ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN SINDROM NEFROTIK
OLEH:
KELAS A SEMESTER IV
KELOMPOK 6
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan yang membahas tentang ”ASUHAN
KEPERAWATAN SINDROMA NEFROTIK” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah
satu tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari harapan, yang mana di dalamnya masih
terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam Laporan berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Gorontalo, September 2020
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Sindroma nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang ditandai dengan edemaan asarka,
proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan lipiduria. Penyebab primer
sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindrom anefrotik kelainan
minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak
dengan umur rata-rata 2,5 tahun.
Meskipun sindromne frotik dapat menyerang siapa saja namun penyak it ini banyak
ditemukan pada anak- anakusia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini
menyerangan laki-laki dua kali lebih besar di bandingkan anakperempuan. Angkakejadian
SN pada anaktidakdiketauipasti, namunlaporandariluar negeri diperkirakan pada
anakusiadibawah 16 tahunberkisarantara 2 sampai 7 kasus per tahun pada setiap 100.000
anak. Menurut Raja Syehangka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2
kasussetiap 10.000 penduduk. Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik
mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep medis dalam asuhan keperawata sindrom nefrotik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep keperawatan dalam asuhan keperawata sindrom
nefrotik.
BAB II
KONSEP MEDIK
1. Sindrom nefrotik bawaan atau sindroma nefrotik primer yang 90% disebut Sindroma
nefrorik Idiopatik, diduga ada hubungan dengan genetik, imunoligik dan alergi.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap
semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Prognosis buruk dan
biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Sindroma nefrotik sekunder yang penyebabnya berasal dari ekstra renal (diluar ginjal).
Sindrom jenis ini timbul sebagai akibat penyakit sistemik:
a. Penyakit keturunan/metabolik
Diabetes
Amiloidosis, penyakit sel sabit, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
Miksedemia
b. Infeksi
Virus hepatitis B
Malaria kuartana atau parasit lainnya
Skistosoma
Lepra
Sifilis
Pasca streptococcus
c. Toksin/Alergi
Air raksa (Hg)
Serangga
Bisa ular
d. Penyakit sistemik/immune mediated
Lupus eritematosus sistemik
Purpura Henoch-Schonlein
Sarkoidosis
e. Keganasan
Tumor paru
Penyakit Hodgkin
Tumor saluran pencernaan
3. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
Berdasarkan histopatologi yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop electron, Churg dan kawan-kawan membagi dalam 4
golongan, yaitu :
a. Kelainan minimal
Dengan mikroskop biasa glomerulus tampak normal, sedangkan dengan mikroskop
electron tampak foot processus sel epitel berpadu. Dengan cara imunofluoresensi
ternyata tidak terdapat IgG atau immunoglobulin beta-IC pada dinding kapiler
glomerulus. Golongan ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa.
Prognosis lebih baik dibandingkan dengan golongan lain.
b. Nefropati membranosa
Semua glomerulus menunjukan penebalan dinding kapiler yang tersebar tanpa
proliferasi sel. Tidak sering ditemukan pada anak. Prognosis kurang baik.
c. Glomerulonefritis proliferatif
Glomerulonefritis proliferatif eksudatif difus
Terdapat proliferasi sel mesangial dan infiltasi sel polimorfonukleus. Pembengkakkan
sitoplasma endotel yang menyebabkan kapiler tersumbat. Kelainan ini sering
ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan Streptococcus yang
berjalan progresif dan pada sindrom nefrotik.prognosis jarang baik, tetapi kadang-
kadang terdapat penyembuhan setelah pengobatan yang lama.
d. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering ditandai dengan atrofi
tubulus. Prognosis buruk.
Sindroma nefrotik bisa terjadi akibat berbagai glomerulopati atau penyakit
menahun yang luas. Sejumlah obat-obatan yang merupakan racun bagi ginjal juga bisa
menyebabkan sindroma nefrotik, demikian juga halnya dengan pemakaian heroin
intravena.
2.4 Patofisiologi
Manifestasi primer sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumin,
ke dalam urine.Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak
mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus menerus hilang melalui
ginjal.Akhirnya terjadi hipoalbuminemia.Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin
melalui urin dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal menyebabkan edema.
Sintesis protein di hati biasanya meningkat( namun tidak memadai untuk mengganti
kehilangan albumin dalam urin). Hipotesis menunjukan kehilangan albumin mengakibatkan
penurunan tekanan onkotik dalam saluran darah.Ini mengakibatkan kebocoran cairan dari dalam
darah ke intestitium. Isi dari cairan yang berkurang dalam saluran darah seterusnya akan
mengaktifkan renin- angiotensin- aldosteron sistem. Hormon vasopresin(ADH) akan dirembes
untuk menstabilkan kandungan cairan dalam saluran darah seperti sediakala.
Meskipun demikian, pengumpulan cairan ini menyebabkan kehilangan cairan yang terus-
menerus ke interstitium karena protein terus – menerus hilang kedalam urin diikuti dengan
kerusakan pada membran basal glomerulus.Ini menyebabkan penumpukan cairan secara berlebih
dalam jaringan dan mengakibatkan edema. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia) hal ini
menyebabkan intake nutrisi berkurang sehingga menyebabkan terjadinya malnutrisi. (Mutaqqin
A, 2011).
Pathway
Gangguan
Proteinuria Hipoalbuminemia
citra tubuh
Ekstravaksi SINDROM
Mata,
cairan NEFROTIK
lengan, kaki
Penumpukan Volume
Oedema cairan ke ruang intravaskuler
intestinum
Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat
Gangguan
Iskemia Produksi asam Pola napas
pemenuhan
laktat tidak efektif
nutrisi
Nekrosis
Menumpuk di Defisit nutrisi
otot
Perfusi perifer
tidak efektif
Kelemahan,
keletihan,
mudah capek
Hipovolemia
Intoleransi
aktivitas Sekresi renin
Mengubah
angiotensin
menjadi
angiotensin I &
II
Efek
vasokontriksi
arterioral
perifer
Tekanan darah
Beban kerja
jantung
Penurunan
curah jantung
2.5 Klasifikasi
1. Glomerulonefhritis primer:
a) GN lesi minimal (GNLM)
b) Glomerulosklerosisfokal (GSF)
c) GN membranosa(GNMN)
d) GN membranoproliferatif(GNMP)
e) GN poliferatif lain
2. Glomerulonephritis sekunderakibatinfeksi :
a) HIV,hepatitis virus B dan C
b) Sifilis,malaria,skistosoma
c) Tuberkulosis lepra (Nurarif& Kusuma, 2015,)
3. Keganasan
Adeno karsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, myeloma multiple,dan
karsinoma ginjal.
2.6 Komplikasi
1. Hipertensi
Hipertensi dapat terjadi saat awitan penyakit atau timbul sebagai efek samping
pemberian steroid. American Academic of Pediatrics merekomendasikan tromboemboli
vena.
2. Tromboli Vena
Sindrom nefrotik merupakan predisposisi tromboemboli vena. Tromboemboli
terjadi karena hilangnya antitrombin III, berkurangnya volume intravaskular (pemberian
diuretik, diare dehidrasi), imobilisasi, kateter vaskular indwelling, dan pungsi vena
dalam. Trombosis dicurigai pada sindrom nefrotik dengan oligoanuria, hematuria atau
nyeri pinggang (trombosis vena renalis), kongesti vena, nyeri, berkurangnya mobilitas
ekstremitas (trombosis vena dalam), atau kejang, muntah, defisit neurologis (trombosis
vena kortikal dan sinus sagital).
3. Infeksi
Sindrom nefotik rentan terhadap infeksi. Pada edema, terdapat peningkatan
tekanan hidrostatik di interstitium yang menyebabkan penurunan perfusi interstitium,
sehingga mudah mengalami kerusakan kulit dan mengakibatkan infeksi. Infeksi yang
sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah selulitis, pneumonia, dan peritonitis. Infeksi
virus dapat menjadi serius pada sindrom nefrotik yang sedang mendapat kortikosteroid
atau imunosupresan lain.
4. Anemia
Sindrom nefrotik yang berlangsung lama dapat menyebabkan anemia karena
kehilangan eritropoietin dan transferin melalui urin. Anemia dapat juga disebabkan
kombinasi penurunan waktu paruh eritropoietin serum dan peningkatan katabolisme
transferin yang mengakibatkan erythropoietin-responsive anemia atau anemia defisiensi
besi.
5. Kelainan tiroid
Kehilangan hormon melalui urin pada sindrom nefrotik dapat menyebabkan
kelainan endokrin. Pada sindrom nefrotik terjadi pengeluaran thyroxinebinding-globulin
melalui urin menyebabkan kadar T4 dan T3 rendah, namun kadar free thyroxine (FT4)
dan thyroid stimulating hormone (TSH) serum biasanya normal (euthyroid), sehingga
tidak menimbulkan manifestasi klinis hipotiroidisme dan dikenal dengan hipotiroidisme
ringan/subkilinik. (Pediatri, 2017)
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sindrom nefrotik meliputi terapi spesifik untuk kelainan dasar ginjal atau
penyakit penyebab (pada sindrom nefrotik sekunder), mengurangi atau menghilangkan
proteinuria, memperbaiki hipoalbunemia serta mencegah dan mengatasi komplikasi nefrotiknya.
Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari obat-obtan kortikosteroid dan iminosupresif yang
ditujukan terhadap lesi pada ginjal, diet tinggi protein, dan rendah garam, diuretik, infuse
albumin intravena, pembatasan aktivitas selama fase akut serta menjauhkan pasien dari sumber-
sumber infeksi.
Penatalaksanaan dalam jangka panjang sangat penting, karena banyak penderita akan
mengalami eksarbasi dan remisi berulang selama bertahun-tahun, tetapi dengan semakin
lanjutnya halusinasi glomelurus maka proteinuria akan semakin berkurang sedangkan azotemia
semakin berat.
1. Dietik
Penderita sindrom nefrotik sejak dahulu diberikan diet protein tinggi dan rendah
garam, dengan harapan dapat meningkatkan sintesa albumin. Biasanya protein diberikan
sebanyak 3-3,5 gr/kgBB/hari. Pemberian protein diatas jumlah ini tidak
direkomendasikan pada sindrom nefrotik karena pemberian protein yang terlalu tinggi
akan mempercepat terjadinya gagal ginjal pada penyakit kronis.
Diet rendah garam di berikan untuk menurunkan derajat edema dan sebaiknya
kurang dari 35% kalori berasal dari lemak untuk mencegah obesitas selama terapi stroid,
dan mengurangi hiperkolesterolemia.
2. Albumin
Untuk menghilangkan edema hebat dapat diberikan albumin, suatu larutan dengan
kadar natrium 130 mEq/L.namun demikian mengingat risiko albumin ini sangat besar
yaitu bias menimbulkan hipertensi dan overload, maka pemberian albumin harus lebih
sefektif.
3. Tirazid
Tirazid merupakan obat yang paling banyak digunakan. Obat-obat ini merupakan
derivate sulphonamide dan strukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik
ahidrase.tiraxid memiliki aktivitas diuretik lebih besar dari pada Iasetazolamid, dan obat-
obat ini bekerja di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Efek utama adalah
meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air.
4. Antibiotic
Terapi antibiotic digunakan jika pasien sindrom nefrotik mengalami infeksi.
Infeksi ini harus diobati dengan adekuat untuk mengurangi morbiditas penyakit. Jenis
antibiotic yang banyak dipaik yaitu dari golongan penisilin dan sefalosporin.
5. Penisilin
Penisilin dieksresikan terutama melalui ginjal, dan sekita 10% dari ekskresinya oleh
filtrasi glomelurus dan 90% oleh tubulus.(Kharisma, 2017)
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
Reproduksi dan
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Mampu menggerakkan
Kenyamanan persendian secara normal dan
kekuatan otot 5 (dari 1-5)
sehingga mengalami
ketidaknyamanan
Integritas Ego Merasa dapat berinteraksi
dengan normal, diandalakan
untuk menjani kehidupan dan
membentuk pengalaman realita
Pertumbuhan dan Mengalami pertumbuhan dan
Perkembangan perkembangan normal
Perilaku Kebersihan diri Tidak Terkaji Personal hygiene baik dan tidsk
mengalami perilaku yang
abnormal/yang dapat
mempengaruhi seseorang
sehingga mempengaruhi
personal hygienenya
Penyuluhan dan Memiliki pegetahuan sesuai
Pembelajaran dengan pendidikan dan
pengalaman yang sudah ia
tempuh
Relasional Interaksi Sosial Mampu berinteraksi dengan
orang-orang disekitar
lingkungan tanpa ada hambatan
Lingkunga Keamanan dan Mudah terkena infeksi akibat Mampu beradapsi dengan
n Proteksi adanya gangguan imunitas lingkungan dengan baikdan
dan pengeluaran piuria terhindar dari infeksi
1.2 Diagnosa
1. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
2. Hipervolemi
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
3. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori:Fisiologis
Subkategori: Respirasi
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif ( D.0009)
Kategori : Fisiologi
Sub kategori : Respirasi
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat
6. Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan cairan
7. Penurunan Curah Jantung
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
3.3 Intervensi
3 Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi - Observasi
(I.01014) 1. Batuk efektif
Kategori:Fisiologis
Definisi merupakan
Subkategori: Respirasi Mengumpulkan dan suatu metode
menganalisis data untuk batuk dengan
Definisi :
memastikan kepatenan benar dimana
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak jalan napas dan energi dapat
keefektifan pertukaran dihemat
memberikan ventilasi adekuat.
gas. sehingga
Penyebab : Tindakan tidak mudah
- Observasi lelah, dan
1. Depresi pusat pernapasan
1. Monitor dapat
2. Hambatan upaya napas (mis. kemampuan mengeluarkan
batuk efektif dahak secara
Nyeri saat bernapas,
2. Monitor adanya maksimal,
kelemahan otot pernapasan) produksi sputum serta melatih
3. Auskultasi bunyi klien agar
3. Deformitas dinding dada
napas terbiasa
4. Deformitas tulang dada - Terapeutik melakukan
1. Dokumentasikan cara
5. Gangguan neuromuskular
hasil pernafasan
6. Gangguan neurologis (mis. pemantauan dengan baik
- Edukasi 2. Untuk
Elektroensefalogram [EEG]
1. Jelaskan tujuan mencegah
positif, cedera kepala, dan prosedur tersumbatnya
pemantauan jalan napas
gangguan kejang)
karena
7. Imaturitas neurologis terdapat
banyak
8. Penurunan energi
sputum
9. Obesitas 3. Untuk
mengetahui
10. Posisi tubuh yang menghambat
bunyi napas
ekspansi paru abnormal
11. Sindrom hipoventilasi
- Terapeutik
12. Kerusakan inervasi diafragma 1. Sebagai
referensi
(kerusakan saraf C5 ke atas)
untuk
13. Cedera pada medula spinalis penanganan
selanjutnya
14. Efek agen farmakologis
- Edukasi
15. Kecemasan 1. Untuk
memberikan
Gejala dan Tanda Mayor
informasi
Subjektif kepada klien
1. Dispnea
Objektif
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (mis.
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
Kondisi klinis terkait
1. Depresi sistem saraf pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre syndrome
5. Mutiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
10.
4 Perfusi Perifer Tidak Efektif Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi - Observasi
(I.02079)
( D.0009) 1. Untuk
Definisi
Kategori : Fisiologi Mengidentifikasi dan mengetahui
merawat area lokal
Sub kategori : Respirasi status
dengan keterbatasan
Definisi sirkulasi perifer. sirkulasi
Tindakan
Penurunan sirkulasi darah perifer
- Observasi
pada level kapiler yang dapat menggan 2. Untuk
1. Periksa sirkulasi
ggu metabolisme tubuh. mengetahui
perifer (mis: nadi
Penyebab adanya faktor
1. Hiperglikemia perifer, edema, resiko
2. Penurunan konsentrasi pengisian gangguan
hemoglobin kapiler, warna, sirkulasi dan
3. Peningkatan tekanan darah suhu, ankle- melakukan
4. Kekurangan volume cairan brachial index) pencegahan
5. Penurunan aliran arteridan atau 2. Identifikasi segera
vena faktor resiko 3. Untuk
6. Kurang terpapar informasi gangguan mengetahui
tentang faktor pemberat (mis. sirkulasi (mis: adanya
Merokok, gaya hidup monoton, diabetes, kemerahan,
trauma, obesitas, asupan perokok, nyeri, atau
garam, imobilitas) hipertensi, dan bengkak pada
7. Kurang terpapar informasi kadar kolesterol ekstremitas
tentang proses penyakit (mis. tinggi) - Terapeutik
Diabetes mellitus, 3. Monitor panas, 1. Untuk
hiperlipidemia) kemerahan, menghindari
8. Kurang aktivitas fisik nyeri, atau timbulnya
Gejala dan Tnda Mayor bengkak pada infeksi pada
Subjektif ekstremitas daerah
(tidak tersedia) - Terapeutik tersebut
Objektif 1. Hindari 2. Untuk
1. Pengisian kapiler > 3 detik pemasangan mengurangi
2. Nadi perifer menurun atau infus atau tekanan darah
tidak teraba pengambilan pada daerah
3. Akral teraba dingin darah di area keterbatasan
4. Warna kulit pucat keterbatasan perfusi
5. Turbor kulit menurun perfusi - Edukasi
Gejala dan Tanda Minor 2. Hindari 1. Untuk
Subjektif pengukuran menjaga
1. Parastesia tekanan darah kestabilan
2. Nyeri ekstermitas ( klaudikasi pada ektremitas tekanan darah
intermitas) dengan klien
Objektif keterbatasan
1. Edema perfusi
2. Penyembuhan luka lambat - Edukasi
3. Indeks ankle-brakeal < 0,90 1. Anjurkan minum
4. Bruit femoralis obat pengontrol
Kondisi Klinis Terkait tekanan darah
1. Tromboflebitis secara teratur
2. Diabetes melitus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung kongenital
6. Trombosis arteri
7. Varises
8. Trombosit vena dalam
9. Sindrom kompartemen
5 Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen energy Observasi
(I.05178)
Kategori : Fisiologis 1. Untuk dapat
Definisi
Subkategori : Aktivitas/istirahat Mengidentifikasi dan mengetahui
mengelola penggunaan
Definisi gangguan
energy untuk mengatasi
Ketidakcukupan energi untuk atau mencegah fungsi tubuh
kelelahan dan
melakukan aktivitas sehari-hari yang
mengoptimalkan proses
Penyebab pemulihan mengakibatka
Tindakan
1. Ketidakseimbangan antara n kelelahan
Observasi
suplai dan kebutuhan oksigen 1. Identifikasi pada pasien
2. Tirai baring gangguan fungsi 2. Untuk dapat
3. Kelemahan tubuh yang mengetahui
4. Imobilitas mengakibatkan tingkat
5. Gaya hidup monoton kelelahan kelelahan
Gejala dan Tanda Mayor 2. Monitor baik fisik dan
Subjektif kelelahan fisik emosional
1. Mengeluh lelah dan emosional pada pasien
Objektif Terapeutik
1. Berikan aktifitas
2. Frekuensi jantung meningkat Terapeutik
distraksi yang
>20% dari kondi istirahat 1. Teknik
menenangkan
Gejala dan Tanda Minor distraksi
Subjektif Edukasi merupakan
1. Anjurkan tirah
1. Dispnea saat/setelah aktivitas metode untuk
baring
2. Merasa tidak nyaman setelah menghilangka
2. Anjurkan
beraktivitas n rasa nyeri
melakukan
3. Merasa lelah dengan cara
aktivitas secara
Objektif mengalihkan
bersama
1. Tekanan darah berubah >20% perhatian
Kolaborasi
dari kondisi istirahat pasien agar
1. Kolaborasi
2. Gambaran EKG menunjukan lupa terhadap
dengan ahli gizi
aritmia saat/setelah aktivitas nyeri yang
tentang cara
3. Gambaran EKG menunjukan dialami
meningkatkan
iskemia 2.
asupan makanan
4. Sianosis Edukasi
Kondisi Klinis Terkait 1. Untuk dapat
menghindari
1. Anemia
komplikasi
2. Gagal jantung kongestif
penyakit/kond
3. Penyakit jantung koroner
isi tertentu
4. Penyakit katup jantung
yang lebih
5. Aritmia
buruk.
6. Penyakit paru obstruksi kronis
Namun tirah
(PPOK)
baring yang
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskulokeletal lama bisa
menimbulkan
komplikasi
pada pasien
2. Menganjurka
n melakukan
aktivitas
secara
bertahap
bertujuan
untuk bisa
beradaptai
saat
melakukan
kegiatan
Kolaborasi
Agar saat melakukan
aktivitas tenaga yang
dimiliki tidak
terkuras habis
6 Defisit Nutrisi(D.0019) Status Nutrisi (L. 03030) Manajemen nutrisi - Observasi
(I.03119)
Kategori : Fisiologis 1. Untuk
Definisi
Subkategori : Nutrisi dan cairan Mengidentifikasi dan mengetahui
Definisi mengelola asupan status nutrisi
nutrisi yng seimbang
Asupan nutrisi tidak cukup untuk klien
Tindakan
memenuhi kebutuhan metabolisme - Observasi 2. Untuk
Penyebab 1. Identifikasi mengetahui
1. Kurangnya asupan makanan status nutrisi ada atau
2. Ketidakmampuan menelan 2. Identifikasi tidaknya
makanan alergi dan riwayat alergi
3. Ketidaakmampuan mencerna intoleransi dan
makanan makanan intoleransi
4. Ketidakmampuan 3. Identifikasi makanan pada
mengabsorbsi nutrien makanan yang klien
5. Peningkatan kebutuhan disukai 3. Untuk
metabolisme 4. Identifikasi mengetahui
6. Faktor ekonomi (mis. finansial kebutuhan kalori makanan
tidak mencukupi) dan jenis nutrien yang disukai
7. Faktor psikologis (mis. stress, 5. Identifikasi klien
keengganan untuk makan) perlunya 4. Untuk
penggunaan mengetahui
Gejala dan Tanda Mayor selang berapa
Subjektif nasogastrik banyak
(tidak tersedia) kebutuhan
Objektif - Terapeutik kalori
1. Berat badan menurun minimal 1. Lakukan oral 5. Untuk
10% dibawah rentang ideal hygiene sebelum mengetahui
makan, jika tindakan yang
Gejala dan Tanda Minor perlu harus
Subjektif 2. Berikan dilakukan
1. Cepat kenyang setelah makan makanan tinggi apabila klien
2. Kram/nyeri abdomen kalori dan tinggi tidak mampu
3. Nafsu makan menurun protein makan secara
Objektif normal
- Edukasi
1. Bising usus hiperaktif - Terapeutik
1. Ajarkan diet
2. Otot pengunyah lemak 1. Untuk
yang
3. Otot menelan lemah menjaga agar
diprogramkan
4. Membran mukosa pucat makanan
5. Sariawan tidak terpapar
6. Serum albumin turun - Kolaborasi kuman
7. Rambut rontok berlebihan 1. Kolaborasi 2. Untuk
8. Diare pemberian memenuhi
Kondisi Klinis Terkait medikasi kebutuhan
1. Stroke sebelum makan energi dan
2. Parkinson gizi klien
3. Mobius syndrome - Edukasi
4. Cerebral palsy 1. Untuk
5. Cleft lip memberikan
6. Cleft palate pengetahuan
7. Amyotropic lateral sclerosis mengenai diet
8. Kerusakan neuromuskular yang akan
9. Luka bakar dijalani
10. Kanker kepada klien
11. Infeksi - Kolaborasi
12. AIDS 1. Untuk
13. Penyakit Crohn’s mengetahui
kerja obat
yang
berpengaruh
kepada nafsu
makan klien