Anda di halaman 1dari 18

PERADANGAN PADA MUKOSA LAMBUNG YANG MENYEBABKAN

INFLAMASI
(GASTRITIS)

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Anatomi Fisiologi

Dosen Pengampu :
Mudyawati Kamaruddin, Ph.D

Disusun Oleh :

1. G1C021064 Sabila Shafa Putri A


2. G1C021065 Anis Kurlianti
3. G1C021066 Intan Windi Anggraeni
4. G1C021067 Jasmine Zahrina S

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


PRODI D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
waktu, pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca dalam hal pemahaman inflamasi terutama gastritis. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf.

Semarang, 30 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Definisi Inflamasi....................................................................................................3
2.2 Penyebab Inflamasi..................................................................................................3
2.3 Mekanisme Terjadinya Inflamasi............................................................................4
2.4 Definisi Gastritis......................................................................................................4
2.5 Patofisiologi Gastritis..............................................................................................5
2.6 Etiologi Gastritis......................................................................................................5
2.7 Epidermiologi Gastritis............................................................................................6
2.8 Klasifikasi Gastritis.................................................................................................7
2.9 Diagnosis Gastritis...................................................................................................7
2.10 Komplikasi Gastritis..............................................................................................8
2.11 Pengobatan Gastritis..............................................................................................9
2.12 Pencegahan Gastritis..............................................................................................9

BAB III METODE PENCARIAN REFERENSI............................................................10


3.1 Pengumpulan Data dan Informasi...........................................................................10
3.2 Pengolahan Data dan Informasi...............................................................................10
3.3 Analisis....................................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................11
BAB V PENUTUP.............................................................................................................13
5.1 Saran........................................................................................................................13
5.2 Kesimpulan .............................................................................................................13
LAMPIRAN.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi makhluk hidup, kususnya manusia
yang mencakup keadaan fisik, mental, serta sosial yang harus diperhatikan. Sebab, apabila
seseorang tidak menjaga kesehatan maka produktivitas secara sosial dan ekonomi akan
terganggu, bahkan dapat meningkatkan angka kematian.
Dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang menderita sakit menjadi salah satu
penyebab menurunnya produktivitas. Salah satu penyakit yang sangat lazim ditemukan dalam
masyarakat adalah penyakit gastritis atau maag. Gastritis sendiri merupakan penyakit akibat
peradangan pada dinding lambung yang disebabkan karena pola makan yang tidak teratur.
Faktor lain penyebab inflamasi ini diantaranya adalah iritasi dan infeksi.
Gastritis termasuk proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Penyakit gastritis dapat
menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin, akan
tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia
produktif. Gastritis dapat muncul secara mendadak (gastritis akut) atau berlangsung dalam
waktu lama (gastritis kronis).
Arikah dan Muniroh (2015) menemukan bahwa, di Indonesia angka kejadian Gastritis
pada masyarakat tergolong masih sangat tinggi yaitu sebesar 40,8 persen dan angka kejadian
gastritis di beberapa daerah di Indonesia masih cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Sehingga, rata-rata disetiap daerah di Indonesia
persoalan yang menyangkut penyakit ini masih belum terpecahkan.
Menurut Huzaifah (2017), walaupun sampai saat ini resiko penyakit gastritis ini masih
sangat tinggi dan masalahnya belum terpecahkan, namun yang terjadi di kalangan usia muda
maupun masyarakat luas ternyata masih banyak yang tidak terlalu memperhatikan kesehatan
dan menjaga gaya hidup terutama dari apa yang dikonsumsi, penggunaan obat-obatan, stres,
infeksi bakteri, serta pola makan dan minum yang kurang baik. Untuk dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dan
sebaiknya mendeteksi lebih awal faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab penyakit
tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi
Fisiologi sekaligus memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai maksud, faktor, serta
gejala tentang penyakit Gastritis atau tukak lambung.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu apakah pengertian gastritis, dan apa saja
faktor serta gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Inflamasi

Inflamasi atau peradangan dapat didefinisikan sebagai proses terjadinya


pembengkakan yang bersifat panas disertai nyeri pada jaringan karena cedera fisik, infeksi,
atau reaksi alergi. Peradangan yang terjadi pada suatu jaringan tubuh merupakan salah satu
respon biologis dari sistem kekebalan tubuh manusia. Peradangan dapat terjadi pada bagian
tubuh luar ataupun pada bagian tubuh dalam seperti organ. Dengan mengurangi peradangan,
tubuh kita akan menjadi sehat dan berfungsi secara optimal. Masalah-masalah kesehatan
seperti obesitas, penambahan kadar lemak tubuh terlalu banyak, permasalahan jantung,
arthritis, diabetes, kanker, dan berbagai macam masalah pencernaan, sangat erat
hubungannya dengan terjadinya peradangan pada tubuh atau organ tubuh.
Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung (sekuester)
baik agen yang meninmbulkan cedera maupun jaringan yang cedera tersebut. Pada bentuk
akutnya ditandani dengan tanda klasik : nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi (fungio lesa). Secara Histologis, menyangkut
rangkaian kejadian yang rumit, termasuk dilatasi arteriol, kapiler dan venula, disertai
peningkatan permeabilitas dan aliran darah, eksudasi cairan, termasuk protein plasma dan
migrasi leukosit menuju fokus peradangan.
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:
1. Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa menit
sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta
akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
2. Inflamasi kronik berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari sampai bertahun-tahun dan
ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi
pembuluh darah dan pembentukan jaringan parut.

2.2 Penyebab Inflamasi

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang dihasilkan dari
metabolisme asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh
ganda dengan 20 atom karbon. Asam arakhidonat dilepaskan oleh fosfolipid melalui
fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses
metabolisme asam arakhidonat terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan
menyintesis prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien
dan lipoksin.
Peradangan terjadi ketika faktor fisik memicu reaksi kekebalan tubuh. Terjadinya
peradangan tidak selalu menandakan adanya infeksi. Namun, infeksi selalu menyebabkan
peradangan. Penyebab peradangan juga berbeda tergantung dari jenisnya. Namun,
peradangan akut bisanya terjadi karena adanya patogen berbahaya atau cedera jaringan.
Sedangkan peradangan kronis bisa terjadi karena adanya patogen yang tidak dapat diuraikan
oleh tubuh, benda asing yang tertinggal di dalam sistem, atau respons imun yang terlalu aktif.

3
2.3 Mekanisme Terjadinya Inflamasi

Tanda dan Gejala terjadinya suatu inflamasi ialah :


a) Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi.
Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
(kimia, prostaglandin, histamin).
b) Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi, Plasma merembes ke
dalam ringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol, meningkatna
permeabilitas kapiler.
c) Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau
mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang
mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus
d) Dolor (nyeri), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediatir kimia.
e) Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada cidera
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang
terkena.
Mekanismenya :

2.4 Definisi Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersfita akut, kronik,
difus, atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri
mukosa lambung. Selain itu, beberapa bahan makanan yang sering dikonsumsi dapat
menyebabkan rusaknya sawar mukosa pelindung lambung.

4
Peradangan gastritis yang menyerang mukosa lambung mengakibatkan pembengkakan
sampai terlepasnya epitel superficial yang menyebabkan gangguan pencernaan. Pelepasan
epitel ini merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung.

2.5 Patofisiologi Gastritis

Patofisiologi gastritis dimulai dari infeksi atau inflamasi pada lapisan mukosa
lambung. Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung,
dan enzim pepsin. Asam lambung bertugas memecah makanan, dan enzim pepsin mencerna
protein. Lapisan mukosa lambung diliputi oleh lapisan tebal mukus yang melindunginya dari
cairan asam lambung yang dapat melumerkan dan mengikis jaringan lambung di dalamnya.
Inflamasi dapat menyeluruh (pan gastritis), atau sebagian lambung saja (antral
gastritis). Inflamasi dapat berupa nodul-nodul kecil, sebagai tanda akut atau subakut gastritis,
yang asal muasalnya belum jelas. Nodul inflamasi ini diperkirakan merupakan gambaran
erosi yang telah berepitelialisasi atau menyembuh, namun masih mungkin terjadi edema.
Gastritis Reaktif
Gastritis yang disebabkan oleh zat-zat dari luar, seperti NSAID, atau alkohol, akan
menginflamasi bagian bawah lambung daerah kurvatura mayor, hal ini dikarenakan oleh gaya
gravitasi. Efek jangka panjang zat-zat erosif eksternal tersebut akan menyebabkan fibrosis
dan striktur pada lambung, menyebabkan gastritis menjadi kronis. Namun, mekanisme
terbesar terhadap inflamasi lambung ini adalah penurunan sintesa prostaglandin.
Prostaglandin adalah zat kimia yang bertanggungjawab untuk mempertahankan
mekanisme proteksi mukosa terhadap efek erosif internal asam lambung. Selanjutnya,
kerusakan pada lapisan mukosa lambung akan memudahkan seseorang yang menderita
kondisi ini mengalami gastritis reaktif, atau gastropati reaktif.
Gastritis reaktif dapat akut, kronik, erosif, dengan sedikit atau tidak terjadi inflamasi.
Pemicu terjadinya gastritis reaktif ini adalah obat NSAID seperti ketoprofen, diklofena,
ibuprofen; alkohol, kokain, paparan radiasi, refluks empedu dari usus kecil kembali ke
lambung, reaksi stress. Gastritis reaktif yang terjadi sebagai reaksi terhadap stres disebut
sebagai Gastritis stres. [1,2]
Gastritis Akut
Gastritis fase akut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis erosif akut dan
gastritis non-erosif. Gastrtitis erosif akut dapat muncul dalam tiga bentuk, yaitu gastritis
erosif yang masih superfisial, yang sudah lebih dalam menginvasi lapisan mukosa lambung,
dan erosi hemoragik akut dimana erosi sudah mencapai vaskularisasi lambung sehingga
terjadi perdarahan lambung.
Gastritis Non-erosif, umumnya disebabkan oleh Helicobacter pylori. Gastritis non-
erosif adalah gastritis fase akut yang terjadi dalam waktu yang pendek, secara spontan
organisme dapat dibasmi, infiltrat polimorfologis teresolusi, dan gambaran mukosa gaster
kembali normal. Hal ini terjadi pada sebagian kecil orang-orang yang terkena infeksi tersebut,
khususnya anak-anak.

2.6 Etiologi Gastritis

Etiologi gastritis terbagi menjadi etiologi umum, etiologi lain dan etiologi yang jarang
terjadi dengan salah satu penyebab utama adalah infeksi Helicobacter pylori, stres, dan
beberapa jenis obat.
Helicobacter pylori. Helicobacter plyori merupakan bakteri gram negatif,
mikroaerofilik yang umumnya hidup dan berkembangbiak di dalam lambung. Kolonisasi
bakteri ini secara tipikal adalah awalnya menginfeksi bagian antrum gaster, menyebabkan

5
inflamasi dengan intensitas yang tinggi, dan bila berlangsung bertahun-tahun, akan menyebar
ke seluruh lapisan mukosa lambung Bila berlanjut, akan mengakibatkan gastritis menjadi
kronis dan membentuk ulkus, disebut dengan istilah gastric ulcer, atau peptic ulcer, atau
ulkus peptikum.
Orang-orang yang terinfeksi bakteri ini, 80% nya asimptomatik sehingga penyakit ini
umumnya ditemukan hanya kebetulan dalam pemeriksaan endoskopi, atau sudah terlambat
menjadi gastritis kronis. Infeksi bakteri ini biasanya didapat saat usia anak melalui rute
transmisi oral-fekal.
Gastritis juga dapat terjadi karena rekasi karena stres. Stres yang dimaksud dapat
disebabkan oleh beberapa keadaan seperti:
 Gastritis terjadi setelah operasi besar
 Cedera traumatik yang menyebabkan tekanan intrakranial meningkat sehingga
meningkatkan sekresi asam lambung, dikenal dengan istilah Cushing ulcer
 Luka bakar berat disebut dengan Curling ulcer
 Infeksi berat
 Operasi penurunan berat badan yang melibatkan rekonstruksi usus, atau banding
 Sakit berat/kritis
 Obat Anti-inflamasi nonsteroid (OAINS/NSAID)
Penyebab lain yang bisa menyebabkan gastritis adalah:
 Minuman beralkohol
 Penggunaan kokain
 Paparan radiasi, atau menjalani terapi radiasi
 Refluks cairan empedu dari intestinal kembali kedalam lambung
 Respon autoimun: bersifat kronik dan secara tipikal tidak erosif
 Alergi makanan, misalnya susu sapi, atau produk soya, terjadi biasanya pada anak-
anak
 Infeksi virus (cytomegalovirus), parasit (anisakidosis), jamur (candidiasis,
histoplasmosis), dan bakteri lain, khususnya pada orang dengan sistem imun yang
lemah
 Penyebab yang Jarang Terjadi
Penyebab lain yang dapat memicu timbulnya gastritis walaupun jarang, adalah:
 Tuberkulosis
 Sifilis
 Phlegmonous gastritis
 Helicobacter heilanniigastritis
 Iskemia
 Sindrom Zollinger-Ellison

2.7 Epidemiologi Gastritis

Epidemiologi gastritis diduga cukup tinggi. Diperkirakan sekitar 50% populasi dunia
terinfeksi Helicobacter pylori. Data mengenai epidemiologi gastritis di Indonesia masih
belum begitu lengkap, namun dilaporkan bahwa tren prevalensinya semakin menurun.
Global. Sekitar 50% populasi dunia terinfeksi dengan Helicobacter pylori, di mana data
epidemiologi menunjukkan prevalensi yang tertinggi berada di Asia dan negara-negara yang
sedang berkembang lainnya. Dengan demikian, hampir setengah populasi dunia menderita
gastritis kronis. Di negara-negara berkembang, sekitar 30%-50% infeksi Helicobacter pylori
ini terjadi pada ada anak-anak, dan mencapai 60% pada orang-orang usia lanjut. Pada

6
autoimun gastritis, penderita wanita diperkirakan lebih banyak daripada pria dengan
perbandingan 3:1.

2.8 Klasifikasi Gastritis

Klasifikasi gastritis dibedakan menjadi dua, yaitu gastritis akut, dan gastritis kronis.
Gastritis akut terjadi ketika dinding lambung rusak atau melemah secara tiba-tiba.
Akibatnya, lambung bisa terpapar cairan asam lambung dan mengalami iritasi. Seseorang
dapat terserang gastritis akut bila:
 Menggunakan obat-obatan tertentu, seperti obat antiinflamasi nonsteroid dan
kortikosteroid
 Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
 Menderita penyakit tertentu, seperti refluks empedu, gagal ginjal, infeksi virus, atau
infeksi bakteri seperti Helicobacter pylori
 Mengalami stres berat
 Menderita penyakit autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang
dinding lambung
 Menelan zat yang bersifat korosif dan dapat merusak dinding lambung, seperti racun
 Mengalami efek samping akibat prosedur operasi
 Menggunakan alat bantu pernapasan
 Menyalahgunakan NAPZA, terutama kokain
Gastritis kronis terjadi akibat peradangan di dinding lambung yang terjadi dalam
waktu lama dan tidak diobati. Gastritis kronis dapat berdampak pada sebagian atau semua
bagian mukus pelindung lambung. Beberapa hal yang dapat menyebabkan gastritis kronis,
meliputi:
 Daya tahan tubuh lemah
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti aspirin dan ibuprofen
 Penyakit tertentu, seperti diabetes atau gagal ginjal
 Stres berat yang terjadi terus-menerus sehingga memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

terkikisnya mukosa lambung.

2.9 Diagnosis Grastitis

Diagnosis gastritis diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami dan riwayat
kesehatan pasien, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Selanjutnya, dokter akan menyarankan
pasien menjalani pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis, antara lain :
1. Tes untuk infeksi Helicobacter pylori
Tes yang dilakukan adalah tes darah, tes sampel tinja, atau uji urea pada pernapasan
(urea breath test). Selain untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori,
tes darah juga dapat mendeteksi anemia. Pemeriksaan sampel tinja juga dapat
mendeteksi gastritis, terutama gastritis erosif, dengan mendeteksi keberadaan darah di
tinja.
2. Gastroskopi
Gastroskopi bertujuan untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan di dalam lambung.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan selang berkamera. Selang ini akan
dimasukkan melalui mulut untuk melihat kondisi lambung. Gastroskopi dapat
dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan) di area lambung yang
diduga mengalami peradangan. Selanjutnya, sampel tersebut akan diteliti di
laboratorium. Biopsi juga bisa dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.

7
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi saluran pencernaan bagian atas. Agar
luka di saluran pencernaan, terutama lambung, dapat terlihat, dokter akan meminta
pasien untuk menelan cairan barium sebelum foto Rontgen dilakukan.

2.10 Komplikasi Gastritis.

Gejala maag yang muncul terus-menerus bisa menjadi tanda dari gastritis. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri, penggunaan obat NSAID jangka
panjang, atau berlebihan minum alkohol. Semua hal tersebut dapat mengikis lapisan lambung
dan secara terus-menerus dapat menyebabkan peradangan. Begitu juga dengan bakteri H.
pylori yang bisa melukai lapisan lambung karena jumlahnya terlalu banyak.
Gejala gastritis hampir serupa dengan gejala maag biasa karena naiknya asam
lambung sehingga sering kali disepelekan. Padahal, gastritis yang semakin memburuk bisa
menyebabkan komplikasi seperti berikut:
1. Tukak lambung
Mayo Clinic menyebutkan bahwa tukak lambung termasuk komplikasi dari gastritis.
Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau lapisan perut karena gastritis yang
semakin parah. Tanpa perawatan, luka bisa menyebar ke area usus kecil. Penyebab utama
tukak lambung yakni infeksi bakteri dan penggunaan obat pereda nyeri golongan NSAID.
Gejala tukak lambung yang umum yakni sensasi terbakar dan nyeri di area tengah perut atau
antara pusar dan dada. Komplikasi gastritis ini bisa diobati dengan antibiotik dengan
kombinasi obat untuk asam lambung. Prosedur pembedahan mungkin dibutuhkan jika gejala
tidak membaik, terjadi pendarahan, dan lapisan yang robek. Pengobatan ini meliputi
pengangkatan dan pemotongan jaringan yang terluka, mengikat dan menutup arteri yang
berdarah, serta memotong suplai saraf ke perut untuk mengurangi produksi asam lambung.
2. Perdarahan pada lapisan perut
Selain peradangan dan luka menyebar ke usus kecil, komplikasi gastritis seperti tukak
lambung juga dapat menyebabkan perdarahan. Ini bisa menjadi komplikasi yang mengancam
jiwa jika tidak ditangani dengan tepat. Gejala komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh
dengan tukak lambung. Hanya saja, kondisi ini bisa menyebabkan feses jadi berwarna gelap
karena tercampur darah dan lebih lengket. Selain itu, beberapa orang juga merasakan muntah
dengan bercak darah dan pusing. Agar tidak semakin parah, dokter biasanya akan
meresepkan obat asam lambung, seperti obat proton pump inhibitor (PPI) atau H-2 receptor
blocker.
3. Anemia
Anemia pernisiosa termasuk komplikasi gastritis. Ini menandakan bahwa jumlah sel
darah merah mengalami penurunan karena usus yang luka tidak dapat menyerap vitamin B12
dengan baik. Vitamin B12 termasuk komponen pembentuk sel darah merah. Saat lapisan
perut terluka, protein pengikat vitamin B12 tidak diproduksi secara maksimal. Akibatnya,
produksi sel darah merah tidak mencukupi. Terjadinya perdarahan dan kurangnya penyerapan
vitamin B12 ini akan menyebabkan anemia pernisiosa. Orang yang mengalami komplikasi
gastritis ini biasanya akan mengalami gejala diare, kelelahan, mual dan muntah, jaundice, dan
sensasi panas disertai rasa nyeri di dada. Pengobatan akan difokuskan dengan meningkatkan
asupan vitamin B12, baik itu dengan pola makanan maupun suplemen.
4. Kanker perut (komplikasi gastritis atrofi)
Melansir American Cancer Society, gastritis atrofi akut dapat menyebabkan
komplikasi kanker. Gastritis atrofi merupakan jenis gastritis yang muncul akibat peradangan
di lapisan perut selama bertahun-tahun. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya infeksi bakteri
yang jadi penyebab gastritis, penyakit autoimun, atau anemia pernisiosa.

8
Tidak diketahui secara pasti bagaimana gastritis dapat menyebabkan kanker. Namun, para
periset berpendapat bahwa peradangan pada lambunglah yang menyebabkan sel-sel di
jaringan lambung atau perut jadi abnormal. Pada kasus komplikasi gastritis ini, proses
pembedahan akan dilakukan untuk mengangkat sel kanker. Kemudian, pengobatan
dilanjutkan dengan obat, terapi radiasi, atau kemoterapi.

2.11Pengobatan Gastritis

Pengobatan gastritis bertujuan untuk mengatasi kondisi ini dan meredakan gejala yang
ditimbulkannya. Tergantung pada penyebabnya, dokter dapat memberikan obat-obatan
berupa:
1. Antasida.
Antasida mampu meredakan nyeri secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung.
Obat ini juga efektif untuk meredakan gejala lain, terutama pada gastritis akut. Contoh
obat antasida untuk mengatasi gastritis adalah aluminium hidroksida dan magnesium
hidroksida.
2. Penghambat histamin 2 (H2 blocker).
Obat ini meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam lambung.
Contoh obat penghambat histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
3. Penghambat pompa proton (PPI).
Obat ini juga bertujuan untuk menurunkan produksi asam lambung, tetapi dengan
mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton
adalah omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
4. Antibiotik.
Obat ini digunakan pada gastritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori. Jenis
antibiotik yang diberikan adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, atau
metronidazole.
5. Antidiare.
Obat ini diberikan pada pasien dengan keluhan diare. Contoh obat antidiare yang dapat
diberikan adalah bismut subsalisilat.
Guna membantu meredakan gejala dan proses penyembuhan, pasien disarankan untuk
menyesuaikan gaya hidup, yaitu dengan:
 Menyusun pola dan jadwal makan yang teratur
 Makan dengan porsi yang lebih sedikit sehingga makan menjadi lebih sering dari
biasanya
 Menghindari makanan berminyak, asam, dan pedas, karena dapat mengiritasi
lambung sehingga memperparah gejala.
 Mengelola stres dengan baik
 Tidak merokok

2.12 Pencegahan Gastritis

Gastritis dapat dicegah dengan menjaga pola makan dan gaya hidup. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan adalah:
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum memasak dan makan, untuk
mencegah penularan infeksi bakteri pylori
 Menghindari makanan pedas, asam, berlemak, atau digoreng
 Mengonsumsi makanan dengan porsi yang lebih sedikit
 Menghindari berbaring setelah makan sampai waktu 2–3 jam setelahnya
 Mengurangi konsumsi minuman berkafein atau beralkohol

9
 Mengendalikan stres
 Menghindari konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid berlebihan atau tanpa
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

10
BAB III
METODE PENCARIAN REFERENSI

3.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan


penelusuran pustaka, pencarian sumber sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari jurnal, artikel, dan beberapa
pustaka yang relevan mengenai inflamasi dan faringitis.
1. Sebelum analisis data dilaksankan, terlebih dahulu dilaksanakan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai
pengertian inflamasi, faringitis dan mekanisme faringitis akibat infeksi virus.
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, referensi
relevan yang digunakan sebagai acuan, dimana referensi tersebut dapat dikembangkan
untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.

3.2 Pengolahan Data dan Informasi

Beberapa informasi dan hasil penelitian yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkn data sekunder. Data
yang kami ambil berdasar pada pakar mendiagnosa penyakit faringitis merancang sistem
yang diberi nama forward chaining dan backward chaining. Dimana forward chaining adalah
metode yang prosesnya berawal dari kumpulan fakta lalu diambil kesimpulan, sedangkan
backward chaining adalah metode prosesnya dimulai dari kesimpulan dan dugaan
kesimpulannya benar.

3.3 Analisis

Aspek aspek yang di analisis yaitu bagaimana mekanisme inflamasi pada tenggorokan
(faringitis) yang disebabkan oleh infeksi virus. Analisis utama yang kami bahas adalah
bagaimana proses inflamasi dalam tubuh terutama inflamasi pada tenggorokan atau biasa
disebut dengan faringitis.Terdapat jenis dua jenis inflamasi pada tubuh, yaitu akut dan kronis.
Sistem kekebalan tubuh akan mengirimkan pasukan sel darah putih untuk mengelilingi dan
melindungi area tersebut. Peradangan kronis juga dapat terjadi sebagai respons terhadap virus
yang tidak diinginkan dalam tubuh. Tubuh merasakan plak ini sebagai sesuatu yang tidak
normal dan asing, sehingga berusaha untuk menghalangi plak dari aliran darah. Ini menjadi
bahan analisis kami bagaimana mekanisme faringitis akibat paparan mikroorganisme salah
satunya adalah virus.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung. Ini bukanlah penyakit, namun
sebuah kondisi yang disebabkan oleh beragam faktor yang berbeda, seperti konsumsi alkohol
berlebihan, stres, muntah-muntah yang kronis, atau obat-obatan tertentu. Infeksi, refluks
empedu, bakteri, dan anemia pernikus juga penyebab umum dari gastritis lainnya.
Pada kebanyakan kasus, gastritis bukanlah kondisi yang serius. Namun, jika
dibiarkan, hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya darah dalam jumlah banyak karena
ulkus dan/atau kanker lambung.
Kondisi ini dapat menjadi akut atau kronis. Gastritis akut dideskripsikan sebagai gastritis
yang muncul secara tiba-tiba. Sedangkan, gastritis kronis berkembang seiring berjalannya
waktu.

Gejala Utama Gastritis


Meskipun kebanyakan orang yang menderita gastritis akan menunjukkan gejala,
sebagaian lagi tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala yang umumnya muncul adalah
nyeri, rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, mual, muntah, dan gangguan pencernaan.
Jika kondisi tersebut dianggap sebagai gastritis erosif, pasien akan mengalami kotoran yang
berwarna hitam dan/atau muntah darah.
Gastritis dapat mengembangkan komplikasi. Meskipun langka, ada kemungkinan
bahwa gastritis kronis dapat menyebabkan kanker lambung, terutama jika terdapat penipisan
yang signifikan pada dinding lambung dan perubahan pada sel lambung. Pada kasus seperti
ini, gejala kanker lambung juga muncul.

Yang Harus Ditemui Ketika Merasakan Gejala Gastritis


Jika menyadari beberapa dari sindrom di atas, maka konsultasilah dengan dokter
selekas mungkin untuk menentukan ada tidaknya gastritis dan menjalani pengobatan.
Pertama-tama, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan, gaya hidup, lalu melakukan
pemeriksaan fisik. Jika dokter mencurigai adanya gastritis, perlu dilakukannya beberapa tes
laboratorium untuk memastikan kondisi yang tengah dialami, termasuk tes untuk bakteri
H.pylori, sinar X pada perut bagian atas, atau endoskopi.
Tes pada H.pylori dapat dilakukan dengan berbagai cara: dengan memeriksa darah,
napas seseorang, atau memeriksa kotoran. Jika memastikan adanya gastritis dengan
pemindaian sinar X, pasien akan diminita untuk menelan cairan yang mengandung barium.
Cairan itu melapisi sistem pencernaan dan membuatnya nampak pada sinar X. Ini
memungkinkan dokter untuk mempelajari gambar dan memeriksa abnormalitas. Jika
dilakukan endoskopi, dokter akan memasukkan alat yang disebut endoskop hingga ke
tenggorokan dan mengarahkannya ke esofagus, perut, dan usus kecil. Endoskop dilengkapi
dengan video kamera dan lampu di ujungnya, memungkinkan dokter melihat gambarnya di
layar.
Gastritis biasanya dapat diobati dengan konsumsi obat, namun jenis obatnya
tergantung pada penyebab kondisi. Jika disebabkan bakteri H. Pylori, antibiotik seperti
clarithromycin, amoxicillin, atau metronidazole akan diresepkan. Jika disebabkan karena
produksi asam yang berlebih, pasien akan diberikan obat untuk menghentikan, mengurangi,
dan menetralisir asam lambung.
Perawatan medis untuk gastritis mungkin tidak cukup untuk mencegahnya muncul
kembali. Pada kebanyakan kasus, pasien juga perlu mengubah gaya hidup selain

13
mengkonsumsi obat-obatan. Termasuk mengurangi konsumsi alkohol, mengatur stres,
mencoba pereda nyeri yang berbeda, makan dalam porsi kecil lebih sering, dan menghindari
makanan yang membuat lambung iritasi. Sementara, cara terbaik untuk menghindari H.
Pylori adalah menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan dengan rutin, dan memasak
makanan dengan benar.

Mekanisme terjaidnya gastritits akibat penggunaan NSAID

NSAID dapat memicu terjadinya Gastritis karena mekanisme kerjanya yang


menghambat aksi dari enzim sikloosigenase. Sehingga jika kerja dari sikloosigenase
dihambat maka COX-1 tidak dapat membentuk prostaglandin dalam lambung.
Jika prostaglandin tidak terbentuk, maka adenylyl cyclase akan terbentuk. Sehingga pompa
proton akan terbuka, maka asam (H+) dapat keluar ke lumen lambung untuk bertemu dengan
ion Cl- dan membentuk asam lambung. Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka asam
lambung yang berada pada lumen lambung akan berlebih yang dapat menyebabkan
terkikisnya mukosa lambung.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung (sekuester)
baik agen yang menimbulkan cedera maupun jaringan yang cedera tersebut. Pada bentuk
akutnya ditandani dengan tanda klasik : nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi (fungio lesa).
Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang dihasilkan dari
metabolisme asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh
ganda dengan 20 atom karbon. Peradangan terjadi ketika faktor fisik memicu reaksi
kekebalan tubuh.
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersfita akut, kronik,
difus, atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri
mukosa lambung. Peradangan gastritis yang menyerang mukosa lambung mengakibatkan
pembengkakan sampai terlepasnya epitel superficial yang menyebabkan gangguan
pencernaan. Pelepasan epitel ini merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung..
Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung, dan
enzim pepsin. Inflamasi dapat menyeluruh (pan gastritis), atau sebagian lambung saja (antral
gastritis). Efek jangka panjang zat-zat erosif eksternal tersebut akan menyebabkan fibrosis
dan striktur pada lambung, menyebabkan gastritis menjadi kronis. Namun, mekanisme
terbesar terhadap inflamasi lambung ini adalah penurunan sintesa prostaglandin.
Prostaglandin adalah zat kimia yang bertanggungjawab untuk mempertahankan
mekanisme proteksi mukosa terhadap efek erosif internal asam lambung. Gastritis reaktif
dapat akut, kronik, erosif, dengan sedikit atau tidak terjadi inflamasi. Gastritis fase akut dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis erosif akut dan gastritis non-erosif. Gastritis Non-
erosif, umumnya disebabkan oleh Helicobacter pylori. Hal ini terjadi pada sebagian kecil
orang-orang yang terkena infeksi tersebut, khususnya anak-anak. Helicobacter pylori.
Helicobacter plyori merupakan bakteri gram negatif, mikroaerofilik yang umumnya
hidup dan berkembangbiak di dalam lambung. Orang-orang yang terinfeksi bakteri ini, 80%
nya asimptomatik sehingga penyakit ini umumnya ditemukan hanya kebetulan dalam
pemeriksaan endoskopi, atau sudah terlambat menjadi gastritis kronis. Infeksi bakteri ini
biasanya didapat saat usia anak melalui rute transmisi oral-fekal. Gastritis juga dapat terjadi
karena rekasi karena stres. Stres yang dimaksud dapat disebabkan oleh beberapa keadaan
seperti:. Epidemiologi gastritis diduga cukup tinggi.
Gastritis akut terjadi ketika dinding lambung rusak atau melemah secara tiba-tiba.
Gastritis kronis terjadi akibat peradangan di dinding lambung yang terjadi dalam waktu lama
dan tidak diobati. Gastritis kronis dapat berdampak pada sebagian atau semua bagian mukus
pelindung lambung.

5.2 Saran

Dalam kehidupan, tidak ada satupun manusia yang tidak lepas dari penyakit. Namun
pada dasarnya penyakit bisa dicegah dengan perilaku hidup yang bersih dan sehat. Dengan
makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa atau mahasiswi sebagai referensi dalam dunia
medis.

15
LAMPIRAN

Tabel 1. Kegiatan periode 23-30 Desember 2021

No Kegiatan Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari


ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 ke 6 ke 7 ke 8
1. Mencari referensi di
internet terkait respon
imun dam inflamasi
2. Diskusi kelompok
mengenai judul dan
pembahasan isi
makalah
3. Me-review isi
artikel/jurnal referensi
3. Menyusun BAB 1
makalah
4. Menyusun BAB 2
makalah
5. Menyusun BAB 3
makalah
6. Menyusun BAB 4
makalah
7. Menyusun BAB 5
makalah
8. Revisi hasil makalah

9. Pengumpulan makalah

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/eugenialarasati0719/5b0b9cc0dd0fa8155a776e92/gastritis-
dapat-terjadi-karena-penggunaan-nsaid

https://www.alodokter.com/gastritis

https://rsud.belitungtimurkab.go.id/content/gastritis-penyakit-maag

https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/gastritis/
patofisiologi#:~:text=Patofisiologi%20gastritis%20dimulai%20dari%20infeksi,dan
%20enzim%20pepsin%20mencerna%20protein.

Ramadhani, N., Adi Sumiwi, S., Raya Bandung Sumedang Km, J., & Kode Pos, J. (n.d.).
Farmaka Artikel Review AKTIVITAS ANTIINFLAMASI BERBAGAI TANAMAN DIDUGA
BERASAL DARI FLAVONOID.

Safii, M., & Andriani, D. (2019). FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS. JURNAL
KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI (JKF), 2(1), 52–60.
https://doi.org/10.35451/jkf.v2i1.281

17

Anda mungkin juga menyukai