tahun 2019 Tentang Batas
Maksimal Cemaran Mikrobiologi
dalam Pangan Olahan. Jakarta:
BPOM.