oleh :
1
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM ANALISIS MUTU SAWIT
Angka Penyabunan
Angka Asam dan Ester
Angka Peroksida
Angka Iod
Angka Reichet
Angka Polenske
Kadar Air
Bobot Jenis
oleh :
TIM ANALISIS MUTU SAWIT
2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan buku Penuntun Praktikum
Analisis Mutu Sawit.
3
TATA TERTIB
PRAKTIKUM ANALISIS MUTU SAWIT
1. Setiap peserta harus hadir sesuai jadwal yang telah ditentukan. Apabila peserta
terlambat lebih dari 10 (sepulu) menit dari waktu yang telah ditentukan, maka
peserta tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu dan harus
mengikuti praktikum pada hari lain (inhal).
2. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas laboratorium
berwarna putih lengan panjang, dikancing rapi, dan mengenakan sepatu
tertutup (bukan sandal atau sepatu cantik).
3. Setiap peserta harus memahami materi praktikum, langkah kerja yang akan
dilaksanakan dan sifat bahan yang akan dipergunakan, sebelum praktikum.
4. Setiap peserta harus lulus pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Sebelum melakukan suatu mata acara praktikum, praktikan harus
mengumpulkan jurnal (laporan pendahuluan) yang berisi: judul,
maksud/tujuan praktikum, landasan teori (sumber dari 3 referensi dan 2
jurnal), alat dan bahan praktikum, prosedur kerja lengkap dengan diagram alir
kepada asisten praktikum atau dosen matakuliah.
6. Setelah menyelesaikan suatu mata acara praktikum, peserta wajib membuat
laporan praktikum berupa:
a. Laporan hasil sementara, dibuat di laboratorium, sesaat setelah suatu mata
acara praktikum selesai dan disahkan oleh asisten praktikum dan dosen
matakuliah.
b. Laporan resmi, dibuat di luar laboratorium dan harus diserahkan kepada
asisten praktikum sebelum mengikuti mata acara praktikum berikutnya
untuk dikoreksi awal dan diserahkan kepada dosen matakuliah setelah
perbaikan.
7. Penilaian praktikum bersifat formatif dilakukan terus menerus selama proses
praktikum, termasuk responsi. Penilaian meliputi penguasaan materi (modul),
keterampilan bekerja di laboratorium, pengolahan data, penyajian laporan dan
pengolahan, dan presentasi hasil praktikum atau ujian praktikum.
4
8. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam
keadaan bersih dan kering serta mengembalikan ke tempat semula.
9. Setiap peserta harus mengembalikan peralatan dan botol bahan kimia (dalam
kondisi tertutup rapat dengan tutup semula) ke tempat semula.
10. Setiap peserta harus membawa pipet tetes masing-masing 2 buah, masker dan
sarung tangan.
11. Setiap kelompok harus membawa serbet (lap), tissue, sabun cair, spon dan
menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang dan teratur.
12. Selama mengikuti acara praktikum peserta harus bersikap sopan dalam
berpakaian, berbicara, dan sebagainya. Apabila peserta praktikum tidak sopan,
membuat kegaduhan, dan melakukan tindakan lain yang dapat mengganggu
jalannya praktikum dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak
diperkenankan melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikumnya
dinyatakan batal.
13. Bagi peserta yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
harus inhal (menunda praktikum) dengan memenuhi persyaratan yang ada.
Permintaan praktikum inhal seizin dosen matakuliah.
14. Inhal tidak dapat lebih dari 3 kali. Apabila lebih dari 3 kali, maka kegiatan
praktikum ditunda tahun berikutnya.
15. Selama praktikum peserta disarankan mengikuti dan mentaati petunjuk
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di laboratorium yang diberikan oleh
asisten praktikum atau dosen matakuliah.
16. Hal-hal yang belum tercantum dan diperlukan akan diatur kemudian.
5
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU
SAWIT
1. Setiap percobaan yang dilakukan harus dibuat laporannya pada kertas A4.
Laporan ditulis tangan. Pembuatan grafik diolah pada kertas milimeter blok
atau dicetak menggunakan komputer.
6
DAFTAR ISI
PRAKATA..............................................................................................................iii
TATA TERTIB........................................................................................................iv
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU SAWIT.......................vi
PERCOBAAN I.......................................................................................................1
PERCOBAAN II......................................................................................................6
PERCOBAAN III..................................................................................................10
PERCOBAAN IV..................................................................................................15
PERCOBAAN V....................................................................................................21
PERCOBAAN VI..................................................................................................26
PERCOBAAN VII.................................................................................................30
PERCOBAAN VIII................................................................................................34
7
PERCOBAAN I
I. TUJUAN
BP (Bilangan Penyabunan)
1
Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gr lemak. Untuk menetralkan 1 molekul Gliserida di perlukan 3
molekul alkali.
R1COOCH2 R1COOK HOCH2
R2 COOCH + 3 KOH R2COOK + HOCH
R3COOCH2 R3COOK HOCH2
Pada Trigliserida dengan asam lemak yang rantai C nya pendek, akan
didapat bilangan Penyabunan yang lebih tinggi dari pada asam lemak dengan
rantai C panjang.
2
Oleh karena asam alkanoat merupakan bahan pembuat lemak,maka asam
alkanoat juga disebut asam-asam lemak. (Irfan Ansori, Penuntun belajar kimia,
hal: 118)
3
Lemak yang mengandung komponen yang tidak tersabunkan seperti sterol
mempunyai bilangan penyabunan rendah. Namun untuk minyak yang
mengandung asam lemak tidak jenuh tinggi mempunyai bilangan penyabunan
tinggi. Tingginya bilangan penyabunan ini di sebabkan ikatan tidak jenuh dapat
teroksidasi menghasilkan pembantukan gugus karbonil yang pada akhirnya dapat
juga bereaksi dengan alkali.
Jika ester yang kita reaksikan dengan basa adalah gliserida (Biasanya
gliseril tripalmitat dan gliseril triasetat),maka garam karboksilat yang terbentuk
disebut sabun. Reaksi ini dikenal denagn nama saponifikasi (penyabunan).
4
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh
karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.
Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadidua arti. Pertama, banar-benar
murni dan tidak bercampur dengan minyaknabati lain. Mutu minyak sawit
tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan
mengukur nilai mutu leburangka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua,
pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur
berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB
(Angka Lemak Bebas), air,kotoran,logam besi,logam tembaga,peroksida dan
ukuran pemucatan.
(Ir. Yan Fauzi, dkk. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasildan Limbah
Analisis Usaha dan Pemanasan. Hal : 127-128).
Alat :
5
1. Erlenmeyer
2. Pemanas
3. Alumunium Foil
4. Buret
Bahan :
1. Minyak
2. KOH 0,1 N
3. HCL 0,5 N
4. Indikator fenolftalein
5. Aquades
6. Alkohol 96%
A. Sampel
6
5 gram CPO
Akhir proses
(catat V HCl 0,5 N yang terpakai)
B. Blanko
7
5 ml Aquadest
Akhir proses
(catat V HCl 0,5 N yang terpakai)
8
PERCOBAAN II
I. TUJUAN
II.LANDASAN TEORI
Lemak adalah Gliserida yang terbentuk dari Gliserol yang terbentuk dari
Gliserol dan asam-asam yang jenuh.
9
H
H - C OOC15H31
H - C OOC15H31
H - C OOC15H31
H
Glyceride tripalmitate
H
H - C OOC17H35
H - C OOC17H35
H - C OOC17H35
H
Glyceride tristearat
10
Kondensasi Asam lemak dengan Gliserol
Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang
berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik,
Adanya asam lemak bebas ini memyebabkan aroma dalam minyak yang tidak
diinginkan dan bila terdapat dalam jumlah besar dapat meracuni tubuh. Makin
tinggi angka asam makin rendah kualitas.
Hidrolisis
Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam
lemak. Reaksi ini diperceapat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Dalam teknologi
makanan, hidrolisis oleh enzim lipase sangat penting karena enzim tersebut
terdapat pada semua jaringan yang yang mengandung minyak. Dengan adanya
lipase, lemak akan diuraikan sehingga kadar asam lemak bebas < 10%. Hidrolisis
sangat mudah terjadi pada asam lemak rendah (<C14) seperti mentega, minyak
sawit, dan minyak kelapa. Hidrolisis sangat menurunkan mutu minyak goreng.
11
Minyak goreng yang telah terhidrolis bahan-bahannya menjadi coklat dan lebih
banyak menyerap minyak. (F.G Winarno . Kimia pangan dan Gizi. Hal: 106)
Lipid sederhana ialah aster asam lemak dan gliserol yang disebut
trigliserida atau dengan alcohol.yang disebut lilin. Asam lemak adalah asam
karboksilat berantai lurus yang mempunyai atom karbon 12-20 buah.
Malam adalah ester asam lemak dan alcohol yang mempunyai berat
molekl (BM) tinggi. Asam lemaknya adalah palmitat, stearat dan oleat. Malam
hanya terdapat dalam lemak kasar. Fosfolipida merupakan estet asam lemak dan
gliserol yang mengandung ion fosfat. Minyak dari golongan biji-bijian banyak
menagndung fosfolipida, misalnya sefalin yang banyak terdapat bpada minyak
kacang kedelai. (F.G Winarno . Kimia pangan dan Gizi. Hal: 87)
Alat :
12
1. Erlenmeyer
2. Buret
4. Penangas air
Bahan :
1. Minyak
2. Alkohol 95%
3. KOH 0,1 N
4. Indikator fenolftalein
5. Aquades
13
IV. Prosedur Kerja
C. Sampel
Minyak 10-20 gr
+ 50 ml alcohol 95%
Indikator PP
Akhir proses
(catat V KOH 0,1 N yang terpakai)
14
15
PERCOBAAN III
I. TUJUAN
Angka Oksidasi
16
gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu sawit menurun. Konsumen
atau pabrik yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku dapat melihat
dan menilai mutu sawit dengan melihat angka oksidasi. Angka ini dapat
diperkirakan sampai sejauhmana proses oksidasi berlansung sehingga dapat
dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi yang memiliki
daya tahan dan daya simpan yang lama. Angka oksidasi dihitung berdasarkan
angka peroksida. Sebagai standar umum dipakai angka 10 meq (milligram
equivalent), tetapi ada yang memakai standar lebih ketat lagi yaitu 6 meq. Di atas
angka tersebut mutu barang jadi yang dihasilkan dapat dipastikan kurang baik. (Ir.
Yan Fauzi. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha
dan Pemanasan. Hal : 152).
Kerusakan minyak atau lemak yang utama adalah peristiwa oksidasi dan
hidrolisis, baik enzimatis maupun non enzimatik.
Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara
kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari
jamur Aspergillus niger, dinilai lebih menghemat energy karena dapat pada suhu
10-25oC. Selain itu proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun
hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya
berlangsung 2-3 hari. (Ir. Yan Fauzi. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil
dan Limbah Analisis Usaha dan Pemanasan. Hal : 152)
17
Oksidasi dan Ketengikan
Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang
disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidas radikal asam lemak
tidak jenuh dalam lemaak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-
radikal bebas yang disebabkan oleh factor-faktor yang dapat mempercepat reaksi
seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida. Logam-logam
seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porifin seperti hematin, mioglobin, klorofil,
dan enzim-enzim lipoksidase.
Uji Ketengikan
18
iodine yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan KI. Lemak
direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan CHCl 3 (2:1). Kemudian
iodine terbentuk dengan titrasi Na2S2O3.
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Buret
Bahan :
19
2. Larutan Na2S2O3 0,01 N (dibuat dari 24,818 gram Na 2S2O3 dilarutkan
dalam 1 l aquadest)
3. CPO 5 gram
4. KI Jenuh
5. Indikator Amilum 1%
Aquadest 5 ml
+ 100 ml aquadest
+ indicator amilum 3 tetes
20
Hasil akhir catat volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai
21
CPO 5 gram
B. Sampel
+ 100 ml aquadest
22
Hasil akhir catat volume Na2S2O3 0,01 N yang terpakai
23
PERCOBAAN IV
I. Tujuan
II.Landasan Teori
Asam-asam lemak yang ada dialam dapat dibagi dua golongan, yaitu:
asam lemak jenuh dan asam lemak yang tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak
jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya, dan berbeda
dalam bentuk molekul keseluruhannya. Asam lemak tidak jenuh biasanya
terdapat dalam bentuk cis. Karena itu molekul akan bengkok pada ikatan
rangkap, walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans.
24
banyaknya ikatan rangkap. Semakin jenuh suatu minyak makin besar angka
iod. Angka iod dapat juga dipakai untuk menentukan derajat kerusakan
karena oksidasi. Reaksi oksidasi menyebabkan kurangnya ikatan jenuh
sehingga pada minyak yang mengalami proses oksidasi angka iodnya
menurun.
Angka iod dinyatakan sebagai banyaknya gram iod yang diikat oleh
100 gr minyak atau lemak.
IBr + KI I2 + KBr
ICI + KI I2 + KCI
Titik didih dan titik beku halogen ( F2, CI2, Br2, I2 ) bertambah dari
flour ke iodium. Hal itu disebabkan oleh kenaikan Mr yang akan
memperbesar gaya Van der Waalsnya. Karena keelektronegatifan halogen
relative besar dibandingkan unsur lain, maka halogen bersifat menarik e atau
pengoksidasi. Kemampuan mengoksidasi halogen berkurang dari atas
kebawah.Akibatnya unsur yang diatas dapat mengoksidasi unsur dibawahnya,
tetapi tidak dapat sebaliknya.
2 NaCI CI2
25
F2 + 2 NaBr 2 NaF + Br2
2 NaI I2
2 NaBr Br2
CI2 + 2 NaCI +
2 NaI I2
26
Penentuan angka iodin dapat dilakukan dengan cara Hanus atau cara
Kauf Maun dan Van Hulb atau cara Wigs.
Bilangan iodin adalah gram iodin yang diserap oleh 100 gr lemak.
I2akan mengadisi rangkap asam lemak tidak jenuh bebas maupun yang dalam
bentuk ester. Bilangan iodin tergantung pada pada jumlah asam lemak tidak
jenuh dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform
(CCI4) kemudian ditambah larutan iodin berlebihan (0,1 sampai 0,5 gr).
Ada dua cara yang digunakan untuk mengukur bilangan iodin tersebut,
yaitu cara Hanus : larutan iodin standarnya dibuat dalam asam asetat
(glasial) yang berisi bukan saja iodin tetapi juga iodium bromida, adanya
iodium bromida dapat mempercepat reaksi.
27
karena penggunaan bromide sudah tidak diperbolehkan lagi untuk percobaan
skala laboratorium, sehingga dalam percobaan ini digunakan KI dan larutan
kanji sebagai indikasi iodin.
Cair (fluid)
28
Bilangan iodin 44,58 mg/g - 10,5-18,5 mg/g -
Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm - - -
Lovibond 3-4 R - - -
Kadar minyak - 47 % - Maksimal
Kontaminasi pecah - 6% - Maksimal
Kadar pecah - 15 % - Maksimal
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Aluminium
Bahan :
1. Minyak
2. Kloroform
29
3. Karbon tetraklorida
7. Indicator amilum 1 %
30
+ 25 ml larutan wijs
Terjadi reaksi
ditandai dengan
hilangnya warna Coklat
31
+ larutan kanji 2 tetes
Akhir proses
(catat VNa2S2O3 0,1 N terpakai)
B. BLANKO
32
+ 20 ml CHCI3 atau CCI4
+ 25 ml larutan wijs
33
Titrasi dengan Na2S4O3 0,1 N
Terjadi reaksi
ditandai dengan
hilangnya warna Coklat
Akhir proses
(catat VNa2S2O3 0,1 N terpakai)
34
35
PERCOBAAN V
I. Tujuan
36
koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan adsorben,
kadang-kadang dilakukan sentrifusa.
37
Asam lemak yang mudah menguap dan mudah larut dalam air adalah
yang berantai atom karbon 4-6.
Asam lemak dengan atom C lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin
maupun air panas.Asam lemak C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam
lemak C12 dan C14 sedikit menguap.Garam-garam dari asam lemak yang
mempunyai berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam
alkohol daripada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat
molekul tinggi dan jenuh.
38
Bilangan Reichert-Meissl (BRM)
BRM adalah jumlah 0,1 N basa yang diperlukan setiap 5 gram lemak
untuk menetralkan asam-asam lemak yang mudah menguap pada destilasi
yaitu : asam lemak dengan C4 dan C6 (butirat dan kaproat)
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Buret
39
4. Alumunium foil
Bahan :
1. Larutan soda-gliserol
3. NaOH 0,1 N
4. Indicator fenolftalein
+ 2 ml larutan soda-gliserol
40
Panaskan hingga membentuk sabun dan cairan menjadi jernih
+ 13,5 ml air
Destilasi
Destilat
+ 10 ml aquades
41
Pemisahan larutan (ambil bagian yang larut dalam air)
+ indicator PP
2 tetes
Akhir proses
(catat V NaOH 0,1 N terpakai)
42
B. Untuk Blanko
Aquades 0,5 ml
+ 2 ml larutan soda-gliserol
+ 13,5 ml air
43
+ 0,5 ml asam sulfat 20 %
+ 10 ml aquades
+ indicator PP 2 tetes
Titik
Akhir titrasi Ditandai dengan
Warna pink
Akhir proses
(catat V NaOH 0,1 N terpakai)
44
PERCOBAAN VI
I. TUJUAN
b. Untuk mengetahui kadar asam lemak yang menguap dan tidak larut
dalam air tetapi larut dalam alkohol
Berikut komposisi asam lemak minyak sawit untuk jumlah atom C8-C14.
45
Asam lemak Jumlah atom C Rumus Minyak Minyak inti
sawit Sawit(%)
(%)
Kaprilat 8 CH3(CH2)6COOH - 2-4
Kaprat 10 CH3(CH2)8COOH - 3-7
Laurat 12 CH3(CH2)10COOH 1 41-55
Miristat 14 CH3(CH2)12COOH 1-2 14-19
(Ir. Yan Fauzi, dkk. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Analisa
Usaha dan Pemanasan.Hal : 138)
46
alcohol.Pada reaksi ini, atom H dari gugus COOH diganti dengan gugus
alkil dari alcohol.
H2SO4 pekat
Pada suhu kamar, asam karboksilat suku rendah (C 1-C4) adalh zat cair
yang encer mudah larut dalam air, suku tengah (C 8-C14) adalah zat cair yang
kental, sulit larut dalam air dan suku tinggi berupa zat padat yang tidak dapat
larut dalam air.
Bilangan Polenske
47
Bilangan ini menentukan kadar asam lemak yang volatile, tetapi tidak
larut dalam air, yaitu asam lemak C8 sampai C14. Kedua bilangan ini dapat
dilakukan pada satu contoh dengan prosedur sebagai berikut :
NaOH gliserol
Lemak + Na2SO4
Sabun Na +
Volatile
48
Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air
dingin maupun air panas. Asam lemak C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dna
asam lemak yang mempunyai berat molekul lebih rendah dan tidak jenuh
lebih mudah larut dalam alcohol daripada garam-garam asam lemak yang
mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh.
49
3. Statif dan klem
4. Alumunium foil
5. Corong pisah
6. Bahan :
1. Aquades
2. Alcohol 95 %
3. NaOH 0,1 N
4. Indicator fenolftalein
7.
V. Prosedur Kerja
8.
9.
10. Residu dari Percobaan V
11. (Penentuan ARM)
12.
13. + 40 ml alcohol 95 %
14.
+ indicator PP 3 tetes
15.
16.
Titrasi
17. dengan larutan NaOH 0,1 N
18.
19.
20.
21. Titik
Akhir
22.titrasi Ditandai denganWarna pink
23.
24.
25.
26.
27.
Akhir proses
28.
(catat V NaOH 0,1 N terpakai)
29.
30. PERCOBAAN VII
31. PENENTUAN KADAR AIR DALAM MINYAK
32.
I. Tujuan
33. Untuk mengetahui banyaknya air yang ada dalam minyak
34.
II. Deskripsi
35. Penguapan air dalam minyak atau CPO dengan jalan
pemanasan kemudian ditimbang berat konstan yang berarti semua air sudah
menguap.
36.
III. Landasan Teori
37. Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol
dan asam lemak. Reaksi ini di percepat oleh basa, asam dan enzim-
enzim. Dalam tekhnologi makanan, hidrolisis oleh enzim lipase
sangat penting karena enzim tersebut terdapat pada semua jaringan
yang mengandung minyak. Dengan adanya lipase, lemak akan di
uraikan hingga kadar asam lemak bebas lebih dari 10% lemak yang
telah terhidrolisis, smokepoint nya menurun, bahan-bahan menjadi
coklat dan lebih banyak menyerap minyak. Selama penyimpanan dan
pengolahan minyak atau lemak, ALB bertambah dan harus
dihilangkan dengan proses pemurnian dan deodorisasi untuk
menghasilkan minyak yang lebih baik mutunya. (F.G Winarno.kimia
Pangan dan Gizi. Hal :106)
38.
39. Penentuan Kadar Air
40. Bahan yang di analisa sering mengandung air yang jumlahnya
tidak menentu. Dengan penentuan kandungan kebanyakan komponen-
komponen lain dari bahan akan di perlukan penentuan kadar air agar
kandungan komponen-komponen tersebut dapat dinyatakan sebaga %
bahan kering dan konstan nilainya.
41. Suatu kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam penentuan
kadar air yaitu adanya bahan lain yang mudah menguap dan ikut
menguap bersama-sama dengan air sewaktu di panaskan. Selain itu,
mungkin pula bahan terurair seperti halnya bahan yang
mengandung karbonat atau macam-macam bahan organik. Kedua hal
ini menyebabkan selisih berat yang dicari menjadi terlalu besar, yaitu
lebih besar daripada berat air yang hilang. Kalau tidak kita ketahui
berat masing-masing, maka seluruhnya di anggap air sehingga kadar
air didapat terlalu tinggi. Jadi disini kita dapatkan kesalahan positif
(hasil analisa lebih besar daripada semestinya). Sebaliknya bahan juga
mengalami :reaksi dengan bahan-bahan dalam udara, misalnya
terjadi oksidasi dari lemak atau minyak yang mengandung ikatan tak
jenuh. Akibat oksidasi, berat bahan bertambah karena kemasukan
oksigen. Maka selisih berat sebelum dan sesudah pemanasan lebih
kecil daripada semestinya. Jadi terjadi kesalahan negatif.
42. Dalam praktek penentuan kadar air, sering tidak dapat
diketahui reaksi-reaksi sampingan apa yang terjadi, sehingga kita juga
tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa sebenarnya kadar airnya.
Hal ini harus diingat benar, dan di mengerti, sehingga jangan sampai
terlalu menganggap hasil penentuan kadar air itu benar. Untuk
mengetahui kesulitan ini, maka dapat diadakan pembakuan cara
penentuan kadar (standarisasi), yaitu memilih cara tertentu dan
selalu melakukannya dengan cara itu, kemudian di dalam laporan
dicantumkan cara yang di pakai itu. Penentuan itu dapat berupa :
1. Berapa suhunya
2. Berapa lama pemanasannya
3. Berapa gram bahan yang di panaskan
4. Bahan harus di haluskan
5. Dsb
43. Masih perlu diingat dan diketahui apa yang di maksud dengan
kadar air, apa berat kering itu, karena air dapat di kandung oleh bahan
dengan bermacam cara , ada berbagai macam air dalam bahan dan ada
berbagai macam kering untuk bahan.
44. Minyak umumnya tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam
pelarut organik. Pada dasarnya suatu bahan akan larut dalam pelarut
yang sama polaritasnya.
45. Kadar air yang tinggi pada bahan menyebabkan minyak sukar
di ekstraksi dengan pelarut non polar karena bahan pelarut sukar
masuk kedalam jaringan yang basah dan menyebabkan bahan pelarut
menjadi jenuh dengan air.
46. Dalam penentuan kadar minyak, mengujinya harus cukup
kering dan biasanya digunakan contoh dari bekas penentuan kadar air
jika contoh masih basah, maka dapat memperlambat proses ekstraksi.
47. Dengan adanya air, lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol
dan asam lemak. Reaksi ini di percepat oleh basa, asam dan enzim-
enzim.
48. Perubahan-perubahan kimia atau penguraian lemak dan
minyak dapat mengatur bad dan rasa. Suatu bahan makanan baik yang
menguntungkan ataupun tidak pada umumnya penguraian lemak dan
minyak menghasilkan zat-zat lain yang tidak dapat dimakan.
Kerusakan lemak dan minyak menurunkan nilai-nilai gizi serta
menyebabkan penyimpangan rasa dan bau pada lemak yang
bersangkutan.
49. (W. Harjadi. Analisa Kimia Analitik .Hal :75-76)
50. Penentuan kadar air dalam minyak dapat dilakukan dengan
cara termogravimetri. Prinsip termogravimetri adalah penguapan air
yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah
di uapkan. Cara ini relatif murah dan mudah.
51. Kelemahan cara ini adalah:
1. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama uap air,
misalnya :alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap lain. Contoh: gula mengalami dekomposisi atau
karamelisasi, lemak mengalami oksidasi, dsb
3. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit
melepaskan airnya meskipun sudah di musnahkan.
52. Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya
reaksi yang menyebabkan terbentuknya air serta menghindari terjadinya
reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi lain karena
pemanasan maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum.
Dengan demikian akan di peroleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air
yang sebenarnya.
53. Untuk bahan-bahan yang mempunyai kadar gula tinggi,
pemanasan dengan suhu 1000C dapat menyebabkan terjadinya penggerakan
pada permukaan bahan.
54. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih
bersifat higroskopis daripada bahan bahan asalnya. Oleh karena itu
selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu ditempatkan
dalam ruang tertutup yang kering, misalnya; dalam eksikator atau
desikator yang telah diberi bahan penyerap air/uap air ini dapat
menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silika, silika gel, alumunium
oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau barium
oksida.
55.
IV. Alat dan Bahan
V. Prosedur
Timbang sampel seberat 5 gram di dalam cawan petri
Masukan ke dalam oven dan keringkan pada suhu 105oC 1+C selama 30
menit.
Angkat contoh dari oven dan dinginkan di dalam desikator sampai suhu
kamar, kemudian timbang.
Ulang-ulang pengeringan dengan cara yang sama sampai kehilangan bobot
tidak lebih dari 0,05%
56.
57.
58. PERCOBAAN VIII
59. PENENTUAN TITIK CAIR DAN BOBOT JENIS
60.
I. TUJUAN
61. Untuk mengetahui banyaknya air yang ada dalam minyak
62.
63. II. DESKRIPSI
1. Titik cair minyak mempunyai interval temperture atau suhu tertentu
2. Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari volume atau lemak pada
suhu 25%C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama.
64.
65. III. LANDASAN TEORI
66. Titik cair minyak atau lemak merupakan suhu yang tepat
tetapi merupakan kisaran suhu tertentu. Hal ini disebabkan minyak
atau lemak disusun oleh campuran gliserida dan komponen lainnya.
67. Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda
berdasarkan dua mekanisme utama, yaitu:
a. Karena heterogenisasi kristal-kristal. Karena minyak dan lemak merupakan
campuran triglesereida maka komposisi triglesereida lemak juga dapat berbeda-
beda. Pada umumnya perbandingan lemak cair secara cepat akan menghasilkan
kristal yang terdiri dari campuran triglisereida. Kristal semacam itu akan mencair
pada suhu lebih rendah daripada kristal lemak yang lebih homogen.
b. Oleh karena bentuk polimorfik yang berbeda, triglisereida murni dapat
mempunyai bentuk kristal yang menunjukkan polimorfisme. Masing-masing
bentuk di tandai:
1. Titik cair
2. Berat jenis
3. Berat laten
4. Stabilitasnya masing-masing
5. Bentuk-bentuk lain
68. Bentuk yang paling stabil mempunyai titik cair dan berat jenis serta laten
yang lebih tinggi.
69.
70. Titik cair berbagai jenis minyak
71. Jenis 72. contoh 73. Titik cair (0C)
minyak
74. Minyak 75. Minyak kelapa 77. 38 0C
asam larut 76. Minyak sawit 78.
79.
80. Minyak 82. Minyak coklat 85. 35 0C
nabati 83. Mentega
81. 84. Elipe
86. (K.A Buckle, dkk. Kimia Pangan. 1992)
87.
88. Asam lemak selalu menunjukkan kenaikan titik cair dengan
semakin panjang rantai karbon dan semakin jenuhnya lemak tersebut. Lemak
yang berstruktur trans mempunyai titik cair yang tinggi dari pada bentuk cis.
89.
90. Jenis 91. Jumlah 92. Titik
Asam karbon leleh
Lemak
93. Asam 94. 99.
Lemak 95. 12 100.
Jenuh 96. 14 44
Laurat 97. 16 101.
Meristat 98. 18 58
Dalmitat 102.
Stearat 63
103.
70
104. A 105. 110.
sam 106. 111.
Lemak 16 16
tak 107. 112.
Jenuh 18 18
Palmitat 108. 113.
Oleat 18 18
Linolenat 109. 114.
Linoleat 18 18
115. (Fessenden dan Fessenden. Kimia Organik Jilid 3.
1989)
116. Bobot jenis merupakan perbandingan berat dari
volume minyak atau lemak pada suhu 250C dengan berat air pada
volume dan suhu yang sama.
117.
118.
119.
120.
121. IV. Alat dan Bahan
122. Alat :
1. Pipa kapiler diameter 1 mm dan panjang 5-10 mm
2. Piknometer
3. Freezer atau es
4. Bunsen
5. Termometer
123. Bahan :
1. Minyak
2. Aquades
124.
125. V. Prosedur Kerja
A. Penentuan titik cair minyak
126.
minyak
127.
128.
129.
Dicairkan
130. dan pipa kapiler dicelupkan ke
dalamnya.
131.
132.
Dipanaskan (ujung pipa ditutup, ujung lain dipanaskan
133.
sampai tetap)
134.
135. Dibekukan dalam freezer
136. (batu es)
137.
Pipa kapiler
138. dicelupkan ke dalam air mendidih sambil
terus dididihkan
139.
140. Akhir proses
(catat kenaikan suhu setiap menit nya hingga air menjadi jernih
141.
142. Minyak dan air
143.
B. Penentuan bobot jenis dan minyak
Masukkan masing-masing
144. ke dalam piknometer dan ditimbang terlebih dahulu
145.