Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

UJI KETELITIAN PIPETASI

Disusun Oleh :
Kelas 4Fa2
Gelombang 4
Kelompok 1

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


FAKULTAS FARMASI
TAHUN 2019
UJI KETELITIAN PIPETASI

1. TUJUAN
- Mengetahui prosedur dan tata cara melakukan quality control ( QC ).
- Mengetahui penetapan pengendalian mutu yang valid dan terpercaya.
- Mengetahui cara menggunakan pipet piston ( clinipette ), serta membandingkan
ketelitiannya dengan pipet gelas.
- Mengetahui cara menghitung konsentrasi sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer.

2. PRINSIP
Pengambilan sampel uji dengan pipet gelas atau mikropipet sesuai standar
deviasinya serta pengukuran konsentrasi sampel dengan spektrofotometri berdasarkan
hukum Lambert-Beer dibandingkan dengan literatur.

3. LANDASAN TEORI
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan sdcara akurat dari satu
wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan
kadar, biasanya bersama-sama dengan mengisi pipet (pipette fillers). Pipet ini buuntuk
larutan “pipet mulut”. Praktik ini berbahaya dan tidak higienis (Cairns,2009)
Pipet piston / Mikropipet
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 I. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya
mikropipet yang diagur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1
l sampai 20 I, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu
pilihan volume ( fixed volume pipette ) misalnya mikropipet 5l. Dalam penggunaanya,
mikropipet memerlukan tip (Awang,2010).
Pipet Gelas / pipet volume
Pipet gelas atau pipet volum adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan
tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada petunjuk
volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet volume diguanakan untuk
memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan
larutan baku primer atau sample pada proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan
secara manual dengan disedot menggunakan piller.
Spektofotometri Ultraviolet-cahaya tampak (UV-VIS)
Spektum elektro senyawa dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan
struktur halus dimana sumbangan vibrasi individu dapat teramati, namun dalam fase-
fase mampat, tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga seringkali hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapt
mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV tampak karena merea mengandung elektronik
sekutu maupun menyendiri yang adapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi itu terjadi, bergandung pada berapa kuat
elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatau ikatan kovalen tunggal
terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi ata panjang gelombang
pendek, untuk eksitasinya. Misalnya alkana, yang mengandung hanya ikatan tunggal
C-H dan C-C tak menunjukan absoprsi diatas 160 nm. Metana menunjukkan suatau
puncak pada 122 nm. Ini berarti bahwa suatu elekton dalam orbital ikatan (bonding)
sigma dieksitasikan ke orbital anti-ikatan (antibonding) sigma (Day & Underwood,
2002).
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran didaerah spectrum ultraviolet
dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan
sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm
(Sudjadi,2007).
Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis ditunukkan oleh gambar
berikut dengan komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar,
monokromator dan sistem optik.
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan. Jadi, untuk
tetap jalan panjang, UV/VIS spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa cepat
perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi (tabel
koefisien molar kepenuhan) atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi.
Untuk mengukur intensitas cahaya yang melewati sebuah sampel (I) dan
membandingkan dengan intensitas cahaya sebelum melewati sampel (Io).
Perbandingan I / Io disebut pengiriman, dan biasanya dimyatakan sebagai persentase
(%T) : A = - log (%T / 100%) (Hosniah, 2010).
Simpangan Baku (Standard Deviation)
Standar deviasi merupakam ukuran penyebaran yang paling banyak digunakan. Seua
gugus data dipertimbangkan sehingga lebih stabil dibandingkan dengan ukuran
lainnya. Namun, apabila dalam gugus data tersebut terdapat nilai ekstrem, standar
deviasi menjadi tidak sensitif lagi, sama lainnya seperti mean.
Standar deviasi memiliki beberapa karakteristik khusus lainnya. SD tidak
berubah apabila setiap unsur pada gugus datanya ditambahkan atau dikurangkan
dengan nilai konstan tertentu. SD berubah apabila setiap unsur pada gugus datanya
dikali atau dibagi dengan nilai konstan tertentu. Bila dikalikan dengan ilai konstan,
standar deviasi yang dihasilkan akan setara dengan hasil kali dari nilai standar deviasi
aktual dengan konstan.

Koefisien variasi (Coefficient of variation)


Koefisien variasi merupakan suatu ukuran varias yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbda. Kalau
kita membandingkan berbagai variasi atau dua variabel yang mempunyai satuan yang
berbeda maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung ukuran penyebaran yang
sifatnya absolut.

Koefisien variasi adalah suatu perbandingan antara simpangan baku dengan


nilai rata-rata dan dinyatakan dengan nilai persentase.

Berdasarkan koefisien variasi akan berpengaruh terhadap kualistas sebaran data. Jadi
jika koefisien variasi semakin kecil maka datanya semakin homongen dan jika
koefisien korelasi semakin besar maka datanya semakin heterogen.
4. ANALITIK

4.1.Alat dan Bahan

Alat :
- Kuvet
- Spektrofotometer
- Pipet piston
- Pipet gelas
- Labu ukur
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Batang pengaduk
- Rak tabung reaksi

Bahan :
- KMNO4
- Aqadest
4.2.Prosedur Kerja

Sebelum digunakan Thumb knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya
mikropipet.

Masukan Tip bersih kedalam Nozzle atau ujung mikropipet.

Tekan Thumb knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi.

Masukan Tip ke dalam cairan yang akan dipipet.

Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan
akan masuk ke Tip.

Pindahkan ujung Tip ke tempat penampungan yang diinginkan.

Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin
maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
Teknik pemipetan dan ketelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat.
Untuk pemipetan sampel yang sangat kecil (<50 ) maka sisa sampel yang akan
menempel sedikit saja, akan sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.
5. DATA PENGAMATAN
5.1 Perhitungan
 Larutan Baku (KMnO4)
50 ppm = 50 mg/1000 ml = 5 mg/100 ml = 0,005 g/100 ml
 Larutan Sampel menggunakan data Kelompok 3 G4
Pengenceran (25 ppm)
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 50 ppm = 1 ml x 25 ppm
1 𝑚𝑙 × 25 𝑝𝑝𝑚
V1 = 50 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,5 ml
V1 = 500 µl
 500 µl larutan baku dan 500 µl aquadest
 Konsentrasi Larutan sampel (KMnO4) 25 ppm
Pipet Gelas
 Tabung 1
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
C = 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x C standar
0,424
C1 = 0,750 x 50 ppm
C1 = 28,27 ppm
 Tabung 2
0,419
C2 = 0,750 x 50 ppm
C2 = 27,93 ppm
 Tabung 3
0,409
C3 = 0,750 x 50 ppm
C3 = 27,27 ppm
Pipet Piston
 Tabung 1
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
C = 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x C standar
0,410
C1 = 0,750 x 50 ppm
C1 = 27,33 ppm
 Tabung 2
0,410
C2 = 0,750 x 50 ppm
C2 = 27,33 ppm
 Tabung 3
0,409
C3 = 0,750 x 50 ppm
C3 = 27,27 ppm

5.2 Hasil Pengamatan


Pada λ = 546 nm
Absorbansi Baku = 0,750
Absorbansi Konsentrasi (C) atau (X) ̅) ̅ )2
Tabung (X - 𝑿 (X - 𝑿
ppm
Pipet Pipet Pipet Pipet
Pipet Gelas Pipet Piston Pipet Gelas Pipet Piston
Gelas Piston Gelas Piston
1 0,424 0,410 28,27 27,33 0,45 0,02 0,2025 0,0004
2 0,419 0,410 27,93 27,33 0,11 0,02 0,0121 0,0004
3 0,409 0,409 27,27 27,27 -0,55 -0,04 0,3025 0,0016
̅ = 27,82
𝑿 ̅ = 27,31
𝑿 Ʃ = 0,5171 Ʃ = 0,0024

 Pipet Gelas
√Ʃ(X − 𝑋̅ )2
√0,5171
SD = = = 0,3596
𝑛−1 3−1
𝑆𝐷 ×100 0,3596 ×100
KV = ̅
= = 1,29
𝑋 27,82
 Pipet Piston
√Ʃ(X − 𝑋̅ )2
0,0024
SD = = √ 3−1 = 0,0245
𝑛−1
𝑆𝐷 ×100 0,0245 ×100
KV = ̅
= = 0,09
𝑋 27,31

Grafik Wesgard Pipet Gelas


27.4
27.38 -1SD
27.36 -2SD
Konsentrasi

27.34
27.32 -3SD
27.3 X rata-rata
27.28
27.26 1SD
27.24 2SD
27.22
3SD
0 1 2 3 4
No tabung Sampel

Grafik Wesgard Pipet Piston


27.4
27.38 -1SD
27.36
-2SD
Konsentrasi

27.34
27.32 -3SD
27.3 X rata-rata
27.28
1SD
27.26
27.24 2SD
27.22 3SD
0 1 2 3 4
Sampel
No tabung

6. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tentang uji ketelitian pipetasi yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat ketelitian mana yang lebih baik antara pipet gelas dan pipet piston, yang mana
akan berpengaruh pada pengukuran spektrofotometer konsentrasi sampel. Pada pengujian
ini sampel yang digunakan adalah KMNO4. Alasan penggunaan KMNO4 ini karena
sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada gelombang UV- Visible untuk zat-zat
berwarna sehingga mudah dalam pengukurannya. KMNO4 juga relatif lebih murah dan
stabil pada kondisi larutan. Larutan baku KMNO4 dengan konsentrasi 50 ppm kemudian
dibuat pengenceran 25 ppm. Pengenceran tersebut dibuat masing-masing 3 tabung dengan
menggunakan pipet piston 25 ppm kemudian ditambahkan dengan larutan baku dan
aquadest masing sebanyak 500 µl. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi pada
panjang gelombang maksimal 546 nm. KMNO4 merupakan senyawa yang berwarna
ungu. Oleh larena itu pengukuran dilakukan pada panjang gelombang visible pada 546
nm. Diperoleh absorbansi dari pengenceran 25 ppm yang kemudian digunakan dalam
perhitungan konsentrasi ( C ), dan koefisien variasi (KV), rata rata ( χ ), standar deviasi (
SD).
Pada pipet gelas tergantung pembacaan skala. Praktikan yang menggunakan pipet
gelas sangat berpengaruh dengan hasil yang didapat. Pada pipet gelas harus tepat dalam
pembacaan skala sedangkan pada pipet piston harus diperhatikan pengaturan skala dalam
bentuk satuan microliter agar diperoleh hasil yang dioptimal. Seharunya pemipetan
dilakukan oleh satu praktikan yang sama untuk semua pengenceran sehingga
mendapatkan hasil yang baik dengan harapan kesalahan dalam ketelitiannya lebih rendah.
Dari praktikum yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di dapatkan nilai
SD 0,3596 sehingga dapat di peroleh nilai KV 1,29 % , nilai KV pada pengukuran
menggunakan pipet gelas ini memenuhi persyaratan dimana menurut literatur nilai KV ≤
2 %. Sedangkan hasil pengamatan data yang diperoleh untuk penggunaan pipet piston
nilai SD dan KV pada pengenceran 25 ppm didapat nilai SD sebesar 0,0245 dan nilai KV
didapat 0,09 %. Dari hasil perhitungan nilai SD menggunakan pipet piston konsentrasi 25
ppm diperoleh hasil KV ≤ 2% sehingga pada pengujian kali ini dinyatakan berhasil karena
literature untuk nilai KV tidak boleh lebih dari 2.
Dengan membandingkan hasil pipetasi antara pipet gelas dan pipet piston di
dapatkan nilai KV dari pipet piston lebih kecil dibandingan nilai KV hasil pipet gelas yang
artinya tingkat ketelitian pipet piston lebih baik dibandingkan pipet gelas.

7. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan praktikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa dibandingkan nilai KV pipet piston yaitu 0,09 % dengan nilai KV pipet gelas
yaitu 1,29 %, dapat dikatakan bahwa tingkat ketelitian pipet piston lebih baik
dibandingkan pipet gelas.
DAFTAR PUSTAKA
Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Day, R. A & A. L, Underwood. 2002.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.


Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai