A. PENDAHULUAN
8. Kohort : diisi oleh tenaga kesehatan (bidan), SIIP, diisi oleh kader.
BATASAN DAN INDICATOR PEMANTAUAN
Dalam penerapan PWS-KIA, dipakai batasan operasional dan indikator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini :
9. Sasaran ibu hamil. Sasaran ibu hamil adalah semua ibu hamil di suatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
13. Ibu hamil beresiko. Maksudnya adalah ibu hamil yang mempunyai
factor resiko tinggi kecuali ibu hamil normal.
12. , 13, 14 diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang
bersangkutan, misalnya kehamilan . ke-4 diisikan angka 4 pada kolom
13
17. Diisikan tanggal ditemukan ibu dengan berat badan kurang dari 45 kg
pada trimester III
18. Diisi tanda (v) bila tinggi badan ibu < 145 cm
20. Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan tensi > 160 / 95 mmHg
21. , 22 diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko oleh : NK = Non
Kesehatan, K = Kesehatan
23. – 45)
= untuk persalinan
+ = untuk kematian ibu
F1, F2, F3 = untuk pemberian tablet Fe
I = untuk pemberian iodium
A = untuk pemberian vitamin A
T1, T2, TU = untuk pemberian tetanus toxoid
46. Diisi tanda (v) sesuai penolong persalinan
TK = Tenaga Kesehatan
DT = Dukun Terlatih
DTT = Dukun Tidak Terlatih
47. LM = lahir Mati
48. LH = Lahir Hidup Bila BB < 2500 gram
49. LH = Lahir Hidup Bila BB > 2500 gram
50. Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa nifas ( diharapkan
2 kali kunjungan)
51. Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan, selama masa pasca nifas sampai
2 tahun ( diharapkan minimal 4 kali kunjungan selama 1 tahun)
52. Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang
bersangkutan.
Ditulis kode I untuk pemberian iodium pada ibu nifas di daerah
endemis.
53. Keterangan lainnya
3. – 7 jelas
8. Diisi angka berat badan bayi lahir dalam gram
11. Diisi A – E1 apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya di beri
ASi saja ( ASI Eksklusif bulan pertama)
A – E2 apabila sampai dengan umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
A – E3 apabila sampai dengan umur 3 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
A – E4 apabila sampai dengan umur 4 bulan bayi hanya diberi ASI
saja
12. – 23 diisi tanggal dan kode berat badan bayi yang ditimbang : N =
naik, T = turun, B = bawah garis titik-titik (BGM), # = di bawah garis
merah (BGM)
24. – 25 Vit A 6 bulan – Vit A 12 bulan
30. – 32 diisi tanda (v) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut
33. Diisi diagnose penyakit penyebab kematian bayi selain tetanus, ISPA,
dan diare
34. Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.
E. RINGKASAN
Jawaban :
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal.Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu.
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
selain member pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk program pokok.
Program kesehatan Ibu dan anak( KIA) merupakan salah satu program pokok
di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil,
menyususi, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap
kesakitan dan kematian.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah
alat menajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (puskesmas/kecamatan) secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak
lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA-nya masih
rendah (Depkes,1994).
Tujuan umum PWS-KIA, yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus menerus. Tujuan khususnya :
1. Memantau cakupan pelayanan kia yang dipilih sebagai indikataor, secara
teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tipa desa.
2. Menilai kesenjangan antara taraget yang ditetapkan dan pencapaian
sebenarnya untuk tiap desa.
3. Menetukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian.
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan dapat digali.
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam pergerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
A. BATASAN PEMANTAUAN
Dalam penerapan pws kia digunakan batasan operasional dan indikator
pemantauan seperti diuraikan berikut ini.
1. Pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal (ANC) merupakan pelayanan
kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang
dilakukan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Standar
operasioanal yang dietapkan untuk ANC adalah 7T.
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. (ukur) tekanan darah
c. (pembarian imunisasi) Tetanus toksoid(TT) lengkap.
d. (ukur) Tinggi fundus uteri
e. (pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes Laboratorium
g. Temu wicara
2. Penjaringan (deteksi) dini kehamilan beresiko. Kegiatan ini bertujuan untuk
menemukan ibu hamil yang beresiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun
bayi, dan tenaga kesehatan.
3. Kunjungan ibu hamil. Maksubnya adalah kontak ibu hamil dan tenaga
profesional unutk mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang
ditetapkan.
4. Kunjungan baru ibu hamil (KI) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali
pada masa kehamilan.
5. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
6. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antenatal sesuaai dengan standar,
dengan syarat :
a. Minimal satu kali kontak pada trimester I
b. Minimal satu kali kontak pada trimester II
c. Minimal dua kali kontak pada trimester III
7. Kunjungan neonatus (KN) kontak neonatus dan tenaga kesehatan minimal dua
kali.
a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ketujuh (sejak 6
jam setelah lahir).
b. Kunjungan kedua kali pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh
kedelapan.
c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatus..
8. Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun
waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar,
paling sedikit satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut : jumlah kunjungan baru ibu
hamil dibagi jumlah sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah kerja dalam
kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%
9. Cakupan ibu hamil (cakupan K4). Pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit empat kali, yaitu minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali
pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga. Cara menghitungnya
dalah sebagai berikut : jumlah ibu hamil yang telah menerima K4 dibagi
jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun, dikali 100%
10. Sasaran ibu hami jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu
tahun. Angka ini dapat diperoleh dengan berbagai cara.
a. Angka sebenarnya yang di peroleh dari cacah jiwa.
b. Anggka perkiraan menggunakan rumus :
Angka kelahiran kasar (CBR) x 1,1 x jumlah penduduk setempat;
dengan pengambilan angka CBR dari provinsi atau jika ada dari
kabupaten setempat.
3 % x jumlah penduduk setempat.
11. Cakupan pertaolongan persalianan oleh tenaga kesehatan adalah persentase
ibu bersalin disuatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong
persalianannya oleh tenakes. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (tidak tergantung pada
tempat pelayanan) dibagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu
wilayah dalam krun waktu satu tahun, dikali 100%. Jumlah persalinan disuatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat dihitug dengan rumus sebagai
berikut.
a. Angka kelahiran kasar (CBR) x 1,05 x jumlah penduduk setempat dengan
CBR mengambil dari angka provinsi atau jika ada dari angka kabupaten
b. 2,8% x jumlah penduduk setempat.
12. Cakupan penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat adalah presentasi
ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, dan kemudian
dirujuk ke puskesmas atau tenakes dalam kurun waktu tertentu.
13. Cakupan ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan adalah persentase ibu
hamil beresiko yang ditemukan baik oleh tenaga kesehatan (tenakes) maupun
oleh kader/dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenakes, yang kemudian
ditindaklanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuia kewenagan
dan/atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi), dalam kurun waktu
tertentu. Cara menghitungnya sebagai berikut: jumlah ibu hamil beresiko yang
dirujuk oleh dukun bayi dan kader di bagi dengan jumlah sasaran ibu hamil
yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%.
Diperkirakan persentase ibu hamil beresiko mencapai 15-20% dari seluruh ibu
hamil.
14. Ibu hamil beresiko adalah ibu hamil yang memiliki faktor resiko dan resiko
tinggi, kecuali ibu hamil normal.
15. Cakupan kunjungan neonatus (KN) adalah persentase neonatus yang
memperoleh pelayanan keshatan minimal 2 kali dari tanakes 1 kali pada uisa
0-7 hari dan 1 kali pda usia 8-28 hari. Cara menghitungnya: jumlah kunjungan
neonatus yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan minimal
2 kali dibagi jumlah seluruh sasaran bayi yang ada disuatu wilayah dalam
kurun waktu satu tahun, dikalikan 100%.
B. INDIKATOR PEMANTAUAN.
Indikator pemantauan program kia yang di pakai unutk pws-kia meliputi indikator
yang dapat mengambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA :
1. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1).
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus:
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh
juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi
atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di
samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu bersalin.
Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, sedangkan grafik
cakupan K4, PN, KF/KN, PK, NK, KBy, KBal dan grafik cakupan pelayanan KB
(CPR) seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapat dimanfaatkan juga untuk alat
advokasi dan komunikasi lintas sektor.
Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuk tingkat
puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua desa/kelurahan. Bagi bidan di
desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan dari PWS KIA
diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya. Sedangkan
untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun angka
akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut.
1. Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh dari
catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi serta
kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan dari
perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.
Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah : Data cakupan
per desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama
Misalnya : untuk membuat grafik cakupan K4 bulan Juni di wilayah kerja
Puskesmas X, maka diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A,
desa/kelurahan B, desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah : Data
cakupan per bulan
Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya : K1, K4 dan Pn
2. Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS KIA
(dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata – rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertikal (sumbu Y).
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun
ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata – rata setiap bulan adalah
90%
X 100
12 bulan
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di
atas.
D. ANALISIS
Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang
sesuai dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai
macam alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang
sederhana hingga analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya.
Data yang di analisis adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta
cakupan.
Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap
target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini
bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan
perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa
dimana Bidan di Desa dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya
untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes seorang Bidan di Desa dapat
membuat grafik cakupan indikator PWS KIA sehingga dia bisa mengikuti
perkembangan dan menindaklanjutinya.
Cakupan Terhadap Terhadap Cakupan Bulan
Desa/ Target Lalu Status Desa/
Kelurahan
Contoh analisis sederhana Kelurahan
Diatas Dibawah Naik Turun Tetap
Matriks ini dapat dipergunakan untuk analisis indicator ibu hamil,
A + + Baik
persalinan, neonatal, bayi maupun imunisasi
B dari grafik
Analisis + cakupan K1 (akses) pada pemantauan+bulan Juni Baik
2008 dapat
C
digambarkan + matriks seperti dibawah ini.+
dalam Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek
Contoh Analisis Sederhana
i. Status baik
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan
desa/kelurahan B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan-
desa/kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang
ditentukan.
ii. Status kurang
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2008, namun
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan
dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah
desa/kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan
lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika
cakupan terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai
target tahunan yang ditentukan.
iii. Status cukup
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini
adalah desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana , maka desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan
mencapai target tahunan yang ditentukan.
iv. Status jelek
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008, dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan
dengan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan
E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan
selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat
mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai
target tahunan yang ditentukan.
Pelembagaan PWS KIA adalah pemanfaatan PWS KIA secara teratur dan
terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau
penyelenggaraan program KIA, di semua tingkatan administrasi pemerintah, baik
yang bersifat teknis program maupun yang bersifat koordinatif nonteknis dan
lintas sektoral.
Pada akhirnya pemanfaatan PWS KIA harus merupakan bagian integral dari
manajemen operasional program KIA sehari-hari.
DEPKES
DITJEN D.D.N
BINKESMAS
RAPAT
PERTEMUAN PWS KADIN/KES PWS KOORDINASI GUBERNUR
TK.PROPINSI ASST
TK.PROPINSI PROP 1x1 BULAN
1x1 BULAN
Data
Cakupan
Bulanan
PERTEMUAN PWS PWS RAP
TK.KAB/KODYA D.K. BUPATI
1x1 BULAN K AT
SEKWILDA
DO KOO
RDIN
Data ASI
Cakupan Istruksi
Bulanan Tindak Lanjut
Non-Teknis
PWS PWS
MINI RAPAT CAMAT
LOKAKARYA KOORDINASI
Dr. PUSKESMAS
PUSKESMAS TK. SEKWILCAM
KECAMATAN
1x1 BULAN
Data Istruksi
Tindak Cakupan Tindak Lanjut
Lanjut Bulanan Non-Teknis
Teknis
RENCANA
RENCANA MOTIVASI KEPALA DESA
PENGELOLA PENGGERAKAN
OPERASIONAL KIA MASYARAKAT
JANGKA
PENDEK
: ARUS INSTRUKSI/KOORDINASI
: ARUS DATA/INFORMASI
Sesuai PP No. 34 th 2004 tentang Otonomi Daerah diharapkan pelembagaan
PWS KIA dilakukan mulai tingkat desa, kabupaten/kota sehingga PWS KIA
dapat dijadikan bahan masukan musrenbang desa dan kabupaten/kota.
Laporan yang keluar dari tingkat puskesmas akan diproses sedemikian rupa
pula untuk dapat menjadi konsumsi di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat. Secara
lengkap proses operasional sistim komputerisasi dari PWS KIA ini dapat dilihat pada
modul operasional komputerisasi PWS KIA yang ada di dalam Software PWS KIA.