Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN

PEKERJAAN PENGADAAN LAYANAN QUITLINE 2024


Uraian Pendahuluan
1. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia,
karena menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyakit Tidak menular
semakin menjadi ancaman bagi kesehatan di Indonesia selama Pandemi COVID-19 karena
menjadi komorbid yang mengakibatkan fatality rate penderita COVID-19 meningkat yang
berujung pada meningkatnya angka kematian serta berdampak pada meningkatnya
pembiayaan kesehatan.

Penyakit tidak menular, yang salah satu risikonya adalah perilaku merokok, menjadi
penyumbang kematian tertinggi (Atlas Tembakau 2020). Indonesia mengalami transisi
epidemiologi selama tahun 1990-2017, di mana kematian akibat penyakit menular menurun
dari 47,42% menjadi 16,68% dan kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) naik dari
40,76% menjadi 75,02%.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi di dunia.
Global Adults Tobacco Survey (GATS) 2021 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di
Indonesia sebanyak 33,5% atau setara dengan 68,8 juta penduduk. Selain itu, terjadi
peningkatan prevalensi penggunaan rokok elektronik 10x lipat dari 0,3% pada 2011 menjadi
3,0% pada 2021.

Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 menunjukkan bahwa sekitar 3 dari 5 pelajar
sekolah berusia 13-15 tahun terpapar asap rokok orang lain, baik di rumah maupun di
tempat-tempat umum. Sebesar 57,8% terpapar di rumah, 66,2% terpapar di dalam ruangan
di tempat umum, dan 67,2% terpapar di ruang terbuka, sementara itu 56% remaja melihat
orang merokok dilingkungan sekolahnya

Riskesdas 2018 juga mencatat prevalensi perokok nasional sebesar 33,8%, terjadi
peningkatan jumlah perokok secara absolut dari 64,9 juta tahun 2013 menjadi 65,7 juta
tahun 2018. Sedangkan prevalensi perokok usia 10 – 18 tahun dari 7,2% tahun 2013 menjadi
9,1% pada tahun 2018.

Merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan tidak saja bagi
perokok tetapi juga bagi orang lain. Perokok pasif terutama bayi dan anak-anak perlu
dilindungi haknya dari kerugian akibat paparan asap rokok. Peningkatan konsumsi rokok
berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka
kematian akibat rokok. Setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat
merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan tembakau.

Meskipun masih banyak perokok aktif, ternyata ada kecenderungan perokok yang ingin
berhenti merokok. Menurut penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 70-80%
perokok mempunyai keinginan untuk berhenti merokok, tapi hanya 3% yang benar-benar
bisa berhenti dalam waktu 6 bulan tanpa bantuan orang lain. Hal ini menguatkan kesimpulan
bahwa memang untuk berhenti merokok membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh.
Diketahui sebanyak 63,4% perokok ingin berhenti merokok, dimana 43,8% nya mencoba
berhenti sendiri tapi belum berhasil. Tentu ini menjadi tugas kita sebagai tenaga kesehatan.

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mengurangi jumlah
perokok di Indonesia, salah satunya menyediakan layanan UBM. UBM menjadi salah satu
indikator Rencana Strategis Kementerian Kesehatan pada periode tahun 2020-2024 dengan
menargetkan Jumlah Kabupaten Kota ≥ 40% FKTP yang menyelenggarakan Layanan UBM
dengan target tahun 2024 sebanyak 350 Kabupaten/Kota.
Layanan UBM ini tidak hanya di FKTP, tetapi juga melalui konseling telepon tidak berbayar
(Quitline.INA) yang sudah berjalan sejak 1 Oktober tahun 2016 sebagai layanan berhenti
merokok yang bersifat nasional dalam bentuk konsultasi secara langsung melalui
sambungan telepon bebas biaya pulsa dengan nomor 0-800-177-6565.

Layanan Quitline.INA memberikan layanan langsung meliputi edukasi, konseling dan


pendampingan kepada masyarakat umum termasuk anak usia sekolah, keluarga yang ingin
berhenti merokok (cara-manfaat-tahapan-tips berhenti dan bahaya merokok). Dalam
penyelenggaraan Quitline.INA membutuhkan berbagai sumber daya seperti tenaga
konselor, sarana dan prasarana yang optimal (Gedung, Workstation, Software, Jaringan
Internet dll). Layanan Quitline INA beroperasional di Jl. Percetakan Negara No.29 (Gedung F
Lantai 2) yang melayani konseling hari Senin-Jumat Pukul 07.00 – 22.00 WIB dan Sabtu pukul
07.00-21.00 WIB.

Dengan adanya Permenkes Nomor 56 Tahun 2017 Tentang Pencantuman Peringatan


Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau (PHW pada bulan
Januari 2018), pencantuman nomor konsultasi 0800-177-6565 di iklan rokok televisi, media
luar ruang (spanduk, banner, poster, baliho dll) terjadi peningkatan jumlah panggilan
penelpon. Hal ini membuktikan bahwa layanan konseling ini sudah mendapat perhatian dari
masyarakat sebagai sarana konsultasi berhenti merokok dan informasi lainnya.

Tabel Akumulasi Panggilan dan Komitmen pada Layanan Quitline.INA


2021 11 Agustus-31 Oktober 2022
Panggilan
Panggilan Panggilan Panggilan
Tidak
Terlayani Terlayani Tidak Terlayani
Terlayani
Rata-rata Perbulan 15.722 25.284 28.722 7.219
Rata-rata Perhari 630 972 1.237 240
Total 189.268 303.412 86.165 21.656
Berkomitmen Siap
3431 1.227
Berhenti
Rata-rata Siap Berhenti
285 409
Perbulan
Klien Berhenti merokok 610 299

Jumlah klien yang siap/berkomitmen berhenti merokok cenderung meningkat, seiring


dengan meningkatnya jumlah telepon yang terlayani oleh konselor dari tahun ke tahun.
Total klien yang berkomitmen berhenti merokok dari tahun 2016 hingga 2022 sebanyak
11.594 klien. Jumlah yang sudah berhenti merokok selama tiga bulan sejak tanggal 11
Agustus-31 Oktober 2022 sebanyak 1.227 klien (rata rata perbulan 409 klien). Jumlah klien
yang sudah berhenti merokok sampai akhir Oktober 2022 sebanyak 299 klien.

Berdasarkan hasil survei kepuasan Tahun 2018-2021 diketahui pengguna layanan


Quitline.INA secara umum merupakan masyarakat berpendapatan menengah kebawah
(penghasilan di bawah 3 Juta) yang jumlahnya sekitar 47,5-51,2 % dari seluruh pengguna
layanan konseling.
Disamping layanan konseling berhenti merokok secara langsung diatas, juga telah
dikembangkan M-Health UBM yang memanfaatkan teknologi artificial intelegence (AI) pada
berbagai platform secara virtual chat (pesan otomatis) yang dapat diakses melalui Website,
Facebook, Whatsapp dan Telegram. Upaya promotif dan preventif merupakan bagian
penting transformasi kesehatan yang bertujuan untuk memberikan edukasi terkait
pencegahan terjadinya penyakit, dan juga meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM
kesehatan pada layanan primer. Untuk Implementasi upaya promosi pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular perlu dilakukan penyebaran informasi, komunikasi
dan edukasi dalam bentuk infografis agar masyarakat lebih mudah memahami tentang PTM
memanfaatkan berbagai media yang mudah di jangkau dan menggunakan platfotm yang
populer di masyarakat seperti Website, Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube.

2. Maksud dan Maksud dan tujuan pengadaan layanan quitline :


Tujuan a. Terselenggaranya layanan konseling upaya berhenti merokok melalui telepon bebas pulsa
untuk masyarakat (Quitline.INA).
b. Tersedianya media komunikasi, edukasi, dan informasi sebagai alat promosi kesehatan
pengendalian dampak rokok bagi masyarakat dan penyakit tidak menular lainnya.
c. Tersedianya layanan pesan otomatis/virtual chat berbasis teknologi Artificial Intelligence
(AI) M-Health pada berbagai platform (Website, Facebook, Twitter, telegram, dan lain-
lain) tentang upaya berhenti merokok dan informasi Penyakit Tidak Menular (PTM)
lainnya kepada masyarakat.
d. Tersedianya informasi terkait upaya berhenti merokok dan informasi Penyakit Tidak
Menular (PTM) lainnya kepada masyarakat pada berbagai platform (Instagram, Website,
Facebook, Twitter dan Youtube).

3. Sasaran Semua lapisan masyarakat, termasuk generasi muda pengguna media sosial, petugas
kesehatan pada institusi pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskemas, Rumah Sakit, Klinik, Profesi kesehatan dan Fasyankes lainnya.

Anda mungkin juga menyukai