Anda di halaman 1dari 10

KETELITIAN PIPETASI

I. Tujuan
I.1 Membandingkan ketelitian pipet gelas, micropipet adjvstable
volume pipette, dan micro pipet fixed volume pipette 1 ml serta
mengetahui cara penggunaanya.
I.2 Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan
menggunakan alat spektrofotometer.
I.3 Menentukan akurasi, presisi, dan standar deviasi dari mikro pipet
dan pipet gelas.

II. Prnsip
II.1 Berdasarkan pengukuran sampel kafein menggunakan
spektrofotometri dengan pengenceran menggunakan pipet piston.
II.2 Berdasarkan hukum lambert – beer ( konsentrasi zat berbanding
lurus dengan jumlah cahaya yang diabsopsi )
II.3 Berdasarkan pengukuran absorbansi dan konsentrasi sampai
terbnetuk kafein setiap pemipetan dengan mikro pipet dan pipet
gelas.

III. Teori
Pipet atau alat pentetes cairan kimia adalah alat laboratorium yang
digunakan untuk memindahkan volume cairan terukur. Pipet biasanya
digunakan dalam pengujian-pengujian biologi molekuler kimia
analitik, juga kdokteran. Pipet dibuat dalam berbagai macam jenis
untuk tujuan yang berbeda-beda pula, mulai dari pipet beling tunggal
samapai ke pipet yang dapat dipakai secara kompleks, atau juga pipet
elektronik. Banyak jenis pipet belajar dengan membuat ruang hampir
sebagian diabu ruang tampung caairan dan secara selektif melepaskan
ruang hampa ini untuk menghentikan dan melepaskan cairan. Pipet
digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari
suatu wadah ( biasanya beaker gelas ) kedalam tabung reaksi untuk
pengenceran atau penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan
pengisi pipet. Ada dua jenis pipet utama, yaitu pipet gelas dan pipet
piston ( cairinus, 2009).
3.1 Pipet gelas / pipet volume
Pipet volume adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat
ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang panjang ramping
pada petunjuk volume dan hanya ada satu ukuran volume. Pipet
volume bisanya digunakan untuk memindahkan larutan baku
primer atau sampel pada proses tritasi ( Gholib, 2007).
Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan
disedot menggunakan piller. Cara pemakaian menggunakan piller :
a) Pasangkan piller pada ujung pipet volume. Keluarkan udara
pada piller sampai dengan menekan katup piller bagian atas.
b) Masukan pipet volume kedalam wadah berisi cairan samapai
melibihi batas ukur dengan menekan katup piller bagian tengah
(antara piller dan pipet)
c) Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah
adanya cairan yang nempel didinding luar ikut turun pada saat
proses pemindahan.
d) Turunkan cairan sampai miniskus rapat pada batas ukur, dengan
menekankan katup piller bagian samping.
e) Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekankan katup
samping piller atur posisi pipet volume tegak lurus dan ujung
pipet ditempelkan pada wadah, proses ini untuk mencegah
cairan keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang
nempel pada dinding dalam pipet dan tidak ikut keluar.
3.2 Pipet piston/ mikropipet
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 mikroliter.
Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet
yang diatur volume pengambilannya. (adjustable volume pipette)
antara mikropipet sampai 20 mikropipet atau yang tidak bisa diatur
volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume ( fixed volume
pipette 1 ml) misalnya 5 mikroliter (Gholib, 2007).
3.3 Spektrofotometri UV-Vis
Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang
cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian,
spectra ultraviolet dan spectra tampak dikatakan sebagai spectra
elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut dengan
keadaan dasar ( ground state). Transisi-transisi elektronik akan
meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar kesatu atau
lebih tingkat energi ekistrasi ( Gholib, 2007)`
penyerapan sinar UV-tampak oleh suatu molekul akan
menyebabkan transisi diantara tingkat energi elektronik dari
molekul. atas dasar ini spektroskopi UV-tampak juga dikenal
sebagai spektroskopi (spektrometri) elektronik. transisi ini dapat
terjadi antar orbital ikatan banding atau orbital anti ikatan (anti
banding). panjang gelombang sinar yan diserap sebanding dengan
perbedaan tingkat energi orbital (∆E). (Panji, 2012)
Untuk eksitensi elektron ikatan σ pada energi yang tinggi
dengan nilai λ = 140 – 200 nm (UV-tampak) hal ini berarti
pengukuran harus dilakukan dalam hampa sehingga subur
dilakukan diatas λ = 200nm, daerah eksitasi elektron dari orbital p,
d, μ, terutama sistem n terkonjugasi, pengukuran mudah dilakukan
sehingga spektrometri UV-tampak diukur pada λ > 200nm.
kegunaan utama spektrometri UV-VIS adalah untuk identifikasi
rangkap/konjugasi aromatik. misalnya untuk membedakan diera
terkonjugasi dan tidak. Adapun hukum serapan yang digunakan
adalah hukum Lambert-Beer. Menurut Lambert,fraksi penyerapan
sinar tidak bergantung pada intensitas cahaya sedangkan Beer
menyatakan bahwa serapan sebanding dengan jumlah molekul
yang menyerap. Radiasi ultraviolet maupun radiasi cahaya tampak
berenergi lebih tinggi dari pada radiasi inframerah absorbsi cahaya
UV atau variabel mengakibatkan trasisi elektromagnetik yaitu
promosi elektron-elektron dan material keadaandasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan desilasi berenergi lebih tinggi
transisi ini memerlukan 40-300 kkal/mol. Energi yang terserap
selanjutnya terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi
kimia misalnya isomerisasi atau reaksi-reaksi radiasi lain
(underwood,dkk , 1986)
3.4 Standar deviasi
Untuk mengukur resiko dari usul investasi digunakan standar
deviasi, nilai bobot dan koefisien variasi semakin tinggi tingkat
resiko investasi. Dalam memilih invstasi diambil tingkat koefisien
variasi yang rendah atau tingkat resiko investasi yang rendah
walaupun metode nilai sekarang masih menunjukan tingkat positif
yang tinggi ( Hafarin, 2007).
3.5 Presisi atau ketetapan
Presisi adalah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur
dari kesalahan acak. Jika pengukuran individual dilakukan
berulang-ulang maka hasil pembacaan akan berubah-ubah disekitar
nilai rata-ratanya. Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai
implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang mempunyai
presisi tinggi belum tentu alat ukur tembak mempresisi tinggi pada
umumnya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa
dihilangkan dengan kalibrasi. Dua istilah yang mempunyai arti
mirip dengan presisi adalah reapitability.

4 Alat dan Bahan


4.5 Alat
Spektrofotometri, mikropipet adjustable volume pipette,
mikropipet fixed volume pipette 1 ml, pipet gelas, alat-alat gelas,
laptop, dan labu ukur.
4.6 Bahan
Aquades, kafein
5 Prosedur
Dibuat larutan baku kafein kemudian diukur lamda maksimalnya.
Dibuat kurva baku dan ditentukan garis regresi linear. Setelah itu,
dibuat berbagai pengenceran larutan kafein dengan menggunakan pipet
volume, mikropipet adjustable volume pipette, dan mikropipet fixed
volume pipette 1 ml dengan variasi pengenceran. Kemudian diukur
konsentrasi setiap larutan dan dibandingkan pengukuran absorbansi
dan konsentrasi untuk setiap cara pemipetan.

6 Data Pengamatan
Kurva baku dan pengenceran
Larutan baku :

PPM ABSORBANSI
8 0, 479
10 0,556
12 0,647
14 0,727
16 0,898

Rumus Regresi Linear : y : 0,0554 – 0,014


R : 0,982

Sampling pipet gelas fix 1 ml


Data Rata-rata xi-Xbar (xi-Xbar)^ SD
1 8,62 6,10 2,52 6,35 4,41
2 1,01 -5,09 25,90
3 8,68 2,58 6,65
Sampling mikropipet fix 1ml
Data Rata-rata xi-Xbar (xi-Xbar)^ SD
1 8,98 8,83 0,15 0,0225 0125
2 8,78 0,05 0.0025
3 8,75 0,08 0,0064

7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penggunaan pipet gelas dan
mikropipet untuk membandingkan ketelitian pipetasi dari kedua alat
tersebut. Praktikum ini bertujuan agar dapat menggunakan alat pipet
gelas atau mikropipet untuk mengukur suatu larutan atau cairan, serta
dapat membedakan presisi dan akurasi hasil pengukuran dari setiap
alat ukur yang berbeda tingkat ketelitiannya terhadap hasil
pengukuran, walaupun mempunyai kegunaan yang sama untuk
memipet tetapi fungsi dan ciri pipet tersebut berbeda-beda. Dan
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketelitian mana yang lebih baik
antara mikropipet dan pipet volume yang mana akan berpengaruh pada
pengukuran spektrofotometer pada saat pengukuran dari konsentrasi
sampel.
Pipet merupakan alat yang di gunakan untuk memindahkan
sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah (biasannya beaker
glass) kedalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar.
Biasanya brsama-sama dngan pengisi pipet (pippet fillters) ada dua
jenis pipet utama yaitu pipet glass dan pipet piston (Cairs, D , 2009)
Pada percobaan yang telah dilakukan, sampel yang digunakan
adalah kafein, alasan memakai kafein salah satunya karena kafein
memiliki gugus kromofor. kromofor adalah gugus fungsional yang
mengabsorsi radiasi ultraviolet dan tampak (Harmita, 2016). Menurut
Clarke (1969) kafein dalam HCl 0,1 N mempunyai serapan maksimum
pada panjang gelombang 272 nm. Aquades memberikan serapan
maksimal pada panjang gelombang 190 nm, maka panjang gelombang
250 nm sebagai batas bawas pengamatan tidak akan mengganggu
serapan kafein.
Penentuan panjang gelombang serapan maksimal dapat digunakan
untuk analisa kualitatif (data sekunder) pada spektrofotometri
ultraviolet. Dalam Farmakope Edisi IV disebutkan bahwa pengujian
panjang gelombang serapan maksimum mempunyai makna jika
serapan maksimum tersebut tepat atau dalam batas 2 nm dari panjang
gelombang yang ditentukan (Anonim, 1995). Hasil yang didapat untuk
pngukuran panjang gelombang (λ) larutan baku adalah 271 nm. Hal ini
menunjukan bahwa gelombang maksimum yang didapat memiliki
makna tepat dan dapat digunakan untuk pengukuran absorbansi
sampel.
Prinsip alat spektrofotometer UV-Vis yaitu nilai absorbansi akan
berbanding lurus dengan konsentrasi, hal ini tercantum dalam hukum
Lambert-Beer yang menyatakan bahwa hubungan linearitas antara
absorbansi dengan konsentrasi larutan analit dan pembanding terbalik
dengan transmitan ( Rohman, 2007). Penggunaan alat
spektrofotometer dibutuhkan larutan yang tidak pekat, jika sempel
yang akan diuji masih memiliki konsentrasi yang pekat, hendaklah
dilakukan pengenceran terlebih dahulu.
Dalam perhitungan absorbansi, dibutuhkan kurva baku. Kurva
baku di dapat dari data absorbansi beberapa konsentrasi pengenceran
larutan standar. Konsentrasi pengenceran yang kelompok kami kami
lakukan yaitu, 16ppm, 14ppm, 12ppm, 10ppm, dan 8ppm. dari larutan
baku standar yang dibuat 100ppm sebanyak 100ml. Pembuatan larutan
dengan variasi konsentrasi yang berbeda ini bertujuan untuk membuat
kurva standar sehingga pada penentuan konsentrasi dapat diketahui
kadar sempel setelah dilakukan pengukuran absorbansinya.
Absorbansi
1
0.9
0.8 f(x) = 0.05 x + 0.06
0.7 R² = 0.97 Absorbansi
0.6 Linear (Absorbansi)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar 7.1 Kurva baku kafein


Setelah kurva baku dibuat, didapatkan persamaan y= 0,0554x-
0,014 dan R²=0,983. menurut literatur R² yang baik adalah ada pada
range 0.998- 1, tetapi hasil yang didapat menunjukan bahwa tingkat
akurasi sempel kurang baik. setelah diselidiki ternya terjadi penurunan
absorbansi pada larutan kosentrasi 12 ppm. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kesalahan saat memipet dengan menggunakan
mikropipet serta faktor lingkungan.
Untuk menguji kadar kafein telah dilakukan triplo-sampling pada
2 tipe pipet yaitu pipet gelas dan pipet piston. Pada dasarnya kedua
pipet ini memiliki perbedaan yang fungsi. Pipet gelas digunakan untuk
pengukuran volume pasti dengan ukuran satuan bulat yang tertetera
pada bagian luar pipet, sedangkan mikropipet digunakan untuk
memipet ukuran volume mikro dari volume 1- 1000 mikroliter.
Hasil absorbansi dari sampling tersebut terdapat data 8,62 , 1,61 ,
8,68 dari hasil tersebut terdapat lonjakan penurunan absorbansi
dikarenakan pengaruh pengenceran, pembuatan larutan dan pengaruh
lingkungan ataupun alat.
Sedangkan dengan menggunakan mikropipet di dapatkan
absorbansi tiap sampel 8,91 , 8,78 , 8,75 , konsintensis absorbansi
terdapat pada pengukuran ke 2-3 dengan begitu menunjukan bahwa
mikropipet memiliki presisi yang baik. Namun hal ini belum dapat
ditentukan sebelum mengukur standar deviasi.
Pengukuran standar deviasi untuk kedua sampel menggunakan
data triplo-sampling dari masing masing pipet. Pengukuran standar
deviasi dalam hal ini berperan sebagai tolak ukur nilai akurasi dan
presisi dari masing-masing alat yang digunakan. Pengukuran standar
deviasi dapat menggunakan rumus :
SD=√ ∑ ¿ ¿ ¿

Hasil pengukuran standar deviasi yang didapat untuk pipet gelas


yaitu 4,41 sedangkan mikropipet hasil nilai standar deviasinya yaitu
0,125. Menurut literatur bahwa semakin kecil standar deviasinya maka
semakin akurat alat ukur tersebut.
Untuk pengambilan ukuran volume 10 ml, maka pipet gelas lebih
akurat dibandingkan dengan micropipet, sedangkan untuk
pengambilan volume 1 - 0,001 ml micropipet lebih akurat. sehingga di
dapati penggunaan pipet ini tergantung pada kodisi tertentu dan sesuai
kebutuhan. untuk pengambilan volume berulang presisi pipet gelas
lebih kecil dibandingkan mikropipet.
Perbedaan hasil pengukuran tidak sepenuhnya akurat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya, pengambilan larutan tidak dilakukan
dengan orang yang sama, sehingga ketelitian setiap orang berbeda dan
berpengaruh kepada hasil absorbansi larutan tersebut. faktor lainnya
yaitu lingkungan, baik alat dan cara pemakaiannya.

8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran menunjukan bahwa
mikropipet memiliki standar deviasi yang lebih kecil dibanding kan
dengan pipet gelas. maka, mikropipet memiliki akurasi yang tinggi
sedangkan presisinya rendah. sabaliknya, pipet gelas memiliki akurasi
yang rendah sedang presisinya tinggi.

9 Daftar Pustaka
Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesi. edisi : keempat Jakarta:


Depkes RI

Cairs , D. 2009 . Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku


Kedokteran EGC : Jakarta
Gholib I dan R Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit
Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Hamdani, S. 2003. Penggunaan Pipet Volume Dengan Piller.
Tersedia di : http://catatan kimia. com / catatan
/ penggunaan – pipet – volume – dengan – piller. Html (
Diakses 19 September 2018 )
Panji, Tri. 2012. Teknik Spektroskopi. Graha Ilmu . Yogyakarta

Serra. 2010. Alat-alat Laboratorium. Tersedia: http://


antiserawen. Su / alkes. Html (diakses tunggal 19
september 2018)

Underwood A.L, dan R.A Day J.K. 1989. Analisis Kimia


Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai