Anda di halaman 1dari 23

UJI KETELITIAN PIPETASI

I. TUJUAN
1. Mengetahui cara menggunakan pipet piston ( clinic pipet ), serta membandingkan
ketelitiannya dengan pipet gelas
2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer.

II. PRINSIP
 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat berbanding lurus


dengan jumlah cahaya yang diabsorbsi, atau berbanding terbalik dengan logaritma
cahaya yang ditransmisikan.

Hubungan antara absorbs energy dan konsentrasi larutan ditunjukkan oleh


Hukum Lambert-Beer sebagai berikut:

A = a b c = log 2 – log %T

dimana: A = absorban

a = absorbptivitas

b = jalannya sinar pada larutan ( tebal kuvet )

c = konsentrasi larutan

%T = persen transmittans

III. TEORI
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari
suatu wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau
penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Pipet
ini bukanlah sedotan minuman, dan sebaiknya jangan pernah ditempatkan dalam
mulut, atau digunakan untuk larutan “pipet mulut”. Praktik ini berbahaya dan tidak
higienis. Ada dua jenis pipet yang utama (Cairns, 2009).
 Pipet pindah
Pipet ini hanya memiliki satu penanda volume dan digunakan untuk
memindahkan larutan sebanyak volume tersebut. Ukuran-ukuran yang biasa
digunakan adalah 10, 20, dan 50 ml. Pipet ini diisi hingga sedikit di atas tanda dengan
menggunakan pompa atau bola pipet. Pompa ini dilepaskan dan larutan dibiarkan
terus mengalir keluar hingga mencapai tanda, dan aliran larutan tersebut
dikendalikan dengan menggunakan jari telunjuk pada bagian ujung pipet. Sebagian
besar pipet pindah dikalibrasi untuk membiarkan sedikit larutan tetap tinggal pada
ujung pipet begitu pipet dikeringkan dan larutan tersebut sebaiknya tidak “ditiup”
keluar dari ujung pipet. Jenis pipet ini digunakan untuk semua prosedu kimia analitik
(Cairns, 2009).
Pemasukan pipet ke dalam pengisi pipet (pipette filler) harus dilakukan secara
hati-hati. Jika pipet dihubungkan dengan pompa, dan terdorong ke dalam pengisi
pipet, batang pipet dapat pecah dan operator mungkin terluka. Ketika memasukkan
pipet ke dalam pengisi pipet, pipet harus selalu dipegang pada bagian yang dekat
dengan ujungnya untuk mencegah semua kecelakaan yang sering terjadi ini (Cairns,
2009).

 Pipet Ukur
Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume yang
diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur, diantaranya pipet
berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya adalah cairan disedot dengan
pipet ukur dengan bantuan filler sampai dengan volume yang diingini. Volume yang
dipindahkan dikeluarkan menikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus
tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara menyamakan tekanan
filler dengan udara sekitar (Awang, 2010).
Pipet ukur mempunyai fungsi hampir sama dengan pipet tetes biasa, kecuali :
1. Garis skala volum pada pipet ukur tidak hanya satu tapi ada beberapa skala,
volum pipet seukuran hanya ada satu.
2. Tingkat ketelitian pengukuran pipet ukur lebih kecil dari tingkat ketelitian
pengukuran pipet seukuran (Maya, 2010).
Cara kalibrasi pipet ukur dilakukan terhadap sekelompok volum tertentu,
misalnya untuk pipet ukur dengan kapasitas 25 mL, kalibrasi dilakukan pada volum 5
mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 25 mL. Kalau memang diinginkan dan tersedia waktu
luang, boleh juga dilakukan kalibrasi pada volum diluar yang disebut diatas (Maya,
2010).
Pipet ukur dikalibrasi untuk memungkinkan sebuah alat gelas memindahkan
satu interval volume, dan ukurannya yang umum adalah 1 ml dan 10 ml. Pipet ini
kurang akurat bila dibandingkan dengan pipet pindah, dan pipet ini tidak digunakan
di dalam laboratorium kimia analitik. Jika ingin memindahkan suatu larutan dengan
volume sangat kecil, digunakan alat suntik gelas yang akurat (misalnya, alat suntik
“Hamilton”) atau mikropipet otomatis (Cairns, 2009).

 Mikropipet
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup
kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet,
misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume
pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya,
hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl.
dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip (Awang, 2010).
Mikropipet digunakan untuk memindahkan secara akurat suatu
larutan/cairan dalam volume kecil. Pipet biasa seperti pipet gelas tidak memiliki
keakuratan pada volume kurang dari 1 mililiter (1 ml), sedangkan mikropipet
memiliki keakuratan dan ketepatan pada volume kurang dari 1 mililiter (1 ml)
(Umam, 2010).
Dalam menggunakan mikropipet, yang perlu diperhatikan adalah volume
cairan yang akan dipindahkan. Ada beberapa jenis mikropipet berdasarkan
volumenya, jenis mikropipet yang sering digunakan memiliki kisaran 10-100 mikro
liter (μl) dan 100-1000 mikro liter (μl). Pada penggunaanya, biasanya dilakukan
kombinasi pemakaian kedua jenis mikropipet ini, misalnya untuk memindahkan 1030
μl cairan, maka digunakan pipet jenis pertama untuk memindahkan 30 μl dan pipet
jenis kedua untuk memindahkan cairan sebanyak 1000 μl. Pemilihan jenis pipet yang
tepat ini penting untuk menghemat waktu (Umam, 2010).

Cara Penggunaan :
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk
memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan
lebih ke dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb
Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan
semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka
tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat
tambahan yang berfungsi mendorong tip keluar (Awang, 2010).

 Spektrofotometri Ulraviolet-Cahaya Tampak (UV-VIS)


Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang-kadang menunjukkan
struktur halus dimana sumbangan vibrasi individu dapat teramati, namun dalam fase-
fase mampat, tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga-tetangga
dekatnya, sehingga seringkali hanya tampak pita lebar. Semua molekul dapat
mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung
elektronik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorbsi itu terjadi, bergantung pada
berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan
kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau
panjang gelombang pendek, untuk eksitasinya. Misalnya alkana, yang mengandung
hanya ikatan tunggal C-H dan C-C tak menunjukkan absorpsi di atas 160 nm. Metana
menunjukkan suatu puncak pada 122 nm. Ini berarti bahwa suatu elektron dalam
orbital ikatan (bonding) sigma dieksitasikan ke orbital anti-ikatan (antibonding) sigma
(Day & Underwood, 2002).

 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis


Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm
(Sudjadi, 2007).
Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan oleh gambar
berikut dengan komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar,
monokromator, dan sistem optik.

1. Sumber-sumber lampu
Lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang
gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu
tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang antara
350-900).
2. Monokromator
Digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-
komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah
(slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati
spektrum.
3. Optik-optik
Dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar
melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam spektrofotometer berkas
ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu
kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Yang
paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua
pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Sudjadi,
2007).

 Ada tiga macam proses penyerapan energi ultraviolet dan sinar tampak yaitu:
1. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan (elektron
sigma, elektron phi, dan elektron yang tidak berikatan atau non bonding
elektron)
2. Penyerapan yang melibatkan elektron d dan f
a. Penyerapan oleh ion-ion golongan lantanida dan aktinida
b. Penyerapan oleh logam-logam golongan transisi pertama dan kedua
3. Penyerapan karena perpindahan muatan (Sudjadi, 2007).
Transisi-transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat-tingkat energi di
dalam suatu molekul ada 4, yaitu transisi sigma-sigma star, tramsisi n-sigma star,
transisi n-phi star, dan transisi phi-phi star. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Efek pelarut pada transisi
Pelarut dapat mempengaruhi transisi n→π* dan π→π*. Hal ini berkaitan
dengan adanya perbedaan kemampuan pelarut untuk mensolvasi antara
keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
2. Kromofor-kromofor organik
Kromofor merupakan suatu gugus atau atom dalam senyawa organik
yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak.
3. Pengaruh peristiwa konjugasi terhadap puncak serapan
Ikatan terkonjugasi merupakan ikatan rangkap yang berselang-seling
dengan satu ikatan tunggal. Dalam orbital molekul, elektron-elektron phi
mengalami delokalisasi lanjut dengan adanya ikatan terkonjugasi. Adanya efek
delokalisasi ini akan menyebabkan penurunan tingkat energi π* dan memberikan
pengurangan karakter anti ikatan. Sebagai konsekuensinya panjang gelombang
molekul yang mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi akan mengalami
pergeseran batokromik (Sudjadi, 2007).
Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-
Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat. Ini
berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV)
dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat
secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat (Hosniah, 2010).
Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai bobot, dan
koefisien variasi. Semakin besar standar deviasi dibandingkan nilai bobot berarti
semakin besar risiko yang terkandung dalam usul investasi. Semakin tinggi koefisien
variasi semakin tinggi tingkat risiko investasi. Dalam memilih investasi diambil tingkat
koefisien variasi yang rendah atau tingkat risiko investasi yang rendah walaupun
metode nilai sekarang bersih menunjukkan tingkat positif yang tinggi (Nafarin, 2007).
Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding
lurus dengan konsentrasi spesies menyerap dalam larutan dan panjang jalan. Jadi,
untuk tetap jalan panjang, UV / VIS spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi dalam larutan penyerap. Perlu untuk mengetahui seberapa cepat
perubahan absorbansi dengan konsentrasi. Ini dapat diambil dari referensi (tabel
koefisien molar kepunahan), atau lebih tepatnya, ditentukan dari kurva kalibrasi
(Hosniah, 2010).
Para instrumen yang digunakan dalam spektroskopi ultraviolet-visible disebut
UV / vis spektrofotometer. Itu mengukur intensitas cahaya yang melewati sebuah
sampel (I), dan membandingkannya dengan intensitas cahaya sebelum melewati
sampel (I o). Perbandingan I / I o disebut pengiriman, dan biasanya dinyatakan
sebagai persentase (% T). The Absorbansi, A, didasarkan pada pengiriman:
A = - l o g (% T / 100%) (Hosniah, 2010).
Bagian dasar dari sebuah Spektrofotometer adalah sumber cahaya, pemegang
sampel, sebuah kisi difraksi atau monochromator untuk memisahkan berbagai
panjang gelombang cahaya, dan sebuah detektor. Sumber radiasi seringkali
merupakan Tungsten filamen (300-2500 nm), sebuah lampu busur deuterium yang
kontinu di atas daerah ultraviolet (190-400 nm), dan lebih baru-baru ini
memancarkan dioda cahaya (LED) dan Xenon Arc Lamps untuk panjang gelombang
yang terlihat. Detektor biasanya sebuah fotodioda atau CCD. Photodiodes digunakan
dengan monochromators, yang menyaring cahaya sehingga hanya cahaya dari
panjang gelombang tunggal mencapai detektor. Kisi-kisi difraksi digunakan dengan
CCD, yang mengumpulkan cahaya pada berbagai panjang gelombang yang berbeda
piksel. Spektrofotometer dapat berupa sinar tunggal atau sinar ganda. Dalam berkas
satu instrumen (seperti Spectronic 20), semua cahaya melewati sel sampel. I o harus
diukur dengan membuang sampel. Ini adalah desain awal, tetapi masih umum
digunakan baik dalam pengajaran dan laboratorium industry (Hosniah, 2010).
Dalam berkas ganda instrumen, cahaya dibagi menjadi dua berkas sebelum
mencapai sampel. Satu berkas digunakan sebagai acuan, yang lain melewati sinar
sampel. Beberapa instrumen double-beam memiliki dua detektor (photodiodes), dan
sampel dan berkas referensi diukur pada waktu yang sama. Dalam instrumen lain,
kedua balok melewati sebuah balok helikopter, yang menghambat satu berkas pada
suatu waktu. Detektor-ubah antara mengukur sampel balok dan balok referensi
(Hosniah, 2010).
Sampel untuk UV / Vis spektrofotometri yang paling sering cairan, meskipun
absorbansi gas dan bahkan padatan juga dapat diukur. Sampel biasanya ditempatkan
dalam transparan sel, yang dikenal sebagai cuvette. Cuvettes biasanya berbentuk
persegi panjang, biasanya dengan lebar internal dari 1 cm. (Ini menjadi jalan lebar
panjang, L, dalam hukum Beer-Lambert.) Uji tabung juga dapat digunakan sebagai
cuvettes dalam beberapa instrumen. Jenis wadah sampel yang digunakan harus
membiarkan radiasi untuk lewat di atas wilayah spektrum kepentingan. Yang paling
banyak diterapkan cuvettes terbuat berkualitas tinggi leburan silika atau kuarsa kaca
karena ini adalah transparan seluruh UV, yang kelihatan dan inframerah dekat
daerah. Cuvettes kaca dan plastik juga umum, meskipun sebagian besar plastik kaca
dan menyerap di UV, yang membatasi kegunaannya untuk terlihat panjang
gelombang. Sebuah spektrum ultraviolet-pada dasarnya adalah sebuah grafik cahaya
versus absorbansi panjang gelombang dalam berbagai ultraviolet atau terlihat
daerah. Seperti spektrum sering dapat diproduksi langsung oleh spektrofotometer
yang lebih canggih, atau data dapat dikumpulkan satu panjang gelombang pada
suatu saat dengan instrumen sederhana. Panjang gelombang sering diwakili oleh
simbol λ. Demikian pula, untuk suatu substansi, grafik standar dari kepunahan
koefisien (ε) vs panjang gelombang (λ) dapat dibuat atau digunakan jika salah satu
sudah tersedia. Seperti grafik standar akan efektif "konsentrasi-dikoreksi" dan
dengan demikian tergantung pada konsentrasi (Hosniah, 2010).

 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis


Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.
1. Aspek kualitatif
Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan
cara lain seperti spektroskopi inframerah, resonansi magnet inti, dan
spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/analisis
kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi UV dan
Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut yang
kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan.
2. Aspek kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies
penyerap lainnya (Sudjadi, 2007).
 Aplikasi
UV / Vis spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif penentuan
solusi dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa organik.
Solusi ion logam transisi dapat berwarna (misalnya, menyerap cahaya) karena
d elektron dalam atom logam dapat tertarik dari satu negara elektronik
lainnya. Warna larutan ion logam sangat dipengaruhi oleh kehadiran spesies
lain, seperti anion tertentu atau ligan. Sebagai contoh, warna larutan encer
tembaga sulfat adalah biru yang sangat terang; menambahkan amonia
meningkat dan perubahan warna panjang gelombang serapan maksimum (λ
max) (Hosniah, 2010).
Senyawa organik, terutama mereka yang memiliki tingkat tinggi konjugasi,
juga menyerap cahaya pada daerah UV atau terlihat dari spektrum
elektromagnetik. pelarut untuk penentuan ini sering air untuk senyawa larut
dalam air, atau etanol untuk senyawa organik yang larut. (Pelarut organik
mungkin memiliki penyerapan sinar UV yang signifikan; tidak semua pelarut
yang cocok untuk digunakan dalam spektroskopi UV. Ethanol menyerap
sangat lemah di paling panjang gelombang.) Solvent polaritas dan pH dapat
mempengaruhi penyerapan spektrum senyawa organik. Tirosin, misalnya,
peningkatan penyerapan maksimum dan koefisien molar kepunahan ketika
pH meningkat 6-13 atau ketika polaritas pelarut berkurang (Hosniah, 2010).
Sementara kompleks transfer biaya juga menimbulkan warna, warna sering
terlalu kuat untuk digunakan untuk pengukuran kuantitatif (Hosniah, 2010).
MONOGRAFI

KALII PERMANGANAS

KALIUM PERMANGANAT

K+

KMnO4 BM 158,03

Pemerian : hablur mengkilat; ungu tua atau hampir hitam, tidak berbau, rasa
manis dan sepat.

Kelarutan : larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

Khasiat/kegunaan : antiseptikum, ekstern

(Farmakope Indonesia ed III, hlm 330-331 )


IV. ALAT & BAHAN
- Alat : spektrofotometer,pipet piston,pipet glass (volume pipet),labu ukur,beaker
glass.
- Bahan : larutan KMnO4,aquadest

V. PROSEDUR
KMnO4 ditambahkan aquadest menjadi larutan baku lalu diukur konsentrasin
larutan baku sampai diperoleh absorbansi A = 0,2 - 0,8. Dibuat berbagai pengenceran
larutan KMnO4 dengan menggunakan pipet glass & pipet piston ( masing-masing
7pengenceran). Diukur konsentrasi setiap larutan pada *lamda = 546. Hasil yang
didapat dibandingkan dengan mengukur absorbansi (A) untuk setiap cara pemipetan
dengan melihat harga standar deviasi.

VI. DATA PENGAMATAN

Dibuat larutan induk dengan konsentrasi 500 ppm dalam 250 ml

500 mg
Mg = x 250 ml = 125 mg = 0,125 gram
1000 L

Pengenceran (dari 500 ppm) :

20 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.20

200
V1 = =0,4 ml ad 10 ml
500

25 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.25

250
V1 = =0,5 ml ad 10 ml
500

30 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.30
300
V1 = =0,6 ml ad 10 ml
500

35 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.35

350
V1 = =0,7 ml ad 10 ml
500

40 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.40

400
V1 = =0,8 ml ad 10 ml
500

45 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.45

450
V1 = =0,9 ml ad 10 ml
500

50 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.50

500
V1 = =1,0 ml ad 10 ml
500

55 ppm : V1.ppm1= V2.ppm2

V1.500 = 10.55

550
V1 = =1,1ml ad 10 ml
500

Kurva baku :

Absorba
Ppm n
25 0,292
30 0,384
35 0,478
40 0,577
50 0,797
55 0,861

Kurva Baku (pipet volume)


1
0.9
0.8 f(x) = 0.02 x − 0.2
0.7 R² = 1
0.6
Absorban

Absorban
0.5
0.4 Linear (Absorban)
0.3
0.2
0.1
0
20 25 30 35 40 45 50 55 60
ppm

Absorba
Ppm n
20 0,217
30 0,387
35 0,491
40 0,557
50 0,822
55 0,992

Kurva Baku (mikropipet)


1.2

1
f(x) = 0.02 x − 0.26
0.8 R² = 0.98
Absorban

Absorban
0.6
Linear (Absorban)
0.4

0.2

0
15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
ppm
SAMPEL :

Sampel ke- Absorban


1 0,714
2 0,741
3 0,741 Menggunakan pipet volume
4 0,751
5 0,753
6 0,759
7 0,759

Konsentrasi
1. 48,1053
2. 49,5263
3. 49,5263
4. 50,0523
5. 50,1579
6. 50,4737
7. 50,4737

Perhitungan Konsentrasi :

1. Y = 0,019x – 0,2

0,714 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,714 + 0,2

0,914
R= =48,1053
0,019
2. Y = 0,019x – 0,2

0,741 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,741 + 0,2

0,941
R= =49,5263
0,019

3. Y = 0,019x – 0,2

0,741 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,741 + 0,2

0,941
R= =49,5263
0,019

4. Y = 0,019x – 0,2

0,751 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,751 + 0,2

0,951
R= =50,0523
0,019

5. Y = 0,019x – 0,2

0,753 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,753 + 0,2

0,953
R= =50,1579
0,019

6. Y = 0,019x – 0,2

0,759 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,759 + 0,2

0,959
R= =50,4737
0,019

7. Y = 0,019x – 0,2
0,759 = 0,019x – 0,2

0,019x = 0,759 + 0,2

0,959
R= =50,4737
0,019

48,1053+ 49,5263+ 49,5263+50,0523+50,1579+50,4737+50,4737


X rata-rata = =¿42,5939
7

SD = ±
√( 30,375 )+ ( 48,058 ) + ( 48,058 )+ ( 55,627 )+ (57,214 ) +( 62,091 ) +(62,091) =7,78
7−1

Standar Deviasi = ±7,78

rata−rata
%Akurasi = x 100
jumla h data yang diinginkan

42,5939
= x 100 = 85,18 %
50

SD
%CV = 100 %
Rata−rata

7,78
= x 100 %=¿0,18 %
42,5939

SAMPEL MENGGUNAKAN MIKROPIPET :

Sampel ke- Absorban


1 0,848
2 0,854
3 0,877 Menggunakan mikropipet
4 0,884
5 0,895
6 0,909
7 0,914
Konsentrasi
1. 52,7619
2. 53,0476
3. 54,1428
4. 54,4761
5. 55
6. 55,6667
7. 55,9048

1. Y = 0,021x – 0,260

0,848 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,848 + 0,260

1,108
R= =52,7619
0,021

2. Y = 0,021x – 0,260

0,854 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,854 + 0,260

1,114
R= =53,0476
0,021

3. Y = 0,021x – 0,260

0,877 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,877 + 0,260

1,137
R= =54,1428
0,021

4. Y = 0,021x – 0,260

0,884 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,884 + 0,260


1,144
R= =54,4761
0,021

5. Y = 0,021x – 0,260

0,895 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,895 + 0,260

1,155
R= =55
0,021

6. Y = 0,021x – 0,260

0,909 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,909 + 0,260

1,169
R= =55,6667
0,021

7. Y = 0,021x – 0,260

0,914 = 0,021x – 0,260

0,021x = 0,914 + 0,260

1,174
R= =55,9048
0,021

52,7619+ 53,0476+54,1428+54,4761+ 55+55,6667+55,9048


X rata-rata = =54,4285
7

SD = ±
√( 2,777 )+ ( 1,906 ) + ( 0,082 ) + ( 0,002 ) + ( 0,327 ) + ( 1,533 ) +(2,179) =1,21
7−1

Standar Deviasi = ±1,21

rata−rata
%Akurasi = x 100
jumla h data yang diinginkan

54,4285
= x 100 = 108,85 %
50

SD
%CV = 100 %
Rata−rata
1,21
= x 100 %=¿ 2,22 %
54,4285

VII. PEMBAHASAN
Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari
suatu wadah (biasanya beker) ke wadah lain. Dalam kimia klinik pun, pipet sering
digunakan untuk memindahkan larutan dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam
kimia klinik pipet ini digunakan untuk melakukan penelitian atau analisis yang
berkaitan dengan makhluk hidup. Ketelitian dalam menggunakan pipet sangat
penting dalam bidang kimia klinik karena perbedaan volume yang sedikit saja dapat
memberikan hasil yang berbeda sehingga salah dalam menginterpretasikan hasil
yang diperoleh. Jenis-jenis pipet beragam dimana setiap masing-masing memiliki
ketelitian yang berbeda. Oleh karena itu, dilakukan percobaan untuk
membandingkan ketelitian dari pipet gelas dan pipet piston. Pipet gelas merupakan
suatu pipet yang memiliki skala lebih besar di bandingkan pipet piston.
Prinsip dari praktikum ini adalah hukum Lambert Beer, dimana menyebutkan
bahwa besarnya serapan (absorbansi) berbanding lurus dengan konsentrasi sampel
yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi sampel yang diukur maka absorbansi yang
dihasilkan akan tinggi juga.
Percobaan kali ini untuk membandingkan ketelitian penggunaan pipet piston
dengan pipet volum untuk pengukuran sampel ,dan untuk membandingkan
ketelitianya masing-masing pipet digunakan spektrofotometer UV-Vis untuk
mengukur konsentrasi sampel.praktikum ini bertujuan untuk mengetahui ketelitian
mana yang lebih teliti di antara pipet piston dan pipet volum, yang mana akan
berpengaruh pada pengukuran konsentrasi spektrofotometer UV-Vis untuk sampel.
Sampel yang digunakan adalah KMNO4. Alasan digunakan KMNO4 (Kalium
permanganat), karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum pada panjang
gelombang 546 , sehingga mudah dalam pengukurannya. Salah satu hal yang penting
di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-Vis dengan cara
membandingkan konsentrasi data sampel spektrofotometer UV-Vis diperlukan
panjang gelombang maksimal.

Tahap awal yang dilakukan dalam praktikum adalah pembuatan larutan


KMNO4 dengan konsentrasi 500 ppm yang terbuat dari 125 mg KMNO 4 yang
dilarutkan dalam 250 ml aquqdest, sebelum mencampurkan KMNO 4 dengn aquadest
dalam labu ukur, terlebih dahulu tutui dulu labu ukur menggunakan kertas krep agar
tidak ada cahaya yang masuk pada larutan KMNO4 yang dibuat, karena KMNO4 tidk
stabil dan mudah teroxsidasi bila terkena matahari maka dari itu harus tertutup.
Setelah pembuatan larutan induk dengan konsentrasi 500 ppm, selanjutnya larutan
induk di encerkan dengan berbabagai konsentrasi yaitu 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm, 35
ppm, 40 ppm, 45 ppm, 50 ppm, 55 ppm dengan menggunakan pipet volum dan pipet
piston untuk setiap pengenceranya, kemudian dilkukan pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan kurva baku.
Setelah dilkukan pengenceran untuk kurva baku, selanjutnya untuk
membandingkan ketelitian pipet volum dan pipet piston digunkan larutan dengan
pengenceran dalam konsentrasi 50 ppm dan dilakukan sebanyak 7 kali untuk setiap
pipet dan kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis , dan hasil yang di dapat adalah ketelitian pipet volum lebih teliti
dibandingkan ketelitia pipet piston dalam percobaan praktikum, tapi seharusnya
dalam teori yang lebih teliti adalah pipet piston bukan pipet volum, hal tersebut
terjadi karena kesalaha pada saat pengaturan pipet piston pada saat akan
menggambil sampel yang akan di encerkan , maka hasil yang di dapat dari
pengukuran spektrofotometer UV-Vis yang lebih teliti adalah pipet volum. 
Hasil pengamatan ini menunjukkan beberapa hal yang tidak sesuai dengan
teori mengenai pipet piston dan pipet gelas. Pada pipet piston sudah ada pengaturan
volume yang akan diambil sehingga sudah terkalibrasi dengan baik. Sehingga
seharusnya pada pipet piston ketelitiannya lebih baik dibandingkan dengan pipet
gelas. Pada pipet gelas, tergantung pada pembacaan skala. Orang yang menggunakan
pipet (praktikan) sangat berpengaruh dengan hasil yang didapat. Sehingga ketelitian
pipet gelas kurang dibandingkan dengan pipet piston. Karena kemgungkinan
kesalahan lebih mudah terjadi pada pembacaan pipet gelas.
Konsentrasi sampel menggunakan pipet volume 46,8717, 48,2564, 48,2564,
48,7692, 48,8717, 49,1794, 49,1794. Konsentrasi sampel menggunakan pipet piston
52,0048, 52,2975, 53,4195, 53,7609, 54,2975, 54,9804, 55,2243. Dari konsetrasi
masing- masing pipet di dapat akurasi data 85,18% untuk pipet volum dan 108,85
% untuk pipet piston. Dari hasil konsentrasi data pengamatan di atas didapat hasil
akurasi data yang menunjukan bahwa pipet yang paling teliti adalah pipet volum
dibanding pipet piston, seharusnya menurut teori yang paling teliti adalah pipet
piston dibandingkan pipet volum, karena pipet piston volume larutan yang akan
diambil dapat kita tentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume yang berada
didalam pipet piston oleh sebabnya volume yang diambil akan menghasilkan hasil
volume yang lebih teliti dibanding dengan pipet volume, tapi pada praktikum yang
dilakukan berbanding terbalik, karena yang lebih teliti adalah pipet volume bukanya
pipet piston itu dikarenakan pada saat praktikum pengaturan pipet pistonnya tidak
benar sehingga ke akuratan konsentrasi data yang di dapat tidak bagus, dan
ketelitiaanya lebih bagus pipet volum.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan di dapat akurasi 85,18% untuk pipet volum
dan 108,85 % untuk pipet piston yang berarti pipet volume yang lebih teliti di bandingkan
dengan pipet volume hal tersebut terjadi dikarenakan penggunaan pipet piston pada saat
menentukaan ukauran volume yang akan di ambil tidak benar.
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Awang. 2010. Pengenalan Alat. http://ekmon-saurus.com/2008/11/bab-1-


pengenalan-alat.html [diakses pada tanggal 10 maret 2014]
2. Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
3. Day, R. A & A. L, Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Ed
III. Jakarta.
5. Hosniah. 2010. Spektroskopi Ultrviolet-Visibel. http://hosh-
hosh.com/2010/02/spektroskopi-ultraviolet-visible.html [diakses pada
tanggal 10 maret 2014]
6. Maya, Novi. 2010. Kaliberasi Pipet Ukur.
http://catatankimia.com/catatan/kalibrasi-pipet-seukuran-dan-pipet-
ukur.html [diakses pada tanggal 10 maret 2014]
7. Nafarin, M. 2007. Penganggaran perusahaan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba
Empat. Jakarta.
8. Sudjadi. 2007. Kimia Framasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
9. Umam, Khoirul. 2010. Penggunaan Mikropipet.
http://khoirulumam.com/foodtech-othermenu-27/177-penggunaan-
mikropipet [diakses pada tanggal 10 maret 2014]

Anda mungkin juga menyukai