Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS KRITIS :


STROKE PADA PERIODE
AKUT
Ns. Apriani, S.Kep., M.Kes
DEFINISI STROKE
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) adalah suatu
manifestasi neurologik yang terjadi mendadak dalam waktu yang
singkat karena adanya gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.

- Sekitar 75% kasus stroke diakibatkan oleh obstruksi vaskular


(trombus atau emboli) yang mengakibatkan iskemi dan infark
- Sedangkan 25% stroke adalah hemoragi akibat penyakit
vaskuler hipertensif, ruptur aneurisma atau malformasi
arteriovenosa yang menyebabkan perdarahan intraserebral.
- Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula
serangan stroke berlangsung sampai satu minggu.
KLASIFIKASI STROKE

1. Stroke Iskemik (Non Hemorragie)


2. Stroke Hemorragie
KLASIFIKASI STROKE
1. Stroke Iskemik (Non Hemoragic)
Tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian / keselurahan terhenti.

Stroke Iskemik

Stroke Hipoperfusion
Stroke Embolik
Trombotik sistemik
a. Stroke trombotik
Stroke yang terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak baik pembuluh darah kecil maupun
besar.
b. Stroke Embolik
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bawaan darah, lemak
ataupun udara,pada umumnya berasal dari trombus di jantung
yang terlepas, dan menyumbat sistem ateriserebral. Emboli
serebral biasanya cepat dan gejala yang timbul < 10 – 30 detik.
c. Hipoperfusion Sistemik
Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung
2. Stroke Hemorragik
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemorragick terjadi pada penderita
hipertensi.

Stroke Hemorragik

Hemorragik Hemorragik
Intraserebral Subaraknoid
STROKE HEMORRAGIK VS STROKE ISKEMIK
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENYEBABKAN STROKE
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)
- Jenis kelamin : pria >>> wanita
- Usia : usia lanjut >>> resiko terkena stroke
- Keturunan
2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes Mellitus
- Polisitemia
- Stres Emosional
3. Kebiasaan hidup
- Merokok
- Peminum alkohol
- Obat-obatan terlarang
- Aktivitas yang tidak sehat : Kurang olahraga,
makanan berkolesterol
MANIFESTASI KLINIS
- Bicara cadel/pelo
- Mulut mencong atau tidak simetris
- Gangguan daya ingat
- Kesadaran menurun
- BAK terganggu
- Gangguan fungsi otak /defisit neurologi
DEFISIT NEUROLOGI
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pada Fase Akut
• Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
oksigenisasi dan sirkulasi. Reperfusi dengan trombolityk
atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik
/embolik.
• Pencegahan peningkatan TIK.
Dengan meninggikan kepala 15-30, menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
• Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
• Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena
serebral berkurang
2. Post fase akut  
• Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik 
• Program fisiotherapi
• Penanganan masalah psikososial
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
• Pemasangan cairan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam.
Cairan hipotonis seperti : dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena dapat
memperhebat edema serebri.
• Pemberian oksigen melalui nasal kanul
• Jangan memberikan apapun melalui mulut
• Pemeriksaan EKG
• Pemeriksaan rontgen toraks
• Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia darah
(glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial
Thromboplastin time)
• Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:
1) Kadar alkohol
2) Fungsi hepar
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi
KONSEP KEPERAWATAN
1.PENGKAJIAN
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-    Riwayat CVD sebelumnya,hipertensi, DM
-    Merokok
b.   Pola nutrisi metabolik
-    Anoreksia
-    Mual, Muntah
-    Dispagia (kesulitan menelan)
-    Gangguan pengecapan dan menelan
c.    Pola eliminasi
-    Inkontinensia urine, Oliguri
-    Konstipasi
d.   Pola aktivitas dan latihan
-    Gangguan tonus otot (spastik)
-    Kehilangan koordinasi keseimbangan
-    Hemiparesis
-    Hemiplegia
e.  Pola tidur dan istirahat
-   Sulit tidur
f.    Pola persepsi kognitif
-   Kehilangan memori
-   Gangguan bicara
-   Nyeri/sakit kepala, kaku kuduk
-   Gangguan fungsi sensori penglihatan, penghiduan,
pendengaran, perabaan, pengecapan.
g.   Pola persepsi dan konsep diri
-   Perubahan kepribadian dan emosi
-   Rendah diri
-   Cemas
h.   Pola peran dan hubungan dengan sesama
-   Emosi labil
-   Perubahan tingkah laku dan peran
i. Pola reproduksi seksualitas
-   Perubahan pola hubungan seksual
j.    Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
-   Depresi
-   Penyangkalan terhadap penyakit
-   Cara mengatasi masalah
k.   Pola sistem nilai kepercayaan
-   Ketidakmampuan penatalaksanaan ibadah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penurunan aliran
darah ke otak
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, dan cedera otak
3. Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi otot
facial/oral
4. Defisit perawatan diri b/d hemiparesis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
INTERVENSI
DX. I : Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penurunan aliran
darah ke otak

• Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan skala koma


glascow
• Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
• Pertahankan keadaan tirah baring.
• Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan
dalam posisi anatomis (netral).
• Berikan obat sesuai indikasi: contohnya antikoagulan (heparin)
DX. II : Kerusakan mobilitas fisik b/d hemiparesis, kehilangan
• Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
• Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
• Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas
• Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
• Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif

DX. III : Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan fungsi otot


facial/oral
1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi
2. Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama
bendatersebut
3. Ajarkan klien tekhnik berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat)
DX. IV : Defisit perawatan diri b/d hemiparesis
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk menentukan kebutuhan
sehari- hari 
2. Anjurkan keluarga pasien untuk menghindari melakukan sesuatu
untuk pasien yang dapat dilakukannya sendiri
3. Pertahankan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang
cukupuntuk mengerjakan aktivitasnya.
4. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi

DX. V : Perubahan persepsi sensori b/d perubahan resepsi/penerimaan


sensori, tranmisi, integrasi, stres psikologik
• Lihat kembali proses patologis kondisi individual
• Evaluasi adanya gangguan penglihatan.
• Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang
membahayakan.
• Anjurkan klien untuk mengamati kakinya bila perlu dan
menyadari posisi bagian tubuh tertentu. Buat pasien memperhatikan bagian t
ubuh yang terabaikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai