Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

“PENENTUAN KADAR FEBRILE ANTIGENS”

I. TUJUAN
a. Dapat melakukan pemeriksaan imunologi menggunakan reagen febrile antigens pada serum darah.
b. Dapat mengetahui metode pemeriksaan imunologi menggunakan reagen febrile antigens pada
serum darah.

II. PRINSIP
Suspensi antigen yang bernoda dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghitung antibodi
spesifik pada sera manusia setelah terinfeksi dengan patogen Salmonella, Rickettsiae dan Brucellae
tertentu. Suspensi Proteus OX2, OX19 dan OXK digunakan untuk mendeteksi antibodi Rickettsial
karena spesies ini nampak berbagi polisakarida dengan spesies Rickettsia tertentu dan oleh karena itu
menghasilkan aglutinin yang identik dengan mereka. Antigen demam bernoda cocok untuk uji
aglutinasi selulosa dan tabung cepat terhadap sera manusia untuk mendeteksi aglutinin ini. Suspensi
antigen yang bernoda terbunuh bakteri, diwarnai untuk meningkatkan pembacaan tes aglutinasi.
Antigen bernoda biru khusus untuk antigen somatik '0' sementara antigen bernoda merah khusus untuk
antigen 'H' flagellar.

III. LANDASAN TEORI


Imunoserologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berfokus pada proses identifikasi akan
antibodi, yakni protein yang pembuatannya adalah dari sel darah putih yang bereaksi terhadap antigen.
Antigen ini diketahui pula sebagai sebuah jenis protein asing pada tubuh manusia. Jika melihat dari
nama bidang ilmu ini, tentu sudah dapat ditebak juga bahwa fokusnya adalah lebih kepada sistem
kekebalan tubuh.
Investigasi yang berkaitan erat dengan sistem daya tahan tubuh juga termasuk di dalam
imunoserologi ini. Jenis penyakit autoimun pun menjadi salah satu yang perlu diinvestigasi pada bidang
ilmu ini. Penyakit autoimun merupakan jenis kondisi di mana sistem daya tahan tubuh dapat berubah
dan justru melakukan perlawanan terhadap jaringan tubuh sendiri.
Tak hanya itu saja, imunoserologi juga adalah bidang ilmu kesehatan yang juga berfokus pada
kelainan imunodefisiensi dan kelainan autoimun. Kondisi kelainan imunodefisiensi ini adalah ketika
sistem daya tahan tubuh dinyatakan tidak atau kurang aktif. Jadi, segala hal yang berhubungan dengan
kondisi imunitas tubuh seseorang, maka imunoserologilah yang dapat menangani.
Imunoserologi juga diketahui sebagai sebuah bidang ilmu kedokteran yang mempelajari akan
kecocokan antara organ satu dan organ lain untuk prosedur transplantasi. Sebelum beranjang pada jenis
imunoserologi, ada baiknya untuk mengetahui betul apa itu imunologi dan juga serologi. Keduanya bisa
dikenali lebih dulu seperti berikut:
 Imunologi
Dari ilmu biomedis, imunologi ini merupakan sebuah cabang yang begitu luas di mana
mencakup kajian tentang segala aspek sistem kekebalan atau imun tak hanya pada manusia tapi
pada seluruh organisme. Pada bidang imunologi, ilmu kesehatan ini berfokus mempelajari tentang
peran fisiologis sistem kekebalan pada kondisi yang sakit ataupun sehat pada organisme.
Selain itu, imunologi juga adalah bidang yang mempelajari tentang malfungsi sistem
kekebalan pada gangguan imunologi di mana hal ini mencakup pula akan keadaan defisiensi imun,
penyakit autoimun, penolakan allograft, dan hipersensitivitas. Segala tentang karakteristik
kimiawi, autoimun, dan fisiologis komponen sistem imun in situ, in vitro, serta in vivo juga ada
pada imunologi ini.

 Serologi
Pada serologi, ini merupakan sebuah ilmu kesehatan yang diketahui lebih berfokus
mempelajari respon antigen antibodi secara in vitro. Tujuan dari bidang ilmu ini adalah supaya
dapat membantu penegakan diagnosa sebuah penyakit infeksi. Dalam penegakan diagnosa
tersebut, maka penting dan wajib untuk menemukan dan juga mengisolasi kuman penyebabnya.
Proses dari isolasi itu sendiri akan membutuhkan waktu yang termasuk lama karena untuk
menemukan kuman penyebab yang dimaksud sangatlah sulit dalam praktiknya. Alasan yang
menjadikan hal ini sulit untuk dilaksanakan adalah karena kuman yang sudah masuk ke dalam
tubuh maka kuman sudah dianggap menjadi sebuah antigen alias sebuah benda yang asing. Benda
asing yang masuk ke dalam tubuh kita kemudian bakal memicu pembentukan antibodi terhadap
kuman yang menginvasi tersebut.
Penegakan diagnosa akan sebuah penyakit infeksi tertentu akan menjadi jauh lebih mudah
ketika antibodi tersebut dapat ditemukan di dalam tubuh kita. Untuk itulah, kita membutuhkan
yang namanya pemeriksaan serologi dan bidang ini penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menemukan sekaligus mendeteksi keberadaan kuman atau antigen beserta antibodi yang telah
terbentuk di dalam tubuh, pemeriksaan serologi adalah yang paling dibutuhkan.
Diketahui ada sejumlah panel umum yang memang sudah biasa digunakan pada proses tes
imunoserologi, yakni antara lain:
 PMS atau Penyakit Menular Seksual.
 Rematik
 Torch
 Hepatitis
 Infeksi lain.
Antibodi monoklonal kerap dipergunakan untuk terapi kanker, namun lebih dari itu, antibodi
ini juga baik digunakan untuk proses pendeteksian bermacam-macam zat. Penggunaan antibodi
sebagai reagensia juga bakal sangat membantu dalam prosedur pendeteksian tersebut. Justru hal
ini dianggap sebagai pendukung diagnosa dari penyakit infeksi karena reaksi antigen antibodi
dianggap sangat spesifik.

Metode Imunoserologi
Sejumlah metode imunoserologi digunakan cukup sering dan alangkah baiknya kalau kita dapat
mengenalnya satu per satu seperti berikut:
 Reaksi Aglutinasi
Pada reaksi ini biasanya dilaksanakan untuk antigen yang tak larut atau yang larut namun memiliki
ikatan dengan sel atau partikel. Ada suatu agregat yang dapat terbentuk oleh antigen yang bereaksi
dengan antibodi dan aglutinasi adalah hasil penampakan yang bisa dilihat.
 Reaksi Presipitasi
Untuk metode kedua ada presipitasi di mana reaksi ini dilaksanakan dengan tujuan agar kadar
antibodi pada serum bisa diketahui. Terjadinya presipitasi adalah dikarenakan reaksi antara antigen
yang larut dengan antibodi dan kemudian membentuklah kompleks yang bentuknya berupa
anyaman.
 Reaksi Fiksasi Komplemen
Kadar antibodi yang rendah dapat ditentukan oleh reaksi ini. Biasanya, penentuan hanya untuk
kadar antibodi rendah yang nyatanya tak mampu terdeteksi melalui pengujian presipitasi atau
aglutinasi.
 Reaksi Netralisasi
Reaksi ini juga diketahui sebagai sebuah reaksi antara antibodi dan antigen dengan tujuan untuk
mencegah adanya efek berbahaya seperti keberadaan eksotoksin virus maupun bakteri. Antitoksin
adalah senyawa yang diketahui mampu membuat toksin menjadi netral dan sel hospeslah yang
memroduksi antibodi spesifik tersebut.
 ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Metode ini termasuk yang paling luas dan terdapat 2 cara yang diketahui biasa dilaksanakan, yakni
mendeteksi antigen secara langsung serta tidak langsung untuk pendeteksian antibodi. Teknik ini
adalah yang dianggap paling simpel dan hasilnya pun terinterpretasi secara jelas dan baik, entah
itu negatif atau positif.
 RIA (Radioimmuno Assay)
Metode ini kerap digunakan untuk pengukuran konsentrasi antigen maupun antibodi yang
kadarnya rendah. Untuk itulah, metode ini termasuk sangat baik untuk proses pendeteksian
kelainan tubuh dari awal.
 Reaksi Imunofluoresensi
Metode ini adalah kombinasi antara antibodi dan juga zat warna fluoresein sehingga akhirnya
warna pendaran dapat muncul saat dicek melalui mikroskop menggunakan sinar UV. Metode ini
cukup sensitif, cepat dan bahkan termasuk spesifik sehingga sangat bisa diandalkan.

Jenis Pemeriksaan Imunoserologi


 Uji ASTO/ASO
Pengujian atau pemeriksaan ini adalah salah satu jenis pemeriksaan imunoserologi yang
bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara pemurnian kualitatif.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara suspensi latex dengan serum yang
kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah aglutinasi yang terjadi dalam waktu 2 menit.
Untuk reagen, pada jenis pemeriksaan ini menggunakan kontrol (+) di mana di dalamnya
terkandung antibodi ASO, lalu juga kontrol (-) di mana di dalamnya tak terdapat antibodi ASO.
Tak hanya itu, diketahui ada pula reagen latex atau yang juga diketahui dengan suspensi partikel
lateks polysiterin di mana Streptolysin O sudah melapisinya.
 Uji CRP
Satu lagi jenis tes atau pemeriksaan imunoserologi yang bisa Anda kenali pula untuk tujuan,
prinsip, serta alat pemeriksaan dan cara kerjanya. Tujuan dari pelaksanaan jenis pemeriksaan ini
adalah untuk memudahkan pendeteksian ada tidaknya infeksi kerusakan jaringan serta inflamasi.
Untuk metode, pemeriksaan ini menggunakan jenis metode kualitatif.
Prinsip dari pemeriksaan jenis ini adalah aglutinasi pasif terbalik di mana antibodi CRP
sudah melapisi latex dan target yang dideteksi pada pemeriksaan ini adalah antigen CRP yang ada
pada serum dengan level atau kadar tinggi. Hanya dalam waktu 2 menit, sesudah ditunggu maka
akan tampaklah aglutinasi. Bahan utama jelas adalah serum yang dibantu dengan 2 bahan yakni
pengaduk, transferpet dan tip, serta kaca obyek.
 Uji RPR
Pemeriksaan jenis imunoserologi lainnya adalah uji RPR yang penggunaannya bertujuan
untuk menguji flokulasi non treponemal supaya dapat ditentukan adanya reagen antibodi yang ada
pada serum. Pada pemeriksaan ini, metode yang dipakai diketahui adalah slide test dan memiliki
prinsipnya sendiri dalam tata pelaksanaan dari pemeriksaan ini.
Prinsip dari pemeriksaan RPR ini adalah adanya pencampuran antara tetrasiklin, kolesterol
dan cardiolipin dalam reagen yang dijumpai pula partikel karbon bersama reagen antibodi pada
serum. Jika terlihat adanya gumpalan hitam, maka ini adalah suatu bentuk hasil yang bisa dilihat
secara mikrokopis. Reagen yang diketahui pada pemeriksaan ini adalah RPR Ag, kontrol (-), dan
kontrol (+).
 Uji RF
Jenis pemeriksaan lainnya lagi adalah uji RF di mana tujuan dari adanya tes ini adalah
khusus untuk mendeteksi Rheumatoid Factor dalam serum dan dilakukan secara kualitatif. Untuk
metodenya, pemeriksaan ini lebih mengkhususkan penggunaan dengan aglutinasi latex. Prinsipnya
pun dikenal berbeda dari jenis pemeriksaan yang sudah disebutkan sebelum ini.
Prinsip dari pemeriksaan RF ini adalah pemurnian partikel latex di mana gamma globulin
manusia menjadi lapisannya saat suspensi latex dicampur bersama serum dengan kadar RF yang
naik. Hasil penampakan dari aglutinasi ini diketahui dapat terlihat hanya dalam waktu 2 menit.
Reagen pada pemeriksaan ini adalah kontrol (+) di mana di dalamnya terkandung antibodi RF,
kontrol (-) di mana bebas antibodi RF serta latex.
 Uji Anti HCV
Uji atau pemeriksaan jenis lainnya adalah pemeriksaan Anti HCV di mana metode yang
digunakan lebih dengan imunokromatografi. Pada pemeriksana ini, prinsipnya adalah penggunaan
rekombinan HCV protein yang dijadikan sebagai viral antigen. Reagen yang diketahui adalah
buffer HCV/HCV.
 Uji HbsAg
Pemeriksaan jenis ini sama dengan jenis pemeriksaan yang disebutkan sebelumnya di mana
metode yang digunakan adalah imunikromatografi. Prinsip yang digunakan adalah adanya reaksi
dari serum yang sudah diteteskan ke bantalan sampel terhadap partikel yang berlapisan anti HBs
atau yang juga dikenal dengan sebutan antibodi.
Selanjutnya, campuran ini bakal bergerak di sepanjang strip membran dan kemudian terjadi
keterikatan dengan antibodi tertentu. Nantinya kemudian diketahui bakal timbul garis warna yang
dihasilkan.
 Uji Widal
Jenis pemeriksaan ini juga dikenal dengan istilah pemeriksaan semikuantitatif dengan
metode tabung. Prinsip yang ada pada pemeriksaan ini lebih kepada reaksi dari antibodi Salmonella
paratyphi dan Salmonella typhi dan pada serum sampel terhadap antigen yang ada di reagen widal.
Aglutinasi adalah bentuk reaksi yang bisa dilihat.
 Uji HCG
Tujuan dari pemeriksaan jenis ini adalah untuk mendeteksi kehamilan yang mengandalkan
tes serologi. Metode pada pengujian ini adalah kuantitatif dengan prinsip reaksi hambatan
aglutinasi antara HCG pada urine selama hamil memakai lateks di mana dikatakan dengan HCG
secara kimiawi dan diaglutinasi oleh antibodi HCG. Penggumpalan tidak akan terjadi ketika HCG
bebas pada urine dan penetralan antibodi.
 Uji Anti HAV
Pada jenis pemeriksaan imunoserologi satu ini, diketahui bahwa metode yang digunakan
adalah semi autometik dan autometik atau manual. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah
pendeteksian antibodi virus hepatitis A dengan enzim immunoassay yang berdasar pada prinsip
pengikatan antibodi.

Kesimpulannya, imunoserologi adalah bidang ilmu pengetahuan yang diperlukan ketika hendak
memeriksa segala kondisi tubuh yang berhubungan dengan imunitas. Proses identifikasi antibodi
dengan pemeriksaan imunoserologi pun sangatlah membantu sehingga mampu mengetahui respon
terhadap protein atau antigen asing yang ada di dalam tubuh. Untuk menjaga tubuh tetap fit dan jauh
dari kelainan imun, tak salah juga mencari cara meningkatkan daya tahan tubuh.

Gambar 1. Nilai normal pemeriksaan imunologi

IV. TAHAP PREANALITIK


a. Identitas sampel (pemeriksaan febrile antigen)
b. Jenis sampel : Serum darah.
c. Persyaratan sampel : Pasien puasa.
Alasan pasien diwajibkan berpuasa : Kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang
dikonsumsi akan diserap ke dalam aliran darah dan dapat memberikan dampak langsung pada
tingkat glukosa darah, lemak dan besi. Puasa minimal selama 10-12 jam (kecuali glukosa minimal
8 jam) akan mengurangi variabilitas substansi tersebut dan juga variabilitas substansi lain dalam
darah. Hal ini untuk memastikan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi makanan
terakhir dan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh dokter. Puasa dalam konteks laboratorium
adalah tidak mengkonsumsi makanan dan minuman (kecuali air putih) dalam jangka waktu yang
ditentukan. Sebaiknya meminum air putih dalam jumlag cukup karena tubuh yang terhidrasi
dengan baik akan memberikan gambaran kadar pemeriksaan yang sebenarnya.

V. TAHAP ANALITIK
1. Prosedur Kerja
Tes skrining cepat
 Menggunakan pipettor, berikan 0,0 ml ke lingkaran diamter 3 cm.
 Kocok botol reagen dengan baik dan tambahkan satu tetes suspensi antigen yang tidak
dicairkan ke aliquot serum.
 Campur dengan baik menggunakan strring stick dan putar slide.
 Baca setelah 1 menit.
 Jika aglutinasi diamati setelah satu menit titer signifikan harus diperoleh dalam uji tabung
konfirmasi. Reaksi kira-kira setara dengan pengenceran uji tabung 1:20.
 Pada pengenceran ini, efek prozon dapat ditemui, hal ini dapat dihilangkan dengan
menggunakan volume sampel yang lebih kecil atau meningkatkan titrasi slide yang cepat.

Titrasi secara cepat


 Menggunakan pipet, berikan 0,08 ml, 0,04 ml, 0,02 ml, 0,01 ml, dan 0,005 ml serum yang
tidak dilarutkan ke deretan lingkaran berdiameter 3 cm.
 Kocok botol reagen dengan baik dan tambahkan satu tetes suspensi antigen yang tidak
dicairkan ke setiap aliquot serum.
 Campur dengan baik menggunakan tongkat pengaduk dan putar slide.
 Baca setelah 1 menit aglutinasi yang terlihat dalam lingkaran mana pun menunjukkan hasil
berikut jika dilakukan uji tabung.
0,08 ml = 1:20 ; 0,04 ml = 1:40 ; 0,02 ml = 1:80
0,01 ml = 1:160 ; 0,005 ml = 1:320
Dengan cara ini, uji slide cepat memberikan perkiraan pada hasil yang diharapkan dari uji
tabung yang sesuai.

Uji aglutinasi tabung


 Beri label 8 tabung plastik kecil di rak.
 Menggunakan pipet, buang 0,1 ml serum pasien yang tidak dicerna ke dalam tabung pertama.
 Aduk rata dengan menggunakan volume pipet dan ujung yang lebih besar.
 Menggunakan pipet, buang 1,0 ml dari tabung pertama ke tabung kedua. campur dengan baik.
 Lanjutkan metode pengenceran dua kali lipat sampai ke tabung ketujuh. Buang 1,0 ml dari
tabung ketujuh. delapan tabung hanya akan mengandung garam sebagai kontrol dan
karenanya tidak boleh mengandung serum apapun.
 Kocok botol reagen dengan baik dan tambahkan 1 tetes suspensi antigen yang sesuai ke dalam
setiap tabung dan aduk rata.
 Diinkubasi sebagai berikut: salmonella, brucella, proteus dan 'F'. 37 derajat celcius selama 24
jam.
 Periksa tabung setelah waktu inkubasi approprite dan periksa aglutinasi. Titer yang akan
diambil adalah tabung terakhir untuk menunjukkan aglutinasi.

VI. ALAT DAN BAHAN


a. Alat : Syringe, Sentifuge, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Mikropipet, Thermostatic bath (30-
50°C), Saline solution (NaCl 0,9%), Test tubes.
b. Bahan
1. Serum darah
2. Reagen (Febrile Antigen)
 Brucella abortus : 5 ml
 Brucella melitensis : 5 ml
 Proteus OX2, OX19 : 5 ml
 Protus OXK : 5 ml
 Salmonella H paratyphi a, b, c : 5 ml
 Salmonella typhi H : 5 ml
 Salmonella O paratyphi A, B, C : 5 ml
 Salmonella typhi O : 5 ml
 Positive & Negative control : 1 ml
 Febrile antigen kit : 8x5 ml antigen
 Widal kit Salmonella Ha, Hb, Hc, Hd, OA, OB, OC, OD : 8x5 ml antigen

Anda mungkin juga menyukai