Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Perkembangan Anak

2.1.1 Pengertian Perkembangan

Menurut Santrock dalam Soetjiningsih (2012)

perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai

sejak pembuahan dan terus berlanjut disepanjang

rentang kehidupan individu. Menurut Harlimsyah (2007)

perkembangan anak adalah segala perubahan yang

terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara

lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial

(bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan).

Sedangkan menurut Wong (2000) mengatakan bahwa

perkembangan adalah perubahan secara berangsur-

angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,

meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui

pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan

(maturation), dan pembelajaran (learning).

8
9

2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan

Berikut ciri-ciri perkembangan menurut Soetjiningsih

(1995) :

2.1.2.1 Perkembangan merupakan proses yang bersifat

continue (berkelanjutan) dari konsepsi sampai

maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak

didalam kandungan, dan setelah kelahiran

merupakan suatu masa dimana perkembangan

dapat mudah diamati.

2.1.2.2 Dalam periode tertentu ada masa percepatan

atau masa perlambatan. Tiga masa

pertumbuhan cepat adalah pada masa janin,

masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas.

2.1.2.3 Perkembangan memiliki pola yang sama pada

setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda.

2.1.2.4 Perkembangan dipengaruhi kematangan sistem

saraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh

tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat

sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang

lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih

benda tersebut.
10

2.1.2.5 Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal

(perkembangan dari atas ke bawah).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

2.1.3.1 Faktor Internal (alami)

Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi

dari dalam individu itu sendiri (Perry & Potter, 2005).

a. Genetika/Herediter

Faktor herediter merupakan faktor turunan secara

genetik dari orang tua kepada anak. Contoh herediter

adalah jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini

dapat ditentukan dengan adanya identitas dan

kecepatan dalam pembelahan berhentinya

pertumbuhan tulang (Hidayat & Aziz, 2005).

b. Pengaruh Hormon

Pengaruh hormon terjadi sejak masa pranatal, yaitu

pada usia 4 bulan. Hormon yang paling berpengaruh

adalah hormon somatotropin. Kemudian kelenjar tiroid

yang menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna

untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak

(Nursalam dkk, 2005).


11

c. Temperamen

Temperamen ditandai dengan alam perasaan

psikologis dimana anak dilahirkan dan termasuk dalam

tipe perilaku yang mudah, lambat, hangat atau sulit.

Hal tersebut berpengaruh pada interaksi antara

individu dan lingkungan (Kozier, 2004).

2.1.3.2 Faktor Eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal merupakan faktor yang diperoleh

dari luar individu.

a. Keluarga

Keluarga memberi pengaruh melalui nilai,

kepercayaan, adat istiadat dan pola spesifik dari

interaksi dan komunikasi (Perry & Potter, 2005).

b. Kelompok dan Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya memberi pelajaran

lingkungan yang baru dan berbeda dalam hal interaksi

dan komunikasi serta perilaku (Kozier, 2004).

c. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup dan proses pembelajaran

membiarkan individu berkembang dengan


12

mengaplikasikan apa yang telah dipelajari pada

kebutuhan yang perlu dipelajari (Perry & Potter, 2005).

d. Kesehatan Lingkungan

Tingkat kesehatan mempengaruhi respon individu

terhadap lingkungan dan respon orang lain pada

individu tersebut. Sehingga proses perkembangan

dapat terganggu bila kesehatan lingkungan tidak

kondusif (Perry & Potter, 2005).

e. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat mempengaruhi apa dan

bagaimana kebutuhan fisiologis maupun kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya dipenuhi

(Nursalam dkk, 2005).

f. Istirahat, Tidur dan Olahraga

Keseimbangan antara istirahat atau tidur dan olahraga

merupakan hal yang penting untuk memudahkan

tumbuh dan berkembang. Gangguan yang

menghambat pertumbuhan, sedangkan keseimbangan

mendorong kesehatan fisiologi dan psikologi (Perry &

Potter, 2005).
13

g. Status Kesehatan

Sakit atau cedera yang berkepanjangan bisa

menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi dan

menjawab kebutuhan dan tugas tahap perkembangan

(Hidayat & Aziz, 2005).

h. Iklim dan Cuaca

Iklim atau cuaca menjadi salah satu faktor tumbuh

kembang anak. Pada musim tertentu, makanan bergizi

dapat mudah diperoleh, atau sebaliknya justru menjadi

sulit (Hidayat & Aziz, 2005).

2.1.4 Gangguan Pada Anak

Gangguan atau kelainan dimasa anak-anak

berpotensi terjadi pada usia 0-12 tahun pada dasarnya,

tiap-tiap tahap perkembangan yang berbeda-beda,

tergantung pada fase perkembangan yang dialami setiap

usia anak (Fadhli A, 2010).

Pada usia sekolah dimana aktivitas anak mencapai

puncaknya, sangat tinggi kemungkinan terjadinya

kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan

gangguan perkembangan motorik. Gangguan

perkembangan lain yang muncul pada masa anak antara


14

lain gangguan bicara, keterlambatan mental, autis,

lambat belajar dan gangguan pamusatan perhatian

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Fadhli A, 2010).

Masa anak-anak merupakan masa emas untuk

mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan

zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan

perkembangan, apapun bentuknya, deteksi sedini

mungkin merupakan kunci penting keberhasilan program

intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi.

Semakin dini gangguan terdeteksi, maka semakin tinggi

pula kemungkinan tercapainya tujuan intervensi (Fadhli

A, 2010).

2.2 Konsep Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity

Disorder)

2.2.1 Pengertian

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

merupakan kelainan neurobehavioral yang paling sering

terjadi pada anak-anak, juga merupakan suatu keadaan

kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak

usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang

sering ditemukan pada anak-anak. ADHD merupakan

gangguan perkembangan yang mengakibatkan


15

ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk

mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan.

Anak yang mengidap ADHD relatif tidak mampu

menahan diri bahkan benar-benar tidak bisa menunggu

(Martin G.L, 2008).

2.2.2 Tipe dan Gejala ADHD

2.2.2.1 Tipe Hiperaktivitas-impulsif

Anak dengan tipe ini menunjukkan kelakuan

yang agresif, perilaku yang aneh, tanpa rasa

bersalah atau tidak disukai, dan berprestasi

buruk di sekolah. Mereka akan menunjukkan

pengendalian diri yang lemah dan impulsifvitas

yang lebih besar. Anak hiperaktif lebih berisik,

kacau, berantakan, tidak tanggung jawab, dan

tidak matang (Martin G.L, 2008).

2.2.2.2 Kurang Memperhatikan, Mudah Mengalami

Gangguan

Anak-anak yang kurang perhatian yang dominan

tidak acuh cenderung cemas, malu, menarik diri

dari pergaulan, agak kurang disukai, buruk

dalam olahraga, dan memiliki prestasi akademik


16

buruk. Anak dengan tipe ini digambarkan

seorang yang pemalas dan sering tenggelam

dalam pikirannya sendiri, apatis dan lesu. Ia

kurang agresif, impulsif dan hiperaktif di rumah

maupun di sekolah dan lebih sedikit memiliki

masalah dalam pergaulan (Martin G.L, 2008).

2.2.2.3 Kombinasi

Anak pada tipe ini memiliki sebagian besar

manifestasi perilaku tidak acuh, seperti

kegagalan untuk fokus dalam hal-hal detail,

kesalahan-kesalahan yang ceroboh, dan mudah

terganggu oleh stimulus-stimulus luar. Selain itu

anak suka menggerakkan tangan dan kaki, tidak

tahan duduk berlama-lama dan selalu sibuk,

mengganggu orang lain serta tidak sabar

menunggu giliran. Perilaku-perilaku tersebut

diatas sering terjadi di lingkungan sekolah,

tempat ibadah dan tempat berbelanja seperti

halnya di rumah (Martin G.L, 2008).


17

2.2.3 Teori-teori Penyebab ADHD

Penyebab utama munculnya gejala ADHD belum

ditemukan pasti, namun menurut Martin G.L (2008)

terdapat beberapa gagasan yang menjelaskan penyebab

ADHD.

2.2.3.1 Faktor Keturunan dan Neurologis

Keturunan adalah faktor tunggal yang dipercaya

sebagai nominator umum pada anak ADHD.

Anak-anak yang mengidap ADHD empat kali lebih

mungkin memiliki satu dara kandung dan orangtua

yang juga mengidap ADHD daripada anak normal.

2.2.3.2 Cedera Otak

ADHD diperkirakan terjadi sebagai efek dari

infeksi, luka berat, cedera, atau komplikasi lainnya

yang terjadi pada otak selama masa kehamilan

atau persalinan. Kerusakan pada otak dapat

menyebabkan gejala hiperaktivitas, ketiadaan

perhatian dan impulsivitas.

2.2.3.3 Kematangan Otak yang Tertunda

Perilaku sosial anak-anak ADHD yang tidak

matang sering ditemukan pada pemeriksaan-


18

pemeriksaan neurologis, dan terdapat kesamaan

antara kurang perhatian, pengendalian impuls,

dan pengaturan diri anak ADHD dan anak normal.

Gagasan diatas belum ada bukti neurologi yang

mendukung sehingga sifatnya masih hipotesis.

2.2.3.4 Penyakit Medis

Penyakit bisa menyebabkan perhatian yang buruk

dengan cara yang tidak spesifik. Penyakit-

penyakit tertentu yang telah dihubungkan dengan

gejala-gejala ADHD mencakup kekurangan zat

besi, anemia, hipertiroidisme, cacing kremi,

hipoglisemia dan petit mal epilepsy.

2.2.3.5 Obat-obatan

Obat yang dikonsumsi juga bisa memicu gejal-

gejala ADHD, contohnya mencakup anti

konvulsan, seperti fenobarbital dan dilantin, serta

obat-obat penenang yang bisa mengurangi

pemusatan perhatian dan konsentrasi. Jenis-jenis

obat asma, flu atau alergi juga bisa bertindak

sebagai penenang. Meskipun obat-obat tersebut

tidak menjadi penyebab utama ADHD, namun jika


19

mengonsumsi seperti obat alergi dan obat epilepsi

bisa mengakibatkan ketiadaan perhatian.

2.2.3.6 Merokok

Risiko ADHD lebih tinggi pada bayi yang ibunya

merokok selama masa kehamilan. Ibu yang

merokok mungkin sedang mengalami gangguan

perhatian, oleh karena itu risiko ADHD yang

meningkat pada keturunannya bisa terjadi karena

pengaruh genetis bukan karena merokok.

2.2.3.7 Bahan Tambahan Pada Makanan

Pada tahun 1974 Dr. Benjamin Feingold, seorang

dokter ahli alergi anak, mengatakan bahwa

separuh lebih dari semua hiperaktivitas

disebabkan oleh zat pewarna, perasa buatan dan

MSG (Monosodium Glutamat). Namun belum

terdapat bukti yang menunjukkan bahwa anak-

anak normal dapat mengidap ADHD dengan

mengonsumsi zat-zat tersebut.

2.2.4 Patofisiologi

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun

dikatakan bahwa area kortek frontal, seperti


20

frontrosubcortical pathways dan bagian frontal kortek itu

sendiri, merupakan area utama yang secara teori

bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD.

Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem

aktivasi retikular juga dipengaruhi. ADHD dapat

mempengaruhi satu atau lebih seluruh area ini sehingga

muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD (Tanoyo

D.P, 2015).

Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal

berfungsi untuk mengatur agar pusat perhatian pada

perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan

yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan

mengingat apa yang telah kita pelajari, serta dapat

menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme

inhibisi di kortek berfungsi untuk mencegah agar kita

tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol,

serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat

dikatakan bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk

menghambat 30 % yang lain (Tanoyo DP, 2015).

Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah

apa yang disebut dengan ”dis-inhibitor disorder” seperti


21

perilaku impulsif, quick temper, membuat keputusan yang

buruk, hiperaktif, dan lain-lain. Sedangkan sistem limbik

mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila

sistem limbik teraktivasi secara berlebihan, maka

seseorang memiliki mood yang labil, temperamen yang

meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu

menyentuh apapun yang ada di sekitarnya, memiliki

kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang normal

mengatur perubahan emosional yang normal, level energi

normal, rutinitas tidur normal, dan level stress yang

normal. Disfungsi dari sistem limbik mengakibatkan

terjadinya masalah pada hal tersebut (Tanoyo D.P,

2015).

Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan

MRI pada kortek prefrontal mesial kanan penderita ADHD

menunjukkan penurunan aktivasi. Selama pemeriksaan

juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari

isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga

menunjukkan aktivitas yang melemah pada korteks

prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri.

Neurotransmiter utama yang teridentifikasi lewat fungsi

lobus frontal adalah katekolamin (Tanoyo D.P, 2015).


22

2.2.5 Penatalaksanaan ADHD

Terapi umum pada anak ADHD terdiri dari medikasi

(farmakologi) dan non farmakologi seperti konseling,

terapi perilaku dan stimulasi senam otak (brain gym) yang

berguna untuk meringankan efek gejala ADHD (Tanoyo

D.P, 2015).

2.2.5.1 Farmakologi

Obat-obat yang paling umum digunakan untuk

terapi ADHD di Indonesia yaitu Methilphenidate

dan Dekstroamfetamin. Obat ini bersifat

psikostimulan yang dapat memperbaiki gejala-

gejala inti. Namun obat ini hanya bekerja dengan

waktu terbatas. Jika penggunaan jangka panjang

dapat berfungsi 6-12 jam dan jangka pendek

hanya 4 jam. Karena fungsi obat bertahan dalam

jangka pendek, maka obat ini bersifat

ketergantungan dalam penggunaannya (Tanoyo

D.P, 2015)

2.2.5.2 Non Farmakologi

Terapi non farmakologi adalah terapi yang

digunakan untuk menangani anak ADHD tanpa


23

menggunakan obat-obatan. Berikut ini beberapa

terapi non farmakologi pada anak ADHD menurut

Tanoyo D.P (2015) :

2.2.5.2.1 Terapi Konseling

Terapi konseling atau yang biasa disebut

psikoterapi adalah terapi yang dilakukan

oleh seorang dokter spesialis, psikiater

maupun tenaga ahli di bidangnya. Terapi

ini sangat bermanfaat karena dapat

mengurangi perilaku negatif pada anak

tersebut. Namun terapi ini sangat

membutuhkan biaya yang cukup tinggi

karena ditangani oleh tenaga ahli

dibidangnya secara langsung.

2.2.5.2.2 Terapi Perilaku

Terapi perilaku bertujuan untuk

mengurangi konflik orang tua dan anak

serta mengurangi ketidakpatuhan anak.

Terapi ini dilakukan oleh orang tua dan

dapat melibatkan psikolog atau dokter

spesialis tumbuh kembang anak, dan

pekerja sosial. Terapi ini juga dapat


24

membantu menormalisasi gangguan dan

membantu penderita agar fokus pada

informasi umum.

2.2.5.2.3 Stimulasi Senam Otak/Brain Gym

Penanganan terpenting untuk ADHD

adalah edukasi dan pelatihan (edu feed

back). Hal tersebut dibutuhkan bertujuan

agar keluarga memahami dengan benar

penyebab, gejala dan penanganannya.

Salah satu contoh edukasi yang diberikan

ke keluarga dan anak adalah dengan

memberikan stimulasi senam otak (brain

gym).

Memberikan stimulasi senam otak

pada anak ADHA sangat bermanfaat,

selain mudah dilakukan dimana saja,

penerapan stimulasi brain gym juga tidak

membutuhkan biaya. Jadi, orang tua

diharapkan mampu menerapkan

stimulasi tersebut kepada anaknya.


25

2.3 Konsep Senam Otak (Brain Bym)

2.3.1 Pengertian Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak adalah serangkaian gerak sederhana

yang menyenangkan dan pertama kali digunakan oleh

para murid di Educational Kinesiology Foundation (Edu-

K), USA untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka

dengan menggunakan keseluruhan otak dan aktivitas

gerakan-gerakan guna menarik keluar seluruh potensi

seseorang (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.2 Mekanisme Brain Gym

(Dennison PE & Dennison GE, 2002) mengatakan

bahwa, otak dibagi ke dalam 3 fungsi yakni, dimensi

lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak

depan belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-

bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu,

sehingga gerakan senam yang harus dilakukan

bervariasi, diantaranya yaitu :

2.3.2.1 Dimensi Lateralitas

Tubuh manusia dibagi dalam sisi kanan dan sisi

kiri. Sifat ini memungkinkan dominasi salah satu

sisi misalnya menulis dengan tangan kiri atau


26

kanan, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh

(bilateral integration), yaitu untuk menyebrangi

garis tengah tubuh untuk bekerja di bidang

tengah. Bila keterampilan ini sudah dikuasai,

orang akan mampu memproses linear, simbolis

tertulis (misalnya tulisan), dengan dua belahan

otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan

ke kiri, yang merupakan kemampuan dasar

kesuksesan akademik.

Ketidakmampuan untuk menyebrangi garis

tengah mengakibatkan ketidakmampuan belajar

(learning disabled) seperti sulit menulis dan

cenderung menulis huruf terbalik (disgrafia) dan

sulit membaca (disleksia). Beberapa gerakan

untuk dimensi ini adalah Lazy Eight’s dan The

Elephant (Dennison PE & Dennison GE, 2002).

2.3.2.2 Dimensi Pemfokusan

Pemfokusan adalah kemampuan menyebrangi

“garis tengah partisipasi” yang memisahkan

bagian belakang dan depan tubuh, dan juga

bagian belakang (occipital) dan depan otak

(frontal lobe). Informasi diterima oleh otak bagian


27

belakang (batang otak atau brainstem) yang

merekam semua pengalaman, lalu informasi

diproses dan diteruskan ke otak bagian depan

utnuk diekspresikan sesuai tuntutan dan

keinginannya.

Ketidaklengkapan perkembangan refleks

menghasilkan ketidakmampuan untuk secara

mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif

dalam proses belajar. Sebagai contoh anak yang

mengalami fokus-kurang (underfocused) seperti

“kurang perhatian”, “kurang pengertian”, dan

“hiperaktif”. Contoh gerakan untuk dimensi ini

adalah burung hantu (Dennison PE & Dennison

GE, 2002).

2.3.2.3 Dimensi Pemusatan

Pemusatan adalah kemampuan untuk

menyebrangi garis pisah antara bagian atas dan

bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian

dan bawah otak, bagian tengah sisten limbis

(midbrain) yang berhubungan dengan informasi

emosional serta otak besar (cerebrum) untuk

berpikir abstrak. Apa yang dipelajari benarbenar

harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan


28

memberi arti (Dennison PE & Dennison GE,

2002).

Ketidakmampuan untuk mempertahankan

pemusatan ditandai oleh bereaksi “berjuang atau

melarikan diri” atau ketidakmampuan untuk

merasakan atau menyatakan emosi. Gerakan

yang membuat sistem badan menjadi relaks dan

membantu untuk mengolah informasi tanpa

pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau

bertumpu pada dasar yang kokoh (Dennison PE &

Dennison GE, 2002).

2.3.3 Waktu yang Dibutuhkan dalam Brain Gym

Gerakan-gerakan senam otak sangat praktis, karena

bisa dilakukan dimana dan kapan saja oleh siapa saja.

Waktu latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit. Bila

melakukan senam otak untuk kemampuan tertentu dan

sering, maka dapat memperbaiki perilaku atau prestasi.

Sebagian orang akan mengakui bahwa senam otak

sangat membantu dalam waktu singkat untuk mencapai

perilaku tertentu (Dennison PE & Dennison GE, 2002).


29

2.3.4 Tahap-tahap dalam Pelaksanaan Brain Gym

2.3.4.1 Persiapan

Sebelum melakukan brain gym pada anak ADHD

perlu dilakukan beberapa persiapan seperti

termasuk didalamnya membuat kontrak waktu

dengan orangtua maupun anak tersebut dan

mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan brain gym seperti air putih, kursi dan

lain-lain.

2.3.4.2 Orientasi

Strategi komunikasi yang baik dengan orang tua

dan anak ADHD sangat dibutuhkan sebelum

pelaksanaan brain gym, karena melalui

komunikasi peneliti dapat membina hubungan

saling percaya, menjelaskan maksud tujuan

diadakannya pelaksanaan brain gym pada anak

ADHD dan menanyakan kesiapan anak tersebut.

2.3.4.3 Tahap Kerja

Sebelum memulai senam otak harus menjalani

tahap PACE. PACE adalah empat keadaan yang

diperlukan untuk dapat belajar dan berfikir dengan

menggunakan seluruh otak. PACE merupakan

singkatan dari Positif, Aktif, Clear (jelas) dan


30

Energetis. Untuk menjalankan PACE ini, harus

memulainya dengan energetis (minum air), clear

(melakukan pijat saklar otak), aktif (melakukan

gerakan silang), positif (melakukan kiat rileks) dan

dilanjutkan dengan gerakan-gerakan senam yang

lain.

a. E (Energetis), Minum Air Putih

Air mempunyai banyak fungsi dalam tubuh

untuk menunjang belajar anak dan orang

dewasa. Sebelum melakukan senam otak,

anak atau siapapun harus minum air putih

secukupnya untuk meningkatkan konsentrasi

dan stamina dalam mengikuti senam otak.

b. C (Clear), Memijat Saklar Otak

Cara melakukan gerakan ini, adalah letakkan

satu tangan di atas pusar, dengan ibu jari dan

jari-jari tangan yang lain. Raba kedua lekukan

di antara rusuk tepat di bawah tulang selangka

dan kirakira 2-3 cm kiri kanan dari tulang dada.

Pijat daerah ini selama 30 detik sampai 1

menit, sambil melirik mata dari kiri ke kanan

dan sebaliknya.
31

c. A (Aktif), Melakukan Gerakan Silang

Dalam gerakan silang ini, anak menggerakkan

secara bergantian pasangan kaki dan tangan

yang berlawanan, seperti pada gerak jalan di

tempat. Gerak Silang mengaktifkan hubungan

kedua sisi otak dan merupakan gerakan

pemanasan untuk semua keterampilan yang

memerlukan penyebrangan garis tengah

bagian lateral tubuh. Lakukan latihan beberapa

kali dalam sehari selama 2-3 menit. Mulailah

dengan gerakan pelan, agar dapat diperhatikan

bagian tubuh mana yang bergerak dan tidak

bergerak. Gerakan Silang mengaktifkan otak

untuk garis tengah penglihatan, pendengaran,

kinestetik, perabaan, sentuhan, gerakan mata

dari kiri ke kanan, dan meningkatkan

kebersamaan penglihatan kedua mata

(binokular).

d. P (Positif), Melakukan kiat Rileks

Merupakan gerakan yang menghubungkan

lingkungan elektris ditubuh dalam kaitannya

dengan pemusatan perhatian dan kekacauan

energi. Gerakan ini bisa dilakukan dengan


32

menyilangkan pergelangan kaki kiri ke atas

kaki kanan, kemudian menjulurkan tangannya

ke depan dan menyilangkan pergelangan

tangan kirinya ke atas tangan kanan, lalu

menjalin jari-jari, menarik kedua tangan dan

meletakkan didada. Sambil menutup mata

bernafas dalam dan relaks selama 1 menit.

2.3.4.4 Tahap Inti (Melakukan Gerakan Brain Gym)

Gerakan-gerakan senam otak meliputi gerakan

menyeberangi garis tengah (the midline

movement), gerakan meregangkan otot

(lengthening activities), dan gerakan

meningkatkan energi dan sikap penguatan

(energy exercise and deeping attitudes).

Gerakan senam otak yang sederhana dan

menyenangkan bisa dilakukan pada saat

bekerja dan bermain serta dapat dipilih sesuai

dengan kebutuhan masalah anak ADHD.


33

Tabel 2.3 Gerakan Senam Otak

Cross crawl (gerakan silang)

 Untuk mengaktifkan indera

kinestetik, sentuhlah tiap tangan

ke lutut dari depan yang

berlawanan dan tumit dari

belakang berlawanan yang

berlawanan pula.

 Kemampuan akademik:

mengeja, menulis,

mendengarkan, membacar dan

memahami/mengerti.

 Perilaku dan sikap tubuh:

meningkatkan koordinasi kiri-

kanan, memperbaiki

pernapasan dan stamina,

koordinasi dan kesadaran

tentang ruang gerak serta

memperbaiki pendengaran dan

penglihatan.
34

Lazy eight's ( 8 Tidur)

 Gerakan tangan mulai dari titik

tengah ke arah atas, melingkar

ke kiri bawah naik ke titik

tengah lagi dan terus ke kanan

atas, berputar ke kanan bawah,

kembali ke titik tengah,

demikian seterusnya.

 Kemampuan akademik:

mekanisme membaca,

pengenalan simbol dan

pengertian membaca.

 Perilaku dan sikap tubuh:

melepaskan ketegangan mata,

tengkuk, dan bahu pada saat

memusatkan perhatian,

meningkkatkan kedalaman

persepsi, pemusatan

keseimbangan dan koordinasi.


35

The Elephant (Gajah)

 Gerakan gajah mengaktifkan

bagian dalam telinga untuk

keseimbangan dan

kesetimbangan yang lebih baik,

juga mengintegrasikan otak

untuk mendengar dengan

kedua telinga, membuat relaks

otot tengkuk yang tegang akibat

dari terlalu banyak membaca

misalnya. Pegang telinga

sebelah kanan menggunakan

tangan kiri, kemudian tangan

kanan lurus keatas sejajar

kepala. Kemudian buatlah

seperti angka delapan

menggunakan tangan kanan.

 Kemampuan akademik:

pemahaman mendengar,

berbicara, mengeja, dan

mengingat secara berurutan.

 Perilaku dan sikap tubuh:


36

kemampuan gerakan kepala kiri

dan kanan, penglihatan

binokuler, tengkuk tetap relaks

saat konsentrasi, koordinasi

tubuh atas dan bawah, dan

mengaktifkan telinga bagian

dalam untuk keseimbangan

khususnya membantu saat

mengalami jet lag atau mabuk

perjalanan.

The Owl (Burung Hantu)

 Anak memijat satu bahu untuk

membuat relaks otot leher yang

tegang sambil menggerakkan

kepala perlahan.

 Kemampuan akademik:

mendengar dan pemahaman,

pidato atau laporan lisan,

perhitungan matematika,

ingatan, atau kerja yang

menggunakan papan tombol

seperti komputer.
37

 Perilaku dan sikap tubuh:

kemampuan menggerakkan

kepala ke kiri dan kenan,

kekuatan dan keseimbangan

otot leher dan tengkuk,

mengurangi kebiasaan juling.

The active arm

(Mengaktifkan Tangan)

 Mengaktifkan satu tangan dan

kepala tetap relaks. Pada saat

melakukan gerakan anak

menghembuskan napas dalam

hitungan delapan atau lebih.

 Kemampuan akademik: menulis

kreatif dan mengeja.

 Perilaku dan sikap tubuh:

meningkatkan durasi perhatian,

meningkatkan fokus dan

konsentrasi, pernapasan lebih

lancar dan sikap lebih santai,

lebih mampu mengungkapkan

gagasan, meningkatkan energi


38

pada tangan dan jari.

The gravitational glider

(Luncuran Gravitasi)

 Gerakan ini untuk merelakskan

daerah pinggang, pinggul dan

seitarnya serta dapat dilakukan

dengan duduk maupun berdiri.

 Kemampuan akademik:

pemahaman waktu membaca

dan pemikiran abstrak.

 Perilaku dan sikap tubuh:

keyakinan diri, percaya diri,

stabilitas, ekspresi diri, sikap

tubuh relaks meskipun duduk

lama.

Brain buttons (Sakelar Otak)

 Sakelar otak (jaringan lunak di

bawah tulang selangka di kiri

dan kanan tulang dada) dipijat

dengan satu tangan, sementara

tangan yang lain memegang

pusar.
39

 Kemampuan akademik:

kemampuan membaca,

koordinasi tubuh.

 Perilaku dan sikap tubuh:

keseimbangan tubuh kiri-kanan,

tingkat energy lebih baik,

meningkatkan kerja sama

kedua mata, merelakskan otot

tengkuk dan bahu.

Earth buttons (Tombol Bumi)

 Ujung jari satu tangan

menyentuh bawah bibir, ujung

lainnya di pinggir atas tulang

kemaluan (15 cm di bawah

pusar).

 Kemampuan akademik:

kemampuan membaca,

organisasi, ketrampilan

penglihatan dekat dan jauh.

 Perilaku dan sikap tubuh:

kesiagaan mental, pinggul

simetris, kepala tegak, mata


40

terbuka.

Balance buttons (Tombol

Imbang)

 Biarkan anak menyentuh

tombol imbang yang terdapat di

belakang telinga, pada sebuah

lekukan di batas rambut antara

tengkorak dan tengkuk (4-5 cm

kek iri dan kekanan dari garis

tengah tulang belakang).

Sementara tangan yang

satunya menyentuh pusar

selama 30 detik, lalu ganti

dengan tangan satunya lagi.

Dagu relaks dan kepala dalam

posisi normal menghadap ke

depan.

 Kemampuan akademik:

pengertian hal-hal tersirat,

mengenali berbagai sudut

pandang, penilaian kritik dan

pengambilan keputusan,
41

ketrampilan mengeja dan

matematika.

 Perilaku dan sikap tubuh:

perasaan enak dan nyaman,

sikap terbuka dan mau

menerima, mata, telinga dan

kepala lebih tegak lurus pada

bahu, mengurangi fokus

berlebihan dan memperbaiki

refleks-refleks.

Space buttons (Tombol Angkasa)

 Letakkan satu tangan di atas

bibir di garis tengah depan,

yang lain di garis tengah

belakang pada tulang ekor atau

lebih ke atas agar aman dan

sopan.

 Kemampuan Akademik:

keterampilan mengatur,

kemampuan membaca,

konsentrasi pada

tugas,meningkatkan minat dan


42

motivasi.

 Perilaku dan sikap tubuh:

kemampuan untuk relaks dan

duduk dengan nyaman dan

tegak di kursi, meningkatkan

lamanya perhatian.

The Thinking Cap

(Pasang Telinga)

 Dengan ibu jari dan telunjuk,

pijat secara lembut daun telinga

sambil menariknya keluar, mulai

dari ujung atas, menurun

sepanjang lengkungan dan

berakhir di cuping.

 Kemampuan akademik:

pemahaman ketika mendengar,

berbicara, menyanyi, tampil di

depan umum dan penyampain

lisan dan mengeja.

 Perilaku dan sikap tubuh:

energi, napas, meningkatkan

fokus perhatian, keseimbangan


43

lebih baik, jangkauan

pendengaran dan penglihatan

ke sekeliling lebih luas.

Hook-ups (Kait Relaks)

 Sambil duduk, anak

menyilangkan pergelangan kaki

kiri ke atas kanan. Silangkan

pergelangan tangan kirinya ke

atas tangan kanan, lalu

menjalinkan jari-jari, menarik

kedua tangan, dan

melakukannya di dada. Sambil

menutup mata, bernapas dalam

dan relaks selama 1 menit.

 Kemampuan akademik:

mendengar dan berbicara lebih

jelas, menghadapi tes dan

tantangan sejenis, belajar

dengan papan ketik.

 Perilaku dan sikap tubuh:

pengendalian diri dan lebih

menyadari batas-batas,
44

meningkatkan koordinasi dan

keseimbangan, serta perasaan

nyaman terhadap lingkungan.

The Energyc Yawn

(Menguap Berenergi)

 Menguap baik jika dibarengi

dengan menyentuh tempat

tegang di rahanag yang dapat

menolong menyeimbangkan

tulang tengkorak, meghilangkan

ketegangan dikepala dan

rahang.

 Kemampuan akademik:

membaca dengan suara,

menulis kreatif, berbicara di

depan umum.

 Perilaku dan sikap tubuh:

resonasi vokal lebih dalam,

penglihatan relaks,

meningkatkan kreativitas,

ekspresi dan keseimbangan.

Sumber: Senam Otak (Brain gym), Dennison PE & Dennison GE (2002


45

2.3.4.5 Tahap Terminasi

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan,

yaitu melakukan evaluasi terhadap keberhasilan

pelaksanaan brain gym seperti memberi pujian

kepada anak atau orang dewasa yang diberikan

brain gym dan menanyakan perasaan dari orang

tersebut. Kemudian yang terakhir adalah

melakukan kontrak waktu selanjutnya untuk

pemberian stimulasi brain gym berikutnya.


46

2.4 Kerangka Teori

Perkembangan anak Gangguan pada anak

1. Ciri-ciri  Autis
perkembangan anak  Keterlambatan
2. Faktor-faktor yang mental
mempengaruhi  Tunawicara
perkembangan anak  ADHD
 Internal
 dll
 Eksternal

Farmakologi 1. Hiperaktivitas-
impulsivitas
2. Kurang
memperhatikan, mudah Tipe
mengalami gangguan
Penanganan
3. Kombinasi

 Keturunan
 Cidera Otak
 Kematangan Otak
Tertunda Teori
 Penyakit Medis Penyebab
 Obat-obatan
 Merokok
 Bahan Tambahan pada
Makanan Manfaat :

 Meningkatkan fokus
 Meningkatkan
Brain Gym
konsentrasi
Non 1. Mekanisme Brain  Meningkatkan
farmakologi gym durasi perhatian
2. Gerakan-gerakan  Pengendalian diri
Brain gym  dll

Keterangan : Tanda panah adalah arah


pembahasan peneliti
8

Anda mungkin juga menyukai