KOMUNIKASI KEPERAWATAN 2
Disusun Oleh :
Kelompok 12/4B
Fasilitator :
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “KOMUNIKASI SOSIAL DAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK”. Makalah ini kami susun untuk melengkapi
tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan II dan kelengkapan dari rangkaian
perkuliahan kami.
Akhir kata semoga nantinya makalah ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Komunikasi ...................................................................................3
2.2 Komunikasi Sosial.......................................................................................3
2.2.1 Pengertian Komunikasi Sosial...........................................................3
2.2.2 Tujuan Komunikasi Sosial ................................................................4
2.2.3 Unsur-unsur dalam Komunikasi Sosial .............................................4
2.2.4 Hambatan dalam Komunikasi Sosial.................................................5
2.3 Komunikasi Terapeutik ...............................................................................5
2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ...................................................5
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik..........................................................5
2.3.3 Fase hubungan dalam Komunikasi Terapeutik..................................6
2.3.4 Cara Berkomunikasi Terapeutik........................................................8
2.3.5 Hambatan dalam komunikasi terapeutik ...........................................11
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Saran ...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan mebina hubungan terapeutik
terhadap klien.
2
Memperoleh pengetahuan tentang kom.unikasi sosial dan
komunikasi terapeutik
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai komunikasi sosial
dan komunikasi terapeutik
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan komunikasi sosial dan komunikasi
terapeutik.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
Namun proses ini berjalan lancar karena bahan pembicaraan yang
dianut akan sama. ( Dr.Ir. Mutialela. R. (2017).
5
kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
6
Komunikasi terapeutik merupakan hal penting bagi perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien. Komunikasi
terapeutik sebagai “kendaraan” yang mengantarkan perawat kepada
klien. Hubungan terapeutik akan terbina jika perawat memahami
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik dan memiliki kualitas
personal yang meliputi kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, model peran, altruisme, etik dan tanggung jawab.
(Sarfika, rika. dkk. 2018)
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan menghargai diri
sendiri
b. Mengetahui identitas diri dengan jelas dan
meningkatkan integritas diri
c. Mampu membentuk hubungan yang hangat, mandiri
dalam kapasitas memberi dan menerima kasih sayang
d. Meningkatkan fungsi dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang realistis
1. Tahap tra-interaksi
Fase ini dimulai sebelum kontak pertama perawat dengan
klien. Hal-hal yang dilakukan pada fase ini yaitu evaluasi diri,
penetapan tahapan hubungan dan rencana interaksi.
Tugas utama perawat dalam tahap ini antara lain:
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan dir
b. Menganalisis kekuatan profesional diri dan keterbatasan
c. Mengumpulkan data tentang klien (jika mungkin)
d. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien2
2. Tahap perkenalan atau orientasia.
7
a. Fase perkenalan, fase ini merupakan kegiatan yang
dilakukan saat pertama kali bertemu dengan klien.Fokus
utama perawat pada tahap ini adalah menemukan kenapa
klien mencari pertolongan ke rumah sakit.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perawat pada tahap ini
adalah:
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menanyakan nama klien
4. Menyepakati pertemuan (kontrak)
5. Menghadapi kontrak
6. Memulai percakapan awal
7. Menyepakati masalah klien
8. Mengakhiri perkenalan
b. Fase orientasi, fase ini dilakukan pada awal setiap
pertemuan kedua dan seterusnya.
Tujuan fase ini adalah menvalidasi kekurangan data,
rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini
dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama
klien. Hal-hal yang harus dilakukan perawat pada fase
ini adalah:
1. Memberi salam (sama dengan fase perkenalan)
2. Memvalidasi keadaan klien
3. Mengingat kontrak.
8
3. Membuat kontrak timbal balik
4. Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan
tindakan
5. Mengidentifikasi masalah klien
6. Mendefinisikan tujuan dengan klien.
3. Tahap kerja
Fase ini merupakan inti hubungan perawat-klien yang
terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan adalah:
a. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan
dirinya, perilakunya, perasaanya, pikirannya. Ini
bertujuan untuk mencapai tujuan kognitif
b. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Ini bertujuan untuk mencapai
tujuan afektif dan psikomotor
c. Melaksanakan terapi / teknikal keperawatan
d. Melaksanakan pendidikan kesehatane.Melaksanakan
kolaborasif. Melaksanakan observasi dan monitoring
9
a. Terminasi sementara
Tahap ini merupakan akhir dari pertemuan perawat
dan klien, akan tetapi perawat akan bertemu lagi dengan
klien pada waktu yang telah ditentukan.
b. Terminasi akhir
Tahap ini terjadi jika klien akan pulang dari rumah
sakit atau perawat tidak berdinas lagi di rumah sakit
tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap terminasi
ini, antara lain:
- Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan
evaluasi objektif
- Rencana tindak lanjut
- Kontrak yang akan datang
10
adalah orang yang penting. Mendengarkan juga
menunjukkan pesan ”anda bernilai untuk saya” dan ”saya
tertarik padamu”.
2. Pertanyaant
Memberikan inisiatif kepada klien, mendorong klien untuk
menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan penerimaan
dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik
apabila perawat mendominasi interaksi dan menolak
respon klien (Stuart dan Sundeen, 1995).
3. Mengulang(
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara
mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien, yang
berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi
indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini
bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar
dan melakukan validasi, mendukung klien dan
memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan
oleh klien.
4. Penerimaan
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan
tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.
Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar
tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap
ekspresi nonverbal.
5. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan bila perawat
ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu
mengemukakan informasi dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan klien.
11
6. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara
memvalidasikan apa yang didengar, refleksi perasaan
dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap
isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima
perasaannya. Teknik ini akan membantu perawat untuk
memelihara pendekatan yang tidak menilai (Boyd dan
Nihart, 1998), dikutip oleh Nurjanah (2001).
7. Asertif
Menurut Smith (1992) dalam Nurjanah (2001) asertif
adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain. Tahap-tahap menjadi lebih
asertif menurut Lindberg (1998) dalam Nurjanah (2001)
antara lain menggunakan kata ”tidak” sesuai dengan
kebutuhan, mengkomunikasikan maksud dengan jelas,
mengembangkan kemampuan mendengar,
pengungkapan komunikasi disertai dengan bahasa tubuh
yang tepat, meningkatkan keprcayaan diri dan gambaran
diri dan menerima kritik dengan ramah.
8. Memfokusk
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang
telah dipilih dengan menjaga pembicaraan tetap menuju
tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada
realitas.
9. Membagi pe
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta
pendapat klien tentang hal-hal yang dirasakan dan
dipikirkan.
10. Identifikasi”
Merupakan teknik denga mencari latar belakang masalah
12
klien yang muncul dan berguna untuk meningkatkan
pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
11. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir
pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak
dilakukan dalam waktu yang lama karena akan
mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam juga dapat
diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga
menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang
lain untuk berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat
dapat menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers,
1999), dikutip oleh Nurjanah (2001).
12. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk
mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan
dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong
pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan (Stuart & Sundeen, 1995).
Kurangnya pemberian informasi yang dilakukan saat klien
membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya.
Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien
pada saat memberikan informasi.
13. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu
mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan
oleh stress dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien..
14. Saran
Teknik yang bertujuan memberi alternatif ide untuk
13
pemecahan masalah. Teknik ini tidak tepat dipakai pada
fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
14
ini, perawat sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar
pasien menjadi lebih nyaman dalam berkomunikasi,
bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki
kesalahan.
15
lebih muda sehingga terkesan sepele.Sikap sepele ini
hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari
perawat yang melakukan komunikasi terapeutik.Dengan
kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien, maka
pasien akan mengerti dengan sendirinya.
7. Menyerang perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa
serangan fisik, namun lebih kepada serangan
mental.Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat.
Serangan yang dilakukan berupa penghinaan dengan
menyalahkan perawat sehingga seolah-olah mereka adalah
yang paling benar.Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi
karena keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah
memberikan penjelasan dengan baik dan lembut, pasien
akan tetap melakukan penyerangan karena merasa bahwa
hak yang ia miliki terancam.
8. Stres
Pasien yang sedang menjalankan pengobatan akan
sangat rentan mengalami stres.Stres ini pula yang
menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik yang
dijalankan.Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah
jatuh ke dalam emosi, baik mudah marah atau menangis
sehingga menyebabkan komunikasi menjadi
kacau. Meskipun pasien dapat menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan perawat, tapi jika pasien
dalam kondisi stres, maka jawaban yang ia berikan pun
tidak berasal dari kesadarannya.
9. Mempermalukan perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap
pasien yang kadang justru mempermalukan perawat. Hal
ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat pasien
16
dalam usia lanjut. Secara sadar maupun tidak sadar,
mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih berwenang
dibandingkan dengan perawat.Kondisi ini justru akan
semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang
dilakukan bahkan bisa saja komunikasi terputus begitu
saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.
10. Lupa
Bagi perawat yang melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien lanjut usia, salah satu hambatan
yang sering dijumpai adalah penyakit lupa.Lupa atau
pikun yang dialami oleh pasien sering kali membuat
perawat harus mengulangi lagi apa yang telah
dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara
pun, pasien juga bisa lupa.Kondisi ini sebaiknya harus
dimaklumi oleh perawat karena merupakan hal di luar
kemampuan si pasien.Pasien yang mengalami pikun
sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar
komunikasi tetap berjalan dengan baik meskipun harus
sering mengulang.
11. Ketidaksabaran perawat
Adakalanya hambatan yang terjadi dalam
komunikasi terapeutik bukan hanya berasal dari pasien,
tapi juga dari perawat itu sendiri.Beberapa perawat ada
yang tidak memiliki kesabaran dalam melakukan
komunikasi terapeutik. Ketidaksabaran inilah yang dapat
menyebabkan terhambatnya bahkan terputusnya
komunikasi terapeutik yang dijalankan.
12. Wawasan yang kurang
Komunikasi terapeutik yang baik juga harus
didukung dengan wawasan yang baik oleh
perawat.Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan
dalam menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam
17
komunikasi terapeutik.Setiap perawat tentunya telah
mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien
yang baik dan benar.
18
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengetahui perspektif dalam
komunikasi sosial dan komunikasi terapeutik. Semoga makalah ini dapat
dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. sebelumnya kami mohon
maaf apa bila terjadi kesalahan kata-kata yang kurang berkenn dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sarfika, rika. dkk. 2018. Buku ajar keperawatan dasar 2 komunikasi terapeutik
dalam keperawatan. padang: Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia
(APPTI)
Iin Faridah. 2019. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK) Vol 1,No.2, Stikes Baiturrahim
Jambi.
20