Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

KOMUNIKASI KEPERAWATAN 2

KOMUNIKASI SOSIAL DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Disusun Oleh :

Kelompok 12/4B

Antika Riana Dewi ( 1130018033 )

Fasilitator :

Erika M, S. Kep., Ns., M. Ked., Trop

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “KOMUNIKASI SOSIAL DAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK”. Makalah ini kami susun untuk melengkapi
tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan II dan kelengkapan dari rangkaian
perkuliahan kami.

Kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi


penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata semoga nantinya makalah ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Surabaya, 18Maret 2020

Penyusun

Antika Riana Dewi

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Komunikasi ...................................................................................3
2.2 Komunikasi Sosial.......................................................................................3
2.2.1 Pengertian Komunikasi Sosial...........................................................3
2.2.2 Tujuan Komunikasi Sosial ................................................................4
2.2.3 Unsur-unsur dalam Komunikasi Sosial .............................................4
2.2.4 Hambatan dalam Komunikasi Sosial.................................................5
2.3 Komunikasi Terapeutik ...............................................................................5
2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ...................................................5
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik..........................................................5
2.3.3 Fase hubungan dalam Komunikasi Terapeutik..................................6
2.3.4 Cara Berkomunikasi Terapeutik........................................................8
2.3.5 Hambatan dalam komunikasi terapeutik ...........................................11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Saran ...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Komunikasi merupakan faktor penting bagi perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan dengan klien. Semakin baik komunikasi
perawat, maka semakin berkualitas pula asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien karena komunikasi yang baik dapat membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien. Perawat yang memiliki
ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat menumbuhkan
sikap empati dan caring, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan bahkan dapat
meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit. (Sarfika,
rika. dkk. 2018)
Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar
dapat bertahan hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain,
maka butuh komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Pada proses keperawatan,
komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu
dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
(Sarfika, rika. dkk. 2018)
Dalam dunia kesehatan yakni di dunia keperawatan terdapat
komunikasi yang disebut dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi ini
sangat berbeda dengan komunikasi pada umumnya. Karena komunikasi ini
merupakan sebuah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
kegiatannya bertujuan untuk kesembuhan pasien. ( Darmayanti, M. (2010)
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu
pada komunikasi terapeutik terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk
komunikasi. Dapat disimpulkan komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya

1
dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan mebina hubungan terapeutik
terhadap klien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik?


2. Apa tujuan dari komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik?
3. Apa saja unsur-unsur dari komunikasi sosial dan komunikasi
terapeutik?
4. Apa saja fase-fase hubungan dalam komunikasi sosial dan
komunikasi terapeutik?
5. Apa saja hambatan dari komunikasi sosial dan komunikasi
terapeuitk?
6. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi sosial
dan komunikasi terapeutik?
7. Bagaimana cara berkomunikasi sosial dan terapeutik?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari komunikasi sosial
dan komunikasi terapeutik?
2. Mahasiswa mampu memahami tujuan dari komunikasi sosial dan
komunikasi terapeutik?
3. Mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur dari komunikasi
sosial dan komunikasi terapeutik?
4. Mahasiswa mampu menjelaskan fase-fase hubungan dalam
komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik?
5. Mahasiswa mampu memahami hambatan dalam komunikasi sosial
dan komunikasi terapeutik?
6. Mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalm komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik?
7. Mahasiswa mampu menjelaskan cara berkomunikasi sosial dan
komunikasi terapeutik?
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis

2
Memperoleh pengetahuan tentang kom.unikasi sosial dan
komunikasi terapeutik
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai komunikasi sosial
dan komunikasi terapeutik
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan komunikasi sosial dan komunikasi
terapeutik.

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti sebagai


berpartisipasi atau memberitahukan dan juga berasal dari communis yang
memiliki arti milik bersama atau berlaku dimana-mana. Komunikasi
merupakan suatu pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya
hubungan yang baik antar seseorang dengan orang lainnya, yang dapat
disampaikan melalui simbol, tanda, atau perilaku yang umum dan biasanya
terjadi dua arah. Komunikasi juga dapat digunakan sebagai media pertukaran
fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih dengan tujuan
agar setiap manusia yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling
menukar arti dan pengertin terhadap sesuatu (Sarfika, rika. dkk. 2018)

2.2 Komunikasi Sosial

2.2.1 Pengertian Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial adalah mengisyaratkan bahwa


komunikasi penting untuk membangun konsep diri, untuk
kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantngan, antara lain
lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Dalam komunikasi sosial juga membentuk
konsep diri. Mengonsep diri merupakan sesuatu yang mengatur diri
kita hingga kita ( tahu diri ). ( April, T. 2018 )

Komunikasi sosial yaitu sutu kegiatan komunikasi yang


lebih diarahkan kepada pencapaian intergritas sosial, komunikasi
sosial sekaligus merupakan proses sosialisasi. Melalui komunikasi
sosial , kelangsungan hidup sosial berjalan lancar. Komunikasi
sosial ini berkembang lambat laun dan berbeda sistem lainnya.

4
Namun proses ini berjalan lancar karena bahan pembicaraan yang
dianut akan sama. ( Dr.Ir. Mutialela. R. (2017).

2.2.2 Tujuan Komunikasi Sosial

a. Pembentukan konsep diri.


Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri
kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang
diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi
dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa
kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita.
b. Pernyataan eksistensi diri.
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya
eksis inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat
lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai
eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam
sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan
moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok
masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara
panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-
argumen yang terkadang tidak relevan.
c. Untuk kelangsungan hidup
Memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan
memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama
kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang
sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan
sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan
membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham
Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima

5
kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

2.2.3 Unsur-unsur dalam Komunikasi Sosial


a. Komunikator sebagai pengirim atau pemberi informasi atau
pesan kepada individu maupun kelompok lain.
b. Pesan sebagai obyek atau sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator kepada individu atau kelompok lain.
c. Media sebagai fasilitator pesan yang berupa Visual, Verbal,
Non Verbal, Lisan, maupun tulisan.
d. Komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari
seorang komunikator.
e. Feedback sebagai efek atau dampak dari komunikan yang
ditimbulkan oleh adanya pesan yang disampaikan tersebut.
2.3.4 Hambatan dalam Komunikasi Sosial
1. Integrasi bangsa melalui komunikasi antar generasi
2. Pengaruh luar negeri melalui komunikasi internasional dan
ilmu pengetahuan.
3. Akibat-akibat pembangunan sebagai unitendedby products

2.3 Komunikasi Terapeutik


2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
pasien dan perawat.Perawat menggunakan komunikasi
interpersonalnya (komunikasi antar individu) untuk
mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan
pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan
semacam ini yang bersifat terapeutik yang akan meningkatkan
iklim psikologi yang kondusif dan memfasilitasi perubahan dan
perkembangan diri pasien.

6
Komunikasi terapeutik merupakan hal penting bagi perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien. Komunikasi
terapeutik sebagai “kendaraan” yang mengantarkan perawat kepada
klien. Hubungan terapeutik akan terbina jika perawat memahami
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik dan memiliki kualitas
personal yang meliputi kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, model peran, altruisme, etik dan tanggung jawab.
(Sarfika, rika. dkk. 2018)
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan menghargai diri
sendiri
b. Mengetahui identitas diri dengan jelas dan
meningkatkan integritas diri
c. Mampu membentuk hubungan yang hangat, mandiri
dalam kapasitas memberi dan menerima kasih sayang
d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang realistis

`2.3.3 Fase hubungan dalam Komunikasi Terapeutik

1. Tahap tra-interaksi
Fase ini dimulai sebelum kontak pertama perawat dengan
klien. Hal-hal yang dilakukan pada fase ini yaitu evaluasi diri,
penetapan tahapan hubungan dan rencana interaksi.
Tugas utama perawat dalam tahap ini antara lain:
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan dir
b. Menganalisis kekuatan profesional diri dan keterbatasan
c. Mengumpulkan data tentang klien (jika mungkin)
d. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien2
2. Tahap perkenalan atau orientasia.

7
a. Fase perkenalan, fase ini merupakan kegiatan yang
dilakukan saat pertama kali bertemu dengan klien.Fokus
utama perawat pada tahap ini adalah menemukan kenapa
klien mencari pertolongan ke rumah sakit.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perawat pada tahap ini
adalah:
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menanyakan nama klien
4. Menyepakati pertemuan (kontrak)
5. Menghadapi kontrak
6. Memulai percakapan awal
7. Menyepakati masalah klien
8. Mengakhiri perkenalan
b. Fase orientasi, fase ini dilakukan pada awal setiap
pertemuan kedua dan seterusnya.
Tujuan fase ini adalah menvalidasi kekurangan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini
dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama
klien. Hal-hal yang harus dilakukan perawat pada fase
ini adalah:
1. Memberi salam (sama dengan fase perkenalan)
2. Memvalidasi keadaan klien
3. Mengingat kontrak.

Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan


kontrak pada pertemuan sebelumnyaTugas utama
perawat dalam tahap ini, antara lain:

1. Mengidentifikasi mengapa klien mencari


bantuan
2. Menyediakan kepercayaan, penerimaan dan
komunikasi terbuka

8
3. Membuat kontrak timbal balik
4. Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan
tindakan
5. Mengidentifikasi masalah klien
6. Mendefinisikan tujuan dengan klien.
3. Tahap kerja
Fase ini merupakan inti hubungan perawat-klien yang
terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan adalah:
a. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan
dirinya, perilakunya, perasaanya, pikirannya. Ini
bertujuan untuk mencapai tujuan kognitif
b. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Ini bertujuan untuk mencapai
tujuan afektif dan psikomotor
c. Melaksanakan terapi / teknikal keperawatan
d. Melaksanakan pendidikan kesehatane.Melaksanakan
kolaborasif. Melaksanakan observasi dan monitoring

Tugas utama perawat pada tahap kerja, adalah

- Mengeksplorasi stressor yang sesuai / relevan


- Mendorong perkembangan insight klien dan
penggunaan mekanisme koping konstruktif
- Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh
klien / resistance
4. Tahap terminasi
Tahapan terminasi ini merupakan tahap akhir dari setiap
pertemuan perawat dan klien dalam komunikasi terapeutik.
Terminasi terdiri atas 2 bagian yaitu:

9
a. Terminasi sementara
Tahap ini merupakan akhir dari pertemuan perawat
dan klien, akan tetapi perawat akan bertemu lagi dengan
klien pada waktu yang telah ditentukan.
b. Terminasi akhir
Tahap ini terjadi jika klien akan pulang dari rumah
sakit atau perawat tidak berdinas lagi di rumah sakit
tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap terminasi
ini, antara lain:
- Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan
evaluasi objektif
- Rencana tindak lanjut
- Kontrak yang akan datang

Tugas utama perawat dalam tahapan terminasi adalah:

a. Menyediakan realitas perpisahan


b. Melihat kembali kemajuan dari terapi dan
pencapaian tujuan
c. Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan,
kehilangan
2.3.4 Cara Berkomunikasi Terapeutik
Menurut Stuart & Sundeen tahun (1995), teknik komunikasi
terapeutik terdiri dari:
1. Mendengark
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang
akan mengetahui perasaan klien. Teknik mendengarkan
dengan cara memberi kesempatan klien untuk bicara
banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. Menurut
Ellis (1998), menjelaskan bahwa mendengarkan orang lain
dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada orang
lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan dia

10
adalah orang yang penting. Mendengarkan juga
menunjukkan pesan ”anda bernilai untuk saya” dan ”saya
tertarik padamu”.
2. Pertanyaant
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk
menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan penerimaan
dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik
apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak
respon klien (Stuart dan Sundeen, 1995).
3. Mengulang(
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara
mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang
berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini
bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar
dan melakukan validasi, mendukung klien dan
memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan
oleh klien.
4. Penerimaan
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan  dan
tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.
Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap
ekspresi nonverbal.
5. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat
ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu
mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.

11
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara
memvalidasikan apa yang didengar, refleksi perasaan
dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap
isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk
memelihara pendekatan yang tidak menilai (Boyd dan
Nihart, 1998), dikutip oleh Nurjanah (2001).
7. Asertif
Menurut Smith (1992) dalam Nurjanah (2001) asertif
adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain. Tahap-tahap menjadi lebih
asertif menurut Lindberg (1998) dalam Nurjanah (2001)
antara lain menggunakan kata ”tidak” sesuai dengan
kebutuhan, mengkomunikasikan maksud dengan jelas,
mengembangkan kemampuan mendengar,
pengungkapan komunikasi disertai dengan bahasa tubuh
yang tepat, meningkatkan keprcayaan diri dan gambaran
diri dan menerima kritik dengan ramah.
8. Memfokusk
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang
telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju
tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada
realitas.
9. Membagi pe
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta
pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
dipikirkan.
10. Identifikasi”
Merupakan teknik denga mencari latar belakang masalah

12
klien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan
pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
11. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak
dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat
diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga
menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang
lain untuk berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat
dapat menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers,
1999), dikutip oleh Nurjanah (2001).
12. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan
dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong
pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan (Stuart & Sundeen, 1995).
Kurangnya pemberian informasi yang dilakukan saat klien
membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya.
Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien
pada saat memberikan informasi.
13. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu
mengurangi ketegangan dan rasa sakit  yang disebabkan
oleh stress dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien..
14. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk

13
pemecahan masalah. Teknik ini tidak tepat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

2.3.5 Hambatan dalam komunikasi terapeutik


1. Masalah penglihatan
Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien
lansia tentunya juga akan memberikan pengaruh pada
lambatnya komunikasi terapeutik yang
dilakukan.Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan
tidak dapat melihat sama sekali tentunya akan
menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh
yang digunakan.
2. Dominasi dalam pembicaraan
Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika
pasien bukanlah tipe pendengar yang baik.Pasien yang
dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu ingin
menjadi orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam
sebuah topik pembicaraan. Meskipun terasa kurang
nyaman, namun ada baiknya pula jika perawat menjadi
pendengar yang baik agar pasien menjadi lebih nyaman.
Ketika ia sudah selesai berbicara, barulah bergantian
perawat yang berbicara sehingga pasien merasa lebih
dihargai dan dihormati.
3. Mudah tersinggung
Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang
kala menjadi sangat mudah tersinggung. Hal ini bisa
terjadi karena memang sifat pasien atau efek obat-obatan
yang membuatnya menjadi mudah emosi. Kondisi pasien
yang mudah tersinggung tentunya menjadi hambatan besar
bagi perawat karena harus memilih dengan baik setiap
kalimat yang akan diucapkan.  Dalam komunikasi yang
menyebabkan pasien menjadi mudah tersinggung seperti

14
ini, perawat sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar
pasien menjadi lebih nyaman dalam berkomunikasi,
bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki
kesalahan.

4. Trauma masa lalu


Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya
juga akan menjadi hambatan dalam komunikasi terapeutik
yang dilaksanakan.Trauma masa lalu bisa saja membuat
pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah
menangis, bahkan marah tanpa alasan pada perawat.Maka
dari itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
riwayat medis atau latar belakang pasien sebelum
melakukan komunikasi terapeutik.
5. Keterbatasan fisik
Pasien yang memiliki keterbatasan fisik juga
menjadi hambatan dalam komunikasi terapeutik.Salah
satunya adalah masalah pendengaran. Masalah
pendengaran tentunya menjadi hambatan besar dalam
komunikasi terapeutik.Komunikasi verbal yang menjadi
bentuk komunikasi utama akan sangat sulit dilakukan.Hal
ini bisa diatasi dengan menaikkan volume suara atau
pasien diberikan alat bantu dengar jika sudah terlalu parah.
Bantuan komunikasi dengan isyarat atau bahasa tubuh
juga akan sangat membantu. 
6. Sepele
Beberapa pasien sering menganggap remeh atau
sepele pada perawat yang berusaha melakukan komunikasi
dengannya.Sikap sepele ini biasanya sering ditemukan
pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua dan
lebih bijak dalam menghadapi kehidupan membuat
mereka sering cuek dan tidak peduli pada perawat yang

15
lebih muda sehingga terkesan sepele.Sikap sepele ini
hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari
perawat yang melakukan komunikasi terapeutik.Dengan
kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien, maka
pasien akan mengerti dengan sendirinya.
7. Menyerang perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa
serangan fisik, namun lebih kepada serangan
mental.Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat.
Serangan yang dilakukan berupa penghinaan dengan
menyalahkan perawat sehingga seolah-olah mereka adalah
yang paling benar.Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi
karena keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah
memberikan penjelasan dengan baik dan lembut, pasien
akan tetap melakukan penyerangan karena merasa bahwa
hak yang ia miliki terancam.
8. Stres
Pasien yang sedang menjalankan pengobatan akan
sangat rentan mengalami stres.Stres ini pula yang
menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik yang
dijalankan.Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah
jatuh ke dalam emosi, baik mudah marah atau menangis
sehingga menyebabkan komunikasi menjadi
kacau. Meskipun pasien dapat menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan perawat, tapi jika pasien
dalam kondisi stres, maka jawaban yang ia berikan pun
tidak berasal dari kesadarannya.
9. Mempermalukan perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap
pasien yang kadang justru mempermalukan perawat. Hal
ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat pasien

16
dalam usia lanjut. Secara sadar maupun tidak sadar,
mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih berwenang
dibandingkan dengan perawat.Kondisi ini justru akan
semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang
dilakukan bahkan bisa saja komunikasi terputus begitu
saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.
10. Lupa
Bagi perawat yang melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien lanjut usia, salah satu hambatan
yang sering dijumpai adalah penyakit lupa.Lupa atau
pikun yang dialami oleh pasien sering kali membuat
perawat harus mengulangi lagi apa yang telah
dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara
pun, pasien juga bisa lupa.Kondisi ini sebaiknya harus
dimaklumi oleh perawat karena merupakan hal di luar
kemampuan si pasien.Pasien yang mengalami pikun
sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar
komunikasi tetap berjalan dengan baik meskipun harus
sering mengulang.
11. Ketidaksabaran perawat
Adakalanya hambatan yang terjadi dalam
komunikasi terapeutik bukan hanya berasal dari pasien,
tapi juga dari perawat itu sendiri.Beberapa perawat ada
yang tidak memiliki kesabaran dalam melakukan
komunikasi terapeutik. Ketidaksabaran inilah yang dapat
menyebabkan terhambatnya bahkan terputusnya
komunikasi terapeutik yang dijalankan. 
12. Wawasan yang kurang
Komunikasi terapeutik yang baik juga harus
didukung dengan wawasan yang baik oleh
perawat.Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan
dalam menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam

17
komunikasi terapeutik.Setiap perawat tentunya telah
mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien
yang baik dan benar.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti sebagai


berpartisipasi atau memberitahukan dan juga berasal dari communis yang
memiliki arti milik bersama atau berlaku dimana-mana. Komunikasi
merupakan suatu pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya
hubungan yang baik antar seseorang dengan orang lainnya, yang dapat
disampaikan melalui simbol, tanda, atau perilaku yang umum dan biasanya
terjadi dua arah. Komunikasi juga dapat digunakan sebagai media pertukaran
fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih dengan tujuan
agar setiap manusia yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling
menukar arti dan pengertin terhadap sesuatu (Sarfika, rika. dkk. 2018)

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu pada


komunikasi terapeutik terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk
komunikasi. Dapat disimpulkan komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan mebina hubungan terapeutik
terhadap klien.

3.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perspektif dalam
komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik. Semoga makalah ini dapat
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. sebelumnya kami mohon
maaf apa bila terjadi kesalahan kata-kata yang kurang berkenn dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sarfika, rika. dkk. 2018. Buku ajar keperawatan dasar 2 komunikasi terapeutik
dalam keperawatan. padang: Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia
(APPTI)

Iin Faridah. 2019. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK) Vol 1,No.2, Stikes Baiturrahim
Jambi.

Kamarrudin. 2015. Modul komunikasi sosial dan pembangunan. Universitas


Malikussaleh

Caropeboka, Ratu Mutialela.2017. Konsep Dan Aplikasi Ilmu Komunikasi. Jakarta:


Andi.

Nasir, et.all.2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai