Anda di halaman 1dari 35

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925781 Kode Pos 83616

Labuhan Haji ,09 April 2018


Nomor : Kepada
Lampiran : Yth, Kepala Dinas Kesehatan
Perihal : Permohonan Pindah Tugas Kabupaten Lombok Timur
Di-
Tempat
Ass,Wr,Wb....

Dengan Hormat.

Memperhatikan Surat Permohonan Pindah Tugas Atas nama :

Nama : M.AGUS HARIADI Amd.Kep


Alamat : Desa Sikur,Kecamatan Sikur,Kab.Lombok Timur
Tempat Bekerja : Puskesmas Labuhan Haji
Jenis Ketenagaan : Kelompok Kerja

Perihal permohonan pindah tugas Tanggal 1 April 2018 dengan alasan :

1. Jarak Tempat Tinggal dengan Tempat bekerja Jaraknya + 26 KM


2. Sudah Bekerja sebagai Tenaga Kelompok Kerja di Puskesmas Lb.Haji + 6 Tahun
3. Surat Rekomendasi dari Puskesmas dasan Lekong yang membutuhkan Tenaga Perawat
Laki-Laki (Surat terlampir)

Memperhatikan hal tersebut diatas pada prinsipnya kami menyetujui permohonan yang
bersangkutan. Selanjutnya mohon untuk dapat di proses sebagaimana mestinya

Demikian atas perhatiannya disampaikan terimakasih

Kepala Puskesmas Lb.Haji

H.Supardi,SST.SKM
Nip : 19661231198803 1 305
tahun. Gerakan ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi
status gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat kemajuan yang tidak merata
dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tercapainya sistem pelayanan gizi yang komprehensif di puskesmas yang menjadi
dasar bagi pelaksanaan gizi yang bermutu dalam rangka mengatasi masalah gizi
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya cakupan balita.
b. Meningkatnya cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan.
c. Meningkatnya cakupan ASI Ekskusif.
d. Meningkatnya cakupan ibu hamil dapat tablet tambah darah 90 tablet.
e. Meningkatnya cakupan konsumsi garam beryodium di RT.
f. Meningkatnya cakupan anak 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A.
g. Menurunnya persentase balita BGM.
h. Meningkatnya cakupan ibu hamil KEK dapat PMT-Pemulihan.
i. Meningkatnya cakupan balita kurus dapat PMT-Pemulihan.
j. Meningkatnya cakupan remaja putrid dapat tablet tambah darah.
k. Meningkatnya cakupan ibu nifas dapat vitamin A.
l. Meningkatnya bayi baru lahir dapat IMD.
m. Menurunnya cakupan balita 2T.

B. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan gizi di Puskesmas dikelola/dilaksanakan oleh:
 Nutrisionis/Ahli Gizi
Jumlah ahli gizi yang ada di puskesmas Labuhan Haji sebanyak 4 orang terdiri
dari: 2 orang PNS (D3 Gizi) dan 2 orang tenaga job (D3 gizi).
 Tenaga Pelaksana Gizi
Tenaga pelaksana gizi yang ditunjuk dan telah dilatih dalam mengelola program
gizi sebanyak 2 orang.
 Kader Pelaksana Gizi
Kader yang telah dilatih dalam membantu pelaksanaan program gizi sebanyak
283 orang.
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Saran Prasarana Pelayanan Gizi di Puskesmas Labuhan Haji
 Ruang konseling.
 Ruang TFC (proses pembenahan).
 Ruang instalasi gizi (belum ada).

C. Peran Lintas Program dan Lintas Sektor


1. Peran Lintas Program :
 Promkes : Mengkoordinir pelaksanaan penyuluhan kepada sasaran
( ibu hamil, menyusui, ibu balita ). Sebagai
fasilitator/narasumber pada kegiatan khusus (kelas gizi,
KP-ASI, penyuluhan gizi di sekolah).
 Kesling : Mencegah penyakit berbasis lingkungan khususnya pada
balita yang dapat menyebabkan gangguan gizi dengan
menjamin tersedianya sanitasi dasar di masyarakat dan
penyebarluasan informasi tentang pentingnya kesehatan
lingkungan.
 KIA : Bertanggung jawab terhadap ditribusi tablet tambah darah
pada Ibu hamil dan nifas.
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan IMD.
Bersama-sama dengan petugas gizi mengkampanyekan
ASI Ekslusif pada ibu hamil dan menyusui.
Melakukan penjaringan ibu hamil anemia dan KEK saat
ANC sebagai narasumber/fasilitator pada kegiatan khusus
seperti kelas gizi, KP-ASI.
 P2P : Mencegah dan mengatasi penyakit yang sering terjadi
pada balita seperti ISPA, diare dan TBC yang dapat
menyebabkan gangguan gizi.
 Perkesmas : Melakukan pembinaan pada keluarga yang bermasalah
terhadap gizi seperti balita BGM, gizi buruk, ibu hamil
KEK dan anemia.
 Remasila : bersama-sama melakukan pembinaan pada remaja putri
di sekolah khususnya kampanye Fe.
 UKS : Bersama-sama dengan petugas gizi menentukan status
Gizi anak baru masuk sekolah dengan melakukan
pengukuran BB dan TB setiap tahun.
Meningkatkan status gizi dengan mencegah dan mengatasi
cacingan pada balita dan anak sekolahsetiap 6 bulan
sekali.
 Laboratorium : Menentukan status anemia pada ibu hamil dan balita gizi
buruk di ruang perawatan.

2. Peran Lintas Sektor :


 Camat : Membuat kebijakan yang terkait dengan program gizi
sebagai upaya meningkatkan status gizi balita seperti
pembentukan Tim Penanggulangan Gizi Buruk
Kecamatan.
Menjamin tersedianya dana desa untuk kegiatan pelayanan
posyandu melalui ADD.
Melakukan pembinaan pada desa-desa yang bermasalah
dibidang kesehatan, berdasarkan hasil minilokakarya lintas
sektoral atau laporan langsung dari puskesmas
 Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan rtin di desa
Seperti posyandu, kelas gizi, KP-ASI.
Menyediakan sarana dan prasarana posyandu, termasuk
pengadaan PMT bila diperlukan dan kesiapan kader di
desa.
 Kader : Ujung tombak pelaksanaan program gizi.
Kader pendamping keluarga/desa dalam memantau
sasaran (ibu hamil, menyusui, balita BGM, gizi buruk,
balita kurus).
Pengerahan sasaran pada pelayanan kesehatan
didusun/desa.
 Sekolah : Menjamin pelaksanaan survey garam beryodium di SD.
Memfasilitasi kegiatan penyuluhan di dekolah.
 PKK : Menjamin kesiapan kader posyandu saat
Memberikan pelayanan, termasuk kesiapan kader dalam
pengerahan sasran.
Bertanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas kader
dalam membantu memberikan pelayanan.
Melakukan pembinaan kepada keluarga di dusun (sesuai
program).
Menjamin tersedianya garam beryodium di masyarakat.
 Ketahanan Pangan : mendata, menganalisis dan mengintervensi keadaan rawan
pangan dan gizi tingkat kecamatan berdasarkan laporan
puskesmas.

D. Metode dan Teknologi yang Digunakan


1. Metode yang digunakan :
 Pendekatan kelompok melalui pemberdayaan masyarakat atau forum
komunikasi di desa.
 Advokasi dan lobi pada penguasa wilayah.
 Penyuluhan dan konseling.
 Kunjungan rumah.
2. Pemanfaatan Teknologi :
 Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan kader atau
sasaran.
 Pemanfaatan komputer untuk system pelaporan.

E. Penutup
Demikian pedoman pelayanan gizi ini dibuat sebagai pedoman/acuan dalam pelaksanaan
pelayanan program gizi di Puskesmas Labuhan Haji.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)
DI PUSKESMAS AIKMEL

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatnya kesadaran, kemandirian dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarkat yang optimal. Untuk mengukur keberhasilan
pembangunan kesehatan diperlukan indicator, antar lain Indikator Indonesia Sehat dan
Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan.
Derajat kesehatan diukur dengan angka kematian atau mortalitas, angka kesakitan
atau morbiditas, dan status gizi. Angka kematian kelompok rentan yaitu bayi, balita dan
ibu melahirkan merupakan indicator penting derajat kesehatan masyarakat.
Angka kematian ibu (AKI), angka kematian neonatal (AKN), angka kematian
bayi (AKB), dan angka kematian balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan
negara ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19
per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Developmant Goals / MDGs, 2000)
pada tahun 2015 diharapkan AKI menurun sebesar ¾-nya dalam kurun waktu 1990-2015
dan AKB & AKABA menurun sebesar 2/3 dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan
hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102 / 100.000
KH, AKB dari 68 menjadi 23 / 1.000 KH, AKABA dari 97 menjadi 32 / 1.000 KH pada
tahun 2015.
Dalam rangka menurunkan AKI, AKB dan AKABA maka diperlukan berbagai
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu hamil, bayi dan balita, salah satunya
adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di
Puskesmas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA) secara efektif dan efisien, dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA).
2. Tujuan Khusus
Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil.
a. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten yang
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
b. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar.
c. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh neonates sesuai standar.
d. Peningkatan deteksi dini factor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
e. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonates secara adekuat dan
pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
f. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi bayi sesuai standar.
g. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi anak balita sesuai standar.
h. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

C. Ruang Lingkup
1. Pelayanan Kesehatan Ibu
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil (kunjungan ibu hamil).
b. Pelayanan persalinan, termasuk pelayanan rujukan.
c. Pelayanan kesehatan ibu nifas (kunjungan ibu nifas).
d. Penemuan dan penanganan komplikasi kebidanan, termasuk deteksi factor resiko ibu
hamil.
2. Pelayanan Kesehatan Anak
a. Pelayanan kesehatan neonates (kunjungan neonates).
b. Pelayanan kesehatan bayi (kunjungan bayi).
c. Pelayanan kesehatan anak balita (kunjungan anak balita).
d. Pelayanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan MTBM (Manajemen
Terpadu Bayi Muda).
3. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi :
a. Pelayanan KB.
b. Pelayanan kesehatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara.
4. Kegiatan yang Mendukung Program KIA :
a. Pelayanan PONED.
b. Pelaksanaan perencanaan persalinan (P4K).
c. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita
d. Diskusi Refleksi Kasus (DRK) Maternal dan Bayi.
e. Pelaksanaan MTBS/MTBM.
f. Pelaksanaan stimulasi deteksi intervensi dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) balita.
g. Supervise / bimtek manajemen KIA Ke Polindes.
D. Sasaran dan Target Program
1. Sasaran Program KIA tahun 2016 :
a. Ibu Hamil : 1.101 orang
b. Ibu Bersalin dan Ibu Nifas : 1.052 orang
c. Maternal Komplikasi : 220 orang
d. Neonatal : 1.000 orang
e. Neonatal Komplikasi : 150 orang
f. Bayi : 1.000 orang
g. Anak Balita : 4.004 orang
h. Pasangan Usia Subur : 7.722 orang

2. Target Program KIA tahun 2016 :


a. Kunjungan Ibu Hamil (K.1) : 100%
b. Kunjungan Ibu Hamil (K.4) : 100%
c. Persalinan oleh Nakes : 95%
d. Maternal Komplikasi tertangani : 100%
e. Kunjungan Ibu Hamil (KF.3) : 95%
f. Kunjungan Neonatus (KN3) : 98%
g. Neonates Komplikasi tertangani : 93%
h. Kunjungan Bayi (KB.4) : 95%
i. Kunjungan Anak Balita (KAB.2) : 85%
j. Peserta KB Aktif : 78%

E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas dikelola/dilaksanakan oleh
bidan.
 Bidan Puskesmas
Bidan PNS sebanyak 9 orang : 1 orang bidan coordinator, 2 orang pengelola
kesehatan ibu, 2 orang pengelola kesehatan anak, 2 orang pengelola program
KB, dan 2 orang pengelola Kespro, Bidan Job / Orientasi sebanyak 3 orang.
 Bidan di Desa (7 Polindes, masing-masing Polindes 2 orang bidan) :
Bidan PNS sebanyak 1 orang, Bidan PPT sebanyak 6 orang, dan Bidan job /
orientasi sebanyak 7 orang
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Pelayanan KIA di puskesmas Labuhan haji dan jaringannya:
 Ruang pelayanan rawat jalan (Poli Kandungan dan Anak / MTBS), ruang
persalinan, ruang nifas, serta ruang pelanyanan KB dan Kespro (pemeriksaan IV
A).
 Peralatan Kesehatan : Partus set, KB Kit, alat pemeriksaan IV A, dan lain-lain.
 Polindes sebanyak 7 buah (5 ada bangunan dan 2 sewa).

F. Peran Lintas Program dan Lintas Sektor


1. Peran Lintas Program :
- Promkes : Mengkoordinir pelaksanaan penyuluhan kepada
sasaran (ibu hamil, menyusui, ibu balita).
Sebagai fasilitator/narasumber pada kegiatan
khusus (kelas ibu hamil).
- Kesling : Mencegah penyakit berbasis lingkungan
khususnya pada ibu hamil yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dengan
menjamin tersedianya sanitasi dasar di masyarakat
dan menyebarluasakan informasi tentang
pentingnya kesehatan lingkungan.
- Gizi : Mengkoordinir pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan balita di Posyandu.
Memfasilitasi pelaksanaan PMT Bumil KEK.
Kordinasi dengan bidan tentang pemberian tablet
tambah darah dan memotivasi ibu hamil agar patuh
untuk mengkonsumsi tablet tambah darah.
Mengingatkan bidan tentang pelaksanaan IMD.
- P2P : Pemeliksaan malaria, HIV/AIDS bagi ibu hamil.
Skrening TT ibu hamil.
Koordinasi dengan bidan tentang pelaksanaan TT
ibu hamil, wus.
- Perkesmas : melakukan pembinaan pada ibu hamil resti.
- Laboratorium : pemeriksaan Hb, Protein, Gula Reduksi pada ibu
hamil.

2. Peran Lintas Sektoral :


- Camat : Menyusun kebijakan, melaksanakan pembinaan,
sebagi motor dinamisator.
Melakukan pembinaan pada desa-desa yang
bermasalah di bidang kesehatan, berdasarkan hasil
minilakakarya lintas sektoral atau laporan langsung
dari puskesmas.
- Kepala Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan
rutin di desa seperti: posyandu dan pelayanan KB.
Menyediakan sarana dan prasarana posyandu dan
kesiapan kader di desa.
- TK/PAUD : Memfasilitasi kegiatan SDIDTK anak balita di
TK/PAUD.
- PKK : Menjamin kesiapan kader posyandu saat
memberikan pelayanan, termasuk kesiapan kader
dalan pengerahan sasaran.
Bertanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas
kader dalam membantu memberikan pelayanan.
Melakukan pembinaan kepada keluarga di dusun
(sesuai program).
- PLKB : Menjamin jetersediaan alat kontrasepsi di desa dan
puskesmas.
Koordinasi pelayanan KB di desa.

G. Metode dan Teknologi yang digunakan


1. Metode yang digunakan :
- Pelayanan di Puskesmas, Polindes dan Posyandu.
- Kunjungan rumah.
- Penyuluhan dan konseling.
- Penyuluhan kelompok dengan memanfaatkan forum-forum yang ada.
2. Pemanfaatan teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan kader atau
sasaran.
- Pemanfaatan komputer untuk sistem pelaporan.
- Pemanfaatan jaringan internet untuk penerapan aplikasi P-CARE dalam
melakukan entry data pelayanan JKN-BPJS.
H. Penutup
Demikian Pedoman Penyelengaraan Program KIA ini dibuat sebagai pedoman / acuan
dalam pelaksanaan pelayanan program KIA di Puskesmas Labuhan Haji.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah
meningkatnya kesadaran, kemandirian dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai
dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dan
perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda
(double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit degeneratif.
Pemberantasan penyakit menular sangan sulit karena penyebarannya tidak mengenal
batas wilayah administrasi.
Sehubung dengan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya kesehatan salah
satunya yaitu upaya pencegahan dalam pengendalian penyakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan untuk
melindungi masyarakat sari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit,
cacat dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi
akibat penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Tujuan khusus :
a. Peningkatan cakupan imunisasi.
b. Peningkatan cakupan penemuan kasus diare dan follow up kasus.
c. Peningkatan cakupan penemuan kasus ISPA/pneumonia dan follow up kasus.
d. Peningkatan cakupan kasus malaria klinis dan follow up kasus positif.
e. Peningkatan cakupan penemuan suspek TB dan kasus BTA positif, serta
penanganan/pengobatan kasus dengan DOTS.
f. Peningkatan cakupan pemeriksaan IMS dan HIV/AIDS.
g. Peningkatan cakupan distribusi obat cacing.
h. Peningkatan cakupan penemuan kasus PTM.

C. Ruan Lingkup
1. Imunisasi :
a. Pelayanan imunisasi rutin bayi dan batita.
b. Pelayanan imunisasi BIAS.
c. Skrining dan pelayanan imunisasi TT WUS.
2. Pencegahan dan pengendalian penyakit diare :
a. Pelacak kasus diare.
b. Follow up kasus diare terutama pasca perawatan.
3. Pencegahan dan Pengendalian penyakit ISPA :
a. Pelacakan kasus ISPA/Pneumonia.
b. Follow up kasus diare terutama pasca perawatan.
c. Rujukan kasus pneumonia oleh kader.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria :
a. Pelacakan kasus / skrining Malaria pada ibu hamil dan masyarkat.
b. Follow up kasus positif malaria.
5. Pencegahan dan Pengendalian penyakit TB-Paru :
a. Pelacakan / penjaringan kasus TB-Paru.
b. Pengobatan penderita TB dengan DOST.
c. Pembinaan dan pemantauan penderita TB,
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit IMS – HIV/AIDS :
a. Mobile KTH dalam rangka pelacakan/penjaringan kasus IMS – HIV/AIDS
b. Pemantauan / follow up kasus positif HIV/AIDS..
7. Pencegahan dan Pengendalian penyakit Kecacingan
a. Sosialisasi penyakit kecacingan.
b. Distribusi obat cacing.
8. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) :
a. Pelacakan / penjaringan kasus PTM melalui Posbindu.
b. Pemantauan / follow up kasus PTM

D. Sasaran dan target Program


1. Sasaran Program P2P tahun 2016 :
a. Julmah penduduk : 45.420 jiwa.
b. Bayi : 1.000 orang
c. Balita : 5.004 orang.
d. W U S : 7.096 orang.
e. Ibu Hamil : 1.101 orang.
f. Penemuan kasus diare : 1.944 orang.
g. Penemuan Pneumonia Balita : 505 orang.
h. Susp Malaria (pengambilan darah) : 4.042 orang.
i. TB Klinik (suspek) : 954 orang.
j. TB BTA positif : 95 orang.

2. Target Program P2P tahun 2016 :


a. Desa UCI : 100%
b. Capaian imunisasi campak AS Kls I : 100%
c. Capaian imunisasi Td SD Kls II + III : 100%
d. Pemeriksaan TB (suspek TB) : 95% (954)
e. Penemuan TB-BTA (+) : 95% (95)
f. Pengambilan darah malaria : 100% (4.042)
g. Penemuan diare : 76% (1.944)
h. Penemuan pneumonia : 76% (505)
i. Penanganan KLB < 24 jam : 100%
j. Penemuan AFP : 8 kasus
k. Deteksi di FR PTM : 20% umur >15 tahun (6.054)
l. Deteksi dini IVA : 25% Wus (1.774)

E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan upaya kesehatan pencegahan dan pengendalian penyakit di Puskesmas
dikelola/dilaksanakan oleh:
- Koordinator P2P : Perawat
- Koordinator imunisasi : Perawat.
- P2 – Peny. Diare & ISPA : Perawat.
- P2 – Peny. Malaria : Analis/Laboraturium
- P2 – Peny. TB Paru : Perawat.
- P2 – Peny. Kusta : Perawat
- P2 – Peny. Kecacingan : Perawat.
- Surveilans : Kesehatan Lingkungan.
- P2 – PTM : Perawat.

2. Sumber daya Sarana dan Prasarana


Sarana Prasarana program upaya kesehata P2P di Puskesmas Labuhan Haji adalah:
- Ruang Program P2p yang dilengkapi dengan meubeler, papan data,
komputer.
- Ruang Imunisasi yang dilengkapi dengan meubeler, papan data, lemari es,
cold chain, serta register / buku imunisasi.
- Ruang program TB, tempat pelayanan OAT untuk penderita TB Paru.
- Ruang pelayanan IVA yang dilengkapi dengan alat kesehatan.

F. Penutup
Demikian Pedoman Penyelengaraan Program P2P ini dibuat sebagai pedoman / acuan
dalam pelaksanaan pelayanan program P2P di Puskesmas Labuhan Haji.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PELAKSANAAN PELAYANAN IMUNISASI
DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi
menurpakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menulah yang
merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan sebagai salah satu bentuk
nyat komitmen pemerintah untuk mencapai Millenium development goals (MDGs)
khususnya untuk menurunka angka kemantian pada anak.
Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertudid, Campak, Polio, Tetanus
serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan menrupakan
komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (EAPO),
eliminasi campak – pengendalian rubella (EC – PR) dan Maternal Neonatal Tetanus
Elimination (MNTE).
Di samping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dengan
menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) bagi
penerima suntikan yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman
(waste disposal management), bagi petugas maupun lingkungan.
Cakupan imunisasi harus diperhatikan tinggi dan merata di seluruh wilayah. Hal
ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah
terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan
kasus penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi perlu didukung oleh upaya
surveilans epidemiologi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi ( PD3I )

2. Tujuan Khusus :
a. Terlaksanannya pelayanan Imunisasi pada bayi, tita dan WUS / Ibu hamil
terutama Imunisasi wajib.
b. Tercapainya target Universal Child Immunization ( UCI ) yaitu cakupan
Imunisasi lengkap menimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa.
c. Tercapinya eliminasi campak
d. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah
medis ( safety injection practice and waste disposal management ).

C. Ruang Lingkup ( Jenis dan Jadual )


1. Imunisasi Rutin :
a. Imunisasi Dasar :
Jadwal pemberian Imunisasi dasar
Umur Jenis Imunisasi Keterangan
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT–HB–Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT–HB–Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT–HB–Hib 3, OPV 4,IPV
9 bulan Campak
Catatan
Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan
DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2.

b. Imunisasi Lanjutan :
Imunisasi lanjutan merupakan kegitan yang bertujuan untuk melengkapi Imunisasi
dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita
usia subur ( WUS ) termasuk ibu hamil.
Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilakukan pada waktu melakukan
perlayanan antenatal.
Tabel Jadwal Imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun
Umur Jenis Imunisasi Keterangan
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak
Tabel Jadwal Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
Sasaran Umur Jenis Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Oktober
DT September
Kelas 2 SD Td September
Kelas 3 SD Td September
Catatan :
- Batita yang telah mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan
mempunyai Imunisasi T3
- Anak usia sekolah dasar yang telah mendapatkan Imunisasi DT dan Td
dinyatakan mempunyai status Imunisasi T4 dan T5

Jadwal Imunisasi Lanjutan pada WUS


Status Imunisasi Interval Minimal Masa Perlindungan
Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 >25 tahun
Catatan :

- Sebelum Imunisasi dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening ) terlebih


dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian Imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian Imunisasi TT
sudah lengkap ( status T5 ) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu
dan Anak, rekan medis, dan/atau kohort.

2. Imunisasi Tambahan :
a. Backlog fighting
Merupakan upaya aktif untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang brumur
di bawah 3 ( tiga )tahun. Kegiatan itu diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa
yang selama 2 ( dua ) tahun berturut – turut tidak mencapai UCI.
b. Crash Program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang mermerlukan intervensi secara cepat
untuk mencegah terjadinya KLB. Kriteria pemillihan daerah yang akan dilakukan
crash program adalah :
1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
2) Infrastruktur ( tenaga, sarana, dana ) kurang
3) Desa yang selama 3 tahun berturut – turut tidak mencapai UCI
Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi, misalnya
campak, atau campak terpadu dengan polio.
c. Imunisasi dalam Penanganan KLB ( Outbreak Response Imunization /ORI )
Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologis penyakit masing – masing.

3. Imunisasi Khusus :
a. Imunisasi Meningitis
Imunisasi ini diberikan kepada calon jemaah haji.

D. Sasaran dan Target program


1. Sasaran program Imunisasi tahun 2016 :
a. Jumlah Penduduk : 45.420 jiwa
b. Bayi : 1.000
c. Balita : 5.004
d. W U S :
e. Ibu Hamil : 1.101
f. Jumlah SD/MI : 28 sekolah
2. Target program Imunisasi tahun 2016 :
a. Desa UCI : 100%
b. Cakupan Imunisasi Campak SD Kls 1 : 100%
c. Cakupan Imunisasi Td SD Kls II + III : 100%

E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
- Koordinator Imunisasi : Perawat Puskesmas
- Penanggung jawab masing – masing desa
- Tenaga Pelaksana / perawat vaksinator ( termasuk petugas Pustu )
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Pelayanan Imunisasi di Puskesmas Aikmel dankjaringannya :
- Ruang Imunisasi yang juga merupakan ruang pelayanan imunisasi dalam gedung
Puskesmas.
- Peralatan kesehatan : lemari es untuk vaksin, cold chain, termos, tas imunisasi
- Alat dan bahan logistic imunisasi

F. Penutup
Demikian kerangka acuan Pelayanan Imunisasi ini dibuat sebagai pedoman / acuan dalam
Pelaksanaan Pelayanan Program Imunisasi di Puskesmas Labuhan Haji.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN HIV/AIDS
DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI

A. Latar Belakang
Perkembangan epidemic HIV dan AIDS di dunia telah menyebabkan HIV dan
AIDS menjadi masalah global dan semakin nyata menjadi masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Dalam rangka mempercepat akselerasi upaya penanggulangan HIV dan
AIDS di Indonesia, sangatlah penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan
upaya perawatan, dukungan serta pengobatan dimana keduanya merupakan komponen
penting dan saling melengkapi.
Kurang disadarinya resiko penularan IMS, HIV dan AIDS oleh kelompok
beresiko serta masih rendahnya kesadaran untuk mengetahui status HIV-nya yang
ditunjukkan dengan masih cukup besarnya kasus AIDS yang ditentukan pada stadium
lanjut di Rumah Sakit, sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian kasus AIDS
merupakan isu strategis yang digunakan sebagai sasaran respon pengendalian epidemic
HIV dan AIDS.
Dalam rangka penanggulangan kasus penyakit IMS dan HIV/AIDS, di Kabupaten
Lombok Timur sudah membentuk Klinik IMS & HIV/AIDS (KHT – Klinik Testing
HIV/AIDS), salah satunya di Puskesmas Labuhan Haji yang Tim KTH Puskesmas pernah
mengikuti pelatihan pemeriksaan IMS & HIV/AIDS. Klink konseling test HIV/AIDS
(KTH) “Raflesia” di Puskesmas Labuhan Haji sudah silakukan sejak awal tahun 2013.
Pada tahun 2013 ditemukan 1 orang penderita positif HIV/AIDS dan pada tahun 2014
ditemukan 2 orang penderita positif HIV/AIDS.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA
serta mengurangi dampak sosial dan ekonmi akibat HIV dan AIDS pada individu,
keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus :
a. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana
kondusif untuk mendukung upaya pengendalian HIV dan AIDS, dengan menitik
beratkan pencegahan pada sub-populasi berperilaku risiko tinggi dan
lingkungannya dengan tetap memperhatikan sub-populasi lainnya.
b. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara lembaga pemerintah,
LSM, sector swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan mitra internasional
di pusat dan di daerah untuk meningkatkan respon nasional terhadap HIV dan
AIDS
c. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif dalam
pengndalian HIV dan AIDS

C. Ruang Lingkup
1. Kegitan Skrining penderita HIV/AIDS, baik dalam gedung ( KTH Rafflesia )
maupun luar gedung ( Mobile Klinik VCT ). Yaitu penyuluhan, konseling,
pemeriksaan, pembacaan hasil.
2. Pelayanan rujukan yaitu menerima rujukan dari LSM / penjangkau lapangan dan
merujuk ke RSU Selong.
3. Pelayanan kunjungan rumah / konseling penderita positif HIV/AIDS.
4. Pelayanan / distribusi kondom
5. Pelyanan layanan jarum suntik steril

D. Sarana dan Target Program


1. Sasaran program penanggulangan HIV/AIDS adalah kelompok berisiko / kelompok
kunci, seperti pasangan TKI/TKW, palangan seks, waria, remaja.
2. Target program Penanggulangan HIV/AIDS tahun 2016 :
a. Jumlah distribusi kondom : 3.000
b. Jumlah orang yang dapat layanan di klinik IMS : 160
c. Jumlah orang yang apat Tes HIV : 976
d. Jumlah ibu hamil yang dapat Tes HIV : 78
e. ODHA yang dirujuk ke LSM untuk dapat duk psikosoial : 60%
f. ODHA yang dinilai status TB ( ditapis TB ) : 100%

E. Sumber Daya
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan Upaya Kesehatan / Program Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas
dikelola/dilaksanakan oleh Tim Layanan IMS dan HIV/AIDS yang sudah dibentuk
berdasarkan SK Kepala Puskesmas, di mana Tim HIV/AIDS merupakan petugas
yang sudah mendapatkan pealtihan.
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Program Penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas Aikmel adalah
:
- Ruang Program Penanggulangan HIV/AIDS, yang juga merupakan ruang Klinik
Testing HIV/AIDS ( KTH ) “Rafflesia”, terdiri dari Ruang Administrasi, Ruang
Konseling dan Ruang Laboraturium.
- Meubeler, papan data, komputer, yang dilengkapi dengan jaringan internet
- Alat Kesehatan, serta Alat dan Ruang Laboraturium

F. Penutup
Demikian Pedoman Program Penanggulangan HIV/AIDS ini dibut sebagai pedoman /
acuan dalam pelaksanaan Pelayanan Program Penanggulangan HIV/AIDS.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PEMBINAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI


DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI 2015

A. Latar Belakang
Penyelengaraan jamaah haji, sebagaimana diamanahkan dalam UUD No. 13
Tahun 2008 bahwa Penyelenggaraan Jamaah Haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-sebaiknya bagi jamaah haji
sehingga jamaah haji sapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama
islam. Pembinaan ibadah haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan
pembimbingan bagi jemaah haji.
Sesuai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan
bahwa peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan keshatan
melalui kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk
menunjang tercapainya hidup sehat.
Pembinaan kesehatan jemaah haji dmaksud meliputi kegiatan penyuluhan,
bimbingan manasik kesehatan haji, penyebarluasan informasi atau kegiatan lain untuk
menunjang tercapainya hidup sehat yang diselenggarakan sejak jemaah mendaftarsampai
14 hari setelah kepulangan dari Arab Saudi, yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan
Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, bersama KUA, KBIH dan LSM secara
terpadu dan menyeluruh (paripurna). Pembinaan kesehatan diselenggarakan di daerah
asal, embarkasi / debarkasi haji, selama perjalanan dan Arab Saudi.
Data pemeriksaan awal status kesehatan jemaah haji sebagian masih mempunyai
resiko tinggi. Proporsi jemaah haji resiko tinggi berkisar 30-45%, sebagian besar karena
usia lanjut. Hipertensi dan DM merupakan penyakit resiko tinggi terbanyak (35-37%),
sementara penyakit saluran pernafasan dan saluran pencernaan semakin meningkat
jumlah dari tahun ketahun. Adapun dari hasil pemeriksaan awal kesehatan jemaah haji di
wilayah Puskesmas Labuhan Haji, ditemukan 20,55% jemaah haji mempunyai resiko
tinggi hipertensi (15 orang dari 73 orang).
Mencermati kondisi jemaah haji tersebut, jemaah haji perlu mendapatkan
pembinaan kesehatan secara komprehensif, terus menerus dan berkesinambungan
sebelum keberangkatan ke tanah suci, selama perjalanan ibadah haji dan sekembalinya ke
tanah air, maka perlu disusun suatu Pedoman Pembinaan Kesehatan bagi Jemaah Haji.

B. TUJUAN
Untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah Obat dan BMHP yang
berhubungan dengan kesehatan

C. RUANG LINGKUNG
1. Tujuan Umum :
Meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan kesehatan jemaah haji sehingga
mampu melaksanakan ibadah haji dengan baik.
2. Tujuan Khusus :
- Terlaksananya pelayanan kesehatan jemaah haji, termasuk pemeriksaan umum
menentukan ada tidaknya factor resiko serta merujuk ke Rumah Sakit.
- Terlaksananya pembinaan kesehatan haji melalui bimbingan manasik kesehatan
haji
- Terlaksananya penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan sehingga
jemaah haji dapat mempersiapkan kesehatannya, mengenali masalah
kesehatannya berserta kebutuhan obata dan kebutuhan lain yang diperlukan utnuk
menjaga kesehatannya selama perjalanan ibadah haji.
- Terlaksanannya koordinasi dan kerja sama dengan KUA, KBIH dan LSM dalam
melaksanakan embinaan kesehatan jemaah haji.

D. SASARAN
Sarana pembinaan kesehatan jemaah haji adalah calon jemaah haji yang akan berangkat
ke tanah suci serta KBIH setempat.

E. SUMBER DAYA
1. Sumber Daya Manusia
Pelayanan kesehatan jemaah haji di Puskesmas Aikmel dilaksanakan oleh Tim
Pembinaan Kesehatan Haji Puskesmas, yang terdiri petugas Laboraturium dan Petugas
Gizi Puskesmas.
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Puskesmas Aikmel meliputi :
ruang periksa, laboraturium, ruang konseling, alat kesehatan dan obat – obatan.
F. PENUTUP
Demikian Pedoman Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji ini dibuat sebagai pedoman /
acuan dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Aikmel.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh factor lingkungan, prilaku manusia, pelayanan
kesehatan, dan keturunan. Dan empat factor tersebut factor lingkungan lingkungan
tmempunyai pengaruh yang paling besar, kemudian prilaku, dan selanjutnya pelayanan
kesehatan dan keturunan. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan secara
terpadu, dan berkesinambungan. Sampai saat ini penyakit-penyakit berbasis lingkungan
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain malaria pada tahun 2012
sebanyak 417.819 kasus dan Annual Parasite Incident Malaria di Indonesia sebesar 1,69
per 1000 penduduk. Demam Berdarah Dengue pada tahun 2012 sebanyak 90.245 kasus
dengan jumlah kematian 816 (IR= 37,11 dan CFR= 0,9). Sedangkan penemuan
Pneumonia Balita pada tahun 2012 cakupannya sebesar 22,12%. Angka kesakitan Diare
pada semua umur menurun tidak signifikan dari 423 pe 1000 penduduk pada tahun 2006
menjadi 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Hal lain yang menyebabkan
meningkatnya permasalahan penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses
masyarakat terhadap kualitas air minum yang sehat sebesar 63% dan penggunaan jamban
sehat sebanyak 69% tahun 2012.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui perbaikan kualitas lingkungan yang
sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pengguna jamban keluarga di masyarakat
b. Meingkatkan cakupan akses saran air bersih di masyarakat
c. Meningkatkan cakupan pengawasan TTU dan TPM
d. Meningkatkan cakupan rumah sehat di masyarakat
e. Meningkatkan cakupan inspeksi sanitasi
f. Meningkatkan cakupan pengguna klinik sanitasi di fasilitas pelayanan kesehatan
dan follow up kasus klinik sanitasi.

C. RUANG LINGKUP
1. Dalam Gedung
a. Memberikan pelayanan / informasi kepeda pasien yang datang berobat dengan
penyakit berbasis lingkungan
b. Memberikan pelayanan/ informasi kepada Klaen dengan penyakit berbasis
lingkungan
2. Luar Gedung
a. Pemetaan inspeksi sanitasi, pengambilan sampel, pengujian kualitas air minum,
analisis hasil uji kualitas air, rekomendasi dan tindak lanjut, pemantauan tindak
lanjut, serta pencatatan dan pelaporan.
b. Pelaksanaan sosialisasi STBM
c. Pelaksanaan Pemicuan untuk mencapai STBM 5 Pilar
d. Pelaksanaan Survey perumahaan dan lingkungan
e. Pelaksanaan Survey Mata Air

D. SASARAN DAN TARGET PROGRAM


1. Sarana Program Kesling tahun 2016
a. Jumlah Rumah Tangga / KK : 13.326
b. Jumlah Rumah : 11.475
c. Jumlah TTU : 71
d. Jumlah TPM : 21
2. Target Program Kesling tahun 2016
a. Capaian jaban keluarga : 85%
b. Capaian SAB : 100%
c. Capaian ABJ : 95%
d. Capaian pengawasan TTU : 100%
e. Capaian pengawasan TPM : 100%
f. Capaian rumah sehat : 85%
g. Capaian inspeksi sanitasi : 10%
h. Capaian klinik sanitasi ( follow up ) : 60%

E. SUMBER DAYA
A. Sumber Daya Manusia
Kegiatan kesehatan lingkungan dipuskesmas dilaksanakan oleh tenaga sanitarian
dengan jumlah 6 orang terdiri dari 2 orang PNS, 1 orang CNS dan 3 orang tenaga job
B. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana kegiatan kesling di puskesmas Aikmel
- Ruang konsling klinik sanitasi
- Peralatan kegitan : senter, abate, kaporit dll.

F. PENUTUP
Demikian pedoman penyelenggaraan program KIA ini dibuat sebagai pedoman/acuan
dalam pelaksanaan pelayanan program kesling di Puskesmas Aikmel.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji

H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS LABUHAN HAJI
Jalan: HOS. Cokroaminoto No.Telp (0376) 2925566 Kode Pos 83616

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI


DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah unik pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Wilayah
kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatn. Untuk perluasan
jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dngan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiaatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya
kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk Puskesmas.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap
Puskesmas.

B. TUJUAN
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dari kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

C. RUANG LINGKUP
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Salah satu program upaya kesehatan pengembangan di puskesmas
adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program upaya kesehatan gigi dan mulut di
puskesmas terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di bali pengobatan gigi ( BP Gigi ), Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS ) dan Usaha Gigi Masyarakt ( UKGM ).

1. Pelayanan Kesehatan Gigi di BPG


Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas ditujukan kepada masyarakat atau penderita yang
berkunjung ke puskesmas. Tujuan umum upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi yang layak. Tujuan khusus upaya kesehatan gigi
dan mulut di Puskesmas yaitu :
a. Meningkatkan keadaan, siskap, dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara
diri (self care ) di bidang kesehatan gigi danmulut serta mencari pengobatan sedini
mungkin.
b. Menurutnya prevensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (
karies dan periodontitis ) dengan upaya perlindungan atau pencengahan tanpa
mengabaikan upaya penyembuahan dan pemulihan terutama pada kelompok
masyarakat yang rawan.
c. Terhindarnya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat kerusakan
gigi dan mulut.
d. Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap
dan gigi sulung, perawatan saluran akar, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung,
pengobatan/resep, pembersihankarang gigi, tindakan bedah ringan seperti incise
abses, dan operkulektomi.
A. Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Gigi
1. Sumber Daya Manusia
a. Dokter gigi di puskesmas bertugas melaksanakan pelayanan medik gigi
umum dan khusus merujuk, menrima rujukan kasus – kasus medic gigi
dasar dan kasus – kasus spesilistik, dan melaksankan pelayanan baik
asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat ( bila tidak ada perawatan).
b. Perawatan gigi di puskesmas bertugas pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut meliputi pelayanan asuhan sistematik ( pada kelompok anak
sekolah/UKGS, Ibu Hamil/menyusui, dan anak pra sekolah dan pelayanan
asuhan kesehatan masyarakat ), dan melakukan pelayanan medis gigi
dasar berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi.
2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Sarana dan perasarana untuk meyelenggrakan pelayanan kesehatan gigi di
puskesmas yaitu faislitas ruangan peralatan dan dokumen. Faislitas ruangan
terdiri atas ruangan berventilasi, listrik, air yang mengalir. Peralatan terdiri
atas bahan dan alat pengobatan gigi, peralatan non medis berupa kursi, meja,
lembari peralatan.
Dokukmen terdiri atas dokumen inventaris alat dan catatan bahan habis pakai
secara umum sumber daya kesehatan dapat dibedakan atas dua macam yaitu
seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah dansebagaian ditanggung
oleh masyarakat. Petugas pelaksanaan pengobatangigi di setiap puskesmas
minimal teridiri atas satu dokter gigi dan satu perawat gigi.
2. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ( UKGS )
UKGS merupakan suatu komponen dari UKS dan merupakan strategi teknis pelayanan
kesehatan gigi mulut bagi anak sekolah yang pelaksanaanya disesuaikan dengan
kebutuhan tumbuh kembang anak.
A. Tujuan UKGS
Tujuan UKGS adalah
1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan jalan mengadakan usaha
preventif dan progmotif
2. Menguasahakan timulnya kesadaran dan keyakinanbahwa untuk meningkatkan
taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut ( oral hygiene )
3. Menusahakan agar anak – anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan
mulutnya dirumah ( habit formation )
4. Meningkatakan tarf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha
kuratif apabila usaha preventif gagal melalui system selektif ( selective approach
)
5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengansuatu system
pembayaran yang bersifat pra upaya ( pre-payment system )
B. Tahap UKGS
Pelaksanaan UKGS dibagi dalam tiga tahap :
1. Tahap I atau paket minimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga
dan fasilitas kesehatan gigi. Kegiatan berupa :
a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II, dan III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
2. Tahap II atau paket standar UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah terjangkau
tenaga fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih terbatas. Kegiatan
berupa:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guu
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal uantuk Kelas I, II, III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk Kelas I diikuti dengan
pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medic gigi dasar atas permintaan
g. Rujukan bagi yang memrlukan
3. Tahap III atau paket optimal UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga
fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai, dipakai system inkrimental
dengan pemeriksaan ulang setiap dua tahun untuk gigi tetap. Kegiatan
berupa:
a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi
gigi dan mulut secara terintegrasi.
b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/guru Pembina UKS sesuai kurikulum yang berlaku.
c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan
melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk Kelas I, II, III
dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.
d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk Kelas 1 diikuti dengan
pencabutan gigi salung yang sudah waktunya tanggal.
e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.
f. Pelayanan medic gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care
of demand).
g. Pelayanan medic gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan
(treatment need).
h. Rujukan bagi yang memerlukan.

D. Sarana dan Prasaranan


Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program UKGS yang
minimal dapat menunjang pelaksanaan UKGS yang secara bertahap akan ditingkatkan
sesuai dengan mutu pelayanan. Sarana dan prasarana tersebut terdiri atas kartu status,
bahan dan obat-obatan, alat peraga, dan trasportasi. Biaya pelaksanaannya dapat diperoleh
dari pemerintah dan sumber lain yang tidak meningkat berupa dana sehat. Dana sehat
bersumber dari orang tua siswa, bantuan sponsor dari perusahaan pasta gigi dan sikat gigi
yang meupakan suatu promosi produk perusahaan tersebut ke SD sasran. Sumber
pembiayaan dari masyarakat ini dapat dilaksanakan dengan membuat perencanaan atau
proposal tentang promotif-preventif. UKGS dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi,
dokter kecil, dan guru yang telah dilatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Guru
bertugas untuk membantu tenaga kesehatan, membina dokter kecil, latihan sikat missal,
dan merujuk siswa. Dokter kecil yang dipilih akan bertugas membantu dalam pelaksanaan
sikat gigi missal, membantu guru, dan mendampingi murid yang dirujuk ke Puskesmas.

E. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Masyarakat (UKGM).


UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan
mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat yang berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu,
bina keluarga balita, polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak). Sasaran UKGM yaitu
masyarakat kelompok rentan penyakit gigi mulut yaitu golongan balita, ibu hamil, dan ibu
menyusui.
Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di posyandu
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader kesehatan
masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih
menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta bekerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.
Kegiatan UKGM yang dilaksanakan di posyandu yaitu pemeriksaan kesehatan gigi,
memberikan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, dan pelatihan
kader. Keampuan pendanaan.

F. Penutup
Demikian Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi ini dibuat sebagai pedoman / acuan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas Labuhan Haji.

Labuhan Haji,
Kepala Puskesmas Labuhan Haji
H. Supardi, SST.,SKM
NIP. 19661231 198803 1 305

PEDOMAN
PENYELENGGARAAN UKM
ESENSIAL DAN PENGEMBANGAN

PUSKESMAS LABUHAN HAJI


TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai