Anda di halaman 1dari 9

OPTIMALISASI PENGELOLAAN LAHAN KERING UNTUK

PENGEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN

Mirna Aprilianita
Prodi Agroteknologi, Universitas Trunojoyo Madura
Surel: mirnaaprilianita2@gmail.com

Abstrak: Mengolah tanah merupakan salah satu kompetensi yang harus


dilakukan dalam pembelajaran kegiatan usaha budidaya pertanian.
Kegiatan pengolahan tanah merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam suatu budidaya tanaman yang bertujuan untuk
menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam, baik secara fisis, kemis
dan biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan
baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki fisis, perbaikan
kemis secara langsung dan biologis terjadi secara tidak langsung.
pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi
gembur sehingga pertumbuhan akar tanaman maksimal, juga dapat
memperbaiki tekstur tanah, sirkulasi udara dalam tanah sehingga unsur
hara dapat diambil oleh akar.
Kata kunci: Lahan kering, tanaman pangan

PENDAHULUAN
Lahan kering adalah lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian
dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya mengharapkan dari
curah hujan. Lahan kering juga biasa diartikan sebagai hamparan lahan yang di
dayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman
dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi. Di Indonesia hingga saat ini
pengertian untuk lahan kering belum begitu disepakati secara benar. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, semakin menigkat pula kebutuhan lahan
untuk pengembangan pertanian. Karena terbatasnya cadangan lahan subur, salah
satu alternatif yang diharapkan dapat menigkatkan potensi produksi tanaman
dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah pendayagunaan lahan kering.
Indonesia adalah negara argraris tempat tumbuh jenis tanaman pangan.
Dahulu indonesia pernah dikenal sebagai negara swasembada pangan. Tanaman
pangan adalah segala jenis tanaman yang daat menghasilkan karbohidrat dan
protein. Lahan kering mempunyai potensi yang cukup luas untuk dikembangkan,
dengan luas yang mencapai 52,5 juta ha untuk seluruh Indonesia maka
pengembangan sangat perlu dilakukan. Lahan kering diIndonesia menempati
lahan tanpa pembatas, kesuburan rendah, lahan dengan tanah retak-retak, lahan
dengan tanah dangkal dan lahan dengan perbukitan. Relief tanah ikut
menentukan mudah dan tidaknya pengelolaan lahan kering. Menurut Subagio
dkk (2000) relief tanah sangat ditentukan oleh kelerengan dan perbedaan
ketinggian. Ditinjau dari bentuk, kesuburan dan sifat fisik lainnya, pengelolaan
lahan kering relatif lebih berat dibandingkan dengan lahan basah (sawah).
Hingga saat ini perhatian berbagai pihak terhadap pengelolaan lahan kering
secara berkelanjutan relatif rendah dibandingkan dengan pengelolaan lahan
sawah dataran rendah (Irawan dan Pranadji, 2002).
Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pembangunan daerah
ternyata menghadapi masalah dan kendala. Masalah yang utama adalah masalah
fisik lahan kering banyak yang telah rusak atau mempunyai potensi yang cukup
besar untuk menjadi rusak. Masalah utama lain yang harus dihadapi didalam
pemanfaatan lahan kering ini adalah keadaan sosial ekonomi petani atau
masyarakat yang menggunakan lahan kering sebagai tempat usahanya.
Pengelolaan sumberdaya lahan kering merupakan suatu cara pengelolaan bagian
lingkungan hidup untuk mendapatkan kesejahteraan bagi manusia. Pengelolaan
sumberdaya lahan harus dipandang sangat penting berdasarkan pertimbangan
bahwa proses pembangunan yang sedang dan akan dilakukan di Indonesia masih
tergantung pada cara memanfaatkan potensi sumberdaya lahannya. Sumberdaya
lahan kering dengan segala komponen di dalamnya termasuk tanah, batuan,
lereng, air, dan biota harus dikelola dengan baik agar mendapatkan manfaat yang
optimal dan berkesinambungan antar penggunaannya.
Saat ini perlu dirumuskan kembali paradigma dan konsepsi tentang
pengelolaan sumberdaya alam termasuk reformasi pengelolaan lahan kering.
Reformasi pengelolaan lahan kering antara lain meliputi berbagai aspek lahan
kering sebagai sistem pendukung utama kehidupan manusia, penggunaan
teknologi sumberdaya lahan, kebijakan, kelembagaan/pranata, dan tata ruang
pendayagunaannya. Reformasi pengelolaan lahan kering ini mutlak perlu
dilaksanakan guna mendukung dan sekaligus memantapkan swasembada pangan
di Indonesia.
Artikel ini menjelaskan tentang optimalisasi pengelolaan lahan kering
untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, dan bagaimana cara
menindaklanjuti pengolahan lahan kering dalam kehidupan pertanian. Tujuannya
agar mereka dapat mengetahui lebih lanjut tentang pengelolaan lahan kering dan
pemanfaatannya. Pengelolaan lahan kering perlu dilaksanakan untuk
memantapkan swasembada pangan nasional.

PEMBAHASAN
Lahan Kering
Pengertian Lahan Kering
Di Indonesia hingga saat ini pengertian untuk lahan kering belum begitu
disepakati secara benar. Pendefinisian lahan kering lebih diarahkan kepada
pertanian tadah hujan yang terkait dengan kondisi drainase (Suwardji, 2003).
Lahan kering dapat diartikan sebagai lahan yang diusahakan tanpa adanya
penggenangan. Selain itu dapat pula diartikan sebagai lahan yang memiliki
drainase alamiah lancar yang bukan merupakan daerah tergenang (seperti banjir,
rawa,dan lahan dengan air tanah yang dangkal). Lahan kering didefinisikan
sebagai hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada
sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu.
Lahan kering mempunyai potensi yang cukup luas untuk dikembangkan,
dengan luas yang mencapai 52,5 juta ha (Haryati, 2002) untuk seluruh indonesia
maka pengembangan sangat perlu dilakukan. Menurut Simposium Nasional
tentang Lahan Kering di Malang (1991) penggunaan lahan untuk lahan kering
berturut adalah hutan rakyat, perkebunan, tegalan, tanah yang sedang tidak
diusahakan, ladang dan padang rumput.
Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pembangunan daerah
ternyata banyak menghadapi masalah dan kendala. Masalah yang utama adalah
masalah fisik lahan kering banyak yang telah rusak atau mempunyai potensi yang
cukup besar untuk menjadi rusak. Sehingga paket teknologi yang berorientasi
pada perlindungan lahan kering sangat diperlukan. Kekurangan air pada saat
musim kemarau, kahat unsur hara serta keadaan tanah yang peka terhadap erosi
merupakan kendala lingkungan yang paling dominan di kawasan lahan kering.
Masalah utama lain yang harus dihadapi didalam pemanfaatan lahan
kering ini adalah keadaan sosial ekonomi petani atau masyarakat yang
menggunakan lahan kering sebagai tempat usahanya. Pendapatan keluarga yang
rendah serta kemiskinan dibanyak tempat berkolerasi positif dengan uasaha tani di
lahan kering.
Karakteristik Lahan Kering
Dalam budidaya menyesuaikan jenis tanaman dengan karakteristik lahan
merupakan salah satu kuci utama untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sehingga kita dapat mendefinisikan bahwa sebuah pertanian merupakan jenis
pertanian yang masuk ke dalam pertanian lahan kering, maka ada beberapa ciri
yang dapat kita amati secara langsung.
Lahan kering merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan
tinggi, terdapat pada daerah tropis, memiliki kadar air yang cenderung terbatas,
memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi, bukan
merupakan lokasi gurun pasir, memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan
tidak keras, buka merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami keringan,
hingga tanahnya pecah-pecah, biasanya merupakan lahan yang dapat
dimanfaatkan menjadi daerah resapan air, banyak dimanfaatkan untuk menanam
tanaman pohon buah dan pohon lainnya.
Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman
penduduk, memilki kebutuhan air yang digantungkan pada curah hujan, banyak
terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi, berada pada ketinggian 500
hingga 1500 meter diatas permukaan laut. Pada dasarnya, tanaman yang bisa
dimanfaatkan pada sebuah lahan pertanian dengan kontur lahan yang kering
memiliki variasi pertanian yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pertanian
lahan basah. Kondisi tanahnya yang jauh lebih stabil dan juga kuat dibandingkan
dengan lahan basah, membuat lokasi pertanian lahan kering ini sanggup untuk
menahan beban akar pohon-pohon kayu besar, sehingga tentu saja variasi hasil
pertaniannya banyak, dan begitu pula dengan perkebunannya.
Potensi, Permasalahan, dan Tantangan
Data potensi sumberdaya lahan merupakan salah satu informasi dasar yang
dibutuhkan untuk pengembangan pertanian khususnya perluasan areal tanaman
pangan. Informasi ini memberikan gambaran tentang luasan, distribusi, tingkat
kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan.
Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau
sepanjang waktu. Lahan potensial untuk tanaman pangan lahan kering adalah
"Lahan yang secara biofisik, terutama dari aspek topografi/lereng, iklim, sifat
fisika, kimia dan biologi tanah sesuai atau cocok dikembangkan untuk tanaman
pangan lahan kering”. Dalam hal ini, sesuai atau cocok berarti lahan tersebut
secara teknis agronomis mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara
optimal. Jika lahan tersebut dikelola dengan baik tidak akan mengganggu
kelestarian sumberdaya dan lingkungan. Lahan potensial belum
mempertimbangkan aspek sosial dan hukum, seperti kepemilikan dan peruntukan,
namun sudah mempertimbangkan penetapan kawasan konservasi dan hutan
lindung.
Analisis potensi sumberdaya yang dilakukan menggunakan beberapa
karakteristik lahan seperti tanah, bahan induk, bentuk wilayah, iklim, dan
ketinggian tempat. Lahan-lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan
dikelompokkan menjadi dua kelompok agroekosistemnya, yaitu untuk lahan
basah (padi sawah) dan lahan kering (padi gogo, jagung dan kedelai).
Pengelompokan lahan tersebut, secara garis besar ditentukan oleh bentuk wilayah
dan kelas kelerengan.
Seluruh lahan kering yang sesuai untuk tanaman pangan, sebagian besar
sudah digunakan untuk berbagai penggunaan, baik untuk pertanian maupun non
pertanian. Lahan kering yang sekarang masih berupa alang-alang, semak belukar,
hutan yang dapat dikonversi dapat dianggap sebagai lahan untuk perluasan areal
pertanian. Belum diketahui secara pasti data luas lahan kering yang telah
digunakan untuk pertanian tanaman semusim karena luas panen data BPS tidak
memisahkan antara lahan sawah dan lahan kering.
Kendala utama yang dijumpai dalam pengembangan lahan kering untuk
tanaman pangan adalah kendala non biofisik, banyak lahan-lahan yang
sebelumnya diindikasikan sebagai lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan tanaman pangan, namun di lapangan banyak yang sudah
mempunyai izin lokasi untuk perkebunan.
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering untuk Pengembangan Pertanian
Tanaman Pangan
Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, semakin meningkat
pula kebutuhan lahan untuk pengembangan pertanian. Karena terbatasnya
cadangan lahan subur, salah satu alternatif yang diharapkan dapat menigkatkan
potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah
pendayagunaan lahan kering.
Pendayagunaan lahan kering akan menjadi harapan masa depan, namun
memerlukan inovasi teknologi untuk mengatasi kendalanya sesuai karakteristik
dan tipologi lahannya (Anny Mulyani dan Muhrizal Sarmawi, 2013).
Diperlukan strategi dalam pengelolaan lahan kering agar dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan tanaman pertanian secara optimal mengingat beberapa
kendala yaitu sumber pengairan dan tingkat kesuburan rendah, kontur lahan
yang rata-rata tidak data, infra struktur ekonomi tidak sebaik lahan sawah,
keterbatasan biofisik lahan, penguasaan petani terhadap lahan dan teknologi
usaha tani relatif mahal, penerapan teknologi yang terbatas.
Untuk memanfaatkan lahan kering agar dapat dipergunakan secara
optimum dihadapkan pada beberapa permasalahan diantaranya adalah
permasalahan kesuburan tanah, ketersediaan air, cahaya, dan nutrisi tanaman.
Pada umumnya lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
terutama pada tanah-tanah yang tererosi, sehingga lapisan olah tanah menjadi tipis
dan kadar bahan organik rendah. Kondisi ini makin diperburuk dengan
terbatasnya penggunaan pupuk organik, terutama pada tanaman pangan semusim.
Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat kimia, fisik, dan
biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organik tanah relatif
rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga
merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca, Mg, dan Si.
Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah lahan kering
mengakibatkan ketersediaan air untuk irigasi sangat terbatas. Dalam mengatasi hal
tersebut diperlukan soil amendment untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam
menahan air (water holding capacity), mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi
dan penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes ataupun
sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Apabila lahan datar, maka dapat
digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan bergelombang, maka penggunaan sistem
irigasi sprinkler lebih tepat.
Cahaya matahari merupakan salah satu syarat mutlak tanaman dalam
melakukan proses fotosistisis, tingginya radiasi cahaya matahari di daerah lahan
kering mengakibatkan tingginya evapotranspirasi, rendahnya suplai oksigen (O2),
dan salinasi / penggaraman di tanah. Cara mengatasi kendala tersebut dengan
melakukan penghijauan, atau secara terintegrasi melakukan kegiatan pertanian
dan perkebunan di lahan kering dapat mengurangi dampak tingginya radiasi
cahaya matahari.
Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering belum banyak
dipraktekkan petani Indonesia. Petani umumnya mengandalkan curah hujan dalam
mengairi lahan usaha taninya. Akibatnya indek pertanaman relatif rendah karena
pada bulan-bulan tidak ada hujan, lahan dibiarkan bera. Oleh karena itu, pengairan
pertanian lahan kering sangat diperlukan dan sudah saatnya diterapkan. Namun
ketersediaan air untuk keperluan tersebut sering kali menjadi kendala.
Peluang Pengembangan Lahan Kering
Berdasarkan sifat/karakteristik lahan kering seperti diutarakan di atas,
peluang pengembangan lahan kering untuk pertanian sesungguhnya masih terbuka
lebar, meskipun tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian. Total luas lahan
kering yang ada, sebagian besar terdapat di dataran rendah dan sesuai untuk
budidaya pertanian penghasil bahan pangan.
Lahan kering juga penghasil produk pertanian dalam arti luas lainnya,
seperti perkebunan (antara lain kelapa sawit, kopi, karet), peternakan, kehutanan
dan bahkan perikanan (darat), apalagi di luar Jawa yang memiliki lahan sangat
luas dan belum banyak dimanfaatkan (kurang dari 10%) (Soepardi dan Rumawas,
1980). ). Sebagian Luasan lahan kering yang tidak diusahakan secara optimum,
dapat menjadi pilihan dan merupakan peluang untuk pengembangannya,
mengingat selama ini potensi itu terkesan seperti terabaikan.
Hasil pertanian dan juga perkebunan dari sebuah pertanian lahan kering ini
biasanya sangat tergantung pada pembagian musim dan kondisi cuaca. Beberapa
kondisi cuaca dimana tidak turun hujan selama berhari-hari akan menyebabkan
tanaman yang dikembangkan pada lokasi pertanian lahan kering ini akan menjadi
mati, kering dan juga tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga masyarakat
selalu mencari cara menyuburkan tanah kering. Karena itu, meskipun memiliki
variasi dari hasil pertanian yang beragam, perawatan dari tanaman di pertanian
lahan kering ini juga harus diperhatikan dengan baik.
Selain dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan juga perkebunan, sebuah
lahan kering juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti kepentingan
pembuatan dan pembangunan pemukiman penduduk, lokasi industri dan juga
perkantoran, serta pembangunan lainnya yang mendukung kemajuan suatu daerah
tertentu.
SIMPULAN
Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah
tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau
sepanjang waktu. Kendala yang dijumpai dalam pengembangan lahan kering
untuk tanaman pangan adalah kendala non biofisik, banyak lahan-lahan yang
sebelumnya diindikasikan sebagai lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan tanaman pangan, namun di lapangan banyak yang sudah
mempunyai izin lokasi atau HGU untuk perkebunan. Potensi pemanfaatan lahan
kering untuk meningkatkan produksi tanaman pangan di Kabupaten Tegal masih
sangat terbuka lebar. Meskipun produktivitasnya masih relatif rendah, namun
dengan dengan pendekatan teknologi dan manajemen budidaya dilahan kering
melalui tindakan konservasi lahan dan air, pengelolaan kesuburan tanah, dan
pemanfaatan agrokimia, pemanfaatan lahan kering akan dapat dioptimumkan.
Pendayagunaan lahan kering akan menjadi harapan masa depan, namun
memerlukan inovasi teknologi untuk mengatasi kendalanya sesuai karakteristik
dan tipologi lahannya. Diperlukan strategi dalam pengelolaan lahan kering agar
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman pertanian secara optimal
mengingat beberapa kendala. Pengairan pertanian lahan kering belum banyak
dipraktekkan petani Indonesia. Petani umumnya mengandalkan curah hujan dalam
mengairi lahan usaha taninya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani, Anny, Dedi Nursyamsi dan Irsal Las. 2014. Percepatan Pengembangan
Pertanian Lahan Kering di Nusa Tenggara, Vol. 7 No. 4,
ejurnal.litbang.pertanian.go.id, diakses 20 Oktober 2014
Abdurahman, A. dan Sutono. 2005. Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
Berlereng. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering:Memuju
Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor
IGM, Sukarman. Dkk. 2012. Prospek Pertanian Lahan Kering dalam Mendukung
Ketahanan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai