Anda di halaman 1dari 5

Sekitar 4 bulan setelah kita rilis video mengenai...

“Kapan vaksin korona datang?”

Akhirnya...vaksin korona pun datang.

Namun, jika kalian perhatikan di berita,

terdapat berbagai macam tipe vaksin korona.

Lantas, apa perbedaan antara vaksin-vaksin ini?

Apakah ada yang lebih manjur dari yang lain?

Atau apakah semuanya sama aja?

Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut,

mari kita simak dalam video ini.

Untuk video ini kami akan membahas

lima vaksin korona yang berbeda, yaitu:

Vaksin dari Pfizer-BioNTech,

Moderna,

AstraZeneca-Oxford,

Sputnik V,

dan tentunya yang pertama masuk ke Indonesia...Sinovac.

Terdapat sejumlah perbedaan antara vaksin-vaksin korona ini.

Perbedaan terbesar di antaranya

adalah perbedaan berdasarkan cara kerjanya.

Maka, untuk video ini,

perbedaan itulah yang akan kita bahas.

Namun sebelum membahas perbedaan cara kerja vaksin,

ada baiknya kita memahami terlebih dahulu

bagiamana sebenarnya tubuh manusia melawan virus

dan menciptakan kekebalan.

Ketika virus atau apapun yang bersifat asing

memasuki tubuh manusia,

sistem imun kita akan menyerangnya.

Namun, proses sistem imun menghabisi virus


memerlukan waktu yang lama,

karena untuk men,galahkan infeksi

sistem imun kita harus mencari tahu

cara untuk melawannya terlebih dahulu.

Sementara proses ini berlanjut,

virus akan terus menyebar dan berlipat ganda,

dan tubuh yang terinfeksi akan jatuh sakit.

Akhirnya, setelah sistem imun tubuh berhasil menghabisi virus,

dia akan terus mengingat cara untuk melawannya,

sehingga jika virus yang sama datang lagi,

tubuh kita sudah siap menghadapinya.

Jadi pada dasarnya, bisa dikatakan bahwa

cara kerja semua vaksin itu relatif sama.

Yaitu untuk memberi sistem imun kita

"strategi perlawanan virus"

tanpa harus melawan virusnya secara langsung.

Meskipun demikian,

cara menyampaikan “strategi perlawanan” tersebut

berbeda-beda untuk tiap vaksin.

Kita mulai dengan Sinovac,

vaksin COVID-19 buatan Cina,

yang menggunakan metode “Inactivated Virus”

atau virus yang dinonaktifkan.

Metode ini menggunakan virus COVID-19 yang sudah dibunuh,

yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh manusia.

Walaupun nonaktif dan tidak dapat menyebar,

sistem imun tetap akan menanggapinya

dan mempelajari cara melawannya.

Namun, respon dari sistem imun mungkin saja tidak se-ampuh


jika melawan virus yang masih hidup.

Oleh karena itu, tipe vaksin seperti ini

memerlukan beberapa dosis supaya efektif.

Selanjutnya, terdapat vaksin dari AstraZeneca dan Sputnik V

yang menggunakan metode “Viral Vector”.

Berbeda dengan metode virus nonaktif,

metode ini menggunakan virus yang masih hidup,

namun relatif lebih lemah,

seperti adenovirus yang menyebabkan pilek.

Virus lemah tersebut kemudian digunakan

sebagai tumpangan bagi materi genetik COVID-19,

yang akan digunakan oleh sistem imun

untuk menciptakan kekebalan tanpa harus mengekspos tubuh

terhadap bahaya dari virus korona yang asli.

Dan selanjutnya, metode yang paling banyak dibicarakan,

dan yang termutakhir di antara vaksin-vaksin yang ada,

yaitu vaksin mRNA, yang digunakan oleh Pfizer dan Moderna.

Cara kerja vaksin ini lumayan keren,

jadi dengarkan baik-baik.

Di dalam COVID-19 terdapat suatu protein yang sangat penting.

Protein ini digunakan oleh COVID

untuk memasuki sel tubuh manusia,

dan membuatnya lebih mudah menular.

Anggap saja ini sebagai...

senjata yang membuat COVID terlalu overpowered.

Nah, logikanya adalah

jika kita dapat membuat tubuh kebal terhadap protein ini,

maka tubuh akan kebal terhadap COVID-19 secara keseluruhan.

Yang dilakukan oleh peneliti vaksin,

adalah mengambil bagian dari DNA COVID


yang mengandung blueprint untuk protein ini,

dan kemudian merubah blueprint tersebut

menjadi instruksi bagi sel tubuh untuk membuat proteinnya,

instruksi ini dikenal sebagai mRNA,

dan mRNA inilah vaksinnya.

Lalu, mengapa kita ingin sel tubuh membuat protein ini?

Bukannya itu berbahaya?

Tidak sama sekali.

mRNA ini aman karena hanya mengandung

instruksi untuk membuat protein itu saja,

dan tidak mengandung virus Korona sepenuhnya.

Jadi bisa dianggap seperti....

senjata tanpa tuan.

Setelah mRNA masuk ke dalam tubuh,

sel tubuh akan mulai membuat protein ini,

yang kemudian akan ditanggapi oleh sistem imun.

Setelah sistem imun berhasil menghancurkan protein ini,

dia akan tetap ingat cara melawannya,

sehingga membuat dirimu kebal terhadap COVID-19.

Pada akhirnya video ini bukan bertujuan

untuk membujuk anda memilih salah satu vaksin.

Karena bagi kebanyakan orang,

vaksin mana yang kita dapatkan sudah di luar kendali kita.

Yang perlu kalian ketahui adalah

vaksin yang kini disiapkan untuk penggunaan massal,

telah melalui tahapan pengujian intensif

untuk menjaga keamanan dan keefektifannya.

Dan fakta bahwa kita sudah bisa mendapatkan

sekian banyak vaksin


dalam waktu tercepat dalam sejarah manusia,

sudah merupakan sisi terang dalam tahun yang sangat kelam.

Tentunya semua ini dapat terjadi

berkat beribu-ribu tenaga medis, saintis, serta peneliti

yang bekerja non-stop sejak pandemi dimulai.

Dan kini sisanya di tangan kalian.

Sekian untuk video kali ini.

Jika kalian dapat memilih,

vaksin merek apa yang kalian gunakan?

Tulis pilihan kalian serta alasannya

di kolom komentar di bawah,

dan jangan lupa untuk like, share dan subscribe ke Neuron,

supaya kalian tidak ketinggalan video-video baru kami.

Jika ada topik yang kalian ingin kami bahas,

kalian bisa tulis itu juga di kolom komentar.

Semua link untuk sumber yang kami gunakan dalam video ini

dapat kalian lihat di kolom deskripsi.

Terima kasih telah menonton

dan sampai jumpa di video berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai