Anda di halaman 1dari 135

PERCOBAAN I

CARA MENGOPERASIKAN SPEKTRONIC

I. Tujuan Percobaan
1.Agar mahasiswa mengetahui cara menggunakan spektronic.
2.Agar mahasiswa mengetahui komponen-komponen penting dalam
spektronic.

II. Landasan Teori


Alat spektronik-20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang
gelombang dari 340 nm sampai 600 nm. Alat ini hanya dapat mengukur
absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan
sampel yang tidak berwarna maka sampel harus dikomplekskan sehingga sampel
itu dapat berwarna, larutan yang berwarna dalam tabung khusus dimasukkan
ketempat cuplikan dan absorbansi atau persen transmitan dapat dibaca pada skala
pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut
:Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikromatik.
Setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang monokromatik
dilewatkan kelarutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi oleh foto detektor.
Para kimiawan telah lama menggunakan warna sebagai bantuan dalam
mengenali zat-zat kimia, spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari energi absorbsi energi
radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran
ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar.
Dengan menggantikan mata manusia dengan pelacak-pelacak lain dari radiasi
dimungkinkan studi absorbsi dari luar daerah terlihat spektrum, dan sering kali
percobaan-percobaan spektrofotometri dapat dilakukan secara aromatik. Dalam
penggunaannya pada masa sekarang, istilah spektrofotometri mengingatkan
pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absorbsi terisolasi pada
suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1986).
Dalam hukum lambert dinyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati
medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya
ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan

1
menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap, atau
dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama
akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama. Hukum ini
dapat dinyatakan oleh persamaan diferensial.
Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan,
terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama
antara transmisi dengan konsentrasi seperti yang ditemukan lambert antar
transmisi dsn ketebalan lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik
berkurang secara eksponensial dengan bertambahnyakonsentrasi zat penyerapan
secara linear. Ini dapat ditulis dalam bentuk it=10 e-kc=10 10-0, 4343 kc=10
(Basset, et al; 1994).
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dengan
fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi. Kelebihan Spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih terseleksi, diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah optis. Suatu
Spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun
perbandingan.Suatu spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk
menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat
monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu berranti untuk mengukur
intensitas berkas monokromatik, digabungkan bersama dinamakan sebagai
spektrofotometer (Khopkar, 2003).
Spektronik-20 adalah spektrofotometer absorbsi sinar tampak berkas tunggal.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absrobansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada surat
objek/kuvet yang berisi larutan blanko/ sampel alat spektronik-20 adalah suatu
alat yang mempunyai rentang panjang gelombang dari 340 nm sampai 600 nm
(Adeeyinwo, 201 ).
Spekrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorbsi
radiasi elektromagnet, cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia,

2
gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan
sedangkan campuran cahaya dengan panjang gelombang ini menyusun cahaya
putih (saif, 2013).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati
sampel (Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang
digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny,
tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer) (Pecsok
and Shield, 1968).
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah
cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar
tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).Untuk sistem
spektrofotometri,UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri
ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) (Larry, 1988).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
1.Alat pengering.
2.Tabung kuvet.
3.Spektronic-20.
3.1.2 Bahan
1.Aquades.
2.CoCl2.
3.Larutan detergen.

3
3.2 Skema kerja
3.2.1 Cara mengoperasikan spektronik.

Alat spektronik-20
Dihubungkan dengan arus listrik.
Dinyalakan alat dengan menekan tombol power.
Dibiarkan lebih kurang 15 menit.
Dipilih panjang gelombang.
Diatur meter pembacaan.
Dimasukkan larutan blanko ketempat sampel.
Diatur pembacaan 100 %T.
Diganti blanko dengan sampel dan dibaca A dan T.
Dimatikan alat.

Hasil
3.2.2 Memilih tabung kuvet yang saling perpadanan (matced) untuk
spektronik-20

Larutan CoCl2

4
Direndam tabung kuvet dengan detergen dicuci
dengan air ledeng lalu air aqua dan dikeringkan.
Diberi tanda masing-masing.
Diisi 2/3 alat dengan CoCl2.
Dipasang panjang gelombang 510 nm.
Dinaikkan jarum.
Dimasukkan salah satu alat kedalam cuplikan,
ditutup dan diatur %T.
Dimasukkan tabung-tabung dan dicatat harga %T.
Dipilih 3 tabung yang selisih pembacaannya kurang
dari 1%.
Digunakan tabung itu untuk percobaan penetapan TI

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

NO Perlakuan Hasil pengamatan


1 Dihubungkan alat kearus listrik. Alat hidup.
2
Dinyalakan dengan menekan Lampu pada alat hidup dan alat bisa
3 tombol power. digunakan.
4
Dipilih panjang gelombang. Panjang gelombang terpilih.
5
Diatur meter %T Pembacaan teratur.
6
Dimasukkan blanko dan diganti Absorbansi terbaca.
dibaca absorbansi.
Alat mati
Dimatikan alat.

5
4.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan percobaan mengenai cara mengoperasikan
spektronic-20. Alat spektronic-20 ini digunakan unutuk mengukur panjang
gelombang maupun %T.
Dalam alat ini prinsip kerjanya yaitu sinar yang dipancarkanoleh spektronik
ketika dihidupkan dimana sinar atau cahaya dari lampu tersebut memancarkan
warna mejikuhibiniu yang kemudian diteruskan kepada lensa, dimana dari lensa
tersebut akan diteruskan pada alat monokromator. Didalam alat monokromator
terdapat prisma segitiga yang berfungsi memfokuskan gelombang cahaya yang
datang, setelah itu cahaya tersebut merambat melalui panjang gelombang. Setelah
itu, prisma juga berfungsi agar kebisingan dari gelombang yang lain dilatar
belakang tidak menggangu penyerapan gelombang cahaya.kemudian cahaya
tersebut akan merambat melalui sampel dan kemudian merambat lagi melalui
detektor, kemudian dari detektor diteruskan dari ke amflifier, dimana amflifier
berfungsi sebagai penguat sinyal yang akan dikirimkan sehingga dapat dibaca
dengan bagus pada alat pembaca dan dapat dibaca dengan baik.
Syarat dari pelarut alat ini yaitu ; dapat melarutkan suatu cuplikan, tidak
menyerap sinar yang digunakan namun dibiaskan dan dipancarkan kemudian
tidak bereaksi dengan cuplikan dan hanya melarutkan pelarut.
Selain itu, dalam perawatan alat-alat dari spektronik-20 ini tidak sembarang
merawat, namun ada aturan-aturan dalam membersihkan seperti halnya dalam

6
perawatan kuvet. Dalam memegang kuvet tidak sembarang, kuvet yang digunakan
harus dipegang pada bagian yang buram karena bila pada bagian yang bening
akan susah terjadinya penyerapan cahaya karena terganggu oleh sidik jai yang
tertempel. Daat meletakkannya pun harus secara hati-hati, karena pada bagian
yang buram harus diletakkan pada sisi kiri dan kanan agar yang bagian bening
terkena serapan cahaya.
Kuvet pun ada berbagai jenisnya, seperti kuvet yang tipe quartz dan glass.
Kuvet yang quartz terdapat seperti dari bahan plastik yang tidak mudah rusak,
sedangkan kuvet model glass terbuat dari kaca dan serapannya lebih bagus.
Ketebalan kuvetpun mempengaruhi, karena semakin tebal kuvet semakin susah
suatu cahaya diserap dan bila semakin tipis kuvet, akan lebih mudah, jelas dan
bagus serapan sehingga hasil pun lebih bagus.
Dalam membersihkan kuvet, tidak boleh menggunakan sembarang alat,
dalam membersihkan kuvet kain yang digunakan yaitu kain pembersih kaca mata
yang telah dicelupakn kedalam metanol sehingga sisi windows terbebas dari
gangguan. Bila menggunakan kain yang tidak dianjurkan akan cenderung
meninggalkan residu atau lapisan film pada dinding tersebut.
Tempat meletakkan alatpun berbeda, ada yang namanya single beams dan ada
pula double beams. Pada single beams hanya terdapat satu tempat meletakkan
sampel sehingga harus dilakukan lebih lama sehingga harus dikeluarkan dan
dimasukkan lagi secara bergantian. Sedangkan pada double beams, lebih praktis
dan tidak memakan waktu lama karena tidak perlu dikeluar masukkan sampel
secara bergantian dengan blanko.
Kemudian dalam menggunakan alat ini, proses pengkalibrasian sangat lama
karena harus benar-benar sesuai. Dalam melakukan pengkalibrasian dan
penggunaan alat tidak boleh terlalu banyak gelombang suara karena ini juga dapat
berpengaruh pada panjang gelombang yang diserap, sehingga tertib dan tidak
boleh berisik.
Komponen-komponen luar dari spektronic-20 adalah sebagai berikut :
1. Power zero, berfungsi untuk menghidupkan spektronic-20.
2. Light control knob, berfungsi untuk mengatur posisi jarum (meter) penunjuk nilai
absorbansi dan transmitan.
3. Wavelenght control, berfungsi untuk mengatur panjang gelombang.
4. Meter, berfungsi sebagai pembaca posisi jarum penunjuk absorbansi dan transmitan.
5. Sampel holder, berfungsi menempatkan larutan kuvet.
6. Pilot lamp (nyala), berfungsi untuk mengetahui kesiapan instrumen.

7
Fungsi alat spektrometer dalam laboratorium adalah untuk mengukur
transmitan atau absorbansi suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang
gelombang. Tujuan pengukuran pada prinsipnya adalah untuk mencari nilai
sebenarnya dari suatu parameter kuantitas kimiawi.

V. Kesimpulan Dan Saran


5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah di lakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam menggunakan spektronik-20 harus dilakukan dengan
prosedur yang benar agar tidak terjadi kesalahan.
2. Komponennya terdiri dari :

a.Lampu

b.Lensa

c. Monokromator

d. Sampel

e. Detektor

f.Amplifier

g.Readout

5.2 Saran
Diharapkan praktikum yang dilakukan lebih tertib lagi agar suasana
kondusif.harus memahami prosedur yang akan dilakukan,dan harus lebih
teliti dalam melakukan praktikum terutama pada saat memasukkan blanko
dan sampel ke dalam kuvet jika salah melakukan nya akan berpengaruh
kepada hasil yang akan didapatkan

8
DAFTAR PUSTAKA

Adeeyinwo,C.E dkk. 2013. Basic Calibration of UV/VIS spectrophotometer.


Dalam jurnal international journal of science dan technology. Voume 2(3).
Diakses pada hari senin, pada tanggal 05 februari 2016.
Basset dkk.1994. Kimia analisis kuantitatif anorgaik. Jakarta.EGC.
Day,R.A dan Underwood,A.L. 1986. Analisis kimia kuantitatif edisi kelima.
Jakarta. Erlangga.
Khopkar,S.M. 2003. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta. Erlangga.
Larry G Hargis. 1988. Analytical Chemistry. Principles And Technigues. New
Jersey :Prentice HallInc.

Pecsok and Shield. 1968. Modern Methods of Chemical Analysis. New York : John
Wiley & Sons.

Saif,MB.M.N. 2013. International journal of pharmaceotical researc And


bioscience. Dalam jurnal research article. Volume 2(5):328-3449. Diakses
hari senin tanggal 15 februari 2016.

9
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

N Gambar pengamatan Penjelasan


o.

1. Alat spektronik-20

Kuvet yang digunakan


2.
(kuvetjenis quartz)

10
Pengoperasian spektronik 20.
3.
Memasukkan sampel kedalam
kuvet sebanyak 2/3 bagian dan
dimasukkan kuvet dalam alat
spektronik20. Lalu diukur
absorbansinya pada berbagai
panjang gelmbang.

PERCOBAAN II
PENENTUAN KROM SECARA SPEKTROFOTOMETRI
SINAR TAMPAK

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip spektrofotometri sinar tampak
2. Memahami metode analisis penentuan krom secara spektrofotometri sinar
tampak

II. Landasan Teori


Kromium merupakan logam industri yang penting karena rerupakan polutan
utama, yang bersifat karsinogen, mutagenik, dan sangat beracun. Kromium
memiliki dua bentuk oksidatif dalam lingkungan perairan. Pertama adalah Cr(VI)
yang diketahui sebagai bentuk Cr yang sangat beracun, dan yang lain adalah
Cr(III) yang sedikit pergerakannya, tidak beracun, dan bahkan merupakan unsur
yang esensial bagi manusia dan hewan. Kromium dalam lingkungan umumnya
berada dalam bentuk Cr(III) atau Cr(VI). Cr(III) terdapat dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak pada bebatuan dan tanah dalam bentuk senyawa Cr 2O3. Sedangkan
Cr(VI) secara alami jarang terdapat di alam. Kehadirannya dalam bentuk kromat
(CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-) dalam lingkungan biasanya disebabkan oleh
limbah maupun emisi dari kegiatan industri dan rumah tangga. Cr(VI) banyak

11
digunakan dalam industri logam seperti pembuatan logam Cr dan pelapisan logam
serta industri kimia sebagai agen pengoksidasi. Cr(III) terutama sebagai garamnya
umumnya digunakan dalam industry tekstil, industry penyamakan, industri
keramik dam gelas serta fotografi. Distribusi senyawa yang mengandung Cr(III)
dan Cr(VI) tergantung pada potensial redoks, pH, adanya senyawa oksidator atau
reduktor, kinetika reaksi redoksnya, pembentukan kompleks Cr(III) atau garam
Cr(III) tak larut, dan konsentrasi kromium total (Atkins, 1999).
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini memiliki prinsip kerja hasil
penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat
yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu.
Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang
dapat menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat
filter dari berbagai warna yang memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Spektrofotometer merupakan suatu alat/instrument yang
dilengkapi dengan sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV
(ultra-violet) atau pun cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu
membaca/mengukur kepekatan warna dari sampel tertentu dengan panjang
gelombang tertentu pula (Hardjadi, 1990).
Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk menentukan kadar Cr terutama
Cr(VI) menggunakan spektrofotometri sinar tampak umumnya menggunakan
reagen organik yang dapat dioksidasi dan pembentukan ion asosiasi. Reagen yang
paling umum digunakan untuk menentukan kadar Cr(VI) secara spektofotometri
sinar tampak yaitu 1,5 difenilkarbazida. Akan tetapi gangguan dari Fe(III),
No(VI), Cu(II), dan Hg(II) sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dan hanya
membentuk kompleks yang stabil selama 30 menit dengan adanya buffer fosfat
(Khopkar, 1990).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah
lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan
unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih

12
yang tertinggi (3422 C) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia
digunakan sebagai sumber lampu. Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini
hanya sample yang memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari
metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak
memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent
spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa.
Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan harus benar-benar
stabil. Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble
protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu,
larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa
digunakan adalah reagent Folin (Widayat, 2007).
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
electron-electron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya
tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul,
artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan electron-
electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yag lebih
tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-
tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri,
yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Absorbsi untuk transisi
electron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu
spectrum garis atau peak tajam namun ternyata berbeda. Spektrum UV maupun
tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah panjang gelombang yang
lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah
molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat
terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat apa saja dari
keadaan eksitasi. Karena berbagi transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka
panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar
yang tampak dalam spectrum itu (Triyati, 1985).
Cr(IV) adalah logam yang selalu ada dalam suatu sampel baik sampel baik
sampel bahan alami maupun limbah yang di hasilkan industry sehingga dapat

13
menyebabkan pencemaran lingkungan dan sumber air minum. Pada saat ini telah
di pelajari penentuan kadar krom yang dilakukan dengan sampel berbeda pula.
Beberapa dari teknik ini memerlukan sparasi fisik, bahkan memerlukan
instrument yang berbeda (Adamsoni,1982).
Krom adalah logam berbentuk Kristal dan larutan putih bening yang di
lambangkan dengan Cr mempunyai nomor atom 24 dan mempunyai berat atau

51,996 , massa jenis 610 gr/cm, titik lebur 1903 C pada tekanan 1 atm, titi didih

2642 C pada tekanan 1 atam (Purwono,1995).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Labu volumetrik 100ml
2. Spectronik-20
3. Pipet tetes
4. Kuvet
3.1.2 Bahan
1. Kalium khromate (K2CrO4)

14
3.2 Skema kerja

Khrom

dibuat larutan standar menggunakan labu volumetrik 100ml


dengan konsentrasi 1-20 ppm dengan pengenceran larutan
standar induk
ditentukan panjang gelombang serapan maksimum dibuat kurva
kalibrasi menggunakan larutan standar pada panjang gelombang
yang ditentukan
diukur %T larutan sampel khrom untuk mengetahui absorbansi
dibuat spektrum absorbansi Cr pada kertas grafik
ditentukan kandungan Cr dalam sampel menggunakan kurva
kalibrasi
ditimbang K2CrO4 untuk mendapatkan larutan standar Cr 1000
ppm
Hasil

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Daftar 1. Data hasil percobaan penentuan optimum

N Panjang Gelombang () (nm) %T A


O
1 370 98,8% 0,003
2 375 99,1% 0,004
3 380 99,2% 0,003
4 385 99,3% 0,002
5 390 99,4% 0,002
6 395 99,5% 0,002
7 400 99,7% 0,001
8 405 99,9% 0,001
9 410 99,9% 0,001
10 415 100% 0,000

Daftar 2. Hasil percobaan nilai %T pada berbagai konsentrasi

N Konsentrasi (ppm) %T
O
1 5 98,63%
2 10 83,37%
3 15 76,91%
4 20 91,62%

Daftar 3. Hasil percobaan perhitungan absorbansi larutan K2CrO4

N Konsentrasi (ppm) %T A
O
1 5 98,63% 0,0059
2 10 83,37% 0,0789
3 15 76,91% 0,114

16
4 20 91,62% 0,038
Daftar 4. Data hasil perhitungan regrasi linier antara linier dan
konsentrasi

N X Y X2 Y2
O
1 5 0,006 25 0,03
2 10 0,079 100 0,79
3 15 0,114 225 1,71
4 20 0,038 400 0,76

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan suatu instrumen atau alat yaitu
spektronik-20 yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimum,
absorbansi serta persen transmitan yang telah tertera pada meter yang ada pada
alat spektronik-20 tersebut. Pada penentuan krom dilakukan secara
spektrofotometer sinar tampak dimana prinsip dara spektrofotometer sinar tampak
ini adalah sinar yang dipancarkan oleh spektronik-20 ketika dihidupkan maka
sinar ataupub cahaya dari lampu tersebut akan memancarka suatu warna yaitu
warna mejikuhibiniu yang kemudian akan diteruskan kelensa mka lensa akan
memancarkannya ke monokromator yang mana pada monokromator ini
dilengkapi oleh suatu prisma yang akan memfokuskan suatu cahaya ataupun satu
warna yang nantinya warna atau cahaya tersebut akan diteruskan oleh prisma
kesampel sedangkan warna-warna yang lain akan terbias kesegala arah karna
hanya ada satu warna yang akan di serap oleh sampel yang digunakan yang
nantinya akan menyebabkan suatu eksetasi elektron yang terdapat dalam orbital
molekul yang dimiliki oleh larutan yang digunakan.
Warna pada cahaya yang telah diserap oleh sampel maka nantinya akan
diteruskan kedetektor yang mana pada detektor ini lah yang akan mendeteksi
panjang gelombang dari cahaya ataupun sinar yang telah melewati sampel dimana
pekerjaan detektor ini dibantu oleh amplifier, yang mana amplifier ini yang
bertugas untuk meningkatkan sinyal yang dibutuhkan oleh detektor agar hasil
yang akan diperoleh oleh detektor akan lebih mudah untuk dibaca oleh readout
yang nantinya akan di tampilkan oleh meter ataupun layar yang terdapat pada alat
spektronok-20 dimana pada meter ataupun layar ini akan menampilkan nilai dari

17
panjang gelombang () dan absorbansi (A) serta persen transmitan (%T) yang
diperoleh dari serapan sinar yang telah di serap oleh sampel dan yang telah dibaca
oleh readout.
Dalam melakukan analisis dengan spektronik-20 larutan yang digunakan
harus berwarna dan jernih, digunakan larutan yang jernih karena agar sinar dapat
menembus sampel maka akan dapat diteruskan keproses selanjutnya jika sampel
tidak berwarna maka sampel harus dikomplekskan sehingga sampel akan menjadi
berwarna. Pada perlakuannya di tentukan terlebih dahulu panjang gelombang
maksimum dengan renjang panjang gelombang 370-415 nm dan di daptlah
panjang gelombang maksimum yaitu pada panjang gelombang 375 nm dengan
nilai absorbansi 0,004.

Kurva Panjang Gelombang Maksimum


0.01
0
0
Absorbansi 0
0
0
370 375 380 385 390 395 400 405 410 415
Panjang Gelombang

Kemudian dilakukanlah penentuan konsentrasi dengan menggunakan suatu


persamaan persamaan yang mana persamaan ini nanti ya didapatkan dari
pembuatan kurva konsentrasi dengan absorbansi yang didapat dari larutan A, B ,
C . Yang mana pada larutan A didapatkan persamaan y = 0,0017x + 0,0489 yang
memiliki nilai absorbansi sebesar 0,034 dan didapatkan hasil ataupun nilai
konsentrasi sebesar -0,879 . Hasil yang didapat tidak sesuai, hal ini dikarenakan
kurang optimalnya alat yang digunakan saat beroprasi serta kurva yang didapat
juga tidak sesuai dikarenakan kurva yang seharusnya naik terus menerus tetapi
yang praktikan dapatkan yaitu kurvanya naik turun dan tidak konstan sehingga
nilai yang didapat tidak sesuai.

18
Kurva kalibrasi larutan A
0.15
0.1
Absorbansi 0.05
f(x) = 0x + 0.05
0
R = 0
5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Pada larutan B didapatkan persamaannya yaitu y = 0,0073x + 0,0377 dengan


nilai absorbansi yang digunakan yaitu 0,062 dan didapatkan nilai konsentrasi
yaitu 3,3287 .

Kurva kalibrasi larutan B


0.15
0.1
Absorbandi 0.05 f(x) = 0.01x + 0.04
0 R = 0.08
5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Dan untuk larutan C dihasilkan nilai persamaan 0,0223x + 0,0075 dengan


menggunakan nilai absorbansi 0,137 maka di dapatkan nilai konsentrasinya yaitu
5,80717489.

Kurva kalibrasi larutan C


0.15
0.1 f(x) = 0.02x + 0.01
Absorbansi 0.05 R = 0.43

0
5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

19
Kurva regresi Linier dan Konsentrasi
0.15
0.1
absorbansi
Absorbansi 0.05 f(x) = 0.01x + 0.03 Linear (absorbansi)
0 R = 0.13
5 10 15 20

Konsentrasi

Berdasarkan grafik diatas yang didapatkan dari hasil perhitungan %T


percobaan dan A perhitungan dari larutan K 2CrO4 .Dari hasil perhitungan
didapatkan hasil yang sesuai dengan percobaan . Pada grafik tersebut didapatkan
suatu persamaan yaitu y = 0,0219x, yang mana persamaan ini digunakan untuk
membuktikan nilai konsentrasi yang digunakan pada praktikum akan
menghasilkan nilai yang sama dengan hasil perhitungan yang dilakukan .

20
V. Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah di lakukan dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Prinsip dari spektrofotometri sinar tampak yaitu penyerapan sinar
tampak yang menyebabkan eksitasi elektron dan tingkat energi rendah
ketingkat energi yang lebih tinggi
2. Metode analisis penentuan krom ini yaitu menggunakan larutan
standar sehingga dapat menghasilkan nilai dari absorbansi dan
panjang gelombang
5.2 Saran
Pada praktikum ini, seharusnya praktikan lebih memahami prinsip kerja
ataupun cara penggunaan alat yang akan digunakan sehingga tidak akan ada
lagi kesalahan yang terjadi. Alat-alat yang dibutuhkan juga seharusnya lebih
dilengkapi lagi seperti spectronik-20 sehingga praktikum dapat berjalan
dengan efektif tanpa perlu mengantri untuk menggunakan alat.

21
DAFTAR PUSTAKA
Adamsoni,A.W.1982. Physical Chemistry Of Surface. United state of America: A
Wiley. Interscrence Publication.
Atkins, P.W . 1999 . Kimia Fisika . Jakarta : Erlangga .
Hardjadi, W . 1990 . Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta : PT. Gramedia .
Khopkar, S.M . 1990 . Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : UI Press .
Parwono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Hidup. Jakarta:UI Press
Triyati, E . 1985 . Spektrofotometri Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta
Aplikasinya dalam Aseanologi . Jurnal Aseana . Vol 10, 01, ISSN 0216-
1877 . Diakses pada Tanggal 14 Februari 2016 .
Widayat . 2007 . Studi Pengurangan Bilangan Peroksida dan Absorbansi . Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan . Vol 06, 01, ISSN 1412-5064 . Diakses
pada Tanggal 14 Februari 2016 .

LAMPIRAN

A. Perhitungan
1. Pengenceran Larutan K2CrO7
Dengan konsentrasi 100 ppm . Dilakukan pengenceran untuk konsentrasi 5
ppm , 10 ppm , 15 ppm dan 20 ppm .
a. 5 ppm

22
M1 . V1= M2 . V2
100 .V1= 5 . 100
VI = 500
100
V1= 5 ml
b. 10 ppm
M1 . V1= M2 . V2
100 .V1= 10 . 100
V1= 1000
100
V1= 10 ml
c. 15 ppm
M1 . V1= M2 . V2
100 .V1= 15 . 100
V1= 1500
100
V1= 15 ml
d. 20 ppm
M1 . V1= M2 . V2
100 .V1= 20 . 100
V1= 2000
100
V1= 20 ml
2. Perhitungan transmitan pada berbagai konsentrasi
a. Konsentrasi 35 ppm dengan A = 0,006
A = - Log T
T = 10-A
T = 10-0,006
T = 0,9863
%T = T 100%
%T = 0,9863 100%
%T = 98,63
b. Konsentrasi 10 ppm dengan A = 0,079
A = - Log T
T = 10-A
T = 10-0,007
T = 0,8337
%T = T 100%
%T = 0,8337 100%
%T = 83,37
c. Konsentrasi 15 ppm dengan A = 0,114
A = - Log T
T = 10-A
T = 10-0,114
T = 0,7691
%T = T 100%
%T = 0,7691 100%
%T = 76,91

23
d. Konsentrasi 20 ppm dengan A = 0,038
A = - Log T
T = 10-A
T = 10-0,038
T = 0,9162
%T = T 100%
%T = 0,9162 100%
%T = 91,62
3. Perhitungan absorbansi larutan K2CrO4 untuk berbagai konsentrasi.
a. Konsentrasi 5 ppm.
%T = 98.63%
T = 0.9863.
A = - Log T.
= - Log 0.9863
= 0.0059.
b. Konsentrasi 10 ppm.
%T = 83.37%
T = 0.8337.
A = - Log T
= - Log 0.8337
= 0.0789
c. Konsentrasi 15 ppm.
%T = 76.91%
T = 0.7691
A = - Log T
= - Log 0.7691
=0.114
d. Konsentrasi 20 ppm.
%T = 76.91%
T = 0.7691
A = - Log T
= - Log 0.7691
= 0.038
4. Perhitungan regrasi linier antar absorbsi dan konsentrasi
x = 5 + 10 + 15 + 20 = 50
y = 0.006 + 0.079 + 0.114 + 0.038 = 0.237
x 2
= 25 + 100 + 225 + 400 = 750
xy = 0.03 + 0.79 + 1.71 + 0.76 = 3.29
(x)2 = (50)2 = 2500
N =4

Y = 0.0219x
a = n x.y x . y2
n x2 - (x)2

= 4. 3,29 (50 . 0,237)

(4 , 750) 2500

24
= 13,16 11,85

3000 2500

= 13,16 11,85

500

= 1,31

500

= 0,00262

b = x.y xy . x2
xy - (y)2

= (50 . 0,237) ( 3,29. 2500)

3,29 0,056169

= 11,85 8225

3,233831

= -8213,15

3,233831

= -2539,76

B.Grafik

25
Kurva Panjang Gelombang Maksimum
0.01

0
Absorbansi 0

0
370 375 380 385 390 395 400 405 410 415
Panjang Gelombang

Kurva kalibrasi larutan A


0.12
0.1
0.08
0.06
Absorbansi
0.04 f(x) = 0x + 0.05
R = 0
0.02
0
5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

26
Kurva kalibrasi larutan B
0.12

0.1

0.08

0.06 f(x) = 0.01x + 0.04


Absorbandi R = 0.08
0.04

0.02

0
5 10 15 20

Konsentrasi (ppm)

Kurva kalibrasi larutan C


0.15

0.1 f(x) = 0.02x + 0.01


R = 0.43
Absorbansi
0.05

0
5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Kurva regresi Linier dan Konsentrasi


absorb
ansi
Absorbansi
Linear
(absor
bansi)

Konsentrasi

27
C.Dokumentasi

N Gambar pengamatan Penjelasan


o.

1. Dimasukkan larutan blanko


aquades sampai 2/3 bagian
dari tabung sebagai control
dan nilai 100% transmittan

2. Pengukuran absorbansi sampel


(krom) dengan konsentrasi 5
ppm dengan panjang
gelombang 370 nm.
Didapatkan nilaiAbsorbansi
sebesar 0.004

28
3. Pengukuran absorbansi sampel
(krom) dengan konsentrasi 10
ppm, dengan panjang
gelombang 370 nm
Didapatkan nilai Absorbansi
sebesar 0.080

4. Pengukuran absorbansi sampel


(krom) dengan konsentrasi 15
ppm, dengan panjang
gelombang 370 nm
Didapatkan nilai Absorbansi
sebesar 0.0113

5. Pengukuran absorbansi sampel


(krom) dengan konsentrasi 20
ppm, dengan panjang
gelombang 370 nm.
Didapatkan nilai Absorbansi
sebesar 0.0038.

29
PERCOBAAN III
SIFAT BAIK DAN TAK BAIK UNTUK KEPERLUAN
ANALISIS
KOLORIMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui sifat baik dan sifat tak baik dari kalori meter
2. Dapat memahami dan menggunakan kalori meter
3. Dapat mengukur absorbansi menggunakan spectronic-20

II. Landasan Teori


Kolorimetri adalah suatu metode analisa kimia yang berdasarkan pada
perbandingan intensitas warna larutan satndarnya. Metode ini merupakan bagian
dari fotometri. Cara mengukur jumlah zat dalam larutan sekaligus mengetahui
warnanya yaitu dengan cara melewatkan sebuah sinar dari pelarutnya.
Pengamatan dapat kita lakukan dengan cara melihat perubahannya atau alat yang
disebut fotosel (Underwood, 1988).
Dalam hal ini terjadi bila sinar baik yang polikromatis atau monokromatis
mengenai suatu zat atau media perantara maka intensitas sinar tersebut akan
berkurang. Hal ini terjadi karena sebagian cahaya tersebut diserap oleh media
perantaranya dan sebagian kecil dipantulkan kembali atau dihamburkan dapat
ditulis: I0 = Ia + If + Ir

Metode kolorimetri merupakan metode spektroskopi sinar tampak oleh


suatu larutan berwarna,hanya senyawa yang dapat ditentukan denngan metode

30
spektroskopi senyaw ayanng tidak berwarna dapat dibuat menjadi warna seperti
ion Fe3+ dan SCN menghasilkan larutan warna merah. Kolorimeter dilakukan
dengan membandingkan larutan standar denga aplikasi yang dibuat pada keadaan
yang sama dengan menggunakan tabung meester atau kolorimeter dubosque.
Dengan kolorimetri elektrik jumlah cahaya yang diserap berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan . Metode ini sering digunakan dalam menetukan konsentrasi
besi dalam air minum. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara
spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang
digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah
Inframerah (700-3000 nm) (khopkar, 1990).
Keuntungan dari metode dari kolorimetri adalah bahwa metode ini
memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas-kuantitas suatu zat
yang dilakukan. Selain daripada itu keuntungan lain dari metode kolorimetri itu
hemat biaya tentunya, sedangkan kerugiannya yaitu hanya dapat menentukan
kuantitas suatu zat yang sangat kecil (Basset, 1994).
Kolorimetri merupakan suatu metode analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya keasaman besaran warna antara larutan sampel dengan larutan
strandar dengan mengguankan sumber cahaya polikromatis dan dsetektor maka
metode ini didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya
oleh suatu larutan. Metode ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen yang
belum berwarna, namun dengan menguunakan reagen yang sesuai dapat
menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan
komponennya. Jika telah tercapai keasaman warna berarti jumlah molekul zat
penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisinya tersebut telah sama dan ini
dijadikan dasar perhitungan dari percobaan(Vogel, 1985).
Kolorimetri merupakan metode analisa yang didasarkan pada tercapainya
keasaman besarnya warna antara suatu sel-sel diantara sampel-sampel yang
dipercobaan dengan larutan standar dengan menggunakan sumber cahaya
polikromatis dan sumber cahaya dari detektor mata. Intensitas warna kemudian

31
dapat dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang
diketahui dalam zat(Situmorang, 2012).
2.1 Sistem besi (III) tiosianat
Besi merupakan salah satu logam yang banyak di gunakan dalam industri.
Besi merupakan unsur terbanyak keempat dalam litosfer bumi setelah
oksigen,silicon,dan alumunium. Kegunaan besi yang paling penting adalah dalam
pembuatan baja (alloy). Di dalam besi terdapat mineral oksida seperti magnetik
(Fe3O4),hematite (Fe2O3),dan limonit/butir (Fe2O3.H2O),sebagai karbonat: siderite
(FeCO3) dan sebagian sebagai sulfide : pirit (FeS2). Spektrofotometer adalah
suatau alat yang di gunakan untuk mengukur persen transmitasi (T) atau
absorbansi dari suatu cuplikan,sebagai fungsi dari suatu panjang gelombang. Alat-
alat yang di gunakan di kelompok kan secara manual/perekam maupun sebagai
sinar tunggal atau sinar rangkap. Besi yang bagus adalah berwarna putih
keperakan (Syarifudin,1994).
2.2 Sistem besi (III) fenantrolin
Besi merupakan salah satu elemen kimiawi yang banyak terdapat di perairan
tanah,besi diperairan terdapat Fe2+ dan Fe3+. Ortho fenantrolin (atau 0-fenantrolin)
sebagai agen pengompleks dapat berikatan dan membentuk kompleks berwarna
berbeda sehingga di harapkan dalam campuran bisa di tentukan secara langsung
sebagai senyawa kompleks dengan metode spektrofotometri. Spektrofotometer
sesuai dengan nama nya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditrensmisikan
atau yang di adsorpsi. Jadi spektrofotometer di gunakan untuk mengukur energi
secara relative jika energi tersebut di transmitansi, direfleksikan atau di emsikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer di
bandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini di peroleh dengan pengurai seperti prisma, grating atau celah
optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin di peroleh panjang
gelombang yang monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-

32
40 nm, sedang kan pada panjang gelombang spektrofotometer benar benar
monokromatis (Yuniati, 2009).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
A. Sistem besi (III) - tiosianat
1. Kertas indicator
2. Labu volumetric
3. Spectronik-20
B. Sistem besi (III) - ortofenantrolin
1. Kertas lakmus
2. Labu volumetric 100 ml
3. Spectronik-20
3.1.2 Bahan
A. Sistem besi (III) tiosianat
1. FeCl
2. HCl
3. Na-dihidrogenfosfat
4. NaF
5. NaOH
6. Na-oklsalat
7. Na-tartat
8. NH4 SCN
B. Sistem besi (III) ortofenantrolin
1.FeCl3
2.Na-dihidrogenfosfat
3.Na-asetat
4.Na-oksalat
5.Na-tatrat
6.NaF
7.NaOH
8.NH2OH . HCl
9.NH3 pekat
10. Ortofenantrolin

33
3.2 Skema kerja
3.2.1 Sistem besi (III) tiosianat
A. Pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak

5 ml larutan FeCl3 dan 3 ml NH4SCN


Di ambil dengan pipet tetes
jenuh

Di masuk kan dalam labu ukur

Di encerkan sampai 100ml

Di ukur absorbansi pada 480 nm menggunakan


spectronic-20

Di pengukuran absorbansi setiap 20 menit

Dilanjut kan dengan percobaan lain sambil


menunggu

Di alur kan plot A terhadap waktu (menit) untuk


semua pengukuran

Hasil

B. Pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi

Larutan Fe(III) yang mengandung berbagai jumlah tiosianat


Dimasuk kan dalam labu takar 100ml

Diencer kan tiap kali sampai tempat 100ml dengan


air

Diukur A pada 480 nm

Dialur kan di atas keatas kertas grafik

Hasil

34
C. Pengaruh pH terhadap absorbansi

1. pH = 0

Larutan induk Fe (III)

Diambil dengan pipet tetes sebanyak 4 ml

Dimasuk kan ke dalam dalam labu takar 100 ml

Di tambah kan 2 ml larutan jenuh NH4 SCN dan 8


ml larutan HCL pekat sehingga konsentrasi H
menjadi 1 M setelah diencer kan sampai 100 ml

Di kocok larutan dengan baik

Di ukur absorbansinya pada 480 nm


Hasil

2. pH = 1

Larutan Fe (III) induk


Diambil 4 ml dengan pipet tetes

Ditambah kan 2 ml larutan NH4SCN dan 13 tetes HCl


pekat

Diencer kan sampai 100 ml

Diukur absorbansinya pada 480 nm

Hasil

35
3. pH bermacam-macam
a. pH 6

4 ml Fe (III)

Ditambah kan 2 ml NH4SCN

Diencer kan hingga 100 ml

Di tambah 0 tetes NaOH 4 M

Diukur A pada 480 nm

Diukur pH

Hasil

b. pH 8

4 ml Fe (III)

Di tambah 2 ml NH4SCN

Di tambah 9 tetes NaOH 4 M

Di encerkan hingga 100 ml

Diukur A pada 480 nm

Diukur Ph

Hasil

c. pH 10

4 ml Fe (III)

36
Ditambah 2 ml NH4SCN

Di tambah 9 tetes NaOH 4 M

Di encerkan hingga 100 ml

Diukur A pada 480 nm

Diukur pH

Hasil

d. Diplot kan A terhadap pH untuk semua hasil pengukuran

D. Pengaruh anion terhadap absorbansi

Larutan pH 1

Ditambah kan sebutir kecil NaF padat

Diocok dengan kuat

Diukur A

Di tambah kan sebutir kecil Na-oksalat,kocok kuat

Dicatat kalau ada perubahan

Diulangi dengan penembahan Na-tatrat dan kandungan k-


dihidrogenfosfat

Dilapor kan pengaruh penambahan masing masing garam

Hasil

3.2.2 Sistem besi (III)-ortopenentrolin


A. pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak

37
5 ml Fe (III)
Ditambah 3 ml NH4SCN jenuh dalam labu takar

Diencer kan sampai 100 ml

Ditambah kan 2 ml larutan ortopenantrolin 0,3 %

Dimasuk kan kertas merah kongo

Ditetes kan larutan 2 m N-asetat

Diencer kan hingga 100 ml

Diukur A pada 512 nm

Diulangi pengukuran setiap 20 menit selama 100 m

Dialur kan plot A terhadap waktu

Hasil

B. pengaruh kelebihan preaksi terhadap absorbansi mutlak

Larutan Fe

Dibuat dengan menambah kan berturut turut 0,0 ; 0,2 ;


0,4 ; 0,6 ; 1,0 ; 3,0 ; dan 4,0 ml larutan 0-fn 0,3%

Diukur A pada 512 nm

Di alur kan plot A terhadap ml 0-fn

Hasil

C. pengaruh pH terhadap absorbansi mutlak


1. pH = 1,7

4 ml Fe (III)
38
Ditambahkan 1 ml Ng2OH.HCl

Diputar putar beberapa detik

Dibiar kan 2 menit

Ditambah 2 ml 0-Fn 0,3%

Diencerkan sampai 100 ml

Diukur A pada 512 nm

Hasil

2. pH = 2

4 ml Fe (III)

Ditambah 1 ml NH2OH.HCl

Dibiar kan 2 menit

Ditambah 2 ml 0-Fn 0,3%

Diencer kan sampai 100 ml

Diukur A pada 512 nm

Hasil

3. pH = 5

Digunakan hasil pengkuran A pertama pada percobaan BI

39
4. pH = 9

4 ml Fe(III)

Ditambah 1 ml NH2OH.HCL

Ditambah 2 ml o-fn 0,3%

Diencerkan sampai 100ml

Dikocok dan di ukur A pada 512 nm

Hasil

5. pH = 12

4 ml Fe (III)

Ditambah 1 ml NH2OH.HCL

Ditambah 2 ml o-fn 0,3%

Diencerkan sampai 100ml

Dikocok dan di ukur A pada 512 nm

Hasil

6. Dibanding kan (plot) A terhadap pH


D. Pengaruh anion terhadap absorbansi mutlak

Larutan B I

Ditambah NaF

Dikocok dan diukur A

Ditambah kan Na-oksalat akuades

Diulangi dengan penembahan Na-tartiat dan


hidrogenfosfat
Hasil

40
VI. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Besi (III)-Tiosianat
Table 1 Pengaruh Waktu Terhadap Absorbansi
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menit ke 2 A = 0,008
2. Menit ke 4 A = 0,008
3. Menit ke 6 A = 0,008
Menit ke 8
4. A = 0,008
Menit ke 10
5. A = 0,008

Tabel 2 pengaruh kelebihan preaksi terhadap absorbansi mutlak


No Perlakuan Hasil Pengamatan

1. + 0,3 ml NH4SCN A = 0,012


2. + 0,8 ml NH4SCN A = 0,14
3. +3,0 ml NH4SCN A = 0,013
4. +10,0 ml NH4SCN A = 0,01
5. +20,0 ml NH4SCN A = 0,004
6. +30,0 ml NH4SCN A = 0,018

Tabel 3 pengaruh pH terhadap absorbansi


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. pH = 0 A = 0,009
2. pH = 1 A = 0,068
3. pH bermacam macam
- pH = 6 A = 0,15
- pH = 8
- pH = 10 A = 0,004
A = 0,009

Tabel 4 pengaruh anion terhadap absorbansi

41
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 - + NaF A = 0,017
- + Na-oksalat
2 A = 0,004
- + Na-tartrat
3 - + K-dihidrogenfosfat A = 0,044
4 A = 0,035

4.1.2 Sistem Besi (III)-Ortopenantrolin


Tabel 1 Pengaruh Waktu Terhadap Absorbansi
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Menit ke 2 A = 0,010
2. Menit ke 4 A = 0,012
3. Menit ke 6 A = 0,010
4. Menit ke 8 A = 0,011
5. Menit ke 10 A = 0,011

Tabel 2 Pengaruh Kelebihan Pereaksi Terhadap Absorbansi Mutlak


N Perlakuan Hasil Pengamatan
o
1 + 0,0 o-fn 0,3 % A = 0,14
2 + 0,4 o-fn 0,3 % A = 0,15
3 + 1,0 o-fn 0,3 % A = 0,22
4 + 3,0 o-fn 0,3 % A = 0,25
5 + 4,0 o-fn 0,3 % A= 0,005

Tabel 3 Pengaruh pH Terhadap Absorbansi


No Perlakuan Hasil Pengamatan

42
1 pH 1,7 A = 0,0023
2 pH 2 A = 0,01167
3 pH 5 A = 0,010
4 pH 9 A = 0,017
5 pH 12 A = 0,021

Tabel 4 Pengaruh Anion Terhadap Absorbansi


No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 + NaF A = 0,0025
2 + Na-oksalat A = 0,0013
3 + Na-tartrat A = 0,0017
+ K-dihidrogenfosfat
4 A = 0,0423

43
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan mengenai sifat baik dan tak baik
untuk keperluan analisis kalorimeter untuk sistem besi (III)- tiosianat dan besi
(III)-ortopenantrolin. Menggunakan metode kalorimetri yang merupakan suatu
analisis berdasarkan penyerapan cahaya tampak oleh molekul atau ion suatu
sampel dalam larutan. Metode standar penentuan tiosanat dan ortopenatrolin
dilakukan dengan spektrofotometri dengan penambahan besi (III) sehingga
terbentuk besi (II)
4.2.1 Sistem Besi (III)- Tiosianat
Percobaan pertama dilakukan penentuan pengaruh waktu terhadap
absorbansi mutlak. Besi (III) klorida sebanyak 5 ml ditambahkan 3 ml NH 4SCN,
lalu diencerkan dalam labu akar 100 ml , diperoleh larutan berwarna kecoklatan.
NH4SCN ini digunakan sebagai reagen pengompleks untuk besi sehingga larutan
menjadi berwarna yang merupakan syarat dari analisis menggunakan
spektrofotometer. Larutan kecoklatan tersebut merupakan larutan kompleks besi
(III) tiosianat.
1. Pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak
Pada percobaan ini praktikan mengidentifikasi pengaruh pengaruh waktu
terhadap proses oksida tiosanat seperti yang terimentlasi pada kurva berikut ini.

pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak


0.09
0.08
0.07 f(x) = 0x + 0.08
R = 0
0.06
Absorbansi
0.05
Linear (Absorbansi)
Absorbansi 0.04
Linear (Absorbansi)
0.03
0.02
0.01
0
2 4 6 8 10

waktu (menit)

44
Kemudian diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 480 nm
setipa 2 menit sebanyak 5 kali. Diperoleh nilai absorbansinya pada menit ke 2, 4,
6, 8 dan 10 sama yaitu sebesar 0,008.Hasil yang ditunjukkan pada kurva diatas
bahwa tidak terjadinya perubahan sehingga dapat dikatakan bahwa larutan
kompleks yang terbentuk antara besi dengan reagen pengompleknya NH 4SCN
memiliki kestabilan yang tinggi dan tidak mudah dipengaruhi oleh waktu atau
kestabilan kompleknya berlangsung dalam waktu yang lama sehingga absorbansi
yang diperoleh tidak mengalami perubahan.Menurut literatur pengukura sampel
berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan yang menyebabkan naik turun nya
nilai absorbansi.
2. Pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi mutlak
Percobaan kedua menentukan pengaruh kelebihan pereaksi terhadap
absorbansi mutlak. Sebanyak 5 ml besi (III) yang mengandung berbagai jumlah
tiosianat ditambahkan reagen pengompleks NH4SCN dengan berbagai variasi
volume untuk mengetahui apakah variasi volume pereaksi yang digunakan dapat
mempengaruhi absorbansi. Variasi volume peraksi yang digunakan yaitu 0,3; 0,8;
3; 10; 20; dan 30. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada kurva dibawah ini.

pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi mutlak


0.07
0.06
0.05
0.04 absorbansi
Absorbansi 0.03 f(x) = 0x + 0.02 Linear (absorbansi)
R = 0.06
0.02
0.01
0
0.30000000000000032 10

NH4SCN (ml)

Dari kurva tersebut menunjukkan perubahan absorbansi yang turun naik


dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kelebihan pereaksi yang ditambahkan sedikit berpengaruh terhadap absorbansi

45
tetapi tidak terlalu signifikan karena pereaksi NH 4SCN ini bermanfaat dalam
menjaga keseimbangan jumlah atom yang stabil dengan terionisasi. Hasil
komparator yang diamati secara visual menunjukkan adanya perbedaan intensitas
warna yang dihasilkan pada masing-masing konsentrasi tiosianat,dimana semaki
besar konsentrasi tiosianat maka akan semakin merah intensitas warna larutan.
3. Pengaruh pH terhadap absorbansi
Percobaan ketiga dilakukan penentuan pengaruh pH terhadap absorbansi.
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 480 nm dan berbagai variasi pH yaitu
pada pH 0; 1 dan pada pH bermacam-macam pada pH 6; 8 dan 10. Pada pH
bermacam-macam besi (III) ditambahkan NH4SCN dan juga NaOH dengan
berbagai volume yaitu 0 ml, 4 ml dan 9 ml. kemudian diukur absorbansinya dan
diperoleh hasil yang ditunjukkan pada kurva dibawah ini.

Pengaruh pH Terhadap absorbansi mutlak


0.1
0.09
0.08
0.07
0.06 f(x) = 0.01x + 0
Series 1
R = 0.35
Absorbansi 0.05 Linear (Series 1)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 1 6 8 10

pH

Dari kurva tersebut menunjukkan bahwa absorbansi mengalami kenaikan


dari pH 0 hingga pH 10 dengan perubahan yang sedikit. Jadi dapat disimpulkan
bahwa larutan kompleks besi (III) tiosianat kurang stabil dalam suasana basa dan
lebih stabil dalam asam. Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa nilai
absorbansi yang menurun akan menyebabkan peningkatan pH terhadap suatu
sampel.
Pada percobaan ini menunjukkan bahwa pH mempengaruhi secara konstan
penurunan nilai absorbansi yang berbanding lurus dengan penurunan konsentrasi

46
yang mengakibatkan oleh proses oksidasi tiosianat yang berbeda beda setiap pH
nya.
4. Pengaruh anion terhadap absorbansi
Percobaan terakhir dilakukan penentuan pengaruh anion terhadap
absorbansi. Larutan pH 1 dari percobaan sebelumnya ditambahkan berbagai anion
yaitu NaF, Na-oksalat, Na-tartrat dan dihidrogenfosfat. Kemudian diukur
absorbansinya dan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada kurva berikut.

pengaruh anion terhadap absorbansi


0.04
0.04
0.03
0.03
0.02 f(x) = 0.01x + 0 absorbansi
0.02 R = 0.23
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.01
0.01
0
aF

t
ra
N

rt
Ta
a-
N

Anion

Dari kurva tersebut menunjukkan nilai absorbansi mengalami perubahan


yang cukup jauh. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan kompleks besi (III)
tiosianat mudah dipengaruhi berbagai anion karena tidak dapat mempertahankan
nilai absorbansinya pada penambahan berbagai anion yang berbeda. Ini dilakukan
untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap anion terhadap absorbansi nya yang
digunakan pada percobaan ini adalah yang mempuyai pH 1. Berdasarkan grafik
hubungan diketahui bahwa setiap anion mempunyai nilai absorbansi yang berbeda
satu sama lainnya dikarenakan setiap anion memiliki sifat fisika dan sifat kimia
antara satu dengan yang lainnya.
4.2.2 Sistem Besi (III)- Ortopenantrolin
Pada percobaan besi (III) ortopenatrolin praktikan menggunakan senyawa
ortopenatrolin yang digunakan sebagai pengompleks atau pemberi warna.
Sehingga konsentrasi yang di identifikasi dapat di amati menggunakan

47
spektrofotometri visibe yang merupakan suatu metode analisis berdasarkan sinar
tampak warna yang dihasilkan adalah warna biru muda dan mempunyai warna
komplementer ataupun warna sebenarnya yaitu merah.
1.Pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak
Percobaan pertama dilakukan penentuan pengaruh waktu terhadap
absorbansi mutlak. Sebanyak 5 ml FeCl 3 ditambahkan NH2OH.HCl dan 1 ml
ortopenantrolin (O-fn). O-fn ini digunakan sebagai reagen pengomplek untuk besi
dan merupakan reagen yang paling banyak digunakan dalam penentuan besi tetapi
larutan komplek yang terbentuk tidak stabil dalam waktu yang cukup lama, hanya
sekitar 30 menit. Kemudian diencerkan dalam labu ukur sampai tanda batas.
Diperoleh larutan berwarna merah bata yang merupakan senyawa kompleks besi
(III) ortopenantrolin. Kemudian diukur absorbansinya sebanyak 5 kali setiap 2
menit. Diperoleh hasil yang ditunjukkan pada kurva berikut.

Pengaruh Waktu terhadap Absorbansi


0.01
f(x) = 0x
0.01

0.01

0.01
R = 0.04
Absorbansi 0.01

0.01

0.01

0.01
2 4 6 8 10

Waktu (menit)

Berdasarkan kurva diatas dapat dilihat bahwa nilai absorbansi mengalami


perubahan yang tiak terlalu jauh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa senyawa
kompleks besi (III) Ortopenantrolin memiliki kestabilan yang tidak dapat bertahan
dalam waktu yang cukup lama. Hal ini terjadi karena kurangnya daya serap
cahaya pada sampel dan bereaksi dengan yang sisa pada tabung dan terjadi

48
endapan,sehingga menghambat larutan untuk menyerap cahaya yng menyebabkan
proses nya semakin lambat.
2. Pengaruh pH terhadap absorbansi mutlak
Percobaan kedua dilakukan penentuan pengaruh pH terhadap absorbansi
pada berbagai variasi pH yaitu pada pH 1,7 ; 2 ; 9 dan 12 dan juga ditambahkan
Na-asetat pada pH 2, NH3 pada pH 9 dan NaOH pada pH 12. Kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 512 nm.diperoleh hasil yang ditunjukkan
pada kurva berikut.

Pengaruh pH terhadap Absorbansi


0.03

0.02 f(x) = 0.01x


R = 1
0.02
Absorbansi 0.01

0.01

0
1.1000000000000001 2 9 12

pH

Dari kurva diatas menunjukkan bahwa senyawa kompleks besi (III)


Ortopenantrolin memiliki kestabilan yang stabil pada berbagai pH yang asam.
Sebaliknya pada suasana basa tingkat kestabilannya cukup tinggi dengan
pergeseran absorbansi yang lebih kecil. Dan dari kurva tersebut mengalami
kenaikan pada saat penambahan pH yang bersifat basa,dapat dikatakan stabil.
Sedangkan menurut literatur semakin besar pH suatu larutan maka semakin besar
nilai absorbansinya. Hal ini sasuai dengan hasil praktikum yang didapat.
3. Pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi mutlak
Percobaan ketiga dilakukan penentuan pengaruh kelebihan pereaksi
terhadap absorbansi. 5 ml FeCl3 ditambahkan 2 ml 0-fn 0,3 % dengan volume
yang berbeda yaitu 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 1 ml; 3 ml dan 4 ml. Kemudian diukur

49
absorbansinya pada panjang gelombang 512 nm. Hasil yang diperoleh
ditunjukkan pada kurva berikut.

Pengaruh Kelebihan Pereaksi terhadap Absorbansi


0.03
0.03
0.02
f(x) = 0x
0.02
R = 0.68
0.01
0.01
0
Absorbansi

4
2

4
06
0.

0.

00
00
00
00
00
00
60
0.

Volume (mL)

Dari kurva tersebut menunjukkan perubahan absorbansi yang tidak terlalu


jauh kecuali pada penambahan pereaksi 4 ml. Jadi hasil tersebut menunjukkan
bahwa pengaruh kelebihan pereaksi terhadap kestabilan senyawa kompleks besi
(III) ortopenantrolin cukup tinggi.
Dan dapat dilihat dari hasil pereaksi terhadap absorbansi hasilya yaitu
tidak menentu atau tidak stabil. Hal ini disebabka karena sebagian pada larutan
tersebut terjadi endapan dimana endapan ii membuat cahaya yang diterima yang
dihamburkan oleh larutan sehingga absorbansinya kecil. Pada literatur dinyatakan
bahwa semakin bsar volume pereaksi maka akan semakin tinggi nilai
absorbansinya. Pada kurva diatas menunjukkan ketidak stabilan dari
absorbansinya,ini juga disebabkan faktor kesalahan dalam menanda batasan kuvet
dan lain lain.
4. Pengaruh anion terhadap absorbansi mutlak
Percobaan terakhir dilakukan penentuan pengaruh anion terhadap
absorbansi dari senyawa kompleks besi (III) ortopenantrolin. Ditambahkan anion
NaF, Na-oksalat, Na-tartrat dan dihidrogenfosfat. Diperoleh hasil yang
ditunjukkan pada kurva berikut.

50
Kurva Pengaruh Anion terhadap Absorbansi
0.05

0.04

0.03
Absorbansi 0.02 f(x) = 0.01x
R = 0.59
0.01

0
NaF Na-oksalat Na-tatrat dihidrogenfosfat

Anion

Dari hasil tersebut menunjukkan perubahan absorbansi yang cukup kecil


kecuali pada penambahan dihidrogenfosfat yang mengalami perubahan absorbansi
dari kurva diatas dapat dilihat bahwa nilai absorbansi pada larutan mengalami
kenaikan ataupun penurunan,hal ini disebabkan kurang maksimalnya larutan
tersebut dalam menyerap cahaya dan terjadi endapan sehingga membuat
absorbansinya tidak stabil. Yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa senyawa
kompleks besi (III) ortopenantrolin memiliki kestabilan yang cukup tinggi dan
tidak mudah dipengaruhi oleh peambahan anion.

51
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Prinsip analisa kalorimeter pada penentuan besi ,faktor kuncinya adalah
pembentukan larutan berwarna dari senyawa kompleks yang terbentuk
serta perbandingan warna antara larutan sampel dengan larutan standar.
2. Sistem besi (III) tiosianat memiliki kestabilan yang cukup tinggi dan
tidak mudah dipengaruhi oleh waktu dan stabil pada kondisi asam.
Sedangkan pada sistem besi (III) ortopenantrolin mengalami perubahan
absorbansi yang menunjukkan bahwa kestabilannya dapat terganggu
dan lebih stabil pada kondisi basa. Sementara itu pada pengaruh
kelebihan pereaksi dan anion keduanya mengalami perubahan
absorbansi yang menunjukkan bahwa keduanya tidak stabil.
3. Alat spectronic-20 pada prinsipnya menganalisa senyawa yang sudah
dikomplekskan berdasarkan penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan melakukan praktikum dengan pemahaman
materi yang bagus,lebih teliti dalam melakukan percobaan dan berkoordinasi yang
bagus antar praktikan sehingga praktikum berjalan lancar dan memperoleh hasil
yang lebih akurat lagi.

52
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, Denney, R.C. Jeffery, G .H . dan Mendeham,J.1994.Kimia Analisis


Kuantitatif Anorganik.Kedokteran. jakarta :EGC
Day, R.A. dan Underwood,A.L.1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Khopkhar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UI Press
Situmorang, M. Silitonga.F.M.Nurwahyuni. I. Siregar. L. S, dan Purba, R.
2012.Pengembangan Metode Analisis Spektofotometri untuk Menentukan
KolestrolDidalam Makanan Tradisional. Jurnal saintika vol(12) No(2)
diakses pada 22 februari 2016.
Syarifuddin, D.N. 1994. Ikatan Kimia. Yogyakarta: UGM Press
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro Bagian 1.
Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Yuniati, F. 2009. Penentuan Konsentrasi Fe2+ dan Fe3+ Secara Simultan dengan
Spektrofotometri Tampak Menggunakan Pengompleks Ortho-fenantrolin.
Jurnal Penelitian EBN Vol. 1 No. 2 ISSN 1121-1522. Diakses 21 Februari
2016

53
LAMPIRAN

A.Pertanyaan

1. Berikan uraian dengan singkat mengenai kebaikan dan keburukan tiosianat


dan fenantrolin sebagai pereaksi kalorimeter untuk besi
a. Waktu dan kestabilan
Jawab:
Berdasarkan pengaruh waktu ketsabilan warna senyawa
kompleks besi (III) tiosianat lebih tinggi dibandingkan besi (III)
ortopenantrolin.
b. Banyaknya pereaksi yang diperlukan
Jawab:
Pengaruh kelebihan pereaksi untuk besi (III) tiosianat sangat
berpengaruh signifikan dibandingkan besi (III) ortopenantrolin.
c. Pengaruh pH
Jawab:
Kestabilan warna besi (III) tiosianat dalam suasana asam tidak
mudah dipengaruhi pH dibandingkan dengan besi (III)
ortopenantrolin. Sebaliknya dalam suasana basa besi (III)
ortopenantrolin lebih stabil.
d. Pengaruh anion
Jawab:
Pengaruh anion untuk besi (III) ortopenantrolin tidak mudah
dipengaruhi oleh anion dibandingkan dengan besi (III) tiosianat.
e. Hal-hal lain yang penting
Jawab:
Senyawa kompleks dengan sifat kalorimeter yang baik dengan
kestabilan tinggi, memiliki kurva yasng cenderung linear
(konstan).
2. Apa yang dapat disimpulkan dari bentuk kurva A terhadap ml o-fn dalam
kegiatan B II
Jawab:
Pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi untuk besi (III)
ortopenantrolin menunjukkan perubahan yang tidak terlalu signifikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaruh kelebihan pereaksi terhadap
absorbansi tidak terlalu signifikan.

54
B.Grafik

a. SistemBesi (III) - Tiosianat

55
pengaruh waktu terhadap absorbansi mutlak
0.09
0.08
0.07 f(x) = 0x + 0.08
R = 0
0.06
Absorbansi
0.05
Linear (Absorbansi)
Absorbansi 0.04
Linear (Absorbansi)
0.03
0.02
0.01
0
2 4 6 8 10

waktu (menit)

pengaruh kelebihan pereaksi terhadap absorbansi mutlak


0.07
0.06
0.05
0.04 absorbansi
Absorbansi 0.03 f(x) = 0x + 0.02 Linear (absorbansi)
R = 0.06
0.02
0.01
0
0.30000000000000032 10

NH4SCN (ml)

56
Pengaruh pH Terhadap absorbansi mutlak
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06 f(x) = 0.01x + 0
Series 1
R = 0.35
Absorbansi 0.05 Linear (Series 1)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 1 6 8 10

pH

pengaruh anion terhadap absorbansi


0.04
0.04
0.03
0.03
0.02 f(x) = 0.01x + 0 absorbansi
0.02 R = 0.23
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.01
0.01
0
aF

t
ra
N

rt
Ta
a-
N

Anion

57
Pengaruh pH Terhadap absorbansi mutlak
0.1
0.09
0.08
0.07
0.06 f(x) = 0.01x + 0
Series 1
R = 0.35
Absorbansi 0.05 Linear (Series 1)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 1 6 8 10

pH

pengaruh anion terhadap absorbansi


0.04
0.04
0.03
0.03
0.02 f(x) = 0.01x + 0 absorbansi
0.02 R = 0.23
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.01
0.01
0
aF

t
ra
N

rt
Ta
a-
N

Anion

58
b.sistem besi III ortopenatrolin

Pengaruh Waktu terhadap Absorbansi


0.01
f(x) = 0x
0.01

0.01

0.01
R = 0.04
Absorbansi 0.01

0.01

0.01

0.01
2 4 6 8 10

Waktu (menit)

Pengaruh Kelebihan Pereaksi terhadap Absorbansi


0.03
0.03
0.02
f(x) = 0x
0.02
R = 0.68
0.01
0.01
0
Absorbansi
1

4
2

4
06
0.

0.

00
00
00
00
00
00
60
0.

Volume (mL)

59
Pengaruh pH terhadap Absorbansi
0.03

0.02 f(x) = 0.01x


R = 1
0.02

Absorbansi
0.01

0.01

0
1.1000000000000001 2 9 12

pH

Kurva Pengaruh Anion terhadap Absorbansi


0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
Absorbansi 0.02 f(x) = 0.01x
R = 0.59
0.02
0.01
0.01
0
NaF Na-oksalat Na-tatrat dihidrogenfosfat

Anion

60
Kurva Pengaruh Anion terhadap Absorbansi
0.05
0.05
0.04
0.04 f(x) = 0.01x
0.03 R = 0.85
0.03
Absorbansi
0.02
0.02
0.01
0.01
0
NaF Na-oksalat Na-tatrat dihidrogenfosfat

Anion

61
PERCOBAAN IV
PENENTUAN PERMANGATE DAN KROMAT DALAM
CAMPURAN SECARA SPEKTOFOTOMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. menentukan kandungan ion permanganate dan ion kromat dalam larutan
secara spektofotometri
2. menentukan perbedaan panjang gelombang serapan maksimum

II. Ladasan Teori


Spektofotometri adalah teknik yang digunakan untuk mengukur
jumlah(konsentrasi) suatu zat berdasarkan spektroskopi, spektroskopi merupakan
ilmu yang mempelajari interaksi antara radiasi dan benda sebagai fungsi panjang
gelombang.instrument yang digunakan disebut spektrofotometri. Awalnya
spektroskopi hanya mengacu pada pendispersian cahaya tampak berdasarkan
panjang gelombang(misalnya oleh prisma). Untuk selanjutnya konsep ini
berkembang untuk menunjukkan pada segala bentuk pengukuran kuantitatif
sebagai fungsi dari panjang gelombang dan frekuensi, tidak hanya meliputi cahaya
tampak. Sehingga istilah ini bisa juga mengavu pada interaksi radiasi partikel atau
respon terhadap berbagi reangen frekuensi. Jadi spektroskopi adalah istilah atau
nama yang digunakan untuk ilmu (secara teori) yang mempelajari tentang
hubungan antara radiasi atau energy yang memiliki fungsi panjang gelombang ,
yang biasa disebut frekuensi dengan benda.jadi ada tiga istilah yang berbeda,
spekrtoskopi mengacu pada bidang keilmuan, spektrometri adalah teknik aplikasi
berdasarkan spektroskopi sedangkan spektrofotometri merupakan teknik
pengukuran jumlah zat yang berdasarkan spektroskopi.hanya saja
spektrofotometri lebih spesifik untuk panjang gelombang uv (ultra violet). Alat ini
masuk kedalam jenis fotometer, suatu zat untuk mengkukur intensitas cahaya
(Wahyu, 2008).
Apabila suatu larutan mengandung campuran mengambil dari zat-zat terlarut
yang tidak saling bereaksi satu sama lain serta mempunyai serapan pada daerah
panjang gelombang serapan maksimum yang berbeda maka kandungan masing-

62
masing zat yang terlarut tersebut dapat ditentukan. Percobaan ini akan
menentukan konsentrasi dari ion permangate(KMnO4) dan ion kromat(CrO4-)
yang berbeda dalam suatu larutan . Secara spektrofotometri kedua ion tersebut
mempunyai warna yang berbeda sehingga panjang gelombang serapan
maksimumnya berbeda sehingga panjang gelombang serapan maksimumnya
berbeda cukup besar. Spektrofotometri yang digunakan adalah spektronik 20 yang
merupakan alat spektro single beam sehingga pengukuran sampel dan blanko
dilakukan secara bergantian(Rival, 1994).
Mangan termasuk golongan transisi yang merupakan logam berwarna putih
abu-abu yang penampilannya serupa dengan besi tuang, memiliki titik lebur yang
tinggi kira-kira 1250c. ia bereaksi dengan air hangat membentuk
mangan(ii)hidroksida dan hydrogen. Tingkat oksidasi tertinggi bagi mangan
sesuai dengan jumlah electron 3d dan 4d, tetapi anya terjadi dalam senyawa akso
MnO4 . MnO2 dan MnO3F. senyawa-senyawa ini menunjukkan beberapa kemiripan
dengan senyawa halogen yang sesuai. Mangan relative melimpah, dan terdapat
dengan memangannya, melalui reduksi dengan Al. Mangan cukup elektropositif
dan mudah larut dalam asam bukan pengoksidasi (Anna,dkk. 2003).
Menurut (Khopkar, 2008) Mangan memiliki kekerasan yang sedang akibat
dari cepat tersedianya electron dan orbital untuk membentuk ikatan logam.
Kegunaan mangan yang paling penting adalah dalam produksi baja,dan untuk
campuran besi mangan. Ferro mangan diproduksi karbon,bijih mangan yang
paling utama adalah pirosilit yaitu :
MnO2 + Fe2O3 + ScMn + 2Fe + ScO
Pada produksi baja . Mn berpastisipasi pada pemurnian besi melalui reaksi
dengan belerang dan oksigen dan memindahkannya melalui pembentukan kotak,
fungsi yang lain adalah untuk meningkatkan kekerasan baja
Terdapat dua kemungkinan apabila dua komponen yang berlainan
dicampurka salam suatu larutan . adanya interaksi akan merubah spectrum dimana
absorbansi larutan campuran akan merubah jumlah aljaba dari absorbansi dua
larutan yang terpisah dari masing-masing komponen. Jadi spectrum absorbansinya
merupakan xampuran bersifat aditif, analisa yang benar yan dapat dilakukan
dengan perhitungan menggunakan hukum lambert-bert :
A = a.b.c

63
Bila menggunakan kuvet yang sama makan A= Kc , karena hanya ada dua
komponen maka diperlkan dua persamaan dari dua panjang gelombang yang
berlainan agar C1 dan C2 dapat dihitung , sedangkan A dari hasil pengukuran.
prinsip dasar dari multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi molekuler
yaitu bahwa total adsorbs molekuler yaiu bahwa total absorbansi larutan adalah
jumlah adsopsi dari tiap-tiap komponennya.Hal ini tertentu berlaku jika
komponen-komponen tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapu itu , secara
teori bisa saja terdapat banyak komponen tapi dalam spektrofotometri uv-sinar
tampak memastikan bahwa tidak ada panjang gelombang yang cukup sesuai untuk
penentuan sampel dengan jumlah penentuan komponen yang banyak dengan
pelarut yang sesuai (Day dan Underwood , 1986).
Sebuah spektrofotometri adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan
atau absorbansi suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang. Pengkuran
terhadap sederetam sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula
dilakukan. Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual atau
merekam atau pengelompokkan lain , berkas tunggan dan berkas rangkap dalam
praktek instrumen berkas tunggal biasanya dijalankan dengan tangan(manual) dan
instrumen berkas rangkap umumnya mencirikan perekaman automatik terhadap
spektrometri serapan , namun dimungkinkan untuk merekam suatu spectrum
dengan intrumen berkas tunggal . Konsentrasi akan sedikit berubah dengan
perubahan volume , jika soul tang mengoprasikan dalam keadaan setimbang
dengan spesies lain banyak atau sedikit variaso temperature diperlukan sebaiknya
beberapa zat menunjukkan zat menunjukkan absorbansi yang berbeda jika
diinginkan sampai temperature mungkin yang diabaikan terutama jika adsorpsi
suatu zat yang tidak diketahui(Hardjadi, 1990).

64
III. PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1.Alat spektronik-2
2.Labu takar
3.Pipet tetes
4.Kuvet

3.1.2 Bahan
1. Aquades
2. KMnO4
3. K2CrO4
4. NaOH 0,1N

65
3.2 Skema Kerja

3.2.1 menentukan absortivitas molar KMnO4 dan K2CrO4


1. mencari panjang gelombang serapan maksimum KMnO4

Larutan KMnO4

Dimasukkan kedalam tabung


Dihidupkan alat spektronik panjang gelombang 450nm
Diatur skala %T
Dimasukkan kedalam tabung yang berisi blanko terlebih
dahulu
Dikeluarkan tabung
Dimasukkan tabung yang berisi larutan KMnO4
Dicatat %T dan absorbansi nya
Diulangi panjang gelombang 455, 460 sampai 600nm

Hasil
2. mencari panjang gelombang serapan maksimum K2cr2O7

Larutan K2cr2O7
Diatur panjang gelombang pada 340nm

Dikerjakan seperti langkah nomor 1 sampai panjang


gelombang 400nm

Hasil

3. perhitungan adsortivitas molar c gunakan hokum lamber beer dengan


menggunakan data yang didapat

66
3.2.2 Menentukan konsentrasi konsentrasi

KMnO4 dan K2crO4 dalam campuran


Ditentukan dalam serapan(A) larutan kmno4 padan
panjang gelombang 1 dan 2

Ditentukan serapan (A) larutan k2cr2o7 pada panjang


gelombang 1 dan 2

Ditentukan serapan (A) larutan campuran

Hasil

67
IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1.Hasil
Daftar 1.Berdasarkan data praktikum panjang gelombang maksimum KmnO4

Panjang Absorbansi (A) Transmitan(%T)


gelombang(nm)
455 0,015 96,5
475 0,019 95,7
495 0,019 95,7
515 0,022 95,01
535 0,024 94,90
555 0,022 95,01
575 0,018 96,0
595 0,008 98,5

Daftar 2.Berdasarkan data perhitungan panjang gelombang maksimum KmnO4


Panjang Absorbansi (A) Transmitan (%T) Absortivitas(a)
gelombang (nm)
455 0,015 96,6 1320
475 0,019 96,7 1270
495 0,019 96,7 940
515 0,022 95,06 580
535 0,023 94,6 330
555 0,022 95,06 580
575 0,018 95,94 200
595 0,007 98,17 170

68
Daftar.3.Berdasarkan data praktikum panjang gelombang maksimum K2CrO4
Panjang Absorbansi(A) Transmitan(%T)
gelombang(nm)
370 0,132 72,7
380 0,127 74,5
390 0,094 80,4
400 0,058 87,5
410 0,033 93,1
420 0,020 96,5
430 0,017 96,6

Daftar 4. Berdasarkan data perhitungan panjang gelombang maksimum K2CrO4


Panjang Absorbansi(A) Transmitan(%T) Absortivitas(a)
gelombang(nm)
370 0,138 73,7 1380
380 0,127 74,6 1270
390 0,094 80,5 940
400 0,057 87,4 570
410 0,031 92,6 310
420 0,015 95,4 150
430 0,015 96,1 50

Daftar.5 Berdasarkan data praktikum panjang gelombang maksimum campuran


KmnO4 dan K2CrO4
Panjang A KmnO4 A K2CrO4 A campuran
gelombang(nm)
370 0,01 0,05 0,247
535 1,201 0,247 0,05

Daftar 6. Berdasarkan data perhitungan panjang gelombang maksimum campuran


KmnO4 dan K2CrO4

Panjang A KmnO4 A K2CrO4 A campuran

69
gelombang(nm)
370 0,01 0,05 0,247
535 1,201 0,247 0,05

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini yang bertujuan untuk menentukan absortivitas dari sampel
yang digunakan yaitu KmnO4 dan K2CrO4 serta menentukan konsentrasi dari

70
sampel yang digunakan. Pada perlakuannya praktikan tetap menggunakan
spektrofotometri sebagai metode untuk mengukur absorbansi dari setiap panjang
gelombang yang telah ditentukan,dimana dari setiap panjang gelombang tersebut
dimaksud untuk dapat menentukan panjang gelombang maksimal dari larutan
ataupun sampel yang digunakan yang mana pada nantinya panjang gelombang
maksimal ini digunakan untuk mencari konsentrasi dari sampel yang digunakan.
Pada perlakuan yang pertama dilakukan pencarian untuk panjang gelombang
maksimal dari larutan sampel yang digunakan yaitu KmnO 4 dengan rentang
panjang gelombang yang diukur yaitu 455-595 nm.

Panjang Gelombang () maks KMnO4 10-4


0.03
0.03
f(x) = 0x + 0.02
0.02
R = 0.68
0.02 Absorbansi
Absorbansi
0.01 Linear (Absorbansi)
0.01
0
5

5
45

49

53

53

Panjang Gelombang

Berdasarkan dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa panjang gelombang
maksimalnya terletak pada panjang gelombang 535 nm yang menghailkan nilai
absorbansinya sebesar 0,024 yang mana dapat dilihat bahwa grafik yang didapat
tidak beraturan hal ini menandakan bahwa penyerapan suatu cahaya pada sampel
ataupun larutan yang digunakan tidak ataupun belum menyerap dengan sempurna
sehingga kurva yang didapat mengalami penaikan dan penurunan yang tidak
beraturan sampai didapatnya panjang gelombang yang maksimal dari KmnO 4.
Penetapan suatu panjang gelombang maksimum ini dilakukan untuk
mengetahuinya pada panjang gelombang berapa akan menghasilkan suatu nilai
serapan yang paling maksimum dari sampel ataupun larutan yang digunakan oleh
praktikan sehingga hasil dari pengukuran yang telah dilakukan pun akurat dan
dapat memperkecil kesalahan. Ketika menentukan panjang gelombang sampel

71
yang digunakan haruslah terlebih dahulu diencerkan . Sehingga larutan KmnO4
Didapat panjang gelombang maksimal sebesar 535 nm tetapi sebenarnya panjang
gelombang dari larutan KmnO4. Memiliki panjang gelombang 525,40 nm. Pada
kurva diatas menghasilkan suatu persamaan regresi linear yang nantinya akan
digunakan untuk menentukan konsentrasi KmnO 4. Dalam larutan
sampel,persamaan garis yang di dapat yaitu y=0,001x+0,016 dengan nilai
R2=0,677 dari nilai regresi diatas dapat disimpulkan bahwa percobaan yang
dilakukan dikatakan belum berhasil hal ini dikarenakan bahwa hasil nilai regresi
yang diperoleh belum mendekati nilai 1.

Panjang Gelombang () maks K2CrO4 10-4


0.14
0.12 f(x) = - 0.02x + 0.16
R = 0.95
0.1
0.08 absorbansi
Absorbansi 0.06 Linear (absorbansi)

0.04
0.02
0
370 380 390 400 410 420 430

Panjang Gelombang

Kemudian dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum pada larutan


ataupun sampel K2CrO4 yang telah diencerkan terlebih dahulu. Dimana panjang
gelombang maksimum ini dapat ditentukan dengan cara membuat deret standar
K2CrO4 dalam beberapa konsentrasi. Hasil pada panjang gelombang maksimal
yang akan didapatkan akan digunakan unuk perhitungan selanjutnya yaitu
menentukan konsentrasi dari larutan sampel yang akan digunakan. Dari
pengukuran panjang gelombang akan diperoleh nantinya suatu persamaan regresi
linear yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi dari larutan
sampelnya. Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa panjang gelombang
maksimal diperoleh pada panjang gelombang 370 nm, dengan nilai absorbansinya
sebesar 0,132 serta %T sebesar 72,7%. Dimana panjang gelombang yang didapat

72
digunakan sebagai panjang gelombang maksimum dalam penentuan larutan
standar dari K2CrO4. Dari grafik diatas dapat dilihat hasil persamaan garis yaitu
didapat y=-0,022x+0,157 dengan regresi linear sebesar r2=0,948. Dari nilai regresi
yang diperoleh dapat dikatan bahwa percobaan yang dilakukan dikatakan
berhasil,karena nilai r2 yang didapat hamper mendekati nilai 1.
Setelah panjang gelombang maksimum didapatkan dari larutan sampel yang
digunakan,maka dilakukan pehitungan untuk mendapatkan absortivitas pada
masing-masing panjang gelombang yang digunakan, dimana pada pencarian ini
praktikan menggunakan rumus berdasarkan hukum lambeert-beer yang nantinya
rumus tersebut dapat digunakan untuk mencari absortivitas dari panjang
gelombang yang dilakukan.
A=a.b.c ; sehingga didapat rumus dalam mencari absortivitas seperti: A/b.c
sehingga didapatkan hasil panjang gelombang,absorbansi dan %T pada KmnO 4
yaitu a1=150; a2=190;a3=190 ;a4=220 ; a5=230 ; a6=220 ; a7=180 dan a8=70
Sedangkan untuk absorbansi yang telah didapat begitupun panjang
gelombang serta %T pada larutan sampel K2CrO4 yang telah dilakukan
perhitungan untuk menentukan nilai absortivitas dari data-data yang telah
diketahui mendapatkan hasil a1=1380 ; a2=1270 ; a3=940 ; a4=570 ; a5=310 ;
a6=150 dan a7=150.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

73
5.1 kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan daprt di tarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Absortivitas dari KmnO4 dan K2CrO4 dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus berdasarkan hukum lambeert-beer yaitu A=a.b.c
sehingga didapatkan rumus untuk absortivitas yaitu a=A/b.c
2. Pada sampel KmnO4 didapat hasil r2=0,677 dimana pada percobaan ini
dikatakan belum berhasil karena nilai regresi yang didapat belum
mendekati 1 sedangkan pada sampel K2CrO4 didapat hasil r2=0,948
dimana pada percobaan ii dikatakan berhasil karena nilai regresi yang
didapat yaitu hampir mendekati nilai 1.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum praktikan mengetahui prosedur
pekerjaan yang ingin dilakukan sehingga tidak terjadinya kesalahan dalam
perlakuan percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anna,s.,Rizki,f.,Lastri.2013. kandungan ion permangate secara spektronik. Jurnal


tehnik. Vol.1(2):5. Diakses pada tanggal 7 maret 2016
Day,N dan A.L Underwood.1986. analisis kimia kuantitatif .Jakarta :Erlangga
Hardjadi,w.1990. Ilmu kimia analitik dasar . Jakarta : PT.Gramedia
Khopkar.2008.dasar-dasar kimia analitik.Jakarta:Erlangga

74
Rival,H .1994. kimia analitik. Jakarta: UI Press
Wahyu,R.,Septiana.,Rina,s.2008.pemeriksaan kimia berdasarkan penentuan ion
ion kadar permangate campuran.Jurnal Chemistry. Vol.3(1):1-5. Diakses pada
tanggal 8maret 2016

LAMPIRAN
A.Perhitungan
* Serapan A larutan KmnO4 10-4
535 nm =0,024
A= .b.c
=A
b.c
= 0,024
1.10-4
= 0,024.10-4
= 24.10-6
* Serapan A larutan K2CrO4 10-4
370 nm = 0,132
A= .b.c
=A

75
b.c
= 0,132
1.10-4
= 0,132.10-4
= 132.10-6
* Serapan (A) larutan campuran
* KmnO4 10-4 535 nm = 6,05
=A
b.c
= 6,05
1.10-4
= 6,05.10-4
= 5.10-6

* K2CrO4 10-4 570 nm = 0,01


=A
b.c
= 0,01
1.10-4
= 0,01.10-4
= 1.10-6

76
B.Grafik

Panjang Gelombang () maks KMnO4 10-4


0.03

0.03
f(x) = 0x + 0.02
0.02 R = 0.68
Absorbansi
Absorbansi 0.02
Linear (Absorbansi)
0.01

0.01

0
455475495515532533535555

Panjang Gelombang

77
Panjang Gelombang () maks K2CrO4 10-4
0.14
0.12 f(x) = - 0.02x + 0.16
R = 0.95
0.1
0.08 absorbansi
Absorbansi 0.06 Linear (absorbansi)

0.04
0.02
0
370 380 390 400 410 420 430

Panjang Gelombang

C. Dokumentasi

N Gambar pengamatan Penjelasan


o.

1. Dibuat larutan KMnO4 10-4


(Putihbening) ; K2CrO4 10-4 (Pink
bening) ; dan larutan
Campuran (merah bening).

2. Masing-masing larutan
ditentukan panjang
gelombangnya dan
dimasukkan blanko (Aquades )
terlebih dahulu sebagai
kalibrasi.

78
3. Diamati dan dicatat
absorbansinya.
= 475 nm, A = 0.019 Pada
larutan KMnO4 10-4.

4. Diamati dan dicatat


Transmitannya.
= 475 nm, %T = 95.7% Pada
larutan KMnO4 10-4.

PERCOBAAN V
PENENTUAN KADAR BESI DALAM AIR SUNGAI DENGAN
METODA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

I. Tujuan Percobaan
1.Dapat menentukan kadar besi dalam air sungai dengan metoda
spektrofotometri sinar tampak.
2.Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi besar nya kadar besi

II. Landasan Teori


Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatisoleh suatulajur larutan berwarna pada
panjang gelombangyang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detektor vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan untuk menentukansuatu senyawa baik secara kuantitatif maupun

79
kualitatif dengan mengukur transmitan atau absorban dari suatu cuplikan sebagai
fungsi dari konsentrasi (Harjadi, 1990).
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk,
biasanya dialam didapat sebagai hematit. Besi merupakan elemen kimiawi yang
dapat dipenuhi hampir semua tempat dimuka bumi, pada semua bagian lapisan
geologis dan semua badan air. Pada air permukaan, jarang ditemui kadar Fe lebih
besar dari 1 mg/l, tetapi didalam air, kadar tanah Fe dapat jauh lebih tinggi.
Konsentrasi Fe yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain perkakas
dapur. Selain itu juga menimbulkan pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan
bakteri besi. Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 gram. Adanya
unsur besi didalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur
tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur
besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah
merah. Karena itulah masukkan besi setiap hari sangat diperlukan untuk
mengganti zat besi yang hilang memalui tinja, air kencing dan kulit. Namun
masukkan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu
kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi didalam makanan yang
disantap(Trianjaya, 2009).
Keuntungan utama pemilihan metode spektofotometri ini adalah bahwa
metode ini memberikan metode sangat sederhana untuk menetapkan kontitas zat
yang sangat kecil. Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya penyerapan
energi cahaya oleh sutu sistem kimia itu sebagai suatu fungsi dari panjang
gelombang radiasi, demikian pula pengukuran penyerapan yang menyendiri pada
suatu panjang gelombang tertentu. Analisis spektrofotometri digunakan suatu
sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari
spektrum ini, dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1
nm(Sastrohamidjojo, 1999).
Prinsip umum dari spektrofotometri adalah pemantulan, pembiasan dan
lenturan (difraksi). Ketika cahaya dengan berbagai panjang gelombang tertentu
saja yang akan diserap. Biasanya spektrofotometri digunakan untuk mengukur
konsenttrasi suatu zat yang ada dalam sampel disinari dengan cahaya yang
memilikipanjanggelombangtertentu(Rustian,dkk. 2015).

80
Dalam analisis spektrofotometri digunakan untuk sutu sumber radiasi yang
menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini
memerlukan penggunakan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih mahal.
Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti
tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam
satu kotak sebuah spektrofotometer dan sebuah fotometer. Bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian
dari sinar yang masuk akan dipantulkan, sebagian akan diserap dalam medium itu,
dan sisanya diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan oleh Io, Ia
intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar
dipantulkan, maka Io = Ia + It + Ir. Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat
penggunaan sel kaca, dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4 persen cahaya untuk
masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan suatu kontrol, seperti
biasanya sel pembanding, jadi Io = Ia + Ib. Spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilakan cahaya dengan panjang gelombang
terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti
untuk mengukur intensitas batas monokromatis, penggabungan alat optik ini
merupakan elektronika sifat kimia dan fisiknya (Basett,dkk. 1994).
Spektrofotometer tediri dari penghasil spectra tertentu dan fotometer, yaitu alat
ukur pembanding energi radiasi yang dijatuhkan dan ditransmisikan suatu bahan.
Spektrofotometer sinar tampak dan ultraviolet (uv-vis) dapat digunakan untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif banyak zat organik dan anorganik. Sebelum
analisis dilakukan terlebih dahulu dilakukan pemilihan panjang gelombang
optimum dimana terjadi serapan maksimum. Pada keadaan ini diperoleh kepekaan
dan akurasi optimal. Selain itu beberapa kondisi seperti sifat pelarut, temperatur,
ph, konsentrasi elektrolit dan adanya zat-zat pengganggu perlu diselidiki.
Perhitungan konsentrasi zat didasarkan atas hukum Lambert-Beer. Pada
pelaksaannya terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi (kurva standar) yang
menghubungkan absorbans dengan konsentrasi larutan-larutan standar.
Konsentrasi larutan sampel dapat diketahui dengan memplotkan nilai absorbansi
secara secara kuantitatif radian berdasarkan hukum Beer. Para ahli kimia telah

81
lama menggunakan warm sebagai alat bantu dalam mengenali zat-zat kimia,
spektofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaaan visual yang
dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat
kimia memperkenalkan pengukuran kuantitatif dan kualitatifnya dengan ketelitian
yang lebih tinggi. Sebagian besar metode analisis kimia berdasarkan pada
interaksi elektromagnetik dengan materi. Sifat-sifat ilmiah yang kemudian di
manfaatkan sebagai prinsip dari spektroskopi. Spektrofotometri didefinisikan
suatu metode analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi
radiasi di absorbsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah
panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan
alat pengurai seperti prisma, greating atau celah optis (Tahid, 2002).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Labu takar 500 ml 1 buah
2. Botol semprot 1 buah
3. Pipet 25 ml 2 buah
4. -Spektronik 20 dengan kuvet
5. Labu takar 100 ml 7 buah
6. -Labu takar 1000 ml 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Karet penghisap 1 buah
3.1.2 Bahan
1. Larutan Fe 10 ppm
2. Larutan hydroxylamine hydrocloride 10 %
3. Larutan Orthopenantrolin 0,1 %

82
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Menyiapkan larutan stok
1. Larutan standart Fe 10 ppm

Larutan standart Fe 10
Ditimbang 0,0702gram Fe(NH4)2(SO4)6H2O
ppm dalam labu takar 1000ml
Dilarutkan dalam 50 ml air yang mengandung
1-2 ml H2SO4 pekat

Diencerkan sampai tanda batas

Ditutup dan dihomogenkan

Hasil

2. Larutan hydroxylamine hydrochloride 10%

Larutan hydroxylamine
hydrochloridaH2NOH.HC
Ditimbang 10 gram H2NOH.HCL
L) (hydroxylamine hydrochlorida

83
Dilarutkan dalam labu takar 100 ml dengan
air
Hasil

3. Larutan orthopenantrolin 0,1%

Larutan orthopenantrolin
0,1% ditimbang 0,11 gram orthopenantrolin
monohydrate dengan 25 ml air

dipanaskan sedikit dalam gelas piala 250 ml

dituangkan perlahan-lahan larutan kedalam


labu takar 100 ml

dibersihkan gelas piala dengan air

diencerkan larutan sampai tanda batas

Hasil

4. Larutan natrium asetat 1,2 M

Larutan natrium asetat 1,2


Ditimbang 81,600 gram CH3COONa.3H2O
MM
Dilarutkan dalam labu takar 500 ml dengan
air
Hasil

84
B. Menyiapkan kurva kalibrasi

Larutan standar besi 10 40, 20, 10, 5 dan 0 ml ke lima buah


Ditransfer
labu 100 ml ditambahkan larutan stok
hydroxylamine 10% sebanyak 1 ml, natrium
asetat 1,2 M 10 ml dan orthopenantrolin 0,1% ke
masing-masing labu

Dibiarkan 5 menit sebelum diencerkan dengan


air sampai tanda batas

Disiapkan sepasang kuvet yang sepadan dan


bersihkan dengan air

Dicuci satu kuvet dengan larutan No. 1 tiga kali


sebelum digunakan mengukur larutan yang
bersangkutan

Dicuci kuvet kedua dengan larutan yang tidak


mengandung Fe 3 kali untuk blanko

Dibersihkan dinding luar kuvet dengan kain


pembersih yang dibasahi methanol

Diatur panjang gelombang pada 508 nm

Diukur absorbansi masing-masing larutan


standar

85
Dibuat kurva kalibrasinya

Hasil

C. Mengukur larutan sampel

Larutan sampel
Dilakukan pekerjaan seperti No.1 dan 2 diatas
dengan sampel air yang disediakan dalam labu takar
100 ml

Diukur absorbansi larutan sampel

Dihitung konsentrasi Fe dalam larutan sampel


dalam ppm
Hasil

86
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NO Perlakuan Absorbansi %Transmitan


1. Menyiapkan
kurva kalibrasi ()
= 508 nm
40 ml larutan 0,004 99,1%
0,004 99,1%
standar besi 0,003 99,2%
10 ppm
0,036 92,0%
20 ml larutan 0,037 91,9%
0,037 91,9%
standar besi
10 ppm 0,004 99,1%
0,004 99,1%
10 ml larutan 0,004 99,1%

standar 10 0,002 99,5%


ppm 0,002 99,5%
0,002 99,5%
5 ml larutan
standar 10
ppm
98,4%
98,6%
0,007
Mengukur 98,4%
0,006
larutan 0,007
96,7%
2. sampel 96,7%
0,015
96,8%
40 ml air 0,015
0,014
limnah kolam 99,9%

87
unja 100%
0,001 98,8%
.
20 ml air 0,000
0,001 99,3%
limbah kolam 99,4%
unja 0,003 99,3%
0,002
10 ml air 0,003 98,4%
98,4%
limbah kolam 98,4%
unja 0,007
0,007
0,007
5 ml air
limbah kolam
unja

0 ml air
limbah
kolam
unja

88
4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami menentukan kadar besi dalam sampel air kolam
UNJA dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Digunakannya
spektofotometri cahaya tampak karena logam besi mempunyai panjang
gelombang lebih dari 400 nm, sehingga jika menggunakan UV, logam besi dalam
sampel tidak terdeteksi. Syarat analisis menggunakan spektrofotometri cahaya
tampak adalah sampel yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan
larutan berwarna. Sebelum mengukur kadar besi dalam sampel, perlu dibuat
larutan standar. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya
akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air.
Pada penentuan kadar besi ini kami menggunakan alat spectronik -20 yang
mana spectronic- 20 ini merupakan spektofotometer absorbsi sinar tampak berkas
tunggal ( single beam) yang mempunyai rentang panjang gelombang dari 340-600
nm. Pengukuran dilakukan dengan cara melarutkan larutan blanko terlebih dahulu
untuk mengkalibrasi kemudian dilanjutkan dengan memasukkan larutan sampel
dengan menghadapkan bagian kuvet yang halus ke arah sumber cahaya. Ketika
cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan
sebagian lagi akan diteruskan. Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A)
sedangkan cahaya yang diteruskan diukur sebagai transmitansi (T).
a. Kurva kalibrasi larutan standar
Pada percobaan ini kami menggunakan larutan besi 10 ppm dengan berbagai
konsentrasi yaitu 40,20,10 dan 5 ml. Kemudian ditambahkan dengan larutan stok
hydroxylamine 10% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Reaksi reduksi Fe3+
menjadi Fe2+ adalah
2Fe3+ + 4NH2OH + 2OH 2Fe2+ + N2 +4H2O
Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan dengan besi Fe 3+. Dalam
keadaan dasar larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan larutan
orto- fenantrolin agar membentuk komplek larutan berwarna. Reaksi anatara besi
dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada
ph 6 sampai ph 8. Karena alasan tersebut ph larutan harus dijaga tetap dengan cara
menambahkan garam natrium asetan sebelum penambahan orto-fenantrolin.

89
kurva kalibrasi larutan standar Fe
0.04
0.04
0.03
0.03 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0.02
0.02
f(x) = 0x + 0
0.01 R = 0.09
0.01
0
0 ml 5 ml 10 ml 20 ml 40 ml

Dari kurva tersebut dapat dilihat absorbansi dari berbagai variasi volume
larutan standar besi 10 ppm. Pada 40 ml larutan standar besi 10 ppm diperoleh
absorbansi sebesar 0,003 dengan transmitan sebesar 99,2%. Pada volime 20 ml
diperoleh absorbansi sebesar 0,036 dengan transmitan sebesar 92,0 %, volume 10
ml diperoleh absorbansi 0,004 dengan 99,1 T, pada volume 5 nl diperoleh
absorbansi 0,002 dengan transmitan 99,5 %. Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa larutan 20 ml standar besi 10 ppm mempunyai absorbansi paling tinggi dan
nilai transmitan terendah. Nilai transmitan berbanding terbalik dengan absorbansi.
Jika absorbansi semakin besar maka transmitan akan relatif kecil. Melalui
perhitungan diperoleh kadar besi dalam larutan standar besi pada volume 40 ml
sebesar 0,26 ppm, pada volume 20 ml sebesar 8,94 ppm, pada volume 10 ml
sebesar 0,52 ppm dan pada volume 5 ml o ppm. Dari hasil yang diperoleh Fe
paling banyak berada pada larutan standar Fe volume 20 ml.
b. Konsentrasi Fe dalam larutan sampel
Sampel yang digunakan yaitu air kolam unja dengan variasi volume yaitu
40,20,10,5 dan 0 ml. Sampel air kolam tersebut ditambahkan larutan stok
hydroxylamine 10% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam Fe2+ akan
lebih stabil dibandingkan Fe2+. Kemudian ditambahkan natrium asetat untuk
menjaga ph larutan agar tetap stabil karena reaksi antara besi dengan orto-
fenantrolin merupakamn kesetimbangan dan berlangsung pada ph 6 sampai ph 8.
Selanjutnya ditambahkan larutan orto- fenantrolin 0,1%. Dalam keadaan dasar,

90
larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan larutan orto-fenantrolin
agar membentuk kompleks larutan berwarna.
Dari kurva tersebut dapat dilihat nilai absorbansi dari berbagai volume. Pada
volume air kolam UNJA 40 ml diperoleh absorbansi 0,006 dengan %T 98,6, pada
volume 20 ml diperoleh absorbansi 0,014 dengan %T 96,8%, pada volume 10 ml
diperoleh absorbansi 0,001 dan transmitan sebesar 99,8%, pada volume 5 ml
diperoleh absorbansi 0,002 dan transmitan 99,4% pada volume 0 ml diperoleh
absorbansi 0,007 dengan transmitan 98,4%. Dari kurva tersebut diperoleh nilai
persamaan garis y = 0,001x + 0,0029. Melalui perhitungan diperoleh kadar besi
dalam air air kolam UNJA pada volume 40 ml sebesar 3,1 ppm, volume 20 ml
sebesar 1,1 ppm, volume 10ml sebesar -1,9 ppm, volume 5 ml sebesar 0,9 ppm
dan pada volume 0 ml sebesar 4,1 ppm. Kadar Fe pada volume 20 ml.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat,dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.Hubungan absorbansi dengan kadar besi ialah semakin tinggi absorbansi
maka kadar dalam sampel semakin besar.
2.Besarnya kadar besi dipengaruhi oleh absorbansi.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberi yaitu sebelum melakukan praktikum,
praktikan seharusnya memahami prosedur yang akan dilaksanakan agar praktikum
berjalan dengan lancar dan efektif.

91
DAFTAR PUSTAKA

Basett, J., R. C. Denney., G. H. Jeffry dan J. Mendham. 1994. Kimia Analisis


Kulitatif Anorganik. Jakarta : Kedokteran EGC
Harjadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia
Rustian,R., Bertha dan Rusadi,2015 Analisis Kualitatif Pengawet Natrium berzoat
Pada Susu Kedelai yang di Jual di Daerah Cibuntu Menggunakan
Spektrofotometri UV Sinar Tampak. Jurnal Farmasi. Vol 2 No 4. ISSN 2301-
2493. Diakses Pada Tanggal 14 Februari 2016
Sastrohamidjojo. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Panji Pustaka

92
Tahid. 2002. Spektrofotometri Uv-Vis Prinsip Dasar Peralatan dan Penelitian.
Bandung : Lipi
Trianjaya,Z.2009.Penentuan Kadar Besi Pada Sowt Water SecaraSpektrofotometri
di PT Cocacola Bottling di Indonesia. Jurnal Penelitian. Vol 18 No 1 : 30-37.
ISSN 1412-3991. Diakses Pada Tanggal 10 Maret 2016
Vogel, 1994. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif. Edisi ke-4. Jakarta PT.Kalman
Media Pusaka,

LAMPIRAN

A.Perhitungan

1. Konsentrasi larutan standard besi 10 ppm


a. 40 ml
y = 0,0038x + 0,002
0,003 = 0,0038x + 0,002
0,0038x =0,003 0,002
0,0038x = 0,001
0.001
x = 0,0038

x = 0,26

93
b. 20 ml
y = 0,0038x + 0,002
0,036 = 0,0038x + 0,002
0,0038x = 0,036 0,002
0,0038x = 0,034
0.034
x = 0,0038

x = 8,94
c. 10 ml
y = 0,0038x + 0,002
0,004 = 0,0038x + 0,002
0,0038x = 0,004 0,002
0,0038x = 0,002
0.002
x = 0,0038

x = 0,52
d. 5 ml
y = 0,0038x + 0,002
0,002 = 0,0038x + 0,002
0,0038x = 0,002 0,002
0,0038x = 0
0
x = 0,0038

x =0
2. Konsentrasi larutan sampel air kolam unja
a. 40 ml
y = 0,001x + 0,0029
0,006 = 0,001x + 0,0029
0,001x = 0,006 0,0029
0,001x = 0,0031
0.0031
x = 0,001

x = 3,1
b. 20 ml
y = 0,001x + 0,0029
0,014 = 0,001x + 0,0029
0,001x = 0,014 0,0029
0,001x = 0,111
0.111
x = 0,001

x = 11,1
c. 10 ml
y = 0,001x + 0,0029
0,001 = 0,001x + 0,0029

94
0,001x = 0,001 0,0029
0,001x = - 0,0019
0.0019
x = 0,001

x = - 1,9
d. 5 ml
y = 0,001x + 0,0029
0,002 = 0,001x + 0,0029
0,001x = 0,002 0,0029
0,001x = - 0,0009
0,0009
x = 0,001

x = - 0,9
e. 0 ml
y = 0,001x + 0,0029
0,007 = 0,001x + 0,0029
0,001x = 0,007 0,0029
0,001x = 0,0041
0.0041
x = 0,001

x = 4,1

B.Grafik

95
kurva kalibrasi larutan standar Fe
0.04
0.04
0.03
0.03 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0.02
0.02
f(x) = 0x + 0
0.01 R = 0.09
0.01
0
0 ml 5 ml 10 ml 20 ml 40 ml

kurva kalibrasi sampel air kolam unja


0.02
0.01
0.01
0.01 Absorbansi
Linear (Absorbansi)
0.01
f(x) = 0x + 0
0.01 R = 0.08
0
0
0
0 ml 5 ml 10 ml 20 ml 40 ml

C. Dokumentasi

96
No Gambar pengamatan Penjelasan
.

1. Dibuat larutan stok. Pada labu


takar 1000 ml berisi larutan
standar Fe 10 ppm, pada labu
100 ml berisi larutan
hydroxylamine 10 %, pada
gelas kimia berisi larutan
Orthopenantrolin 0.1 % yang
sebelumnya diencerkan pada
labu 100 ml, pada labu 500 ml
berisi larutan Na-asetat 1,2 M.

2. Kemudian diukur
absorbansinya dengan larutan
Fe 10 ppm masing-masing
sebanyak 40, 20, 10, 5, 0 ml.
dan ditambahkan larutan stok
hydroxylamine 10 % 1 ml +
Orthopenantrolin 0.1 % 10 ml
+ Na-asetat 1,2 M 10 ml

3. Pada 20 ml larutan standar Fe


10 ppm diukur absorbansi
dengan panjang gelombang
508 nm. Didapat A=0.037

97
4. Pada 5 ml air limbah kolam
unja ditambahkan larutan
stok,dan diukur absorbansi
dengan panjang gelombang
508 nm. Didapatkan A=0.003

98
PERCOBAAN VI
PENENTUAN PH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Dapat mengevaluasi absorbansi molar untuk masing-masing bentuk (asam-
basa) pada dua panjang gelombang
2. Dapt menghitung harga PH larutan sampel buffer yang tidak di ketahui PH
nya

II. Landasan Teori


Spektofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu metode analisis lajur suatu
larutan berwarna pada panjang gelombang spesiik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi diraksi dengan detektor fototube. Dalam analis
cara spektofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik
yang digunakan yaitu daerah UV (200-380 nM) daerah visible (380-700 nm)
daerah infra merah (700-3000 nm). Prinsip kerja spektofotometri berdasarkan
hokum lambert-beer bila cahaya monokromatik melalui suatu media maka
sebagian cahaya tersebut diserap dan sebagian lagi di pantulkan dan sebagian lagi
di pancarkan. Transmitan adalah perbandingan intensitas cahaya yang di
transisikan ketika melewati sampel . Persyaratan hokum labert-beer antara lain :
radiasi yang di gunakan harus monokromatis, energi absorbansi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia, sampel reaksi harus homogen tidak berpengaruh
terhadap konsentrasi. pektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet. sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

99
mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan
atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002).
Adsorpsi metilen biru oleh abu sekam padi dalam larutan bergantung dari PH
larutan tersebut, dimana PH akan mempengaruhi muataan permukaan permukaan
adsorben derajat ionisasi dan spesi. Apa saja yang dapat terserap dalam adsorpsi
tersebut. Adsorpsi metilen biru oleh abu sekam padi di uji dengan variasi PH 3, 4,
5 ,6, 7, dan 8 pada larutaan experiment dan waktu kontak optimum kemudian
diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum di buat kurva
hubungan konsentrasi terserap dengan PH. Metilen biru yang terserap mengikat
hingga akhir seri PH 3 namun setelah PH 3 konsentrasi metilen biru teradsorpsi
terus menurun hingga akhir seri yaitu PH 8. Penyerapan tertinggi berlangsung
pada saat PH 3. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara nilai PH dengan senyawa
yang diadsorpsi yaitu metilen birupersentase penurunan kadar amonia, nitrit dan
nitrat limbah cair industri tahu menggunakan arang aktif dari ampas kopi
mencapai optimum pada pH 7. Pada proses penurunan kadar amonia, nitrit dan
nitrat selain terdapat proses adsorpsi, persentase total penurunan kadar amonia,
nitrit dan nitrat dengan menggunakan adsorben arang aktif dari ampas kopi yang
diperoleh juga dibantu oleh proses dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme. pH netral memungkinkan kehidupan biologis limbah berjalan
dengan baik, dibandingkan pada pH asam maupun basa sehingga memungkinkan
proses dekomposisi bahan organik limbah berjalan dengan baik. Hal tersebut
menyebabkan bahan organik yang (Riapanitra., dkk, 2005).
Kondisi PH yang baik adalah kondisi PH dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik adalah kondisi PH dimana
masih memungkinkan kehidupan biologis didalam air berjalan baik nilai PH ini
penting untuk di pertimbangkan karena dapat mempengaruhi proses dan
kecepatan reaksi kimia di dalam air penentuan PH optimum dilakukan pada
berbgai variasi PH limbah cair industry yaitu PH 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 dengan
menggunakn waktu kontak optimum 30 menit dengan menggunakan metode
nessler terdiri dari suatu analisis kimiawi dengan menggunakan alat
spektofotometer reaksi menghasilkan warna kuning kecoklatana yang mengikuti
hukum lambert-beer (Irmanto dan suyanta, 2009).

100
Spektrofotometri UV berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar
UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat
digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia
merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara
hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama
deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti dua, mengacu pada
intinya yang memiliki dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh
mata kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.Oleh karena itu,
sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent
tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi.
Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan
larut sempurna (Dacyiyanus,2004).
PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.pH adalah
ukuran logaritmik dari konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Nilai pH merupakan
negatif logaritma dari konsentrasi ion hidrogen.Skala pH adalah skala logaritmik
yang biasanya berlangsung dari 1 sampai 14. Setiap nilai keseluruhan pH di
bawah 7 (pH air murni) adalah sepuluh kali lebih asam dari nilai yang lebih tinggi
dan masing-masing nilai keseluruhan pH di atas 7 adalah sepuluh kali lebih asam
dibandingkan satu di bawah ini. Misalnya, pH 3 adalah sepuluh kali lebih asam
dari pH 4 dan 100 kali (10 kali 10) lebih asam daripada nilai pH 5. Jadi, asam kuat
mungkin memiliki pH 1-2, sementara basa yang kuat mungkin memiliki pH 13-
14. Sebuah pH dekat 7 dianggap netral.Konsep pH pertama kali diperkenalkan
oleh kimiawan Denmark Sren Peder Lauritz Srensen pada tahun 1909. Tidaklah
diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan
mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp(pangkat), yang
lainnya merujuk kata bahasa JermanPotenz (yang juga berarti pangkat) dan ada
pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah
karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan

101
yang berarti "logaritma negate Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu
25 C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut
bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa
atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran,
pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja
bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam
frekuensi(harjadi,1990).

102
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Alat dan bahan
3.1.1. Alat
1. Labu takar 500ml
2. Labu takar 100ml
3. Alat spectronic-20
4. Pipet tetes
5. Gelas ukur
6. kuvet
3.1.2. Bahan
1. Larutan bromo cresol green 10-4
2. Natrium bromo cresol green
3. Aquadest
4. HCl 0,5M
5. NaOH 0,4M
6. NaOH 6M
7. Sampel buffer

3.2. Skema Kerja


3.2.1. Menyiapkan larutan stok

40 mg Natrium bromocresol
Dilarutkan dalam air
Diencerkan
green dalam labu takar 500ml

Hasil

4ml HClDiencerkan sampai tanda batas labu takar 100ml

Hasil

7 ml NaOH Dilarutkan sampai tanda batas labu takar 100ml


6M
Hasil
103
3.2.2. Menentukan absorbansi spektrum masing-masing

40 mg Natrium Dimasukkan
bromocresol dalam 2 labu takar 100ml
green
25 ml HCl 0,5
Ditambahkan pada labu pertama
M

Ditambahkan pada labu takar ke dua


25 ml HCl 0,5
Diencerkan
M Ditentukan absorbansi asam dan basa konjugasi dari
indicator H ln X=400-600 nm
Ditentukan absortivitas molar untuk H ln dan I

3.2.3. Penentuan sampel buffer yang tidak diketahui PHnya


Hasil

25 ml larutan stok bromocserol


Dimasukkangreen 10-4 +labu
kedalam 50 ml sampel
takar buffer
100 ml
Diencerkan
Diukur absorbansi dimana panjang gelombang pada
harga absortivitas molar dihitung dan harga PH

Hasil

104
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Data pengamatan menentukan absorbansi pada larutan
bromocresol green dengan penambahan HCl (pengukuran I).

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 400 0,125 75,1
2 450 0,191 64,4
3 500 0,087 81,9
4 550 0,009 98,0
5 600 0,005 101,1

4.1.2. Data pengamatan menentukan absorbansi pada larutan


bromocresol green dengan penambahan HCl (pengukuran II).

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 420 0,019 69,8
2 440 0,182 65,7
3 450 0,1991 64,4
4 460 0,179 67,3
5 470 0,156 69,9

4.1.3. Data pengamatan menentukan absorbansi pada larutan


bromocresol green dengan penambahan NaOH (pengukuran I).

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 400 0,054 88,2
2 450 0,009 98,4
3 500 0,024 94,7
4 550 0,009 79,7
5 600 0,237 57,9

105
4.1.4. Data pengamatan menentukan absorbansi pada larutan
bromocresol green dengan penambahan NaOH (pengukuran II).

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 580 0,036 92,0
2 590 0,205 62,4
3 600 0,235 58,2
4 610 0,261 54,8
5 620 0,268 53,9

4.1.5. Data pengamatan menentukan sampel buffer yang tidak di


ketahui PHnya pada penambahan HCl

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 420 0,091 80,8
2 440 0,071 85,0
3 450 0,068 85,5
4 460 0,063 86,5
5 470 0,061 86,8

4.1.6. Data pengamatan menentukan sampel buffer yang tidak di


ketahui PHnya pada penambahan NaOH

No Panjang gelombang (nm) Absorbansi % transmitan


1 580 0,218 60,5
2 590 0,253 55,9
3 600 0,291 51,1
4 610 0,322 47,6
5 620 0,332 46,6
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini praktikan melakukan praktikum mengenai percobaan
penentuan Ph secara spektrofotometri. Adapun larutan yang di gunakan yaitu
larutan bromocresol green dan larutan buffer yang tidak diketahui PH nya,
pengujian ini menggunakan spektrofotometri sinar tampak karena warna larutan
yang di pakai berwarna dan alat yang digunakan pun merupakan spektrofotometri
sinar tampak walaupu alat yang di gunakan sudah terlalu tua.
Pada percobaan ini pada saat dilakukan pengukuran absorbansi pada larutan
bromocresol green. Terlebih dahulu larutan tersebut diencerkan didalam labu takar

106
100ml saat penambahan dengan HCl ataupun NaOH.Pada percobaan ini praktikan
menggunakan larutan HCl dan NaOH sebagai preaksinya. Digunakan larutan
tersebut karena larutan tersebut terionisasi sempurna dalam air.
Pada HCl yng merupakan asam kuat karena terionisasi secara sempurna
dalam air.Mengapa? Karena HCl melepaskan ion-ion H + dan Cl- seperti pada
reaksi berikut:
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
Pada percobaan ini apabila kita memakai asam lemah, maka hanya sedikit
molekul asam lemah yang terionisasi secara sempurna. Sedangkan terionisasi
menjadi H+dan Cl- sehingga dapat dikatakan memilih tetapan ionisasi, sama
seperti HCl, NaOH yang merupakan basa kuat pun juga terionisasi secara
sempurna seperti reaksi berikut ini:
NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq)
Pada percobaan ini digunakan HCl dan NaOH selain penanda (indikator)
untuk mengetahui apakah suatu larutan tersebut benar-benar bersifat asam atau
basa, juga sebagai pencepat reaksi karena larutan tersebut terionisasi secara
sempurna.
Pada saat penguukuran absorbansi suatu larutan bromocresol green yang
ditambahkan HCl dilakukan pengukuran dari panjang gelombang 400-600
nm.Pengukuran tersebut dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum yang dimiliki larutan tersebut. Dalam hal ini pada saat pengukuran
pengukuran panjang gelombang antara 400-600nm didapatkan panjang
gelombang maksimum nya pada 450 nm dengan absorbansi 0,91. Karena telah
didapatkan panjang gelombang maksimumnya, namun praktikan melakukan
pengukuran lagi pada panjang gelombang 420-470 nm dan dari pengukuran
tersebut didapatkan panjang gelombang maksimum nya pada 450 nm dengan
absorbansi 0,1991. Seperti pada grafik di bawah ini:

107
Panjang Gelombang Maks HCl
0.25

0.2
f(x) = 0.04x - 0.02
0.15 R = 0.6 absorbansi
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.1

0.05

0
420 440 450 460 470

Panjang Gelombang (nm)

Pada panjang gelombang tersebut didapat kan absorbansi yang tidak stabil
sehingga kurva yang dihasilkan pun tidak stabil. Hal ini dimungkinkan pada
larutan tersebut terdapat pengotor (zat) sehingga mengganggu pada saat percobaan
absorbansi atau dikarenakan alat yang digunakan sudah sangat tua dan kebersihan
kuvet perlu di jaga.
Adapun dari grafik tersebut yang didapatkan absorbansi 0,1991 dapat
langsung dihitung nilai transmitan dari larutan tersebut.
Perlu diketahui, pada saat mencampurkan bromocresol green dengan HCl
larutan berwarna orange, yang menurut Harvey (2000) bahwa larutan tersebut
merupakan larutan asam.Karena larutan bromocresol green merupakan larutan
indikator dua warna.
Pada percobaan ini, pada saat dilakukan penambahan NaOH larutan berwarna
biru, yang menandakan larutan tersebut bersifat basa.Namun , pada panjang
gelombang nya di dapatkan panjang gelombang maksimum nya yaitu 620 nm
dengan absorbansi 0,268. Seperti grafik berikut ini:

108
Panjang Gelombang Maks NaOH
0.3
f(x) = 0.05x + 0.05
0.25 R = 0.74
0.2
absorbansi
0.15
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.1

0.05

0
580 590 600 610 620

Panjang Gelombang (nm)

Pada pengukuran panjang gelombang ini berfungsi sebagai indikator untuk


penentuan panjang gelombang larutan buffer yang tidak di ketahui PH larutannya.
Pada percobaan ini juga menggunakan indikator bromocresol green yang sudah di
jelaskan sebelumnya indikator tersebut termasuk indikator dua warna dan terbukti
pada saat larutan tersebut direaksikan dengan HCl dan NaOH menghasilkan
warna yang sesuai.Pada literatur menunjukkan apabila bromocresol green
berwarna kuning maka larutan tersebut bersifat asam dan jika larutan tersebut
berwarna biru maka larutan tersebut bersifat basa.Hal ini juga sesuai dengan sifat
larutan tersebut yang merupakan asam kuat dan basa kuat.
Pada percobaan penentuan sampel buffer yang tidak di ketahui
PHnya.Dilakukan pencampuran larutan bromocresol green dan larutan buffer
yang tidak di ketahui PHnya. Dan pada saat pengukuran menggunakan panjang
gelombaang HCl dan NaOH diketahui sebelumnya, menggunakan kertas indikator
terlihat bahwa larutan tersebut memiliki PH asam yaitu 6.
Pada saat pengukuran dengan menggunakan panjang gelombang HCl
didapatkan kurva yang lurus dengan kurva sebagai berikut:

109
Panjang gelombang HCL = Buffer
0.25

0.2
Absorbansi HCl
0.15 Absorbansi Buffer
Absorbansi Linear (Absorbansi
0.1
Buffer)
0.05 f(x) = - 0.01x + 0.09
R = 0.81
0
420 440 450 460 470
Panjang Gelombang (nm)

Praktikan membuat kurvanya dengan memplotkan data sebelum nya juga


pada saat pengukuran bromocresol green dengan HCl untuk membandingkan
apakah kurva tersebut sesuai atau tidak, cocok atau tidak. Dari kurva tersebut
terlihat bahwa kurva tersebut tidak cocok dan setelah di ukur PH menggunakan
persamaan linear tersebut dan absorbansi tertinggi didapatkan PH 0,03. Yang
mana PH tersebut bersifat sangat asam.Namun dilihat dari warna larutan yang
terkandung, larutan tersebut berwarna biru, yang dalam literatur menunjukkan
warna tersebut termasuk warna basa pada bromocresol green. Jadi dapat dikatakan
pada pengukuran PH larutan buffer menggunakan panjang gelombang HCl
menghasilkan hasil yang tidak mungkin karena PH bromocresol green memiliki
PH antara 3,8-5,4. Jadi tidak mungkin kalau PH larutan basa sangat-sangat asam.
Pada saat panjang gelombang maksimum larutan buffer digunakan juga
panjang gelombang NaOH. Sehingga menghasilkan kurva kalibrasi sebagai
berikut:

Panjang gelombang NaOH = Buffer


0.4
0.3 f(x) = 0.03x + 0.19 Absorbansi NaOH

Absorbansi 0.2 R = 0.97 Absorbansi Buffer

0.1 Linear (Absorbansi


Buffer)
0
580 590 600 610 620
Panjang Gelombang (nm)

110
Pada kurva tersebut juga di lakukan perbandingan dengan panjang gelombang
dan absorbansi larutan NaOH dengan bromocresol green. Dan menghasilkan
grafik yang hampir sama / hampir mendekati. Dari grafik pengukuran absorbansi
larutan buffer didapatkan persamaan linear y = 0,0297x + 0,1941 dengan
absorbansi tertinggi 0,332 dengan panjang gelombang 620 nm. Dari persamaan
tersebut didapatkan x = 4,64 yang dapat diamsumsikan sebagai nilai PH larutan
buffer tersebut.
Dari pengukuran menggunakan panjang gelombang HCl dan NaOH yang
paling mendekati adalah pada panjang gelombang NaOH karena dilihat dari
absorbansi nya yang stabil dan tegak lurus juga warna larutan nya sama seperti
pada saat melakukan pencampuran antara NaOH dan bromocresol green yang
menghasilkan warna biru atau warna basa. Namun, untuk PHnya sendiri
menghasilkan PH 4,64 yang juga sesuai dengan range PH bromocresol green yaitu
3,8-5,4. Namun, pada penggunaan kertas indicator menghasilkan PH 6.Hal ini
terjadi perbedaan jauh ini mungkin dikarenakan kesalahan praktikan pada saat
pengukuran absorbansi atau juga dikarenakan terdapat senyawa pengganggu
didalam larutan tersebut sehingga menggunakan pengukuran absorbansinya.
Namun dilihat dari warna larutan nya, larutan tersebut cocok di gunakan panjang
gelombang NaOH.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat di tarik beberapa
kesimpulan yaitu sbb:
1. Dalam absortivitas bromocresol green pada penambahan HCl
menghasilkan warna asam dengan = 3,982/cm M dan

111
konsentrasi 5 x 10-2M. sedangkan pada penambahan NaOH
didapatkan warna basa dengan = 0,04288 x 102/cm M dengan
konsentrasi 6,25 x 10-2 M.
2. Dalam percobaan ini dengan menggunakan panjang gelombang
NaOH didapatkan kurva yang stabil dan hampir sama dengan
NaOH. Adapun pada perhitungan didapatkan PH 4,64.
5.1. Saran
Adapun pada percobaan ini di harapkan memakai sarung tangan dan
masker serta teliti dalam melakukan prosedur kerja agar dapat meminimalisasi
kesalahan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Dachyi yanus, Dr, 2004, analisis struktur senyawa organic secara spektootometri,
padang andalas university press

Harjadi, W, 1990, ilmu kimia analitik dasar, jalarta, PT. gramedia

112
Irmanto dan suryanta,2009, penurunan kadar anorganik, nirit, dan nitrat limbah
cair industry tahu menggunakan arang aktif dari ampas kopi, jurnal molekul.
Vol. 4. No. 2 diakses senin,21 maret 2016

Khopkar, S, 2002, analisis kimia kuantitatif, Jakarta, PT. erlangga

Riapanitra. A., T. setyaningtyas., K. riyani,2005,penentuan waktu kontak dan PH


optimum penyerapan metilen biru menggunakan abu sekam padi, jurnal
penelitian sains. Vol. 2. No.1. diakses senin,21 maret 2006

LAMPIRAN
A.Perhitungan

113
1. Pengenceran
25 ml laruta standar bromocresol green 10 -4 M ke dalam labu takar
100ml, diencerkan.
M1V1 = M2V2
10-4 .25 = M2 . 100
M2= 25 X 10-4
100
= 25 X 10-6M
2. Reaksi kesetimbangan dengan penambahan HCl pada bromocresol green
C12H14Br2O5S + 2 HCl C21H16Br2O5S + 2Cl-
M = 25.10-4mmol 12,5mmol - -
R = -25.10-4mmol -25.10-4mmol 25.10-4mmol 25.10-4mmol S =
- 12,4975mmol 25.10-4mmol 25.10-4mmol

25 ml BCG + 25 ml HCl 0,5 M


Mol BCG = 10-4 x 25 = 25.10-4mmol
Mol HCl = 5.10-1 x 25 = 125.10-1mmol
n x 1000
Molaritas = V (ml)

= 25.10-4 x 1000
5.10-1
= 5.10-2M
= A maks
b.c
= 0,1991
1,5 x 10-2
= 3,982/cm M

3. Reaksi kesetimbangan dengan penambahan NaOH pada bromocresol green

C12H14Br2O5S + NaOH C21H16Br2O5S + 2Cl-

M = 25.10-4mmol 10 mmol - -
R = -25.10-4mmol -25.10-4mmol 25.10-4mmol 25.10-4mmol
S = - 9,9975mmol 25.10-4mmol 25.10-4mmol

25 ml BCG + 25 ml NaOH 0,4 M


Mol BCG = 10-4 x 25 = 25.10-4mmol
Mol NaOH = 4.10-1 x 25 = 10 mmol
n x 1000
Molaritas = V (ml)

114
= 25.10-4 x 1000
4.10-1
= 6,25.10-2 M
= A maks
b.c
= 0,268
1 cm x 6,25.10-2 M
= 0,04288.102/cm M
Keterangan :
Pada penentuan absortivitas penambahan HCl digunakan absorbansi tertinggi
yaitu A = 0,1991 pada panjang gelombang 450nm (pengukuran I).
Pada penentuan absortivitas penambahan NaOH digunakan absorbansi tertinggi
yaitu A = 0,268 pada panjang gelombang 620 nm (pengukuran II)
4. Penentuan PH larutan buffer
Pada panjang gelombang HCl
Didapat persamaan linear y = 0,0068x + 0,0912 dari kurva kalibrasi dan
digunakan absorbansi maksimum yaitu A = 0,091 pada panjang gelombang 420
nm. Sehingga:
Y = -0,0068x + 0,0912
0,091 = -0,0068x + 0,0912
0,091-0,0912 = -0,0068x
-0,0002 = -0,0068x
x = 0,029 0,03
nilai x dalam perhitungan dapat di asumsikan sebagai nilai PH larutan buffer.
Sehingga PH larutan buffer pada penambahan HCl adalah 0,03.
Pada panjang gelombang NaOH
Didapatkan persamaan linear y = 0,0297x + 0,1941 dari kurva kalibrsi dan
digunakan absorbansi maksimal yaitu A = 0,332 dengan panjang gelombang 620
nm. Sehingga:
Y = 0,0297x + 0,1941
0,332 = 0,0297x + 0,1941
0,332-0,1941 = 0,0297x
0,1379 = 0,0297x
x = 4,64
nilai x dalam perhitungan dapat di asumsikan sebagai nilai PH larutan buffer.
Sehingga PH larutan buffer pada penambahan NaOH adalah 0,03.

115
B.Grafik

Panjang Gelombang Maks HCl


0.25

0.2
f(x) = 0.04x - 0.02
0.15 R = 0.6 absorbansi
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.1

0.05

0
420 440 450 460 470

Panjang Gelombang (nm)

116
Panjang Gelombang Maks NaOH
0.3
f(x) = 0.05x + 0.05
0.25 R = 0.74
0.2
absorbansi
0.15
Absorbansi Linear (absorbansi)
0.1

0.05

0
580 590 600 610 620

Panjang Gelombang (nm)

Panjang gelombang HCL = Buffer


0.25

0.2
Absorbansi HCl
0.15
Absorbansi Buffer
Absorbansi Linear (Absorbansi
0.1
Buffer)
f(x) = - 0.01x + 0.09
0.05 R = 0.81

0
420 440 450 460 470

Panjang Gelombang (nm)

117
Panjang gelombang NaOH = Buffer
0.35
f(x) = 0.03x + 0.19
0.3
R = 0.97
0.25 Absorbansi NaOH
0.2 Absorbansi Buffer
Absorbansi 0.15 Linear (Absorbansi
Buffer)
0.1
0.05
0
580 590 600 610 620

Panjang Gelombang (nm)

C. Dokumentasi

N Gambar pengamatan Penjelasan


o.

1. 25 ml lar u t a n St a n d a r
br o m o cr e s ol gr e e n 1 0 -4 M
dit a m b a hk a n 2 5 ml HCl 0. 5 M
d a n di e n c e rk a n 1 0 0 ml.

118
2. 2 5 ml lar u t a n St a n d a r
br o m o cr e s ol gr e e n 1 0 -4M + 2 5
ml N aOH 0. 4 M Die n c e rk a n 1 0 0
ml.

3. 2 5 ml lar u t a n St a n d a r
br o m o cr e s ol gr e e n 1 0 -4M + 5 0
ml Laru t a n s a m p el b u ffer .
Die n c e rk a n 1 0 0 ml

4. Pe n g uk ur a n p a nj a n g
g elo m b a n g m a k s d e n g a n
p e n a m b a h a n HCl 0. 5 M.

Pad a = 450 n m d eng a n


A = 0. 1 9 1

119
5. Pe n g uk ur a n p a nj a n g
g elo m b a n g m a k s d e n g a n
p e n a m b a h a n NaOH 0. 4 M.
Pad a = 550 n m d eng a n
A = 0. 0 0 9

PERCOBAAN VII
PENENTUAN Fe DALAM TABLET VITAMIN C SECARA
SPEKTROFOTOMETRI

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui prinsip analisis dengan spektrofotometri
2. Mengetahui cara penentuan Fe dalam tablet vitamin C
3. Memperoleh kadar Fe dalam vitamin C

II. Landasan Teori

120
Alat spektronik-20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang
gelombang dari 340 nm sampai 600 nm. Alat ini hanya dapat mengukur
absorbansi dengan sampel larutan yang berwarna. Sehingga apabila didapatkan
sampel yang tidak berwarna maka sampel harus dikomplekskan sehingga sampel
itu dapat berwarna, larutan yang berwarna dalam tabung khusus dimasukkan
ketempat cuplikan dan absorbansi atau persen transmitan dapat dibaca pada skala
pembacaan. Sistem optik dari alat ini dapat dikembangkan sebagai berikut :
Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar
polikromatik. Setelah melewati pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang
monokromatik dilewatkan kelarutan dan sinar yang melewati larutan dideteksi
oleh foto detektor. Para kimiawan telah lama menggunakan warna sebagai
bantuan dalam mengenali zat-zat kimia, spektrofotometri dianggap sebagai
perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari energi
absorbsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan
dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang
lebih besar (Rahayu,dkk , 2007).
Dengan menggantikan mata manusia dengan pelacak-pelacak lain dari radiasi
dimunginkan studi absorbsi dari luar daerah terlihat spektrum, dan sering kali
percobaan-percobaan spektrofotometri dapat dilakukan secara aromatik. Dalam
penggunaannya pada masa sekarang, istilah spektrofotometri mengingatkan
pengukuran berapa jauh energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absorbsi terisolasi pada
suatu pangjang gelombang tertentu. Spektronik-20 adalah spektrofotometer
absorbsi sinar tampak berkas tunggal. Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absrobansi dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada surat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/
sampel alat spektronik-20 adalah suatu alat yang mempunyai rentang panjang
gelombang dari 340 nm sampai 600 nm. Spekrofotometri merupakan metode
analisis yang didasarkan pada absorbsi radiasi elektromagnet, cahaya terdiri dari
radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan panjang berlainan
akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan
panjang gelombang ini menyusun cahaya putih (Sasadara,dkk, 2009).

121
Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang esensial untuk
pertumbuhhan dan vitamin tidak disintesa dalam tubuh maka vitamin harus ada
dalam makanan agar dapat di konsumsi dan di cerna oleh tubuh. Vitamin c telah
banyak dikenal berkaitan dengan perlindungan terhadap flu, panas dalam, dan
penyakit lainnya. Buah yang banyak mengandung vitamin c merupakan
antioksigen kuat yang dapat melindungi DNA seluler dari seluler dari kerusakan
akibat adanya suatu oksidasi. Vitamin C atau asam oksalat yang mempunyai berat
molekul sekitar kurang lebih 178 g/mol dengan rumus molekul C6H8O6 yang
berbentuk kristal tidak berwarna, dengan titik cair sekitar 190-192c , bersifat larut
dalam air dan sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai berat
molekul rendah dari asam askorbat itu sendiri. Pada pH yang rendah vitamin c
akan lebih stabil dari pada dengan pH yang tinggi.
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya. Besi yang dapat di konsumsi oleh manusia berada dalam bentuk
ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+ dalam tubuh besi esensial memproduksi hemoglobin
yang berfungsi dalam mengangkut O2. Kadar besi dapat ditentukan dengan metode
spektrofotomettri. Besi yang akan di analisis dinreduksi terlebih dhulu kemudian
di komplekskan dengan senyawa pengompleks sehingga menghasilkan warna
spesifik. Senyawa besi memiliki dua tingkat oksidasi yaitu Fe 2+ (ferro) dan Fe3+
(ferri). Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus
yang diturunkan dari hukum lambert berr (A=a b c) , namun ada cara lain yang
dapat di gunakan untuk menentukan konsentrasi atau spesi yang ada dalam suatu
larutan yakni dengan cara kurva kalibrasi. Cara ini sebenarnya masih tetap
bertumpu pada hukum lambert-beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi.
Menurut Sugiyarto(2003) Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
penentuan konsentrasi zat dengan kurva kalibrasi:
1. Maching kuvet
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi
3. Ambillah salah satu larutan standar yang telah dibuat pada panjang
gelombang maksimum
4. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar,
kemudian alurkan pada grafik absorbansi dengan konsentrasi sehingga
diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibrasi.

122
Dengan menggunakan penentuan kadar konsentrasi, suatu senyawa dilakukan
dengan membandingkan kekuatan serapan cahaya oleh larutan contoh terhadap
larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua cara
standarisasi, pada cara yang pertama dibuat dahulu sederetan larutan standar,
diukur serapannya, kemudian ditentukan konsentrasinya dengan menggunakan
sejumlah larutan contoh yang sama kedalam larutan standar.Zat yang dapat
dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak adalah zat dalam bentuk
larutan dan zat tersebut harus berwarna sehingga analisis yang didasarkan pada
pembentukan larutan berwarna juga disebut metode kolorimetri. Jika tidak
berwarna maka larutan tersebut harus dijadikan berwarna dengan cara diberi
reagen tertentu yang spesisfik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan
spesi yang akan dianalisis. Reagenn ini disebut reagen pembentuk warna
(cromogenik reagent).
Menurut Hendrayana (1994) berikut adalah sisfat-sifat yang harus dimiliki
reagent pembentuk warna:
1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya dalam
waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbuknya semaca m
cendawan bila disimpan.
2. Pembentuk warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisis harus berlangsung secara
stoikiometri.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana
dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik untuk komponen yang
dianalisis, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan
ukuan bagi komponen tersebut.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode analisis instrumental yang
menggunakan dasar interaksi energy dan materi. Spektrofotometri dapat dipakai
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan melalui intensitas serapan pada
panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang dipakai adalah panjang
gelombang maksimum yang memberikan absorbansi maksimum. Salah satu
prinsip kerja spektrofotometri didasarkan pada fenomena penyerapan sinar oleh
spese kimia tertentu di daerah ultraviolet dan sinar tampak. Pada spektrofotometri,
yang penting untuk diperhatikan ialah perbedaan antara spektrofotometri sinar

123
tunggal dan spektrofotometri sinar ganda. Spektrofotometri sinar tunggal biasanya
dipakai untuk kawasan spectrum ultra ungu dan cahaya yang terlihat.
Spektrofotometer sinar tampak dapat digunakan baik dalam kawasan ultra ungu
dan cahaya yang terlihat maupun dalam kawasan inframerah (Gandjar, 2007).

III. Prosedur Percobaan


3.1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Beaker glass 100 ml
2. Labu takar 100 ml
3. Labu takar 500 ml
4. Kertas saring
5. Kertas pH universal
6. Spectronic-20
3.1.2 Bahan
1. HCL
2. Larutan hydroquinone 10 g/L
3. Larutan o-penantrolin 2.5 g/L
4. Larutan trisodium citrak 25 mg/L
5. Larutan Fe 0,04 mg/ml
6. Vitamin C

124
3.2 Skema Kerja
3.2.1 menyiapkan larutan stok

Larutan hydroquinone 10 g/L


- Ditimbang 5 gram
- Dilarutkan dan diencerkan dengan air destilasi sampai
tanda batas labu 500 ml

Hasil
Larutan trisodium citrate 25 g/L
- Ditimbang sebanyak 12,5 gram trisodium citrate
- Dilarutkan
- Diencerkan dengan air destilasi sampai tanda batas labu
500 ml

Hasil
Larutan O-penantrolin 2,5 g/L
Ditimbang sebanyak 12,5 g o-penantrolin

Dilarutkan dengan 50 ml metanol dan 450 ml air destilasi


dalam labu 500 ml

Disimpan dalam labu berwarna gelap


Hasil

Larutan Fe 0,04 mg/ml

Ditimbang dan dilarutkan 0,141 g Fe(NH4)2(SO4)2 6H2O


dalam air destilasi

Diencerkan dalam labu 500 ml yang mengandung 0,05 ml


H2SO4 98%
Hasil

125
3.2.2 Menyiapkan larutan tablet vitamin C

Tablet Vitamin C
Ditempatkan dalam beaker glass 100 ml

Dididihkan berlahan dengan 25 ml HCL 6 M 15menit

Disaring larutan sampel ke labu 100 ml dan didinginkan

Diencerkan sampai tanda batas

Diambil 5 ml larutan vitamin C ke labu 100 ml dan


diencerkan dalam labu destilasi

Hasil

3.2.3 Menentukan jumlah Na-sitrat yang diperlukan untuk larutan stok Fe

Larutan stok Fe 0,04 mg/ml

Diambil sebanyak 10 ml ke beaker glass 100 ml

Diukur pH

Diteteskan sodium citrate sampai pH sekitar 3,5

Dihitung jumlah tetesan

Hasil

3.2.4 Menyaiapkan larutan standar Fe

Larutan stok Fe 0,04 mg/ml

Diambil sebanyak 10 ,5, 2 ,1 dan 0 ml ke labu 100 ml

Ditambahkan sodium sistrat ke masing - masing labu

Hasil

126
3.2.5 Menentukan jumlah Na-sistrat yang diperlukan untuk larutan tablet
vitamin C

Larutan tablet vitamin C


Diambil 10 ml ke beaker glass 100 ml

Diukur pH

Diteteskan sodium sitrat ke beaker perlahan sampai pH


3,5 dan catat jumlah tetes
Hasil

3.2.6 Menyiapkan larutan tablet vitamin C

Larutan vitamin C

Di ambil 10 ml ke labu 100 ml

Di tambah sodium citrate

Ditambah 2 ml hidroquinone 10 g/l dan larutan o-


penantrolin 2,5 g/l sebanyak 3 ml

Di encerkan sampai tanda batas dan homogenkan

Hasil

3.2.7 Pengukuran absorbansi larutan standar dan sampel

Larutan standar dan sampel

Dibiarkan larutan 10 menit

Di ukur absorbansi pada panjang gelombang 508 nm

Di kurangi absorbansi laritan dengan absorbansi blanko

127
Hasil
IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil penerapan kadar besi (II) dalam sampel tablet

No Berat Absorba Pengencera Konsentarasi Kadar


(mg) nsi n besi nitrat mg/tablet
(ppm)
1 500 0,340 250 X 2,030 14,060
2 500 0,356 250 X 2,140 15,100
3 500 0,381 250 X 2,300 16,140
4 500 0,349 250 X 2,090 14,620
5 500 0,381 250 X 2,300 16,140
6 500 0,347 250 X 2,090 14,620
Rata rata 15,110

Tabel 2. Data recovery penetapan kadar besi (II) dengan metode


spektrofotomertri UV-Vis.

No Berat (mg) Pengencera Absorbans Recover


n i y
1. a. 500 mg 250 x 0,325 100,0%
b. Berat sampel 250 x 0,331 100,0%
500,0 mg + std
besi 10,0 ppm,
1,0 ml
2. a. 500 mg 250 x 0,322 100,0%
b. Berat sampel 250 x 0,328 100,0%
500,0 mg + std
besi 10,0 ppm,
1,0 ml
3. a. 500 mg 250 x 0,320 100,0%
b. Berat sampel 250 x 0,326 100,0%
500,0 mg + std
besi 10,0 ppm,
1,0 ml

Rata rata 100,0%

4.2 Pembahasan

128
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar besi dalam tablet vitamin C.
Tetapi karena percobaan ini tidak dilakukan, maka untuk pembahasan di bahas
dari menurut literatur dari jurnal yang berjudul validasi penetapan kadar besi
dalam sediaan tablet multivitamin dengan metode spektrofotometri uv-vis.
Pertama di buat sediaan pereaksi-pereaksi yang harus disiapkan antara lain
dapar ammonium asetat pH 3,3, asam klorida. Hidroksilamin HCL, 1,10-
fenantrolin. Kedua dilakukan penyiapan larutan uji, ditimbang 10 tablet dan dicari
bobot rata ratanya, kemudian sampel tablet digerus halus hingga homogen. Lalu
ditimbang sebanyak 500 mg lalu ditambah HCL sebanyak 25 ml. Larutan tersebut
kemudian di panaskan selama 15 menit, lalu disaring. Selain itu juga harus
disiapkan larutan standar besi Fe (NO3)2 dalam bentuk larutan dengan konsentrasi
1000 ppm. Kemudian diencerkan dengan mengambil 10 ml dengan aquades
sebagai pengencernya sebanyak 100 ml, kemudian larutan tersebut diambil
sebanyak 1,5:20 ; 2,5:3,0 dan 3,5 ml dimasukkan dalam labu takar ukuran 100 ml,
diencerkan sampai tanda batas diperoleh konsentrasinya yaitu 1,5; 2,0 ; 2,5 ; 3,0
dan 3,5 ppm. Larutan standar ini digunakan untuk menentukan panjang
gelombang maksimum dan pembuatan kurva kalibrasinya.

Selanjutnya dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum. Dari


literatur standar/stok yang telah dibuat tadi, diambil larutan stok pada konsentrasi
3 ppm sebanyak 50,0 ml, kemudian ditambah 2,0 ml HCL pekat dan 1 ml
hidroksilamin HCL, dipanaskan selama 5 menit, kemudian ditambahkan 10 ml
larutan dapar ammonium asetat dan 2ml 1,10 fenantrolin, kemudian larutan
standar yang telah dikomplekskan sehingga menjadi berwarna karena pada

129
spektrofotometri visibel dan diperoleh panjang gelombang maksimumnya pada
panjang gelombang 511 nm.
Setelah ditentukan panjang gelombang maksimum, lalu ditentukan kadar
sampel uji dalam tablet multivitamin. Larutan uji yang telah disiapkan diambil
sebanyak 50,0 ml kemudian ditambah 2 ml HCl pekat 1 ml hidroksilamin, lalu
dipanaskan 5 menit, kemudian ditambah larutan dapar ammonium asetat sebanyak
10 ml dan 2 ml larutan 1,10 fenantrolin sebagai reagen pengompleks untuk larutan
uji sehingga larutan uji menjadi berwarna tetapi tetap jernih. Larutan tersebut
diukur menggunakan spektrofotometer. Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum 50nm. Pengukuran dilakukan sebanyak 6 kali dengan
pembacaan absorbansi dilakukan secara duplo atau 2 kali pembacaan . Diperoleh
nilai absorbansinya berturut-turut yaitu 0,340 ; 0,356 ; 0,381 ; 0,349 ; 0,381 dan
0,347 .
Dan harus ditentukan waktu optimum larutan pereaksi dengan Fe(III). Hasil
penelitian menunjukan waktu reaksi optimum pada metode ini adalah 15 menit .
Selanjutnya dilakukan penentuan recovery . dengan ditimbang sampel bobot 500
mg secara duplo kemudian salah satu ditambah standar Fe(NO 3)2 yaitu 10 ppm
sebanyak 1 ml . Keduanya lalu ditambahkan dengan asam klorida sebanyak 25 ml
dan dilakukan pemanasan selama 15 menit dan kemudian disaring . Kemudian
larutan uji sebanyak 50 ml ditambah 2 ml HCl pekat dan 1 ml hidroksilamin HCl .
Lalu dipanaskan 5 menit kemudian ditambah 10 ml larutan dapar amonium asetat
dan 2 ml 1,10 fenantrolin sebagai reagen pengompleks . Larutan tersebut
kemudian didiamkan 15 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditetapkan yaitu pada panjang gelombang 511 nm . Maka
diperoleh nilai absorbansi kedua larutan diatas yang dilakukan sebanyak 3 kali
yaitu 0,325 dan 0,331 ; 0,322 dan 0,328 ; dan 0,328 dan 0,326 .
Pada perlakuan yang terakhir dilakukan pembuatan kurva baku dan hasil yang
diperoleh yaitu persamaan liniernya y = 0,1526x + 0,0301 dangan koefisien
korelasinya yang diperoleh adalah R2 = 0,9963 dan X = 8,68 . Diperoleh nilai R
tabel adalah 0,876 dengan df = 3 . Hasil tersebut menunjukan taraf dari
kepercayaan sebesar 95% . Pembuatan kurva kalibrasi tersebut dilakukan dengan
mensubtitusikan nilai dari konsentrasi larutan standar besi nitrat Fe(NO 3)2 dengan
beberapa konsentrasi lalu akan di plotkan pada nilai absorbansi yang telah

130
dilakukan pengukuran sebanyak 6 kali . Pada pengukuran pertama diperoleh
absorbansinya 0,340 ; konsentrasinya 2,030 ppm dan adar yang telah didapat
sebesar 14,060 mg/tablet . Pengukuran kedua absorbansinya sebesar 0,356 dan
konsentrasi yang didapat 2,140 ppm serta kadar yang di dapat 15,100 mg/tablet .
Pengukuran ketiga nilai absorbansinya 0,381 dan konsentrasinya 2,300 ppm serta
kadar yang diperoleh 16,140 mg/tablet . Pengukuran keempat nilai absorbansinya
0,349 dan konsentrasi yang didapatkan yaitu 2,090 ppm serta kadar yang didapat
yaitu 14,620 mg/tablet . untuk percobaan kelima dan keenam diperoleh kadarnya
berturut-turut yaitu 16,140 mg/tablet dan 14,620 mg/tablet serta diperolehlah
kadar rata-ratanya yaitu sebesar 15,110 mg/ tablet .

V. Kesimpulan Dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Metode spektrofotometri visibel dapat digunakan untuk menentukan
kadar Fe(II) dalam tablet multivitamin dengan kadar rata-rata yang di
peroleh adalah 15,110 mg/tablet.
2. Persamaan regresi liniernya adalah Y= 0,1526x + 0,0301 dengan nilai
R= 0,9963 LOD= 0,4069 ppm, presii mempunya nilai cv 1,70%
sedangkn recovery 100%.
5.2 Saran

131
Diharapkan kelengkapan alat dan bahan untuk praktikum. Praktikum
bertujuan sebagai media pembelajaran untuk mengasah ketrampilan sehingga
sebaiknya setiap praktikum harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Gandjar,I.G., 2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendrayana,S., 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Rahayu,W.S., Djalil, A.D., dan Fauziah., 2007. Validasi Penetapan Kadar Besi
Dalam Sedian Tablet Multivitamin Dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis.
PHARMACY. Vol.05 ,No.01. ISSN 1693-3591.Diakses pada tanggal 27 Maret
2016.
Sasadara,S.C., Mahawati.E., dan Hartini,E. 2009. Efektifitas Alat Pemurni Air
Dalam Menurunkan Kadar Besi(Fe) Berdasarkan Variasi Waktu Tinggal Pada
Air Sumur Gali.Jurnal kimia Dan Teknologi.Vol. 02, No. 02. ISSN
0216-1638. Diakses Pada Tanggal 27 Maret 2016.
Surgiyarto,K.H.,2003. Kimia Anorganik II.Yogyakarta: UGM.

132
LAMPIRAN
A.Perhitungan
1. Pengenceran
Konsentrasi 1,5 ppm
Dik : V2 = 100 ml
M1 = 100 ppm
M2 = 1,5 ppm
Dit V1 = . . . ?
Jawab :
M1.V1 = M2.V2
100.V1 = 1,5 . 100
V1 = 1,5 . 100
100
= 1,5 ml
Konsentrasi 2,0 ppm
M1.V1 = M2.V2
100.V1 = 2 . 100
V1 = 2 . 100
100
= 2 ml
Konsentrasi 2,5 ppm
M1.V1 = M2.V2
100.V1 = 2,5 . 100
V1 = 2,5 . 100
100
= 2,5 ml
Konsentrasi 3 ppm
M1.V1 = M2.V2
100.V1 = 3 . 100
V1 = 3 . 100
100
= 3 ml
Konsentrasi 3,5 ppm
M1.V1 = M2.V2
100.V1 = 3,5 . 100
V1 = 3,5 . 100
100
= 3,5 ml
2. Konsentrasi besi nitrat

133
Diketahui persamaan linier Y=0,1526x + 0,0301
Pengukuran 1 (A = 0,340)
Y = 0,1526x + 0,0301
0,340 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x + 0,0301 = 0,340
0,1526x = 0,340 0,0301
0,1526x = 0,3099
X = 0,3099
0,1526
= 2,030 ppm
Pengukuran II ( A= 0,356 )
Y = 0,1526x + 0,0301
0,356 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x = 0,356 - 0,0301
X = 0,356 - 0,0301
0,1526
= 2,1356 ppm
Pengukuran III ( A = 0,381 )
Y = 0,1526x + 0,0301
0,381 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x = 0,381 - 0,0301
X = 0,381 - 0,0301
0,1526
=2,299 ppm
Pengukuran IV ( A = 0,349 )
Y = 0,1526x + 0,0301
0,349 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x= 0,349 - 0,0301
X = 0,349 - 0,0301

0,1526

= 2,089 ppm

Pengukuran V ( A = 0,381 )
Y = 0,1526x + 0,0301
0,381 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x = 0,381 - 0,0301
X = 0,381 - 0,0301
0,1526
= 2,299 ppm
Pengukuran VI ( A = 0,347 )
Y = 0,1526x + 0,0301
0,347 = 0,1526x + 0,0301
0,1526x = 0,347 - 0,0301
X = 0,347 - 0,0301 / 0,1526 = 2,086 ppm

134
B.Grafik

135

Anda mungkin juga menyukai