Anda di halaman 1dari 8

Bagaimana Bidan Desa Dari Puskesmas Bisa Menjadi

Anggota Tim Kerja Dari Kepala Desa Dalam Menghilangkan


Malnutrisi dan Mencegah Stunting: Studi Kasus di Desa
Tanjung Lombok Utara

Wanda Januar Astawan


Latar Belakang
Bidan Desa

1. Kelas ibu hamil


2. Kelas balita
3. PMT Gizi

Malnutrisi Stunting Pemerintah Desa

Global Prevalensi
UU Desa No 6 Tahun PP Nomor 60 Tahun
149 Juta Balita
2014 2014

NTB
23,4% Balita
Indonesia
27,7 % balita KLU
33,83% Balita

Desa Tanjung
34,56% Balita
Tujuan.

Mengekplorasi  peran bidan desa sebagai tim pelaksana program pemerintah desa dan
puskesmas dalam menyusun strategi berbasis kondisi lokal dalam menurunkan
malnutrisi dan mencegah stunting.
Metode.
Studi Kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi, serta jurnal terkait studi
literatur.
Hasil.

Dalam mengkaji peran pemerintah desa dan bidan desa menggunakan teori Yeti dengan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi
keoptimalan dan peran melalui 4 indikator yaitu ketersediaan sarana dan prasarana, ketersediaan anggaran, kemitraan, dan partisipasi dari
masyarakat.

1. Ketersediaan sarana dan prasarana

Sarana dimaksud ialah kendaraan ambulans Desa untuk kemudahan bagi bidan desa dalam menuju lokasi. Koordinasi antara pemerintah desa
dan bidan desa dalam pemenuhan kebutuhan seperti pemberian bantuan berupa timbangan balita dan sarana penunjang lainnya sudah terlaksana
dengan baik. ketesediaan prasarana posyandu sudah baik yaitu terdapat pembagian ruangan seperti ruang poli anak, ruang pemeriksaan ibu
hamil/menyusui serta ruang pengobatan bagi masyarakat desa.

2. Ketersediaan anggaran

Dana desa juga dianggap sebagai suatu sumber daya yang digunakan untuk memberikan sinergi terhadap Pembangunan Nasional. Penggunaan
dana Desa dalam segi pengentasan stunting sudah dilakukan dengan Kelas ibu hamil, Kelas balita, serta PMT Gizi. Selain itu, alokasi dana desa
untuk insentif bidan desa sudah terlaksana, walaupun terdapat penerimaan insentif yang berbeda-beda dalam setiap pelaksanaan program.
Lanjutan.

3. Kemitraan

Pemerintah desa melakukan pelaksanaaan program secara lintas sector dengan Puskesmas Tanjung melalui bidan desa. Pada pelaksanaan
program, terdapat kekurangan dalam segi koordinasi dengan kepala puskesmas tanjung. Hal ini terlihat dari belum adanya jadwal tetap dalam
pelaksanaaan program yang diberikan langsung oleh pemerintah desa kepada kepala puskesma sehingga terkkadang kepala puskesmas tidak
dapat mengikuti kegiatan tersebut.

4. Partisipasi dari masyarakat

Minimnya perhatian masyarakat terhadap adanya kegiatan penyuluhan posyandu dan stunting. Hal ini karena mayoritas penduduk berprofesi
sebagai pedagang, buruh tani, peternak, buruh harian lepas dan nelayan yang lebih memilih untuk bekerja untuk mencukupi kehidupan mereka.
Kesimpulan .
1. Pemerintah desa sebagai pemerintahan tingkat dasar memiliki peran penting dalam
pengentasan stunting. Dari segi sarana dan prasarana sudah berjalan baik.
2. Dalam segi alokasi anggaran, pemerintah desa hendaknya melakukan pemberian
insentif kepada bidan desa secara merata agar dapat meningkatkan motivasi dalam
bekerja.
3. Perlunya penguatan koordinasi antara pemerintah desa, kepala puskesmas, dan
bidan desa agar dapat membawa perubahan dalam pengentasan stunting. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara membuat jadwal tetap pelaksanaan program secara
bersama-sama.
4. Dalam peningkatan partisipasi masyarakat, bidan desa yang merupakan pemegang
wilayah binaan perlu membuat strategi berbasis kondisi lokal dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam mengikuti program pengentasan stunting.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai