Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. AHMAD SYARKAWI, A.Md.Kep


2. AKHMADI, A.Md.Kep
3. IBNU RUSLAN, A.Md.Kep
4. MOHRI MITRA ARIFIN, A.Md.Kep
5. NINING ISWANDARI, A.Md.Kep
6. RIZA FEBRINA RAHMAYANTI, A.Md.Kep

S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur tim penulis sampaikan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tim penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “ Konsep Komunikasi Teraupetik” dengan tepat waktu. Tim penulis berharap
dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan kita tentang keselamatan pasien baik itu
di rumah sakit maupun di area kesehatan lainnya.

Pada kesempatan ini, tim penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan motivasi dan semangat sehingga makalah ini bisa diselesaikan
dengan baik. Harapan tim penulis bahwa informasi didalam makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua. Tiada yang sempurna di dunia ini melainkan Allah SWT, karena itu tim penulis
berharap adanya kritik dan saran yang membangun untuk penyusunan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini tim penulis buat, apabila ada kekurangan mohon dimaafkan.

Selong, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik.............................................................................3

2.2 Tahap-Tahap Komunikasi Teraupetik.........................................................................4

2.3 Teknik Komunikasi Teraupetik...................................................................................5

2.4 Penggunaan Komunikasi Teraupetik...........................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9

3.2 Saran............................................................................................................................9

Daftar Pustaka..................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam pelayanan keperawatan, karena
komunikasi merupakan kegiatan mutlak dan menentukan bagi hubungan atau interaksi
perawat dan pasien dalam menunjang kesembuhan pasien. Komunikasi dalam area
keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan
dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Machfoed, 2009).
Berdasarkan Stuart dan Sundeen (2006), komunikasi sangat penting antara perawat
dengan klien. Komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan klien mempunyai
manfaat seperti menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan
komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik.
Menurut Kusuma (2016) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Sedangkan
menurut Suryani (2005), Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien
mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Menurut Peplau (1997) dalam Martin & Chanda (2016) tujuan komunikasi terapeutik
adalah untuk mengembangkan pemahaman bersama diantara orang-orang yang
mempunyai keterikatan satu sama lain seperti komunikasi antara perawat-pasien.
Komunikasi terapeutik bersifat menyeluruh, berfokus pada pasien dan memperhatikan
seluruh aspek perawatan pasien meliputi psikologi, psikososial, lingkungan dan spiritual.
Praktek komunikasi terapeutik berfokus pada kesehatan pasien dan merupakan landasan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Sedangkan menurut Adiansyah
(2014), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas
dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat sebagai
pemberi pelayanan dan pasien sebagai pengguna pelayanan. Komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasi pertimbangan status kesehatan yang dialami pasien. Komunikasi
terapeutik memperhatikan pasien secara holistik, meliputi aspek keselamatan, menggali
penyebab dan mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien. Selanjutnya, komunikasi

1
terapeutik juga mengajarkan cara-cara yang dapat dipakai untuk mengekspresikan
kemarahan yang dapat di terima oleh semua pihak tanpa harus merusak (asertif) (Witojo
& Widodo, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah
1. Apa pengertian dari komunikasi teraupetik?
2. Bagaimana tahap-tahap dalam melakukan komunikasi teraupetik?
3. Bagaimana teknik dalam komunikasi teraupetik?
4. Bagaimana penerapan komunikasi teraupetik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi teraupetik
2. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam komunikasi teraupetik
3. Untuk mengetahui teknik dalam komunikasi teraupetik
4. Untuk mengetahui penerapan komunikasi teraupetik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik
Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” yang berarti
“bersama”. Sedangkan menurut kamus, definisi komunikasi dapat meliputi ungkapan-
ungkapan seperti berbagi informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar
pikiran, informasi atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan. Definisi lain
terbatas pada situasi stimulus-response. Pesan dengan sengaja disampaikan untuk
mendapatkan respon seperti pertanyaan yang diajukan memerlukan jawaban, instruksi
yang diberikan perlu bukti (Machfoedz, 2009).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga
tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
Menurut Dance (dalam Rakhmat, 2007) komunikasi dalam kerangka psikologi
adalah usaha yang menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika
lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.
Pendapat lain dari Goyer (Tubbs dan Moss, 2005), komunikasi adalah
kemampuan manusia untuk dapat berbagi pengalaman secara tidak langsung maupun
memahami pengalaman orang lain, komunikasi adalah proses pembentukan makna di
antara dua orang atau lebih.
Berdasarkan Stuart dan Sundeen (2006), komunikasi sangat penting antara perawat
dengan klien. Komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan klien mempunyai
manfaat seperti menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan
komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik.
Menurut Kusuma (2016) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Sedangkan
menurut Suryani (2005), Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien
mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Menurut Peplau (1997) dalam Martin & Chanda (2016) tujuan komunikasi terapeutik
adalah untuk mengembangkan pemahaman bersama diantara orang-orang yang
mempunyai keterikatan satu sama lain seperti komunikasi antara perawat-pasien.
Komunikasi terapeutik bersifat menyeluruh, berfokus pada pasien dan memperhatikan

3
seluruh aspek perawatan pasien meliputi psikologi, psikososial, lingkungan dan spiritual.
Praktek komunikasi terapeutik berfokus pada kesehatan pasien dan merupakan landasan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.
Sedangkan menurut Adiansyah (2014), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat sebagai
pemberi pelayanan dan pasien sebagai pengguna pelayanan. Komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasi pertimbangan status kesehatan yang dialami pasien. Komunikasi
terapeutik memperhatikan pasien secara holistik, meliputi aspek keselamatan, menggali
penyebab dan mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien. Selanjutnya, komunikasi
terapeutik juga mengajarkan cara-cara yang dapat dipakai untuk mengekspresikan
kemarahan yang dapat di terima oleh semua pihak tanpa harus merusak (asertif) (Witojo
& Widodo, 2015).
Komunikasi yaitu kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan dari
pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang
diinginkan dari penerima informasi (Nurjannah, 2005). Komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain (Northouse, 1998). Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki
klien dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosi klien.
2.2 Tahap-Tahap Komunikasi Teraupetik
Terdapat empat tahap dalam Komunikasi Terapeutik yaitu :
1. Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien

4
2. Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas
perawat:
a. Pengenalan diri kepada klien.
b. Membina hubungan saling percaya.
c. Merumuskan kontrak bersama klien.
d. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
e. Merumuskan tujuan dengan klien
3. Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada
tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Tahap ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan.
4. Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu
tahap terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada tahap ini tugas perawat adalah
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b. Melakukan evaluasi subyektif.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
2.3 Teknik Komunikasi Teraupetik
Komunikasi terapeutik memerlukan teknik yang disesuaikan dengan karakter masing-
masing pasien. Menurut Machfoedz, (2009) terdapat beberapa teknik komunikasi
terapeutik sebagai berikut :
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pasien
dengan penuh empati dan perhatian. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
memandang ke arah pasien selama melakukan komunikasi, menjaga kontak pandang
yang menunjukkan rasa keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat
berbicara tentang hal yang dirasa penting dan memerlukan umpan balik. Teknik
mendengarkan ini dimaksudkan untuk memberikan rasa nyaman kepada Pasien dalam
mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi pasien.

5
2. Menunjukkan penerimaan
Dalam hal ini perawat sebaiknya tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan penolakan. Selama pasien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela
atau membantah pernyataan pasien, sebab menerima bukan berarti menyetujui,
melainkan bersediah untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
ketidaksetujuan atau penolakan. Untuk menunjukkan sikap penerimaan perawat dapat
menganggukkan kepala dalam merespon pembicaraan pasien.
3. Mengulang pernyataan pasien
Perawat memberikan umpan balik kepada pasien dengan cara mengulang pernyataan
pasien. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
pasien. Sehingga Pasien mengetahui bahwa pesannya mendapat respon dan berharap
komunikasi dapat berlanjut.
4. Klarifikasi
Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan
presepsi.
a. Memfokuskan Pembicaraan
Metode ini digunakan untuk membatasi materi pembicaraan agar lebih spesifik
dan mudah dimengerti.
b. Menyampaikan hasil pengamatan
Perawat perulu menyampaikan hasil pengamatan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan pasien untuk mengetahui bahwa pesan yang
disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Dengan demikian akan menjadikan
pasien berkomunikasi dengan baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang
dibicarakan.
c. Menawarkan informasi
Memberikan informasi yang lebih lengkap merupakan pendidikan kesehatan
untuk pasien. Informasi yang tidak tersampaikan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lainnya, perawat perlu meminta penjelasan alasannya. Perawat
dimungkinkan untuk memfasilitasi pasien dalam pengambilan keputusan, bukan
untuk menasehati.
5. Diam
Diam memungkinkan pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri, menghimpun
pikirannya dan memproses informasi. Penerapan metode diam memerlukan waktu
keterampilan dan ketepatan waktu agar tidak menimbulkan perasaan tidak enak.

6
6. Menunjukkan penghargaan
Penghargaan kepada pasien dapat ditunjukkan dengan menucapkan salam kepada
pasien, terlebih disertai menyebutkan nama. Dengan demikian pasien akan lebih
merasa keberadaannya dihargai.
7. Refleksi
Reaksi yang muncul saat berkomunikasi antara perawat dan pasien disebut refleksi.
Refleksi dibedakan menjadi dua klasifikasi:
a. Refleksi isi yang bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar. Klarifikasi ide
yang diungkapkan oleh pasien dan pemahaman perawat tergolong dalam refleksi
isi.
b. Refleksi perasaan bertujuan agar pasien dapat menyadari eksistensi sebagai
manusia yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri sendiri.
2.4 Penerapan Komunikasi Teraupetik
Perawat memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam keperawatan
profesional, hal ini dikarenakan perawat dituntut untuk melaksanakan perannya merawat
pasien selama 24 jam. Pasien dan keluarga akan merasakan kecemasan ketika pertama
kali dirawat dirumah sakit terlebih ketika pasien dirawat diruang intensif. Menurut
Retnaningsih (2016) salah satu penyebab keluarga pasien mengalami kecemasan, karena
antara perawat dan keluarga tidak mampu membangun hubungan saling percaya
sehingga tidak terwujud kerjasama dengan baik. Hal ini berdampak pula pada
ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan pada pasien
sehingga tindakan tidak dapat dilakukan dengan segera.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga
adalah dengan menerapkan komunikasi terapeutik. Menurut teori Potter & Perry (2012),
tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membina hubungan saling percaya antara
perawat dengan keluarga pasien. Ketika keluarga dapat mengutarakan perasaan nya,
maka saat itulah perawat hadir untuk memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan
menjadi pemberi asuhan keperawatan, advokat serta edukator. Perawat yang dapat
menjalankan perannya dengan baik tentunya dapat memberi rasa nyaman kepada pasien
dan keluarga, sehingga diharapkan dapat menurunkan kecemasan pasien dan keluarganya
(Tridiyawati et al, 2018).
Perawat perlu mempersiapkan diri secara matang sebelum melakukan komunikasi
terapeutik dengan keluarga pasien.  Diantaranya adalah Ketenangan, keikhlasan dan
penerimaan.  Tidak kalah pentingnya untuk mempelajari latar belakang penyakit dan

7
sosial budaya dari pasien dan keluarganya. Setelah itu semua disipakan oleh perawat,
maka selanjutnya perawat siap untuk memulai komunikasi terapeutik dengan keluarga
pasien (Tridiyawati et al, 2018).
Perawat memegang peranan penting dalam komunikasi terapeutik (Wianti, 2017).
Lingkungan yang tenang dan nyaman turut mendukung terciptanya komunikasi
terapeutik.  Sikap terbuka, tenang, empati, menerima segala sesuatu yang diucapkan oleh
keluarga pasien tanpa mengkonfrontasinya, semata-mata dilakukan perawat agar
keluarga menyampaikan perasaannya. Berbekal informasi yang diberikan oleh keluarga
pasien, perawat dapat memaksimalkan perannya sebagai edukator, advokat dan konselor
(Silalahi, 2021).
Ketika keluarga sudah merasa tenang karena sudah berhasil menyampaikan
perasaannya, tenaga kesehatan baik dokter, perawat dan lain sebagainya bisa
menyampaikan infomasi mengenai pasien sehingga keluarga dapat mengambil keputusan
mengenai tindakan yang terbaik untuk pasien. Perasaan tenang yang dirasakan oleh
keluarga berdampak besar pada maksimalnya peran dan berakhir pada turunya
kecemasan pada keluarga pasien.
Keluarga dengan anak yang dirawat diruang intensif akan merasakan kecemasan
karena bingung dengan kondisi pasien, khawatir dengan masalah pembiayaan, kondisi
anak yang kurang stabil dengan tindakan yang belum pasti hasilnya sampai adanya
bayang-bayang akan kematian. Salah satu keterampilan tenaga kesehatan khususnya
perawat untuk menurunkan kecemasan tersebut adalah dengan komunikasi terapeutik.
Tujuan dari komunikasi terapeutik perawat pada ruang intensif adalah untuk menggali
perasaan pasien agar perawat dapat memaksimalkan perannya baik advokat, konselor
maupun edukator. Dengan komunikasi terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya
antara perawat dan keluarga pasien sehingga perawat mampu menjelaskan kondisi pasien
dan keluargapun dapat memahaminya. Hal ini akan membantu keluarga untuk dapat
mengambil keputusan terbaik dan tentunya akan memberikan kepuasan bagi pasien dan
keluarga sehingga rasa cemas itu akan turun dengan sendirinya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar, bertujuan dan
kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Sedangkan menurut Suryani (2005),
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya melalui komunikasi. Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk
mengembangkan pemahaman bersama diantara orang-orang yang mempunyai
keterikatan satu sama lain seperti komunikasi antara perawat-pasien. Komunikasi
terapeutik bersifat menyeluruh, berfokus pada pasien dan memperhatikan seluruh aspek
perawatan pasien meliputi psikologi, psikososial, lingkungan dan spiritual. Praktek
komunikasi terapeutik berfokus pada kesehatan pasien dan merupakan landasan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien.

Tahap dalam komunikasi teraupetik adalah fase pra interaksi, fase perkenalan, fase
kerja dan fase terminasi. Komunikasi terapeutik memerlukan teknik yang disesuaikan
dengan karakter masing-masing pasien seperti mendengarkan, menunjukkan penerimaan,
mengulang pernyataan pasien, klarifikasi, diam, menunjukkan penghargaan dan refleksi

3.2 Saran

Didalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan


dalam peyusunan makalah maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu penulis
mengharapakan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dalami,Ernawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media.

http://dhanwaode.wordpress.com/2010/10/09/komunikasi-dalam-proses-
pembangunan-dalam-proses-keperawatan/

Suryani. (2005a). Komunikasi Terapeutik, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

10

Anda mungkin juga menyukai