Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI

Disusun oleh :

Siti Amilia/P27903119036

Politeknik kesehatan kementerian kesehatan banten

jurusan teknologi laboratorium medis


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1. Latar belakang.......................................................................................................................3
1.2. Tujuan praktikum...................................................................................................................4
1.3. Manfaat praktikum.................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................5
2.1. Dasar Teori...........................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................7
METODE PENELITIAN....................................................................................................................7
3.1. ALAT.........................................................................................................................................7
3.2. BAHAN......................................................................................................................................7
c. Tempe........................................................................................................................................7
3.3. PROSEDUR...............................................................................................................................7
BAB IV.................................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................8
BAB V.................................................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Salah satu keanekaragaman hayati tersebut adalah jamur. Jamur
umumnya menempati berbagai tipe habitat yaitu tanah, kayu, serasah, kotoran hewan dan
sebagainya. Tipe ekosistem yang dapat ditumbuhi jamur adalah hutan, karena hutan memiliki
tingkat kelembapan yang tinggi sehingga jamur mudah beradaptasi. Jamur merupakan salah
satu keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis mahkluk hidup. Beberapa jenis jamur
telah banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan dan sumber bahan obat-
obatan tradisional maupun modern (Wahyudi, 2012).

Jamur yang dapat dikonsumsi oleh manusia antara lain jamur kuping, jamur tiram,
dan berbagai jenis yang telah dikembangkan. Fungsi ekologis jamur dalam ekosistem hutan
yaitu sebagai dekomposer. Diperkirakan terdapat 1,5 juta spesies jamur di dunia, jenis yang
teridentifikasi sebanyak 28.700 jenis jamur makroskopis (memiliki tubuh buah), jamur
mikroskopis (tidak memiliki tubuh buah) sebanyak 24.000 dan 13.500 jenis lumut kerak
(asosiasi simbiotik antara fungi dan alga), sedangkan jenis jamur yang belum teridentifikasi
sejumlah 1.433.800 jenis, baik makro maupun mikro (Thomas dan Gary, 2002). Menurut
Gandjar et al. (2006) diperkirakan sebanyak 69.000 jenis jamur (makro dan mikro) yang telah
berhasil diidentifikasi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1,5 juta spesies jamur tersebut
diperkirakan ditemukan di Indonesia hingga saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah
jenis jamur yang telah berhasil diidentifikasi, dimanfaatkan, ataupun yang telah punah akibat
ulah manusia. Di lain pihak, kita dihadapkan pada cepatnya laju penurunan keanekaragaman
hayati baik oleh proses alamiah maupun ulah manusia. Jika hal ini terus berlanjut, maka
banyak spesies jamur makroskopis yang belum teridentifikasi mungkin akan segera punah.
Arboretum Sylva merupakan suatu areal yang ditanami berbagai jenis pohon dengan tujuan
sebagai areal pelestarian dan perlindungan bagi flora dan fauna. Arboretum Sylva memiliki
berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi, anggrek, paku-pakuan, tumbuhan bawah dan berbagai
jenis jamur (mikroskopis dan makroskopis).

Salah satu flora yang akan dilakukan penelitian yaitu jamur makroskopis, karena
informasi mengenai jenis jamur makroskopis sampai saat ini belum tersedia, sehingga perlu
dicari informasi mengenai keanekaragaman jenis jamur makroskopis di arboretum Sylva

3
Universitas Tanjungpura dan habitat jamur makroskopis tersebut tumbuh dan hidup, serta
jamur manakah yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat-obatan.

Jamur adalah salah satu keunikan yang memperkaya keanekaragaman jenis makhluk
hidup dalam dunia tumbuhan. Sifatnya yang tidak berklorofil menjadikannya tergantung
kepada makhluk hidup lain, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Karena itulah
jamur memegang peranan penting dalam proses alam yaitu sebagai dekomposer sisa-sisa
organisme. Selain itu beberapa di antara jenis-jenis jamur ada yang dimanfaatkan oleh
manusia, baik sebagai bahan makanan maupun obat (Srisula, dkk. 2009:99).

Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi


secara seksual dan aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu
jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan kasat mata dan ada juga jamur
yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan alat bantu mikroskop (Darwis, dkk. 2011:1).

1.2. Tujuan praktikum


Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melakukan isolasi dan identifikasi fungi
b. Untuk mempelajari cara cara isolasi fungi
c. Untuk teknik isolasi fungi
1.3. Manfaat praktikum
Manfaat praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui isolasi dan identifikasi fungi
b. Untuk mengetahui cara-cara isolasi fungi
c. Untuk mengetahui isolasi fungi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


Jamur banyak terdapat dilingkungan yang bentuknya bermacam-macam, ada yang
seperti bola, gada, payung dan sebagainya. Jamur berada pada tempat yang lembab dan
mengndung sisa-sisa organik, pada kayu yang lapuk, tempat buangan sampah, terutama
banyak tumbuh ketika musim hujan. Bila dibandingkan dengan tumbuhan tingkat tinggi,
jamur memiliki ciri sebagai berikut : tubuh buahnya merupakan tallus, sedangkan
tumbuhan bagian-bagiannya telah memiliki akar, batang dan daun yang sebenarnya.
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.
Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi 
(Gandjar. 1999).
Jamur adalah mikrooragnisme eukariotik Jamur tidak hidup secara autotrof karena
tidak memiliki klorofil. Jamur hidup secara heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan
organik yang ada di lingkungannya. Misalnya hidup secara saprofit artinya hidup dari
penguraian sampah-sampah organik (seperti bangkai, sisi tumbuhan, makanan, kayu
lapuk) menjadi bahan-bahan organik. Jamur dapat pula hidup sebagai parasit dengan
mendapatkan bahan organik dari inangnya (kulit manusia, binatang dan tumbuhan).
Selain itu ada pula jamur yang hidup secara simbiotik yakni hidup bersama-sama dengan
organisme lain agar dapat saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) seperti jamur
yang hidup bersama ganggang membentuk lumut kerak.
Jamur tidak berklorofil, dinding sel jamur mengandung kitin. Kitin adalah polisakaria
yang terdapat pada kulit kepiting dan udang-udangan (jika dipanaskan berubah warna
menjadi kemerahan).jamur multiselule terbentuk dari rangkaian sel yang membentuk
benang seperti kapas yang disebut hifa. Dilihat dari mikroskop hifa ada yang bersekat-
sekat melintang. Tiap-tiap sekat mempunyai satu sel denagn satu inti atau bebrpa inti sel.
Da pula hifa yng tidak bersekat melintang dan mengnadung benyak inti. Kumpulan hifa
membentuk jaringn benang yang disebut miselium. (Dwidjoseputro,2005)
Jamur berkembangbiak dengan dengan spora dan umunya secara seksual ataupun
aseksual. Semula jamur dianggap sebagai tumbuhan. Klasifikasi yang memasuki fungi

5
kedalam dunia karena beralasan karena keasaman dalam hidupnya, habitat hidupnya pada
umumnya di tanah. Fungi yang mengahsilkan tubuh buah seperti hal pertumbuhan lumut.
Baik jamur tingkat rendah maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai
ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut miselium,
atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi
(sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak
mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan
pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi (Waluyo,2005)
Jamur berbiak secara vegetative dan generative  dengan berbagai macam spora.
Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah :
a. Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok – kelompok kecil, masing – masing mempunyai membran serta inti
sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut
sporangiospora.
b. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah – belah
seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora
atau konidia saja, sedang tangkai pembawa konidia disebut  konidiosfor.
c. Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar serta berdinding
tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal, bagian itu
merupakan alat pembiak yang disebut  klamidiospora (spora yang berkulit tebal)
d. Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka
bagian – bagian itu disebut artospora (serupa batu bata), oidiospora atau oidia
(serupa telur) saja (Waluyo,2005).

6
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. ALAT
a. Jarum Ose
b. Lampu Bunsen
c. Cawan Petri
d. Cover glass
e. Mikroskop
f. Pinset
g. Objek glass

3.2. BAHAN
a. Ragi
b. Oncom
c. Tempe
d. Media SDA
e. Lactophenol cotton blue (LCB)

3.3. PROSEDUR

• Diambil sedikit koloni jamur dari biakan, dengan menggunakan kawat yang
dibengkokkan atau jarum inokulum

• Diletakkan inokulum jamur pada kaca benda yang diberi 1 tetes alkohol 70%

• Diuraikan jamur dengan menggunakan dua jarum secara hati-hati, jangan sampai
bagian jamur putus

• Diteteskan laptochepanol cotton blue lalu sesiaann ditutup dengan kaca penutup

• Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah, kemudian dengan perbesaran


kuat

• Digambar morfologi penting untuk semua jamur yang diperiksa. meliputi jenis
miselium, ada tidaknya sekat, susunan, bentuk dan jenis spora dan bagian yang khas

• Dibuat gambar spora dan sporangium masing-masing

• Diberi nama bagian-bagian jamur yang digambar

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sampel tempe (Rhizopus oryzae)

Sampel Jamur Tempe

Nama : jamur tempe (Rhizopus oryzae).


Struktur : hifa tidak bersekat
Perbesaran : 10 x 40

Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) termasuk ke dalam genus Rhizopus dan Famili
Mucoraceae. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat
bahwa misellium dari jamur tempe ini tidak bersekat. Misellium yang tidak bersekat
merupakan cirri utama dari family Mucoraceae. Jamur tempe ini terdiri dari beberapa
bagian utama yaitu misellium atau yang sering disebut stolon jamur,
sporongiophore,sporangium dan spora yang menjadi organ perkembangbiakannya.
Sementara itu hasil pengamatan morfologi fungi pada tempe (Rhizopus Oryzae)
diperoleh bakteri yang berbentuk bacillus. Kapang/Jamur merupakan mikroba dengan
struktur talus berupa benang-benang (hifa) yang terjalin seperti jala (myselium). Hifa dapat
berekat (septat) dengan inti tunggal/ lebih dan hifa tidak bersekat (aseptat). Penampakan
morfologi koloni pada umumnya seperti benang (filamentous) yang pertumbuhannya
membentuk lingkaran. Morfologi koloninya dapat dengan mudah dibedakan dengan bakteri

8
walaupun ada beberapa jenis bakteri yang koloninya mirip jamur, seperti dari kelompok
Actinomycetes atau Bacillus mycoides. Koloni kapang memiliki keragaman warna yang
muncul dari sporanya.
Dalam mengamati kapang dikarenakan ukurannya yang lebih besar, maka perbesaran
sedang pada lensa obyektif (40x) digunakan. Pada substrat tempe akan dijumpai Rhizopus
oligophorus yang terdiri dari benang-benang hifa yang tidak bersekat dan membentuk
miselium. Hifa tertentu akan mengalami pertumbuhan membentuk sporangium yang
berwarna kehitaman. Hifa penyangga sporangium merupakan sporangiofor.  Kumpulan dari
sporangiofor pada pangkalnya didukung oleh rhizoid yang berfungsi untuk menyerap
makanan dan air dari substrat. Hifa yang terdapat antar dua kumpulan sporangiofor disebut
stolon. Sedangkan pada substrat oncom ditemukan Nemospora  sitophyla, yang
bereproduksi dengan aseksual yaitu membentuk konidia, yang dibentuk pada ujung hifa
khusus yang ditopang oleh hifa yang disebut konidiofor, yang seksual dengan membentuk
askus.

2. Sampel jamur oncom (neurospora sitophilia)

Sampel Jamur Oncom

Nama : neurospora sitophilia

Nama neurospora sitophilia berasal dari kata neuron (sel saraf) karena guratan-
guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. Sitos (makanan) dan philos (menyukai).
Sebelum diketahui perkembangbiakkan secara seksualnya, jamur ini masuk ke dalam

9
kelompok deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase seksualnya (teleomorph), yaitu
dengan pembentukkan askus, maka jamu ini masuk kedalam golongan Ascomycota

Jamur neurosporaini berwarna jingga dan sering tumbuh di tempat-tempat yang baru
dibakar dan pertumbuhannya amat cepat tetapi askosporanya membutuhkan perlakuan
khusus, temperatur, dan kondisi lingkungan yang tepat untuk tumbuh sebagaimana dilakukan
jamur sejenis lainnya.

3. Sampel ragi (Saccharomyces)

Sampel Ragi

Media yang telah ditumbuhi oleh berbagai jenis jamur, salah satunya adalah jamur
Saccharomyces yang memiliki warna koloni putih kekuningan dengan sedikit lendir pada
koloni, ukuran koloninya kecil.

Jamur Saccharomyces atau lebih dikenal dengan nama jamur ragi, berbentuk oval
dengan diameter antara 1-3µm sampai 1-7µm. diamati pada mikroskop dengan perbesaran
40x

Saccharomyces bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual biasa


dilakukan dengan cara membentuk kuncup kecil (budding) pada sel yang berbentuk oval.
Kuncup tersebut membesar dan akhirnya terlepas dari sel induknya. Reproduksi seksual
terjadi jika suplai makanan terhenti atau lingkungan tidak mendukung untuk melakukan
reproduksi secara aseksual. Akibatnya, terbentuk askus dan askospora. Askospora dari dua
tipe yang berlainan bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya, terjadi

10
pembelahan secara meiosis sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora
haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Jamur tempe ( Rhizopus oryzae) merupaakan mikro organism semi anaerob dan
organisme saprofit. Jamur tempe memiliki cirri utama yaitu misellium nya tidak
bersekat yang juga merupakan ciri utama dari family Mucoraceae. Jamur tempe
terdiri dari misellium, sporangiophore, sporangium, dan spora yang menjadi alat
perkembangbiakannya.
2. Jamur neurospora ini berwarna jingga dan sering tumbuh di tempat tempat yang baru
dibakar dan pertumbuhannya amat cepat.
3. jamur yang tumbuh pada tape merupakan jamur jenis Saccharomyces atau yang lebih
dikenal dengan jamur ragi. Hal ini ditandai dengan bentuknya yang elips atau oval
dengan warna putih kekuningan

11
DAFTAR PUSTAKA

Riko Syahputra1 , Fikrinda Fikrinda1 , Hifnalisa Hifnalisa1,2020,isolasi dan identifikasi fungi mikoriza
arbuskula (FMA) pada berbagai varietas dan umur kop arabika (coffea arabica L) dikecamatan timang
gajah kabupaten bener meriah

Abubakar, K., Darusman, dan Hifnalisa. 2018. Fractionation of fulvic and humic acid on Andisol based
on altitude under organic arabica coffee at Bener Meriah District, Aceh Province. Lecturers at Soil
Science Department, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University.

Ida Ningrumsari1, Lina Herlinawati2,2020,isolasi idenifikasi jamur dan analisis nutrisi tempe di pasar
tradisional kota banndung

Camelia Ida Fitriani,2020,isolasi dan identifikasi keanekaragaman genus fungi yang mendekomposisi
serasah daun sonneratia alba serta pemanfaatannya sebagai book chapter.

Iin Annissa, Hanna Artuti Ekamawanti, Wahdina,2020,Keanekaragaman jenis jamur makroskopis di


area arboretum sylva universitas tanjungpura.

12

Anda mungkin juga menyukai