Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL INOVASI

UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU

“PAKE PENITI”
PENAPISAN KEHAMILAN UNTUK MENDETEKSI IBU
HAMIL RESTI

OLEH :
TIM ADMINISTRASI MANAJEMEN (ADMEN)

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BENGKULU


UPTD PUSKESMAS MUARA BANGKAHULU
TAHUN 2020
Judul Inovasi : PAKE PENITI (Penapisan Kehamilan Untuk
Mendeteksi Ibu Hamil Resti
Inovator : Administrasi Manajemen (ADMEN) Puskesmas
Implementasi Inovasi Sejak : Tahun 2019

A. Ringkasan Inovasi
Tujuan utama dari inovasi ini yakni sebuah kegiatan guna mempercepat

penurunan stunting di Kota Bengkulu, selain itu inovasi ini juga diharapkan dapat

menurunkan angka kematian ibu dan anak. Kegiatan ini berfokus pada

pendampingan Ibu Hamil Resti dari sebelum hamil sampai dengan membantu

pemilihan alat kontrasepsi untuk ibu resti.

World Health Organization (WHO) menjelaskkan pada tahun 2020, Kematian

maternal yang terus menerus menjadi masalah kesehatan utama di negara

berkembang. Sedikitnya 600.000 wanita meninggal setiap tahunnya akibat

komplikasi kehamilan, yang kebanyakan kematian ini bisa dicegah. Ratio kematian

maternal di seluruh dunia diperkirakan mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup..

Negara-negara dengan tingkat penghasilan yang masih rendah serta menengah

menyumbang 94% kematian ibu. Afrika sub-Sahara menyumbang 196.000

kematian ibu dengan rasio 542 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian diikuti oleh

Tengah dan Selatan Asia dengan 58.000 kematian ibu pertahun.

Penyebab terbanyak AKI di Indonesia pada tahun 2019 disebabkan oleh

beberapa kasus seperti perdarahan (30,32%), hipertensi dalam kehamilan (25,25%),

infeksi (4,90%), gangguan sistem peredaran darah sepeti anemia, hipertensi

(4,74%), gangguan metabolic seperti konstipasi, mual muntah berlebihan (3,72%)

dan lain-lain (31,06). Penyakit infeksi menjadi penyumbang kematian pada


kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan, Berdasarkan data tahun 2019, pneumonia

979 (15,9%) (pneumonia) dan diare 746 (12,1%) (diare) masih menjadi masalah

utama yang meyebabkan kematian pada bayi. Penyebab kematian lain di antaranya

adalah kelainan saluran cerna 181 (2,9 %), kelainan saraf 83 (1,3%), malaria 18

(0,3%), tetanus 7 (0,1%), dan lainnya 4,137 (67,3%). (Kemenkes RI, 2020).

Puskesmas Muara Bangkahulu, terletak di Kelurahan Pematang Gubernur

Kecamatan Muara Bangkahulu. Tahun 2019, terdata 42 orang ibu hamil resiko

tinggi dengan 38 orang ibu hamil mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK).

Tahun 2020, terjadi kenaikan bumil resti menjadi 42 orang ibu hamil dan tahun

2021 terjadi penurunan ibu hamil resiko tinggi sebanyak 39 orang ibu hamil resiko

tinggi. Melihat fakta diatas, Pada tahun 2019 Puskesmas Muara Bangkahulu

bergerak untuk lebih fokus untuk mengatasinya melalui inovasi PAKE PENITI

(Penapisan Kehamilan untuk mendeteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi) di wilayah kerja

Puskesmas Muara Bangkahulu.

Inovasi ini dirintis untuk memecahkan masalah-masalah yang ada seputar Ibu

dan Anak dengan sasaran semua ibu hamil terutama yang beresiko tinggi. Dan

semua layanan diberikan bersifat gratis. Inovasi PAKE PENITI ini selaras dengan

kategori nomor 5 UNPSA yaitu Promoting Gender Responsive Public Services to

achieve the SDGs, karena inovasi ini memberi pelayanan publik kepada kelompok

perempuan hamil. Baik normal maupun hamil dengan risiko tinggi. Terutama yang

tinggal terisolir di daerah-daerah yang masih tergolong terpencil dan masih

mempercayakan kesehatannya pada dukun terdidik.


Inovasi ini juga melibatkan kelompok perempuan sebagai relawan untuk

menjangkau perempuan hamil yang tinggal jauh dari pusat layanan kesehatan.

Masyarakat kelurahan setempat juga ikut terlibat langsung dalam membangun

kesadaran tentang penting dan impact menjaga kualitas hidup untuk perempuan,

ibu hamil, dan anak demi kualitas generasi pembangunan masa depan.

Sebelum munculnya Inovasi PAKE PENITI, pelayanan kepada ibu hamil

hanya dilayani di fasilitas kesehatan. Padahal kondisi geografis tidak bersahabat

dengan perempuan hamil yang sangat rentan. Selain banyaknya warga yang hidup

di perkebunan, faktor biaya dan alat transportasi juga menjadi kendala. Akibatnya

sering menghentikan langkah mereka untuk datang di Puskesmas. Padahal rata-rata

ada 1000 perempuan hamil pertahun yang tinggal di daerah terisolir. Munculnya

Inovasi PAKE PENITI membawa dampak positif terhadap pelayanan publik yang

signifikan. Melalui pemberdayaan penjual sayur dan pemilik warung manisan

sebagai pemburu ibu hamil risiko tinggi, yang setiap hari keliling kampung untuk

berjualan, sambil mencari informasi keberadaan perempuan hamil. Sehingga, tidak

terjadi lagi keterlambatan deteksi dini keberadaan perempuan hamil.

Pola layanan jemput bola ini akan mempercepat ibu hamil mendapatkan

pendampingan, sehingga perkembangan kondisi kehamilan dapat terpantau.

Sejumlah shelter juga dibangun agar pemerintah bisa lebih mudah menjangkau

mereka. Dampak positif lainnya tidak hanya para ibu hamil dan bayi, tapi juga

kelompok masyarakat setempat. Sebab, Inovasi ini selain memberdayakan penjual

sayur juga melibatkan tokoh desa. Sehingga Inovasi ini mampu meningkatkan
kesadaran dan tanggung jawab warga satu desa, untuk menjaga keselamatan nyawa

perempuan hamil dan bayi.

Inovasi PAKE PENITI merupakan terobosan luar biasa karena dalam

pelaksanaannya, mampu mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam

pembangunan kesehatan. Misalnya, memberdayakan penjual sayur dan pemilik

warung manisan sebagai pemburu ibu hamil risiko tinggi dan pendamping dari

tokoh perempuan desa. Sehingga pemerintah tidak perlu menambah tenaga formal

baru. Langkah inovatif ini efisien karena low cost dengan impact yang jauh lebih

besar. Penjual sayur dan pemilik warung manisan menjadi agen perubahan karena

cukup akrab dengan masyarakat. Mereka mudah mendapatkan informasi, termasuk

keberadaan perempuan hamil melalui interaksi mereka setiap hari. Sedangkan para

pendamping menjadi rekan kolaboratif yang membuat kesadaran warga satu desa

ikut bertanggun jawab dalam menjaga kesehatan ibu hamil.

Inovasi PAKE PENITI pada ibu hamil di provinsi Bengkulu diyakini untuk

mengusir makhluk halus agar tak mengganggu ibu dan calon bayi. Benda-benda ini

juga dipercaya sebagai sarana untuk menangkal berbagai penyakit, khususnya

penyakit yang tidak ada penyebabnya secara medis. Dikutip dari Klik Dokter,

gunting atau benda tajam lainnya seperti pisau dipercaya mampu mengusir mahluk

halus yang akan berbuat jahat kepada ibu hamil.

Inovasi PAKE PENITI sangat mudah dipindahkan, ditranfer dan diadaptasi

karena hanya mengandalkan komunikasi yang intens dengan pemangku

kepentingan dan low cost berkat gencarnya pemberitaan media nasional, yaitu
Facebook, Twitter dan Instagram Puskesmas, maka banyak mengundang lembaga

untuk datang, baik antar kabupaten maupun provinsi di indonesia.

B. Keberlanjutan Inovasi

Dalam aspek sosial, Inovasi telah mampu menciptakan jaringan kepedulian

yang kuat sekaligus kemampuan eksekusi yang sangat cepat. Semuanya dilakukan

demi menjaga kehidupan perempuan hamil dan bayi. Bahkan sampai taraf

menciptakan struktur volunterisme baru. Yakni dengan tukang sayur dan pemilik

warung manisan sebagai ujung tombak deteksi dini kehamilan di wilayan paling

sulit. Dari mereka, informasi tersebut dikoordinasikan dengan puskesmas kemudian

dilanjutkan ke pendamping bahkan sampai dokter spesialis kandungan di rumah

sakit.

Dalam aspek ekonomi, Inovasi telah berhasil memberdayakan penjual sayur

dan pemilik warung manisan yang sejatinya adalah pekerja. Dengan menjadi

volunteer Inovasi ini, justru membuat mereka bisa menjangkau kawasan paling

terpencil. sehingga membuat lebih banyak bertemu dengan kelompok masyarakat

yang bisa membuka pasar baru. Puskesmas Muara Bangkahulu juga memberikan

insentif bulanan Rp 50.000 dan jaminan kesehatan sebagai penghargaan untuk

kontribusi mereka.

Dalam hal lingkungan, Inovasi ini mampu menciptakan daya dukung

lingkungan sosial yang jauh lebih kondusif untuk perempuan dan anak. Tanggung

jawab komunitas dalam menjaga calon kehidupan yang dikandung oleh ibu hamil

ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan baru yang lebih baik.


C. Dampak yang ditimbulkan

Evaluasi dilakukan setiap akhir bulan melalui lokakarya internal Puskesmas.

Dengan mengumpulkan semua bidan, nutrisionis, tenaga laboratorium, petugas

promosi kesehatan, tenaga administrasi, para penjual sayur dan pendamping.

Bertempat di puskesmas dan dipimpin langsung oleh kepala puskesmas.

Agendanya, meminta laporan dari tim dilapangan dan hasil kegiatan selama sebulan

termasuk keberhasilan dan hambatan yang terjadi.

Hasil lokakarya internal kemudian dibawa oleh kepala Puskesmas ke forum

eksternal tingkat kecamatan. Dipimpin oleh Camat dengan mengundang Lurah

setempat, Babinkamtibnas dan organisasi perempuan. Dalam evaluasi tersebut,

dibahas tuntas segala perkembangan dan hambatan dilapangan, sekaligus solusinya.

Hasilnya di bawa untuk bahan evaluasi ditingkat Kota/Kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai