Dibina oleh :
Oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada kami
selaku penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Makalah berjudul “Patologi Sosial” disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikopatologi. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Nur Aziz Afandi, M.Si sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Psikopatologi yang telah memberikan tugas kepada kami.
Oleh,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Contents
PATOLOGI SOSIAL ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
A. Pengertian Patologi Sosial............................................................................ 2
B. Poverty (Kemiskinan) ................................................................................... 3
1. Psikoterapi ................................................................................................ 3
2. Psikofarmakologi ...................................................................................... 4
3. Pedoman Diagnosa ................................................................................... 4
C. Kriminal (Criminality) ................................................................................. 4
1. Psikoterapi ................................................................................................ 5
2. Psikofarmakologi ...................................................................................... 5
3. Pedoman Diagnosa ................................................................................... 5
D. Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency) ................................................... 6
1. Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja ........................................... 6
2. Pendekatan Humaniter Menurut Kartini Kartono .................................... 7
3. Psikofarmakologi ...................................................................................... 9
4. Pedoman Diagnosis .................................................................................. 9
E. Perjudian (Gambling) ................................................................................. 10
1. Terapi Judi Patologis .............................................................................. 10
2. Psikofarmakologi .................................................................................... 11
3. Pedoman Diagnosis ................................................................................ 11
F. Korupsi (Corruption) ................................................................................. 12
1. Psikoterapi .............................................................................................. 12
2. Psikofarmakologi .................................................................................... 13
3. Pedoman Diagnosis ................................................................................ 14
BAB III ................................................................................................................. 15
A. Cara Mendapatkan Data ............................................................................. 15
iii
B. Studi kasus ................................................................................................. 15
BAB IV ................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................. 22
A. Cara Penanganan ........................................................................................ 22
B. Kesimpulan ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
Dalam mempelajari patologi social ini bertujuan untuk memahami apa
itu masalah social dan penanganan yang harus dilakukan dalam mengatasi hal
tersebut di masyarakat.
1
BAB II
KAJIAN TEORI
Patologi sosial berasal dari gabungan dua konsep yaitu patos yang
berarti penyakit dan logos yang berarti ilmu/studi. Berdasarkan dasar
epitimologis tersebut, maka patologi sosial dapat didefinisikan sebagai
suatu ilmu atau disiplin yang mempelajari dan mengkaji tentang penyakit
dalam suatu masyarakat (Kartono, 2005). Penyakit dalam masyarakat dalam
hal ini tidak diartikan secara harfiah, namun ilmu ini melihat dan membagi
masyarakat ke dalam dua golongan, yaitu masyarakat yang sehat dan
masyarakat yang sakit. Selanjutnya, masyarakat yang sakit inilah yang
kemudian dalam beberapa konsep disebut-sebut sebagai masalah sosial
karena dalam bingkai teori fungsionalis dianggap telah mengacaukan
harmoni dan keseimbangan dalam suatu sistem masyarakat.
2
b. Perilaku menyimpang, seperti: kecanduan obat terlarang, gangguan
mental, kejahatan, kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
B. Poverty (Kemiskinan)
1. Psikoterapi
3
menantang. Yang paling penting adalah mau untuk berubah atau
mengubah sudut pandang, keyakinan, dan cara kita hidup di dunia jika
memang itu yang bisa menjadikan kita diri yang lebih baik lagi.
2. Psikofarmakologi
3. Pedoman Diagnosa
C. Kriminal (Criminality)
Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang
bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat,
sifatnya asosial dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Di
dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) jelas tercantum: Kejahatan adalah semua bemuk perbuatan yang
memenuhi perumusan ketemuan-ketentuan KUHP. Misalnya pembunuhan
adalah perbuatan yang memenuhi perumusan Pasal 338 KUHP, mencuri
memenuhi bunyi Pasal 362 KUHP sedang kejahatan penganiayaan
memenuhi Pasal 351 KUHP.
4
1. Psikoterapi
5
D. Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency)
a) Instabilitas psikis.
6
Sebagai akibat dari defisiensi ini, muncul banyak
agresivitas. Dorongan-dorongan, impuls-impuls dan sikap-sikap
bermusuhannya meledak-ledak secara eksplosif seperti pada
penderita epilepsi/ayan. Semua ini mengakibatkan defek
intelektual, hingga pasien selalu melakukan reaksi yang primitif,
yang ditampilkan dalam gejala: tingkahlaku jahat-kejam tidak
berperikemanusiaan, dan suka menteror orang lain serta
lingkungan
c) Fungsi persepsi yang defektif.
Mereka itu tahu bahwa perilakunya jahat kriminal,
namun mereka tidak menyadari arti dan kualitas dari
kejahatannya. Sebab hati nuraninya sudah menumpul, hingga
tingkah-lakunya menjadi buas jahat dan kejam kelewat-lewat.
7
Berdasarkan keterangan di atas maka perlu pendekatan
humaniter (kemanusiaan). Pemahaman dan pendekatan secara
humaniter terhadap juvenile delinquency dilakukan atas dasar
beberapa pertimbangan berikut:
a. Didasarkan atas pandangan hidup dan falsafah hidup
kemanusiaan/humaniter terhadap pribadi anak-anak dan para
remaja.
b. Kebutuhan akan perawatan dan perlindungan terhadap anak-
anak dan remaja yang nakal-jahat, bermasalah dan menjadi
masalah sosial, disebabkan oleh ketidakdewasaan mereka.
c. Untuk menggolongkan anak dan remaja delinkuen tersebut
ke dalam satu kategori yang berbeda dengan kategori
kriminalitas orang dewasa.
d. Untuk menerapkan prosedur-prosedur peradilan,
penghukuman, penyembuhan dan rehabilitasi khusus;
terutama sekali untuk menghindarkan anak-anak dari
pengalaman traumatis yang tidak perlu, serta melindungi
mereka dari tindak-tindak manipulatif oleh orang-orang
dewasa.
e. Adanya tugas "parens patriae" sebagai orang tua dan bapak
oleh orang dewasa dan masyarakat, khususnya oleh negara
untuk ikut bertanggung jawab memikul beban memelihara
dan melindungi anak-anak dan para remaja yang terhalang
proses perkembangan mentalnya, dan cacat secara sosial.
8
d) foster home placement,
e) undang-undang khusus untuk pelanggaran dan kejahatan
yang dilakukan oleh anak-anak dan para remaja,
f) sekolah bagi anak-anak gembel,
g) rumah tahanan untuk anak, dan lain-lain.
3. Psikofarmakologi
Obat Antipsikotik telah digunakan untuk mengatasi agresif dalam
konteks gangguan tingkah laku dan ketidak mampuan belajar. Pada
prakteknya obat ini sering di gunakan dan dilaporkan terdapat
perbaikan prilaku oleh klinis dan keluarga. Banyak obat ini telah
dicoba untuk gangguan perilaku, termasuk gangguan tingkah laku
agresif dan Juvenile Deliquency.
4. Pedoman Diagnosis
Definisi Kenakalan Anak dan Remaja Menurut DSM-IV
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-4th Edition),
kenakalan anak dan remaja adalah tindakan kriminal (sesuai dengan
batasan hukum setempat) yang dilakukan oleh anak remaja meliputi
berbagai masalah neuropsikiatri, meskipun untuk istilah kenakalan
lebih memfokuskan pada batasan hukum dibandingkan dengan
batasan medis (Soetjiningsih 2002:24).
Adapun dalam diagnosis kenakalan anak dan remaja
digunakan beberapa parameter sebagai berikut :
a. Perilaku agresif terhadap orang lain dan binatang, seperti :
1) Sering mengganggu, mengancam dan atau mengintimidasi
orang lain.
2) Sering memulai perkelahian fisik.
3) Menggunakan senjata yang dapat membahayakan fisik
orang lain (misalnya : Pentungan, batu, pecahan botol,
pisau, sejata api).
4) Mengancam orang lain secara fisik.
5) Mengancam binatang secara fisik.
6) Mencuri yang menimbulkan korban (misalnya : membegal,
mencuri dompet, memeras, merampok dengan
menggunakan senjata).
9
7) Memaksa orang lain untuk melakukan aktifitas seksual
dengannya.
b. Merusak hak milik orang lain, seperti :
1) Sengaja membakar dengan maksud menimbulkan
kerusakan yang serius.
2) Sengaja menghancurkan milik orang lain (selain
menggunakan api).
c. berbohong, seperti :
1) Sering berbohong untuk mendapatkan harta benda atau
keuntungan atau untuk menghindari kewajiban.
2) Mengutil, melakukan pemalsuan.
d. Pelanggaran serius terhadap peraturan, seperti :
1) Sering keluar malam walaupun sudah dilarang oleh orang
tua atau kerabat keluarga paling tidak 2 kali (atau satu kali
tanpa kendali dalam waktu lama).
2) Sering bolos sekolah, mulai umur kurang dari 13 tahun.
(Wirdiani dan Soetjiningsih 2004 : 244).
E. Perjudian (Gambling)
10
(AA); GA merupakan terapi yang efektif, terjangkau. setidaknya di kota
besar, untuk judi pada sejumlah pasien. GA adalah suatu metode terapi
kelompok inspirasional yang meliputi pengakuan di hadapan publik,
tekanan kelompok sependeritaan, dan adanya penjudi yang telah pulih
(seperti pada AA) yang siap membantu anggota untuk menolak impuls
berjudi. Meskipun demikian, angka drop-out dari GA tinggi. Pada
beberapa kasust perawatan di rumah sakit dapat membantu dengan
memindahkan pasien dari lingkungannya. Tilikan sebaiknya tidak
dicari sampai pasien benar-benar jauh dari perjudian selama 3 bulan.
Pada saat ini, pasien yang merupakan penjudi patologis dapat menjadi
kandidat yang sangat baik untuk psikoterapi berorientasi tilikan. Terapi
kognitif perilaku (contoh., teknik relaksasi digabungkan dengan
visualisasi penghindaran judi) memiliki beberapa keberhasilan.
2. Psikofarmakologi
3. Pedoman Diagnosis
11
(a) Judi dan taruhan untuk kesenangan atau sebagai upaya
mendapatkan uang, orang ini dapat menahan diri apabila kalah
banyak atau ada efek lain yang merugikan
(b) Judi berlebihan oleh penderita gangguan manik
(c) Judi pada kepribadian dissosial (disini terdapat lebih banyak
gangguan dalam perilaku sosial lain yang menetap, terlihat
pada tindakan-tindakan agresif atau cara-cara lain yang
menunjukkan sangat kurang peduli terhadap kesejahteraan
dan perasaan orang lain).
F. Korupsi (Corruption)
Tindak pidana korupsi adalah perbuatan pelanggaran terhadap
lingkup sosial maupun ekonomi masyarakat, sehingga tindak pidana
korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary-
crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary
crimes), sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat
dilakukan secara biasa tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa (extra-
ordinary enforcement) (Djaja, 2010). Meningkatnya tindak pidana korupsi
yang tidak terkendali akan membawa dampak negatif, tidak hanya terhadap
kehidupan perekonomian nasional dengan merugikan kondisi keuangan
negara, namun juga melanggar hak-hak sosial dan ekonomi pada kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Nas,Price dan Weber (Kurniawan, 2009) menyebutkan bahwa faktor
penyebab korupsi terkait dengan karakteristik individual yang terjadi ketika
seseorang serakah dan tidak dapat menahan godaan, lemah, dan tidak
memiliki etika sebagai seorang pejabat publik. Dampak dari tindakan
korupsi sangat beragam, salah satunya dapat memunculkan terjadinya
kesenjangan ekonomi, ketidakadilan dan terhambatnya sektor atau bidang
tertentu di lingkungan masyarakat.
1. Psikoterapi
12
a. Logoterapi
Bastaman (2007) menyatakan bahwa logoterapi merupakan
terapi yang menekankan pada pencarian makna hidup dengan tujuan
untuk memberi fokus terhadap masa depan. Logoterapi adalah suatu
proses terapi pengobatan atau penyembuhan untuk menemukan
makna hidup dan pengembangan spiritual seseorang. Makna hidup
berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini
dirasakan demikian berarti dan berharga.
Kemampuan memaknai hidup melalui logoterapi juga sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutejo (2017) mengenai
pengaruh logoterapi kelompok terhadap kemampuan memaknai
hidup pada residen Napza, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara makna hidup residen yang diberikan logoterapi
kelompok dengan yang tidak diberikan logoterapi kelompok. Makna
hidup penting untuk dicapai dan dimiliki individu dalam kondisi
apapun sehingga dapat memunculkan kesadaran untuk
bertanggungjawab secara penuh dalam kehidupannya.
b. Hipnoforensik
2. Psikofarmakologi
13
gangguan kepribadian ambang mempunyai respons yang baik terhadap
obat golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) dengan
perbaikan pada kemarahan, perilaku agresif impulsif (terutama agresi
verbal), dan afek yang labil.6,9 Obat ini membantu psikoterapi dengan
mengurangi “suara-suara afektif” seperti kemarahan yang menetap,
kecemasan atau disforia, yang mencegah pasien untuk tidak
merefleksikan hal tersebut ke dunia internal mereka. Juga terdapat bukti
bahwa SSRI menstimulasi neurogenesis, terutama di hippocampus,
yang memperbaiki memori deklaratif verbal.
3. Pedoman Diagnosis
Gangguan kepribadian yang paling cocok disematkan kepada
koruptor, yaitu jenis gangguan kepribadian antisosial. Gangguan
kepribadian antisosial lebih dikenal dengan sebutan gangguan
psikopatik dengan orang yang menderitanya disebut psikopat.
Beberapa ciri yang sekiranya cocok dengan karakter dari
seorang koruptor adalah tidak merasa bersalah atas perbuatan yang telah
dilakukan malahan ada kecenderungan untuk mengulanginya terus,
sering berbohong, menggunakan orang lain untuk kepentingan pribadi,
perilaku impulsif, agresif, tidak bertanggung jawab serta menggunakan
alasan-alasan rasionalisasi untuk membenarkan segala tindakannya
yang salah dan merugikan orang lain.
14
BAB III
KASUS PATOLOGI SOSIAL
15
faktor yang mendukung tindakan tersebut. Jadi setiap tindakan yang
menyimpang tidak terlepas dari pengaruh faktor yang negative yang
diterima oleh setiap individu siswa atau kelompok siswa.”
16
keagamaan.27 Sementara, data dari observasi didapatkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kenalakn siswa adalah: perhatian orang tua terhadap anak
kurang, kurangnya komunikasi dalam keluarga, pengaruh teman dan
pergaulan, ekonomi keluarga yang rendah, pemahaman dan minat beragama
yang kurang, dan kesadaran individu siswa kurang. “Sebenarnya di antara
penyebab kenakalan anak-anak di sini yang paling berdampak negatif
adalah kurang perhatian orang tua. Banyak siswa nakal disebabkan kedua
orang tuanya pergi bekerja keluar negeri, sehingga perhatian orang tua
kepada siswa menjadi kurang. Di samping itu hal-hal yang bisa
mempengaruhi siswa di sekolah di antaranya adalah teman
sepermainan.Peraturan di sekolah sudah ketat tetapi siswa masih bisa
mencari kelemahan dari peraturan yang sudah dibuat.”
17
karena kalau saya seperti itu terus tidak ada baiknya untuk saya karena saya
selalu masuk kantor BP dan saya juga malu karena orang tua saya selalu
dipanggil karena masalah saya, dan saya juga ingin berubah pak masak saya
terus terusan seperti ini, karena saya kalau terus terusan begini nanti saya
gak maju maju.”
18
untuk memberi tahu anak saya pak tapi dia selalu bandel, pamit sekolah
ternyata tidak sekolah pak, tapi akhir akhir ini alhamdulillah pak sudah
sadar pak karena sering belajar agama dan habis di panggil oleh Guru BP
nya ".
C. Diagnosis
Hasil dari diagnosis yang telah dilakukan setelah membaca dan
memahami dari kasus yang terdapat diatas bahwa ada tiga macam jenis
kenakalan siswa di MTs Hasanah, yaitu: Pertama, kenakalan psikologis,
seperti tercemarnya nama baik seseorang, harga diri serta martabat
seseorang karena fitnah. Kedua, kenakalan materialis, seperti pengerusakan
gedung. Ketiga, kenakalan normatif, seperti mencuri, tawuran atau
melakukan hubungan seks di luar nikah. Faktor penyebab timbulnya
berbagai jenis kenakalan siswa berasal dari ketiga lingkungan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
19
Dari kenekalan-kenakalan siswa tersebut, maka MTs Hasanah
melakukan beberapa hal dalam menanggulanginya dengan tiga cara yaitu:
pertama, preventif. Ini yang dianggap cukup berhasil adalah mengadakan
pendekatan dengan orang tua atau wali siswa. Kedua, represif. Cara represif
cukup berhasil adalah memberi hukuman yang mendidik dan tugas. Ketiga,
kuratif. Cara ini cukup berhasil adanya silaturrahim ke rumah siswa. Di sisi
lain berapa solusi tersebut harus diiringi dengan internalisasi Pendidikan
Agama Islam dengan baik, baik melalui ceramah (nasehat), diskusi, dan
teladan yang baik dari semua pihak. Dari observasi, wawancara, serta
metode dokumentasi, ditemukan efektfitas Pendidikan Agama Islam dalam
mengentas problem kenakalan siswa di MTs Hasanah Surabaya. Dengan
adanya peninggatan mutu akhlak siswa baik di dalam kelas, di luar ataupun
di lingkungan masyarakat, maka bisa dikatakan upaya reinternalisasi
Pendidikan Agama Islam tidak hanya memberikan pengetahuan, tapi juga
memberikan nilai.
20
21
BAB IV
PENUTUP
A. Cara Penanganan
Upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah dan
menanggulangi penyakit masyarakat antar lain yaitu dengan menegakkan
hukum yang berlaku secara tegas, memberikan pengajaran dan pemahaman
nilai-nilai agama, budaya maupun norma-norma yang ada terhadap
masyarakat serta mensosialisasikan kepada mesyarakat akan pentingnya
pendidikan dan yang terpenting adalah memperbaiki persepsi masyarakat
terhadap suatu perbedaan.
B. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
“patologi sosial” adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala sosial
yang dianggap “sakit”, disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Sedangkan
penyakit masyarakat adalah semua tingkah laku yang melanggar norma-
norma dalam masyarakat dan dianggap menganggu, merugikan serta tidak
dikehendaki oleh masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya penyakit masyarakat antara lain yaitu faktor keluarga, faktor
lingkungan dan faktor pendidikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Ulfa. 2018. Logo Terapi Sebagai Pembentuk Sikap Anti Korupsi pada
Mahasiswa. Jurnal Psycho Idea. No. 02.
23