Anggota Kelompok:
Firas Fathin Riyandika (1505287)
Ilham Fajar Ramadhan (1500590)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
psikologi sosial ini.
Makalah ini terdiri dari 4 Bab. Bab 1 mengenai Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Pustaka,
Bab 3 mengenai Pembahasan dan Bab 4 Penutup. Makalah ini telah kami susun sesuai
sistematika penulisan makalah yang benar, tapi terlepas dari semua itu kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah psikologi sosial ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah psikologi sosial ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Ilmu psikologi tak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Psikologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya,
maupun latar belakangnya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita tidak bisa
lepas dari masalah kejiwaan. Kejiwaan seseorang mempengaruhi cara seseorang bergaul,
bersikap serta mengambil keputusan. Maka dari itu kita harus mengetahui apa itu psikologi
secara mendalam agar kita dapat mengatur dan mengontrol diri kita sendiri agar bisa menjadi
manusia ideal.
Psikologi memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya Psikologi Sosial. Psikologi
sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dari ilmu pengetahuan
psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia
dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang
pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi
ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan
situasi sosial.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara
psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu
hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak
psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik
dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-
segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus.
Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi
teoritis.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai pengertian psikologi sosial, ruang
lingkup psikologi sosial, serta sub bab lain yang berhubungan dengan psikologi sosial. Kami
juga menyajikan studi kasus yang menunjang materi kami agar lebih memehami konsep
psikologi sosial yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Secara harfiah Psikologi berasal dari kata: Pysche (Jiwa) dan logos (ilmu), sehingga
secara harafiah disebut juga Ilmu Jiwa. Beberapa pengertian yang dirumuskan oleh para ahli
itu antara lain sebagai berikut:.
Sejarah psikologi dapat ditelusuri pada masa Yunani kuno. Pada tahun 1600-an, filsuf
Perancis yang terkenal, Rene Descartes, memperkenalkan konsep dualisme yang menekankan
pada tubuh dan pikiran yang pada dasarnya adalah dua entitas terpisah yang berinteraksi
bersama untuk membentuk pengalaman.
Pada pertengahan abad ke-19, muncul Wilhelm Wundt, seorang ahli ilmu fisiologi
Jerman yang terkenal akan karya-karyanya, menguraikan hubungan yang paling penting
antara fisiologi dan psikologi. Dia mempelajari tentang kesadaran manusia dan berusaha
untuk menerapkan metode eksperimental tertentu untuk mempelajari proses mental internal.
Proses ini sekarang dikenal dengan introspeksi.
Salah satu murid Wundt yang paling terkenal, Edward Titchener, menjadi salah satu
pendiri sekolah psikologi pertama. Edward Titchener memunculkan sebuah pemikiran baru
yang disebut strukturalisme. Menurut strukturalisme, kesadaran manusia dapat dipecah
menjadi bagian-bagian kecil. Menggunakan introspeksi, siswa dilatih untuk berusaha
memecahkan reaksi dan tanggapan yang paling dasar dari semua persepsi dan sensasi.
Sampai saat itu, psikologi cenderung lebih menekankan pada pengalaman manusia
secara sadar. Sigmund Freud, dokter Austria yang terkenal karena mengubah wajah psikologi
sedemikian rupa, mengedepankan teori kepribadian yang menekankan pada pentingnya
pikiran bawah sadar. Penelitiannya dengan orang yang menderita penyakit mental seperti
histeria membuatnya percaya bahwa pengalaman anak usia dini serta impuls bawah sadar kita
memberi kontribusi besar terhadap pengembangan kepribadian dan perilaku orang dewasa.
Menurutnya, gangguan psikologis pada dasarnya akibat dari konflik tak sadar yang terjadi
dalam diri kita, dan yang menjadi tidak seimbang. Teorinya memiliki dampak besar pada
psikologi di abad ke-20, yang mempengaruhi bidang lainnya seperti sastra, seni dan budaya.
Psikologi berkembang secara dramatis selama abad ke-20 dan muncul pemikiran yang
dikenal dengan behaviorisme. Behaviorisme adalah perubahan yang sangat besar dari semua
perspektif teoritis sebelumnya, dan menolak penekanan pada pikiran sadar serta pikiran
bawah sadar. Melainkan berusaha untuk membuat disiplin yang lebih ilmiah dengan
menekankan pada perilaku yang dapat diamati. Perilaku menekankan pada kenyataan, bahwa
materi pelajaran psikologi pada dasarnya adalah perilaku manusia. Dampak dari aliran
pemikiran ini sangat besar dan mendominasi selama hampir 50 tahun. Meskipun akhirnya
runtuh, prinsip-prinsip dasar behaviorisme masih digunakan sampai sekarang. Metode terapi
sering digunakan untuk membantu anak-anak mengatasi perilaku maladaptif dan belajar
keterampilan baru.
Pada pertengahan abad ke-20, muncul pemikiran yang kita kenal dengan psikologi
humanistik, konsep teoritis yang meletakkan penekanan pada pengalaman sadar.
Disiplin ilmu psikologi telah mengalami pertumbuhan dan perubahan besar sejak awal
kemunculan Wilhelm Wundt. Psikologi sejak itu terus berubah dan berkembang, membawa
perspektif baru. Penelitian psikologis sekarang berfokus pada banyak aspek dari perilaku
manusia dan pengalaman, yang mengacu pada faktor budaya dan sosial, serta pengaruhnya
pada perilaku manusia.
a. Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di
bicarakan.
b. Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya
peristiwa-peristiwa tersebut.
c. Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai
hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.
d. Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.
e. Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.
Seperti yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka
dengan sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain seperti,
Objek tertentu
Metode pendekatan atau penelitian tertentu
Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu
Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek
Berikut dijelaskan hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain yaitu, sebagai berikut :
Fisiologi (ilmu tentang tubuh manusia) dapat dihubungkan dengan ilmu psikologi
untuk memperoleh kejelasan tentang bagaimana sebenarnya proses tingkah laku.
Untuk dapat mengetahui pola-pola reaksi manusia, sehingga individu menjadi objek
penyelidikan psikologi. Sosiologi adalah ilmu yang berpengaruh pada psikologi Sosial.
Sosiologi adalah suatu bidang ilmu yang terkait dengan perilaku hubungan antar individu,
atau antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok (interaksionisme) dalam perilaku
sosialnya.
Mendidik dan mengajar yang berhasil diantaranya harus menyesuaikan diri dengan
keadaan jiwa anak, dan itu semua memerlukan psikologi. Hubungan Psikologi dengan Ilmu
Pendidikan Ilmu Pendidikan: bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir
sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak didasarkan pada
psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan Psikologi Pendidikan
Fireworks.
Adapun antropologi adalah ilmu yang memfokuskan pada perilaku sosial dalam
suprastruktur budaya tertentu. Psikologi Sosial mempelajari perilaku individu yang
bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya. Perbedaan psikologi
sosial dengan sosiologi adalah fokus studinya. Fokus perhatian studi psikologi sosial adalah
perilaku Individu sedangkan sosiologi fokus pada sistem dan struktur sosial yang dapat
berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu atau lebih memfokuskan pada
masyarakat dan budaya yang melingkupi individu.
Tiga masalah yang menjadi fokus perhatian antropologi adalah kepribadian bangsa,
peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal. Dalam persoalan
‘kepribadian bangsa’ sesudah perang Dunia ke-1 menunjukkan bahwa hubungan antar bangsa
kian intensif, perhatian penjajah terhadap kepribadian bangsa jajahan. Fokus studi
antropologi awal tahun 1920-an adalah antropologi tertarik pada lingkungan dan kebudayaan
dari bayi dan anak-anak, masa itu dianggap penting bagi pembentukan kepribadian dewasa
yang khas dalam suatu masyarakat. Hampir semua penelitian yang mendalami “kepribadian
bangsa” menyimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian yang tampak berbeda pada bangsa-
bangsa di dunia ini bersumber pada cara pengasuhan pada masa kanak-kanak. Misalnya
orang jepang yang dewasa menjadi bersifat memaksakan kehendaknya, karena ketatnya
latihan mengenai cara membuang air pada masa kanak-kanak perkembangannya. Saat ini
kesimpulan di atas tidak bisa diandalkan lagi.
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang polotik,
“massa psikologi penting bagi politisi untuk menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada
umumnya, golongan tertentu pada khususnya. Psikologi sosial dapat menjelaskan bagaimana
sikap dan harapan masyarakat dapat melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang
teguh pada tuntutan masyarakat.
Banyak disiplin ilmu yang terlibat dalam studi komunikas Dalam perkembangannya
ilmu komunikasi melakukan “perkawinan’ dengan berbagai ilmu lai Subdisiplin : komunikasi
politik, sosiologi komunikasi masa, psikologi komunikas Psikologi komunikasi : ilmu yang
berusaha menguraikan, meramalkan dan mengndalikan peristiwa mental dan behavioral
dalam komunikasi.
Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup
menjadi obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya. Baik
psikologi dan biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu
tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun dati segi-segi tertentu kedua ilmu itu ada
titik-titik pertemuan. Biologi maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses kejiwaan.
Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang sama-sama dipelajari
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat segala sesuatu. Karena itu,
filsafat juga mempelajari masalah-masalah hakikat jiwa, hakikat hidup, hubungan antara jiwa
dan Tuhan sebagai penciptanya dan lain sebagainya.Filsafat adalah hasil akal manusia yang
mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dalam
penyelidikannya filsafat berangkat dari apa yang dialami manusia Ilmu psikologi menolong
filsafat dalam penelitiannya. Kesimpulan filasafat tentang kemanusiaan akan ‘pincang’ dan
jauh dari kebenaran jika tida mempertimbangkan hasil psikolog.
Pada awalnya ilmu psikologi adalah bagian dari ilmu filsafat, tetapi kemudian
memisahkan diri dan berdiri sendiri sebagai ilmu yg mandiri. Meskipun psikologi
memisahkan diri dari filsafat, namau psikologi masih tetap mempunyai hubungan dengan
filsafat, karena kedua ilmu ini memiliki ilmu obyek yang sama yaitu manusia sebagai
makhluk hidup. Namun berbeda dalam pengkajiannya. Dalam ilmu psikologi, yang dipelajari
dari manusia adalah mengenai jiwa, tetapi tidak dipelajari secara langsung karena bersifat
abstrak dan membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa tersebut, yakni berupa tingkah
laku dan proses kegiatannya. Sedangkan dalam ilmu filsafat yang dibicarakan adl mengenai
hakikat dan kodrat manusia serta tujuan hidup manusia. Sehingga ilmu psikologi dan filsafat
terdapat suatu hubungan yang timbal balik dan saling melengkapi antara keduanya.
Menurut Gordon Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku
seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara:
a. secara nyata atau actual
b. dalam bayangan atau imajinasi
c. dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)
Menurut David O Sears (1994), psikologi sosial adalah ilmu yang berusaha secara
sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
a. bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social
b. bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita
c. bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai bidang studi dan beberapa
disiplin ilmu. Psikolgi sosial juga digunakan dalam berbagai disiplin dan industri; banyak orang
memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi sosial bahkan tanpa menyadari hal itu ketika mereka
mencoba untuk mengendalikan kelompok, pengaruh pendapat seseorang, atau menjelaskan mengapa
seseorang berperilaku dengan cara tertentu.
Disiplin psikologi sosial yang belum tertata secara mapan sebagai ilmu empiris
tersendiri seperti sekarang ini sudah ada sejak zaman Yunani klasik sebagai bagian dari
kajian disiplin ilmu filsafat. Tokoh-tokoh filsafat Yunani klasik yang dapat dikategorikan
sebagai pemikir metafisika rasional psikologi sosial adalah Plato dan Aristotles.
Perkembangan lanjutan psikologi sosial dapat ditemui pada pemikir filsuf Prancis dan bapak
ilmu sosiologi Auguste Comte yang hidup pada abad kesembilan belas Masehi (Cooper,
1996). Auguste Comte juga dapat dipandang sebagai salah satu peletak dasar perkembangan
psikologi sosial empiris yang lahir pada abad kedua puluh Masehi.
Pada saat terjadi Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di Amerika Serikat dan
Eropa termasuk ahli psikologi sosial yang terlibat dalam perang dan memnfaatkan
pengetahuan dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan perang.
Setelah mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II,
perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada periode
pertengahan 1940-an yang ditunjukkan mulai dilakukan penelitian terhadap pengaruh
kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri kepribadian, perilaku sosial,
pengembangan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger tahun 1957.
Setelah Perang Dunia berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt Levin
mempelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang lebih terapan
(Hanurawan dan Diponegoro, 2005). Berdasarkan ide Kurt Lewin untuk mengembangkan
ilmu sosiologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara langsung bagi kesejahteraan
manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang disebut dengan Society for the
Psychological Study of Social Issues (Masyarakat untuk Studi Psikologis tentang Isu-Isu
Sosial) (Sadava, 1997).
Pada periode 1960-an, para pakar psikologi sosial mulai mengarah perhatiannya pada
topik persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam
kelompok, dan membantu orang lain yang membutuhkan. Pada periode 1970-an pakar
psikologi sosial mengembangkan topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi
jenis kelamin, proses atribusi, dan perilaku lingkungan. Pada periode 1990-an para pakar
psikologi sosial mulai mengembangkan secara lebih nyata aspek terapan teori-teori psikologi
sosial seperti bidang kesehatan, bidang media, proses hukum dan perilaku organisasi.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan
faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan
pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan
manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.
diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim
disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan
makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya.
2. Faktor Sosiopsikologis
Menurut Freud perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian
manusia :
1. Id
2. Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah
mediator anatara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat
menundukan manusia terhadap hasrat hewaninya.
3. Superego
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id),
komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).
1. Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia, bukan perilaku hewan karena hewan
tidak mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia (misalnya bahasa, norma
dan sebagainya)
2. Perilaku itu haruslah yang teramati dan terukur, bisa berupa aktivitas motorik yang
besar (misalnya meloncat), bisa juga kecil (misalnya gerakan mengangkat alis), bicara
atau menulis.
3. Sebagai konsekuensi dari objek studi yang teramati dan terukur, psikologi sosial harus
bisa diverifikasi oleh siapa saja (publicly verifiable), walaupun tentu saja maknanya
sangat bergantung pada perspektif teori, latar belakang budaya dan intepretasi pribadi.
4. Psikologi sosial tidak mempelajari perilaku yang tidak kasat mata dan tidak terukur-
beriman, kejujuran, bersifat culas, berjiwa besar, berideologi Pancasila dan
sebagainya, harus tetap terukur dan disimpulkan (inferred) dari perilaku yang kasat
mata.
Dengan demikian, psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek psikologi sosial dari
perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih mendasar. Ilmu ini juga terkait
dengan sosiologi, antropologi, budaya, lunguistik, psikologi kognitif dan neurosains (ilmu
syaraf). Walaupun demikian, ilmu ini tetap merupakan bidang ilmu yang “distinctive” (khas,
lain dari yang lain).
Gejala-gejala perilaku sosial merupakan hasil dari proses belajar berdasar pada sistem
stimulus dan respon. Untuk sekedar memperoleh bayangan mengenai hal-hal yang dipelajari
dalam ilmu jiwa sosial, berikut adalah beberapa pokok yang akan kita bahas, diantaranya:
Secara umun dapat dikemukakan teori merupakan penjelasan lengkap tentang gejala-
gejala (Baron & Byrne, 2004; Myers, 2002). Dalam disiplin psikologi sosial, fungsi teori
adlah untuk menjelaskan gejala-gejala psikolgis dan perilaku individu dalam konteks saling
berpengaruh dengan dunia sosial. Berikut adalah teori-teori kontemporer dalam psikologi
sosial.
1. Teori Behavioristik
Perspektif teori behavioristik sangat meneknkan pada cara individu sebagai organisme
membuat respons terhadap stimulus lingkungan melalui proses belajar. Dalam teori ini
hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon merupakan paradigma yang utama.
Menurut John B. Watson, seorang tokoh pendiri aliran psikologi behavioristik bahwa status
ilmiah ilmu psikologi manusia menjadi lebih terjamin apabila aktivitas-aktivitas ilmiahnya
dilakukan oleh prosedur eksperimen seperti pada penelitian psikologi binatang.
Para kritikus perspektif behavioristik menyebut perspektif ini sebagai pendekatan “kotak
hitam dalam psikologi”. Dalam hal ini stimulus masuk ke dalam “kotak hitam” hanya sekedar
untuk mengeluarkan respons tertentu yang sudah dipastikan wujudnya. Para behavioristik
tradisional memiliki pendapat bahwa proses psikologis internal.
Akar perspektif teori belajar sosial (Social Learning Theory) adalah teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para penganut psikologi behavioristik. Para pakar teori belajar sosial,
seperti Albert Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2004) mengemukakan bahwa perilaku sosial
individu dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensi-
konsekuensi dari perilaku sosial itu. Selain itu, individu juga mempelajari perilaku baru
melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (Observational Learnig).
Para ahli psikologi gestalt dan kognitif memandang organisme sebagai agen yang aktif
dalam menerima, memanfaatkan, memanipulasi, dan menstranformasi informasi yang
diperolehnya. Dan mereka berpendapat bahwa manusia adalh organisme yang memiliki
kemampuan berpikir, merencanakan, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Dalam
perspektif gestalt dan kognitif, kognisi adalah istilah yang mengacu pada proses mental yang
memiliki fungsi menstranformasikan semua masukan (input) sensorik ke dalam struktur yang
bermakna. Para pakar psikologi gestalt dan kognitif memiliki keyakinan bahwa pikiran
merupakan faktor utama terjadinya suatu perilaku dimana manusia sebagai makhluk yang
mampu mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pada pemrosesan informasi yang
telah tersedia.
Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran teori
lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup (life space). Kurt Lewin
mengemukakan bahwa segenap peristiwa perilaku, seperti bermimpi, berkeinginan atau
bertindak, merupakan fungsi dari ruang hidupnya (Hergenhahn, 2000). Dalam formula yang
lebih matematis, pemikiran beliau dapat dirumuskan ke dalam rumusan berikut: b (behavior /
perilaku), p (person / oramg) dan e (enviroment / lingkungan). Dalam formula itu terkandung
suatu pengertian bahwa perilaku manusia, termasuk perilaku sosialnya, merupakan hasil dari
interaksi dari karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Perilaku manusia
merupakan hasil tidak terpishkan kedua unsur itu.
Teori pertukaran sosial (social exchange theory) juga merupakan perkembangan lanjut
perspektif teori behavioristik. Prinsip belajar teori behavioristik berdasarkan prinsip ganjaran
(reward) dan hukuman (punishment) yang diintegrasikan bersama prinsip-prinsip teori
ekonomi klasik, salah satu tokoh teori pertukaran sosial adalah George Homan (Stephan dan
Stephan, 1990). Menurut teori pertukaran sosial, individu memasuki dan mempertahankan
suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merassa mendapat banyak keuntungan-
keuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu.
6. Interaksionisme Simbolik
Perspektif teori ini dalam psikologi sosial dan sosiologi banyak mendapat pengaruh dari
pakar-pakar filsafat pragmatisme Anglo Saxon. Dua orang di antara pakar-pakar filsafat
pragmatisme Anglo Saxon itu adalah William Jaames (1842-1910) dan John Dewey (1859-
1952). Di dalam teori Interaksionisme Simbolik terdapat dua jenis aliran yaitu aliran Chicago
dan Iowa. Aliran chicago lebih menekankan metode penelitian kualitatif dalam penelitian
psikologi sosial dan sosiologi, sedangkan aliran Iowa lebih menekankan pada metode
penelitian kuantitatif (Stephan & Stephan, 1990).
Terdapat tiga ciri utama perspektif teori interaksionisme simbolik (Zanden, 1984), yaitu:
a. Tindakan manusia terhadap sesuatu itu didasari oleh makna sesuatu itu bagi mereka.
b. Makna dari sesuatu itu merupakan hasil dari suatu interaksi sosial.
c. Makna itu terbentuk dan termodifikasi berdasar pada proses intrepretif yang dilakukan
oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
7. Etnometodologi
8. Teori Peran
Peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang brada daalam
suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu (Myers,
2002). Teori peran (role theory) memberi penelaah terhadap perilaku sosial dengan
penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat.
Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil aktualisasi dari suatu
peran tertentu.
Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu yang
seharusnya dilaksanakan oleh seseorang yang menduduki posisi atau status sosial tertentu di
masyarakat. Posisi sosial yang menunjukkan peran tertentu misalnya peran guru, atasan,
bawahan, presiden, dan orang tua.
Setelah membahas mengenai apa itu psikologi sosial, kita akan membahas mengenai
kasus yang terjadi di masyarakat. Kita jadi teringat akan sebuah kasus yang terjadi Jumat, 18
September 2015 yang lalu. Peristiwa ini menimpa seorang anak umur 8 tahun yang dibunuh
oleh teman sekelasnya sendiri. Ini menunjukan bahwa perkembangan psikologi seseorang
harus dibina sejak dini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ardiansyah, siswa kelas dua SDN 07 Jalan Pelita Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
tewas dianiaya temannya saat mengikuti lomba menggambar di sekolahnya. Pelajar berusia
delapan tahun itu tewas setelah mengalami pendarahan di bagian kepala. Menurutnya, korban
tewas akibat pukulan cukup yang keras dari pelaku yang berinisal R di bagian otak belakang
sehingga membuat korban merenggang nyawa.
"Dia lagi gambar terus dipukulin sama R di bagian kepala belakang, lima kali pakai tangan,"
kata Dori ketika berbincang kepada Okezone, Jumat (18/9/2015).
Saat ini, kata dia, polisi sedang melakukan pencarian terhadap orangtua dan juga
pelaku yang baru berusia delapan tahun. "Masih dicari sama polisi, anaknya sih katanya di
rumahnya," tandasnya. Sementara itu, Kanit PPA Polres Jaksel, AKP Nunu saat ini masih
berada di Rumah Sakit Fatmawati dan belum bisa dimintai keterangannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi baik secara langsung maupun tidak, sangat
berpengaruh terhadap perkembangan psikologis seseorang. Masa remaja sebagai periode
perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu
periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian
adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan
faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini
merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu
sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di
bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis,
yang mungkin saja dapat menimbulkan peoblema tertentu bagi si remaja. Apabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat
menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Ternyata pembinaan karakter yang dilakukan saat remaja saja belum cukup, kasus
yang kami ambil memberikan contoh bahwa seorang anak SD yang belum tergolong sebagai
remaja pun berpotensi untuk melakukan tindak kriminal. Untuk itu, pendidikan karakter
sangat dibutuhkan sejak dini agar perkembangan psikologis seorang anak dapat mengarah ke
perbuatan yang positif.
Pengawasan yang lengah dari kedua orang tua dapat berakibat fatal, salah satunya
yaitu kasus yang kami bahas di point sebelumnya. Kasus itu seharusnya menjadi pelajaran
yang sangat berharga bagi orang dewasa yang sedang diberi tanggung jawab untuk
mengawasi anak usia dini. Karena sudah terlanjur seperti ini, anak usia 8 tahun itupun belum
terjerat hukum karena belum cukup umur. Pelaku hanya akan dibina lebih lanjut agar har
serupa tak akan terulang lagi.
4.1 Kesimpulan
Psikologi Sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau pengaruh
sosial terhadap perilaku manusia. Seorang psikolog sosial melihat pada sikap, keyakinan,
dan perilaku baik individu maupun kelompok. Bidang ini juga dikaji interaksi interpersonal,
menganalisis cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, baik secara tunggal atau dalam
bentuk kelompok besar. Pembinaan psikologi sosial harus dimulai sejak dini, agar saat
seorang anak beranjak dewasa dia telah terbiasa membedakan hal baik dan buruk dalam
bermasyarakat, sehingga dia tidak akan melakukan tindak kriminal.
4.2 Saran
Pengembangan psikologi sosial seharusnya disosialisasikan kepada seluruh orang tua
agar meraka dapat membina dan mengawasi anaknya dengan baik. Tontonan serta apapun
yang mereka akses melalui jaringan internet seharusnya dapat diawasi dengan lebih baik,
agar mereka tidak menyontoh hal-hal yang tidak baik.
1. Hendrawan. (2012, May 7). Pengertian, Ruang Lingkup, dan Tujuan Psikologi Sosial. Dipetik
Oct 19, 2015, dari Blogspot: http://hendrapgmi.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-ruang-
lingkup-dan-tujuan.html
2. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA . (2013, March 25). Dipetik Oct 19, 2015,
dari Blogspot: http://dianputra21.blogspot.co.id/2013/03/hubungan-psikologi-dengan-ilmu-
lainnya.html
3. Manfaat Psikologi Dalam Kehidupan Manusia. (2013). Dipetik Oct 19, 2015, dari Blogspot:
http://psikologiberbicara.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-psikologi-dalam-kehidupan.html
4. Pengertian Psikologi Sosial Menurut Para Ahli. (2013). Dipetik Oct 19, 2015, dari Blogspot:
http://psikologiberbicara.blogspot.co.id/2013/11/pengertian-psikologi-sosial-menurut-para-
ahli.html