Anda di halaman 1dari 13

MODUL III

KETELITIAN PIPETASI

3.1 Tujuan
1. Membandingkan ketelitian pipet gelas, mikropipet adjustable volume
pipette, dan mikropipet fixed volume pipette 1 ml, serta mengetahui
cara penggunaannya.
2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan
alat spektrofotometer.
3. Menentukan akurasi, presisi, dan standar deviasi dari mikropipet dan
pipet gelas.

3.2 Prinsip
1. Berdasarkan volume yang dikeluarkan oleh pipet gelas dan micro
pipet sesuai standar deviasinya.
2. Berdasarkan pengukuran konsentrasi sampel dengan spektrofotometri
sehingga didapat perhitungan menggunakan Lambert-Beer.
3. Berdasarkan perbandingan pengenceran dari pipet piston dan pipet
volume.

3.3 Teori
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu
wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan
kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada dua jenis
pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan pipet piston (Cairns, 2009).
3.3.1 Pipet Gelas / Pipet Volume
Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif
dengan tingkat ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping
pada penunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet
volume digunakan untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang
lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku primer atau sample pada
proses titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan
disedot menggunakan piller. Cara pemakaian menggunakan piller:
1. Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller
sampai kempes dengan menekan katup piller bagian atas
2. Masukkan piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet
tercelup sedot cairan sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup
piller bagian tengah (antara piller dan pipet)
3. Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan
yang nempel di dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan
4. Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan
katup piller bagian samping
5. Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup
samping piller dan atur posisi pipet volume tegak lurus dan ujung pipet
ditempelkan pada wadah, proses ini untuk mencegah cairan keluar terlalu
cepat sehingga masih ada cairan yang nempel pada dinding dalam pipet
dan tidak ikut keluar (Hamdani, 2013).
3.3.2 Pipet Piston / Mikropipet
Mikropipet dan adalah alat untuk memindahkan cairan yg bervolume
cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dlm
mikropipet, misalnya mikropipet yg dapat diatur volume pengambilannya
(adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yg tidak
bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dlm
penggunaannya, mikropipet memerlukan tip. Cara penggunaan pipet piston
adalah sebagai berikut:
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk
memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan
ditekan lebih ke dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari
Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan
semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip
(Serra, 2010).
3.3.3 Spektrofotometer UV-Vis
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energy yang cukup
untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spectra ultraviolet dan
spectra tampak dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energy yang
paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi
elektronik akan meningkatkan energy molekuler dari keadaan dasar ke satu
atau lebih tingkat energy eksitasi (Gholib, 2007).
3.3.4 Standar Deviasi
Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi,
nilai bobot, dan koefisien variasi. Semakin besar standar deviasi dibandingkan
nilai bobot berarti semakin besar risiko yang terkandung dalam usul investasi.
Semakin tinggi koefisien variasi semakin tinggi tingkat risiko investasi.
Dalam memilih investasi diambil tingkat koefisien variasi yang rendah atau
tingkat risiko investasi yang rendah walaupun metode nilai sekarang bersih
menunjukkan tingkat positif yang tinggi (Nafarin, 2007).
Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif.
Akurasi Akurasi di defenikan sebagai beda atau kedekatan ( Clossenes )
antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan sebenarnya. Dalam
eksperimen, nilai sebnarnya yang tidak pernah diketahui, diganti dengan suatu
nilai standar yang di akui dengan konvensional, Secara umum akurasi sebuah
alat ukur di tentukan dengan cara kalibrasi dengan kondisi operasi tertentu dan
dapat di eksperisikan dalam bentuk plus-minus atau persentasi dalam sekala
tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik, semua alat ukur dapat di
klasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda tergantung pada
ukurasinya sedangkan akurasi dari sebua system tergantung pada akurasi
individual elemen skunder dari alat yang manipulasi yang lain (Nafarin, 2007)
Persiasi atau ketepatan adalah istilah untuk menggambarkan tingkat
kebasaan alat ukur dari kesalahan acak. Jika pengukuran individual dilakukan
berulang-ulang makahasil pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-
ratanya, persiasi tinggi dari nilai ukur tidak mempunyai persiasi pada
umumnya di sebabkan oleh bias dari pengukurannya, yang bias di hilangkan
dengan kalibrasi, dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan persiasi
adalah repeatability dan reproducility digunakan untuk menggambarkan
kedekatan sama dengan digunakan ( closeness ) keluar pembacaan bila
dimasukan yang sama digunakan secara berulang-ulang bersama pada
keduanya adalah menggambarkan sabaran keluar pembacaan individual untuk
masukan yang sama sabaran akan mengacu pada repetability kondisi berubah
bila kondisi pengukuran berubah. Derajat repeability dan reproduabilitas
dalam mengepresiasikan persisi dari sebuah alat ukur ketetepan pembaca
skala pada alat sangat mempengaruhi hasil (Nafrin, 2007)
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
1. Aspek kualitatif
Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung
dengan cara lain seperti spektroskopi inframerah, resnansi magnet inti, dan
spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh
dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal,
intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan
dengan data yang sudah dipublikasikan
2. Aspek kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang
diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya (Sudjadi, 2007).

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet adjustable volume pipette
3. Mikropipet fixed volume pipette 1 ml
4. Pipet gelas
5. Alat-alat gelas
6. Laptop
7. Labu ukur berbagai ukuran
3.4.2 Bahan
1. KmnO4
2. Aquadest

3.5 Prosedur
Dibuat larutan baku KMnO4 yang telah ditentukan, kemudian diukur lamda
maksimal atau panjang gelombang serapan maksimum dari larutan baku. Lalu dibuat
kurva baku dengan rentang nilai absorbansi 0.2-0.8. Ditentukan garis
regresi linier dengan nilai regresi 0.98-1. Lalu membuat berbagai pengenceran
KMnO4 dengan digunakan pipet volume, mikropipet adjustable volume pipette, dan
mikropipet fixed volume pipette 1 mL. Dengan variasi pengenceran yang telah
ditentukan. Kemudian konsentrasi setiap larutan pada lambang lamda = 546 nm.
Kemudian dibandingkan pengukuran absorbansi (A) dan konsentrasi untuk setiap
cara pemipetan dengan melihat harga standar deviasi.

3.6 Data Pengamatan


3.6.1 Absorbansi KMnO4
Tabel 3.1 Absorbansi KMnO4

Konsentrasi ( ppm ) Absorbansi


15 0,261
20 0,321 y = 0,013x + 0,055
25 0,413 R2 = 0,992
30 0,488
35 0,534
40 0,604

Grafik 3.1 Kurva Baku

absorbansi
0.7 y = 0.0138x + 0.0584
R² = 0.9891
0.6

0.5

0.4 absorbansi

0.3 Linear (absorbansi)


Linear (absorbansi)
0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50
3.6.2 Perbandingan Pipet Piston dan Pipet Volume
Tabel 3.2 Pipet Volume
Sampel Absorbansi
1 0,409
2 0,439
3 0,442

Sampel 1 :
y = 0,013x + 0,055
0,409 – 0,055 = 0,013x
0,354 = 0,013x
0,354
x = 0,013

x = 27,23

Sampel 2 :
y = 0,013x + 0,055
0,439 – 0,055 = 0,013x
0,384 = 0,013x
0,384
x = 0,013

x = 29,53

Sampel 3 :
y = 0,013x + 0,055
0,442 – 0,055 = 0,013x
0,387 = 0,013x
0,387
x = 0,013

x = 29,76
Tabel 3.3 Perhitungan Standar Deviasi Pipet Volume
Sampel xi xi2
1 27,23 741,47
2 29,53 872,02
3 29,76 885,66
86,52 2.499,15

√2499,15−2495,237
SD = 2

=√1,956
= 1,398

Tabel 3.4 Pipet Piston


Sampel Absorbansi
1 0,477
2 0,467
3 0,470

Sampel 1 :
y = 0,013x + 0,055
0,477 = 0,013x + 0,055
0,013x = 0,477 - 0,055
0,422
x = 0,013

x = 32,461

Sampel 2 :
y = 0,013x + 0,055
0,467 = 0,013x + 0,055
0,013x = 0,467 – 0,055
0,412
x=
0,013

x = 31,692
Sampel 3 :
y = 0,013x + 0,055
0,470 = 0,013x + 0,055
0,013x = 0,470 – 0,055
0,415
x =0,013

x = 31,923

Tabel 3.5 Perhitungan Standar Deviasi Pipet Piston


Sampel xi xi2
1 32,461 1053,716
2 31,692 1004,382
3 31,923 1019,077
96,076 3077,175

√3077,175−3076,866
SD = 2

0,309
=√ 2

= √0,154
= 0,392

3.7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji ketelitian pipetasi menggunakan pipet
piston dan pipet volume 1 ml serta pengukuran absorbansi KMnO4 menggunakan
spektrofotometri UV – Vis. Selain itu percobaan juga dilakukan untuk menentukan
akurasi, presisi, dan standar deviasi dari pipet piston dan pipet volume.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah KMnO4, dalam pembuatan
larutan KMnO4 ini prepasinya harus di tutup karena KMnO4 mudah terurai oleh sinar
dan teroksidasi. Pada alat spektrofotometri absorbansi yang dapat diukur 200-800 nm,
pada literatur untuk cahaya UV dapat menangkap spektrum yang berkisar diantara
200-400 nm dan 400-800 nm untuk menangkap cahaya tampak / visible. Larutan
KMnO4 memiliki lamda maksimal 546 nm sesuai literatur.
Pertama-tama dibuat larutan KMnO4 dengan konsentrasi 500 ppm, setelah itu
diencerkan larutan baku menjadi beberapa konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 15
ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm, 35 ppm, dan 40 ppm. Pembuatan larutan ini dibuat
dengan konsentrasi yang rendah agar dapat terdeteksi pada alat spektrofotometri dan
larutan tidak terlalu pekat, apabila larutan terlalu pekat maka sinar akan dipantulkan
atau dihamburkan sehingga tingkat kesalahannya tinggi. Larutan dibuat dengan
menggunakan pipet piston, karena tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik
dibandingkan pada penggunaan pipet volume karena volume larutan yang akan
diambil dapat ditentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume yang berada
didalam pipet piston oleh karena itu volume yang diambil akan menghasilkan hasil
volume yang lebih teliti dan benar. Larutan ini dibuat agar dapat menentukan kurva
baku dengan mengetahui lamda maksimalnya. Kurva baku juga digunakan untuk
mencari persamaan regresi linier sehingga dapat digunakan dalam pencarian suatu
kadar yang absorbansinya sudah diukur. Persamaan regresi yang didapatkan adalah y
= 0,0139 X + 0,0551 dan R2 = 0,9927. Hasil dari R2 harus berkisar antara 0,98 – 1
agar tidak terjadi penyimpangan pengukuran yang terlalu besar.
Percobaan kedua dilakukan dengan membuat pengenceran larutan KMnO4
dengan konsentrasi 30 ppm sebanyak 3 kali masing-masing menggunakan pipet
volume dan pipet piston. Pengunaan kedua pipet pada tahap pengenceran yang akan
menjadi parameter perbandingan ketelitian dari kedua pipet tersebut. Pada pemakaian
pipet piston dilakukan pemipetan sebanyak 6 kali sebesar 6 ml, pengulangan ini
dilakukan karena ukuran pipet piston yang digunakan mempunyai volume 1 ml.
Hasil dari absorbansi ke 6 larutan tersebut berbeda-beda padahal
konsentrasinya sama yaitu 30 ppm, perbedaan ini terjadi karena ada selisih pada saat
pemipetan, ada kemungkinan bahwa sampel yang akan diencerkan masih menempel
di dinding pipet atau kelebihan ketika pipet volume disedot. Dari hasil percobaan
didapatkan standar deviasi masing-masing alat yaitu pada pipet volume 1,398
sedangkan pada pipet piston 0,392, sedangkan untuk rata-rata absorbansi dari pipet
volume dan pipet piston. Perbedaan ini terjadi karena ada selisih pada saat pemipetan,
ada kemungkinan bahwa sampel yang akan diencerkan masih menempel di dinding
pipet atau kelebihan ketika pipet volume disedot. Jika standar deviasi semakin kecil
maka presisi semakin bagus sedangkan jika rata-rata semakin besar maka akurasi
semakin bagus. Apabila ingin mengukur volume dalam jumlah sedikit lebih baik
menggunakan pipet piston.

3.8 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah pipet piston
memiliki nilai keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pipet volume dan
pipet volume lebih rendah presisinya dibandingkan dengan pipet piston.
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi II. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Gholib, I dan R, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi III. Salemba Empat: Jakarta.
LEMBAR KONTRIBUSI

1. Pengetikan, Cover, Editing : Yenna Putri Wulan


2. Tujuan, Prinsip, Alat dan Bahan : Marliana
3. Teori : Hadi Nur Rijani
4. Prosedur : Septiya Hasanah
5. Pembahasan : a. Yenna Putri wulan
b. Marliana
c. Hadi Nur Rijani
d. Septiya Hasanah
e. Hani Yulianti
f. Siska Dewi
6. Data Pengamatan : Hani Yulianti

Anda mungkin juga menyukai