Anda di halaman 1dari 27

KOHORT IBU DAN BALITA

A. PENDAHULUAN

Kohort merupakan sarana pendokumentasian yang digunakan bidan di


masyarakat untuk pengamatan prospektif suatu obyek ataupun obyek.
Oleh karena itu sangat penting untuk di pelajari terutama di kebidanan
komunitas.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu


melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan kebidanan di
komunitas.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu


melakukan pengisian kohort ibu dan bayi.

D. SUB POKOK BAHASAN/ MATERI

KOHORT IBU DAN BALITA


1. Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses pengamatan
prospektif terhadap suatu subjek ataupun obyek.

2. Mempelajari dinamika korelasi antara suatu subjek dengan obyek


melalui pendekatan longitudinal ke depan atau prospektif.

3. Unggul karena dapat menilai komparabilitas antara proses pre dan


post.

4. Continue : menilai dari waktu ke waktu, tidak terputus.

5. Ada keseragaman observasi dari waktu ke waktu.

6. Keterbatasan : perlu waktu, cermat, sarana dan ketelitian pengelolaan.

7. Jika ada subjek DO bisa dilihat.

8. Kohort : diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIIP, diisi oleh kader.
BATASAN DAN INDICATOR PEMANTAUAN
Dalam penerapan PWS-KIA, dipakai batasan operasional dan indikator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini :

1. Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan


oleh tenaga professional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan.

2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan beresiko. Kegiatan ini bertujuan


menemukan ibu hamil beresiko, yang dapat dilakukan oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan.

3. Kunjungan ibu hamil. Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan


tenaga professional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan.

4. Kunjungan ibu hamil (K1). Maksudnya kunjungan pertama kali ibu


hamil pada masa kehamilan.

5. Kunjungan ulang. Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga


professional yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standart selama satu periode kehamilan berlangsung.

6. K4. Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga professional


yang ke empat atau lebih. Untuk mendapatkan pelayanan sesuai
standar yang ditetapkan, syaratnya minimal melakukan satu kali
kontak pada triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II, dan
minimal dua kali pada triwulan III.

7. Cakupan K 1. Maksudnya adalah presentase ibu hamil di suatu


wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan
antenatal sesuai standart paling sedikit satu kali selama kehamilan.

8. Cakupan ibu hamil ( cakupan K4). Maksudnya adalah presentase ibu


hamil di suatu wilayah tertentu, dalam kurun waktu tertentu yang
mendapatkan pelayanan antenatan sesuai standar paling sedikit empat
kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada
triwulan ke tiga.

9. Sasaran ibu hamil. Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di suatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Maksudnya


adalah presentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu yang ditolong persalinannya oleh tenaga professional.

11. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat. Maksudnya


adalah persentase ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan
dukun bayi, yang kemudian di rujuk ke puskesmas/tenaga professional
dalam kurun waktu tertentu.

12. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan.


Maksudnya adalah persentase ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh
tenaga professional, yang ditinjaklanjuti (dipantau secara intensif dan
ditangani sesuai kewenangan dan/ atau dirujuk ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi) dalam kurun waktu tertentu.

13. Ibu hamil beresiko. Maksudnya adalah ibu hamil yang mempunyai
factor resiko tinggi kecuali ibu hamil normal.

14. Cakupan pelayanan neonates (cakupan K1 nenonatus). Maksudnya


adalah persentase bayi pada usia neonates (kurang dari satu bulan)
yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal satu kali dari tenaga
profesional dalam kurun waktu tertentu.

REGISTER KOHORT IBU


Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan atau resiko, yang dipunyai.
Petujuk pengisian register kohort ibu
Kolom

1. Diisi nomor urut


2. Diisi nomor indeks dari family folder SP2TP

3. Diisi nama ibu hamil

4. Diisi nama suami ibu hamil

5. Diisi alamat ibu hamil

6. , 7, 8 diisi umur ibu hamil yang sebenarnya dengan angka, missal 23


tahun diisikan pada kolom 7

7. , 10, 11 diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan angka


missal 20 minggu diisikan pada kolom 10

12. , 13, 14 diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang
bersangkutan, misalnya kehamilan . ke-4 diisikan angka 4 pada kolom
13

15. Diisi tanda (v) bila jarak kehamilan < 2 tahun.

16. Atau > 2 tahun

17. Diisikan tanggal ditemukan ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg
pada trimester III

18. Diisi tanda (v) bila tinggi badan ibu < 145 cm

19. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan Hb <8 gr%

20. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan tensi > 160 / 95 mmHg

21. , 22 diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko oleh : NK = Non
Kesehatan, K = Kesehatan

23. – 45)

Diisi kode pengisi sebagai berikut :


0 = untuk K1
# = untuk K4

 = untuk persalinan
+ = untuk kematian ibu
F1, F2, F3 = untuk pemberian tablet Fe
I = untuk pemberian iodium
A = untuk pemberian vitamin A
T1, T2, TU = untuk pemberian tetanus toxoid
46. Diisi tanda (v) sesuai penolong persalinan
TK = Tenaga Kesehatan
DT = Dukun Terlatih
DTT = Dukun Tidak Terlatih
47. LM = lahir Mati
48. LH = Lahir Hidup Bila BB < 2500 gram
49. LH = Lahir Hidup Bila BB > 2500 gram
50. Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas ( diharapkan
2 kali kunjungan)
51. Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa pasca nifas sampai
2 tahun ( diharapkan minimal 4 kali kunjungan selama 1 tahun)
52. Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang
bersangkutan.
Ditulis kode I untuk pemberian iodium pada ibu nifas di daerah
endemis.
53. Keterangan lainnya

REGISTER KOHORT BAYI


Register kohort bayi merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi
termasuk neonatal.
Petunjuk Pengisian
Kolom

1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan


nomor ibu

2. Diisi nomor indeks family folder SP2TP

3. – 7 jelas
8. Diisi angka berat badan bayi lahir dalam gram

9. – 10 diisi tanggal pemeriksaan neonatal oleh bidan / tenaga kesehatan

11. Diisi A – E1 apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya di beri
ASi saja ( ASI Eksklusif bulan pertama)
A – E2 apabila sampai dengan umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
A – E3 apabila sampai dengan umur 3 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
A – E4 apabila sampai dengan umur 4 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
12. – 23 diisi tanggal dan kode berat badan bayi yang ditimbang : N =
naik, T = turun, B = bawah garis titik-titik (BGM), # = di bawah garis
merah (BGM)
24. – 25 Vit A 6 bulan – Vit A 12 bulan

26 - 28 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat imunisasi

29. Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal

30. – 32 diisi tanda (v) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut

33. Diisi diagnose penyakit penyebab kematian bayi selain tetanus, ISPA,
dan diare

34. Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.

E. RINGKASAN

Monitoring kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak tertuang dalam


kohort ibu dan bayi. Masing-masing berisi identitas dan segala hal yang
berkaitan dengan status kesehatan ibu dan bayi. Kohort juga merupakan
sarana pendokumentasian yang digunakan bidan di masyarakat.

F. EVALUASI DAN KUNCI

1. Apa yang anda ketahui tentang kohort ibu dan bayi ?


2. Sebutkan batasan operasional dan indikator pemantauan yang dipakai
dalam penerapan PWS-KIA? ( minimal 7 )

Jawaban :

1. - Kohort berasal dari kata cohort yang berarti suatu proses


pengamatan prospektif terhadap suatu subjek ataupun obyek

- Mempelajari dinamika korelasi antara suatu subjek dengan


obyek melalui pendekatan longitudinal ke depan atau
prospektif

- Unggul karena dapat menilai komparabilitas antara proses pre


dan post.

- Continue : menilai dari waktu ke waktu, tidak terputus.

- Ada keseragaman observasi dari waktu ke waktu.

- Keterbatasan : perlu waktu, cermat, sarana dan ketelitian


pengelolaan.

- Jika ada subjek DO bisa dilihat.

- Kohort : diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIIP, diisi oleh


kader.

2. - Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal adalah pelayanan


kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa
kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan.

- Penjaringan (deteksi) dini kehamilan beresiko. Kegiatan ini


bertujuan menemukan ibu hamil beresiko, yang dapat
dilakukan oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
- Kunjungan ibu hamil. Maksudnya adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga professional untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar yang ditetapkan.

- Kunjungan ibu hamil (K1). Maksudnya kunjungan pertama kali


ibu hamil pada masa kehamilan.

- Kunjungan ulang. Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan


tenaga professional yang kedua dan seterusnya untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standart selama satu
periode kehamilan berlangsung.
PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN
IBU DAN ANAK (PWS-KIA)

Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
selain member pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk program pokok.
Program kesehatan Ibu dan anak( KIA) merupakan salah satu program pokok
di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyususi, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap
kesakitan dan kematian.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah
alat menajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (puskesmas/kecamatan) secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih
rendah (Depkes,1994).
Tujuan umum PWS-KIA, yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus menerus. Tujuan khususnya :
1. Memantau cakupan pelayanan kia yang dipilih sebagai indikataor, secara
teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tipa desa.
2. Menilai kesenjangan antara taraget yang ditetapkan dan pencapaian
sebenarnya untuk tiap desa.
3. Menetukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan dapat digali.
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam pergerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.

A. BATASAN PEMANTAUAN
Dalam penerapan pws kia digunakan batasan operasional dan indikator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini.
1. Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal (ANC) merupakan pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang
dilakukan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Standar
operasioanal yang dietapkan untuk ANC adalah 7T.
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. (ukur) tekanan darah
c. (pembarian imunisasi) Tetanus toksoid(TT) lengkap.
d. (ukur) Tinggi fundus uteri
e. (pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes Laboratorium
g. Temu wicara
2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan beresiko. Kegiatan ini bertujuan untuk
menemukan ibu hamil yang beresiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun
bayi, dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan ibu hamil. Maksubnya adalah kontak ibu hamil dan tenaga
profesional unutk mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan.
4. Kunjungan baru ibu hamil (KI) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali
pada masa kehamilan.
5. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
6. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antenatal sesuaai dengan standar,
dengan syarat :
a. Minimal satu kali kontak pada trimester I
b. Minimal satu kali kontak pada trimester II
c. Minimal dua kali kontak pada trimester III
7. Kunjungan neonatus (KN) kontak neonatus dan tenaga kesehatan minimal dua
kali.
a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ketujuh (sejak 6
jam setelah lahir).
b. Kunjungan kedua kali pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh
kedelapan.
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatus..
8. Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun
waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar,
paling sedikit satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut : jumlah kunjungan baru ibu
hamil dibagi jumlah sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%
9. Cakupan ibu hamil (cakupan K4). Pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit empat kali, yaitu minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Cara menghitungnya
dalah sebagai berikut : jumlah ibu hamil yang telah menerima K4 dibagi
jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun, dikali 100%
10. Sasaran ibu hami jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu
tahun. Angka ini dapat diperoleh dengan berbagai cara.
a. Angka sebenarnya yang di peroleh dari cacah jiwa.
b. Anggka perkiraan menggunakan rumus :
 Angka kelahiran kasar (CBR) x 1,1 x jumlah penduduk setempat;
dengan pengambilan angka CBR dari provinsi atau jika ada dari
kabupaten setempat.
 3 % x jumlah penduduk setempat.
11. Cakupan pertaolongan persalianan oleh tenaga kesehatan adalah persentase
ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong
persalianannya oleh tenakes. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (tidak tergantung pada
tempat pelayanan) dibagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu
wilayah dalam krun waktu satu tahun, dikali 100%. Jumlah persalinan disuatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat dihitug dengan rumus sebagai
berikut.
a. Angka kelahiran kasar (CBR) x 1,05 x jumlah penduduk setempat dengan
CBR mengambil dari angka provinsi atau jika ada dari angka kabupaten
b. 2,8% x jumlah penduduk setempat.
12. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat adalah presentasi
ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, dan kemudian
dirujuk ke puskesmas atau tenakes dalam kurun waktu tertentu.
13. Cakupan ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan adalah persentase ibu
hamil beresiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan (tenakes) maupun
oleh kader/dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenakes, yang kemudian
ditindaklanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuia kewenagan
dan/atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam kurun waktu
tertentu. Cara menghitungnya sebagai berikut: jumlah ibu hamil beresiko yang
dirujuk oleh dukun bayi dan kader di bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil
yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%.
Diperkirakan persentase ibu hamil beresiko mencapai 15-20% dari seluruh ibu
hamil.
14. Ibu hamil beresiko adalah ibu hamil yang memiliki faktor resiko dan resiko
tinggi, kecuali ibu hamil normal.
15. Cakupan kunjungan neonatus (KN) adalah persentase neonatus yang
memperoleh pelayanan keshatan minimal 2 kali dari tanakes 1 kali pada uisa
0-7 hari dan 1 kali pda usia 8-28 hari. Cara menghitungnya: jumlah kunjungan
neonatus yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan minimal
2 kali dibagi jumlah seluruh sasaran bayi yang ada disuatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%.

B. INDIKATOR PEMANTAUAN.
Indikator pemantauan program kia yang di pakai unutk pws-kia meliputi indikator
yang dapat mengambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA :
1. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1).
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.

Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal


oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun 00

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus:

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh
juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).

Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di desa/kelurahan X


di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka
CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka :

Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.

Jadi sasaran ibu hamil di desa/kelurahan X adalah 59 orang.

2. Cakupan Ibu Hamil (cakupan K4).


Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali
pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal


secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.

Rumus yang dipergunakan adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal


4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

3. Cakupan Persalianan Dan Tenaga Kesehatan


Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja
dalam kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani


oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten


disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan


rumus :

1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk


Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di desa/kelurahan
X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000 penduduk dan
angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk maka :

Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.

Jadi sasaran ibu bersalin di desa/kelurahan X adalah 56 orang.

4. Penjaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh masyarakat


Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang
ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.

Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam


mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi
atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

X 100
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun

5. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu
6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di
samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :


Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
X 100
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.

6. Cakupan pelayanan neonatus pertama


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6
- 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan


neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar


pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah


perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk

Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di Kota Y


Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak 1.500 jiwa dan angka CBR
terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk, maka :

Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.

Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.

C. PEMBUATAN GRAFIK PWS KIA


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang
juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan
demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2. Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4. Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5. Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6. Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7. Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8. Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9. Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10. Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11. Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12. Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13. Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).

Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, sedangkan grafik
cakupan K4, PN, KF/KN, PK, NK, KBy, KBal dan grafik cakupan pelayanan KB
(CPR) seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapat dimanfaatkan juga untuk alat
advokasi dan komunikasi lintas sektor.

Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuk tingkat
puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua desa/kelurahan. Bagi bidan di
desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan dari PWS KIA
diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya. Sedangkan
untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun angka
akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut.

Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :

1. Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh dari
catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi serta
kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari
perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
 Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah : Data cakupan
per desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama
Misalnya : untuk membuat grafik cakupan K4 bulan Juni di wilayah kerja
Puskesmas X, maka diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A,
desa/kelurahan B, desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
 Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah : Data
cakupan per bulan
 Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya : K1, K4 dan Pn

2. Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA
(dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertikal (sumbu Y).
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun
ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata – rata setiap bulan adalah

90%
X 100
12 bulan

Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan


bulan Juni adalah (6 x 7,5 %) = 45,0% (garis b).
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan
terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas
dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
c. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
d. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei)
untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar
anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama
gambarkan dengan tanda (-).

Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di
atas.

Contoh Grafik PWS

Cara perhitungan untuk keduabelas indikator yang lainnya sama dengan


perhitungan seperti contoh diatas.

D. ANALISIS
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang
sesuai dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai
macam alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang
sederhana hingga analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya.

Data yang di analisis adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta
cakupan.

Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap
target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini
bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan
perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa
dimana Bidan di Desa dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya
untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes seorang Bidan di Desa dapat
membuat grafik cakupan indikator PWS KIA sehingga dia bisa mengikuti
perkembangan dan menindaklanjutinya.
Cakupan Terhadap Terhadap Cakupan Bulan
Desa/ Target Lalu Status Desa/
Kelurahan
Contoh analisis sederhana Kelurahan
Diatas Dibawah Naik Turun Tetap
Matriks ini dapat dipergunakan untuk analisis indicator ibu hamil,
A + + Baik
persalinan, neonatal, bayi maupun imunisasi
B dari grafik
Analisis + cakupan K1 (akses) pada pemantauan+bulan Juni Baik
2008 dapat
C
digambarkan + matriks seperti dibawah ini.+
dalam Kurang
D + + Cukup

E + + Jelek
Contoh Analisis Sederhana

Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa/kelurahan, yaitu :

i. Status baik
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan
desa/kelurahan B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan-
desa/kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang
ditentukan.
ii. Status kurang
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2008, namun
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah
desa/kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan
lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika
cakupan terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai
target tahunan yang ditentukan.
iii. Status cukup
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini
adalah desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana , maka desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan
mencapai target tahunan yang ditentukan.
iv. Status jelek
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008, dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan
dengan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan
E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan
selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat
mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai
target tahunan yang ditentukan.

Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang


terkait :

1. Bagi desa/kelurahan yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan


pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan beberapa penyesuaian tertentu
sesuai kebutuhan antara lain perbaikan mutu pelayanan.
2. Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek,
perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
3. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik) harus
dibicarakan dalam pertemuan minilokakarya puskesmas dan/atau rapat
dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari
kabupaten/kota).
4. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan sasaran,
dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus dibicarakan pada rapat
koordinasi kecamatan dan/atau rapat dinas kesehatan
kabupaten/kota(untuk mendapat bantuan dari kabupaten/kota).
E. PELEMBAGAAN PWS KIA

Pelembagaan PWS KIA adalah pemanfaatan PWS KIA secara teratur dan
terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau
penyelenggaraan program KIA, di semua tingkatan administrasi pemerintah, baik
yang bersifat teknis program maupun yang bersifat koordinatif nonteknis dan
lintas sektoral.
Pada akhirnya pemanfaatan PWS KIA harus merupakan bagian integral dari
manajemen operasional program KIA sehari-hari.

Surat edaran Menteri Dalam Negeri No. 44 0/13 00/PUOD tanggal 10


April 1990, kepada semua Gubernur KDH dan semua Bupati/Walikotamadya
seluruh Indonesia untuk mendukung pelaksanaan PWS. Dalam surat tersebut
dilampirkan pula Diagram PWS seperti dibawah ini :
BERDASARKAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PUOD
NOMOR : 440/1300/PUOD
TANGGAL : 10 APRIL 1990
DIAGRAM
“ PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT “
BAGI IMUNISASI

Langkah-langkah Pelembagaan PWS KIA


Menggunakan Pola Yang Sama

DEPKES
DITJEN D.D.N
BINKESMAS

RAPAT
PERTEMUAN PWS KADIN/KES PWS KOORDINASI GUBERNUR
TK.PROPINSI ASST
TK.PROPINSI PROP 1x1 BULAN
1x1 BULAN

Data
Cakupan
Bulanan
PERTEMUAN PWS PWS RAP
TK.KAB/KODYA  D.K. BUPATI
1x1 BULAN K AT
SEKWILDA
 DO KOO
RDIN
Data ASI
Cakupan Istruksi
Bulanan Tindak Lanjut
Non-Teknis
PWS PWS
MINI RAPAT CAMAT
LOKAKARYA KOORDINASI
Dr. PUSKESMAS
PUSKESMAS TK. SEKWILCAM
KECAMATAN
1x1 BULAN

Data Istruksi
Tindak Cakupan Tindak Lanjut
Lanjut Bulanan Non-Teknis
Teknis
RENCANA
RENCANA MOTIVASI KEPALA DESA
PENGELOLA PENGGERAKAN
OPERASIONAL KIA MASYARAKAT
JANGKA
PENDEK

: ARUS INSTRUKSI/KOORDINASI
: ARUS DATA/INFORMASI
Sesuai PP No. 34 th 2004 tentang Otonomi Daerah diharapkan pelembagaan
PWS KIA dilakukan mulai tingkat desa, kabupaten/kota sehingga PWS KIA
dapat dijadikan bahan masukan musrenbang desa dan kabupaten/kota.

A. Langkah – langkah dalam pelembagaan PWS KIA

Dalam upaya pelembagaan PWS KIA dilakukan langkah-langkah


sebagai berikut :

1. Penunjukkan petugas pengolahan data di tiap tingkatan, untuk


menjaga kelancaran pengumpulan data.
• Data hasil kegiatan dikumpulkan oleh puskesmas
ditabulasikan kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
• Di puskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas (per
desa/kelurahan) dan di dinas kesehatan kabupaten/kota disusun PWS KIA
tingkat kabupaten/kota (per puskesmas).

2. Pemanfaatan pertemuan lintas program

Penyajian PWS KIA pada pertemuan teknis bulanan ditingkat puskesmas


(mini lokakarya) dan kabupaten/kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan
kabupaten/kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai,
identifikasi masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana
operasional periode berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang
berhasil diminta untuk mempresentasikan upayanya.

3. Pemantauan PWS KIA untuk meyakinkan lintas sektoral

PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral ditingkat


kecamatan dan kabupaten / kota, untuk mendapatkan dukungan dalam
pemecahan masalah dan agar masalah operasional yang dihadapi dapat
dipahami bersama, terutama yang berkaitan dengan motivasi dan
penggerakan masyarakat sasaran.

4. Pemanfaatan PWS KIA sebagai bahan Musrenbang desa dan


kabupaten/kota
Musrenbang adalah suatu proses perencanaan di tingkat desa dan
kabupaten/kota. Bidan di desa dapat memberikan masukan berdasarkan
hasil PWS KIA kepada tim musrenbang.
F. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN

Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan


PWS KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA berikut dengan :
1. Hasil Analisis indikator PWS KIA, antara lain : grafik hasil cakupan, hasil
penelusuran dll
2. Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan

Data PWS KIA yang dilaporkan dimasing – masing tingkatan adalah :

1. Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan :


 Register KIA
 Rekapitulasi Kohort KB

2. Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota setiap


bulan :
 LB 3 KIA
 LB 3 Gizi
 LB 3 Imunisasi
 Rekapitulasi Kohort KB

3. Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan


Propinsi/Departemen Kesehatan setiap 3 bulan :
 Lampiran 1 berisi laporan pelayanan antenatal care
 Lampiran 2 berisi laporan pelayanan persalinan dan nifas
 Lampiran 3 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan dasar
 Lampiran 4 berisi laporan kematian ibu dan neonatal
 Lampiran 5 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan rujukan
 Lampiran 6 berisi laporan pelayanan Antenatal yang terintegrasi dengan
program lain seperti PMTCT pada Ibu penderita HIV/AIDS dan malaria
dalam kehamilan
 Lampiran 7 berisi laporan Keluarga Berencana
 Lampiran 8 berisi laporan diagnosa dan tindakan pasien terhadap perempuan
dan anak yang mengalami kekerasan.

Untuk mempermudah mendapatkan laporan dari tingkat bidan di desa,


Puskesmas, kabupaten, maupun propinsi, kini proses pencatatan, pengolahan dan
pelaporan dapat dilakukan secara komputerisasi yang prosesnya dimulai dari tingkat
bidan di desa. Proses komputerisasi ini merupakan proses pengisian kartu ibu dan
kartu bayi secara langsung dari lapangan yang dilakukan oleh bidan di desa dan
diserahkan kepada data operator di tingkat puskesmas.

Setelah data masuk di tingkat Puskesmas dan di olah secara komputerisasi,


Bidan di desa, Bidan koordinator dan kepala Puskesmas dapat dengan mudah dan
langsung melihat data secara cepat setiap bulan dan menggunakan data tersebut untuk
meningkatkan program kualitas KIA.

Laporan yang keluar dari tingkat puskesmas akan diproses sedemikian rupa
pula untuk dapat menjadi konsumsi di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Secara
lengkap proses operasional sistim komputerisasi dari PWS KIA ini dapat dilihat pada
modul operasional komputerisasi PWS KIA yang ada di dalam Software PWS KIA.

Anda mungkin juga menyukai