I YOGYAKARTA | 2015
DAFTAR ISI 2
ABSTRAK 2
BAB I PENDAHULUAN 4
BAB II KONDISI SAAT INI 5
BAB III PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI 8
3.1. PENGEMBANGAN KEANDALAN PER WILAYAH 8
3.2. PENGEMBANGAN SCADA 9
BAB IV ROADMAP PERKUATAN SISTEM DISTRIBUSI 12
4.1. RENCANA PENYEDIAAN GITET SESUAI RUPTL 12
4.2. RENCANA PENYEDIAAN GI SESUAI RUPTL 15
4.3. ROADMAP PERKUATAN SISTEM TAHUN 2016 - 2019 19
4.4. PENAMBAHAN PENYULANG BARU 20
4.5. PENINGKATAN RASIO KEYPOINT PENYULANG 20
4.6. REVITASISASI ASSET 21
BAB V PENUTUP 27
2
ABSTRAK
3
BAB I PENDAHULUAN
4
BAB II KONDISI SAAT INI
5
Beban Rata-Rata MW 2.016 2.099 2.477 2.481 2.672
Load Factor % 69,7 69,5 75,6 70,8 71,0
6
JUMLAH KEYPOINT TERPASANG KEYPOINT REMOTE (SCADA)
NO AREA
FEEDER RECL. LBS JML RASIO RECL. LBS JML RASIO
TOTAL 606 668 1,051 1,719 2.8 478 556 1,034 1.7
7
e. Waktu Recovery gangguan penyulang masih cukup lama karena
peralatan switching sebagian masih manual;
f. Koordinasi proteksi masih belum sempurna/selektif di sisi jaringan.
g. Peralatan Jaringan distribusi yang sudah berumur lebih dari 37 tahun
atau telah melebihi masa manfaatnya.
Cakupan wilayah pelayanan yang luas, yang terdiri dari 11 Area Pelayanan,
maka perlu dilakukan clusterisasi yang bertujuan membagi wilayah
pengembangan yang didasarkan pada tingkat prioritas dan perkembangan
potensi sosial ekonomi. Secara umum, wilayah pengembangan dibagi
menjadi 3 tahapan dalam rangka mencapai Visi Distribusi Hebat, yaitu:
a. Tahap I (tahun 2016 sd 2017)
Pada tahap I ini, pengembangan akan meliputi 3 Area kota besar, yaitu :
Area Semarang, Area Yogyakarta, dan Area Surakarta.
b. Tahap II (tahun 2018 sd 2019)
Pada tahap II ini pengembangan akan difokuskan pada Area kota lainnya,
yaitu: Area Kudus, Area Magelang, Area Purwokerto, dan Area Tegal..
c. Tahap III (2020 sd 2021)
8
Pada tahap III ini pengembangan akan meliputi wilayah Area Salatiga,
Area Pekalongan, Area Cilacap, dan Area Klaten.
9
Gambar 3.2. Peta Wilayah Distribution Control Center (DCC)
Per Desember 2014, Gardu Induk yang sudah terintegrasi SCADA adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Gardu Induk yang sudah terintegrasi master SCADA APD
No Wilayah Operasi Operasi Belum Operasi
28 Gardu Induk
60 Incoming
1 DCC I Semarang
239 Penyulang 70 Cadangan
495 Keypoint
26 Gardu Induk
53 Incoming
2 DCC II Yogyakarta
245 Penyulang 70 Cadangan
529 Keypoint
18 Gardu Induk
35 Incoming
3 DCC III Purwokerto
122 Penyulang 50 Cadangan
166 Keypoint
72 Gardu Induk
148 Incoming
TOTAL
606 Penyulang 190 Cadangan
1190 Keypoint
Sedangkan keypoint yang sudah bisa diremote dari Master SCADA APD JTY
sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut :
10
Tabel 3.2 LBS Motorized dan Recloser yang sudah terintegrasi SCADA
NO AREA KP TERMAPPING
1 Semarang 246
2 Kudus 79
3 Pekalongan 62
4 Salatiga 108
5 Yogyakarta 278
6 Magelang 54
7 Surakarta 112
8 Klaten 85
9 Purwokerto 54
10 Tegal 18
11 Cilacap 94
TOTAL 1190
Tahun 2015, merupakan tahun transisi pengalihan OPHAR keypoint dari Area
ke APD, Dengan adanya perubahan wewenang operasional keypoint dari
Area ke APD, maka diperlukan perubahan mindset SDM APD dari sebagai
Operator PMT Outgoing GI menjadi Operator Sistem Distribusi secara
keseluruhan (PMT Outgoing & keypoint).
Dalam rangka meningkatkan pelayanan pelanggan, khususnya
pelanggan Tegangan Menengah (TM), maka diperlukan peralatan untuk
mencatat / memonitor kualitas daya listrik yang disalurkan kepada Pelanggan.
Peningkatan kualitas listrik, berupa tegangan dan frekuensi yang memenuhi
standar pelayanan yang telah ditetapkan di Jateng dan DIY. Untuk itulah,
diperlukan peralatan berupa Power Quality Meter (PQM) yang dipasang pada
setiap kubikel incoming di GI. Tahun 2015 akan dilaksanakan penambahan
PQM sebanyak 20 unit sehingga sampai dengan akhir tahun 2015
diperkirakan jumlah PQM yang termonitor di sistem APD JTY sebanyak 67
unit atau sekitar 43 % dari total Incoming Trafo 150/20 KV PLN APD JTY.
Dalam melakukan implementasi SCADA khususnya untuk
menginterasikan titik keypoint (LBS Motorized RTU dan Recloser RTU) ada
beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah teknologi komunikasi
yang digunakan untuk melakukan telestatus, telemonitoring dan dan
telekontrol yaitu teknologi GPRS yang memiliki kecepatan data rendah
sehingga ketika harus mengirimkan data yang ukurannya cukup besar, maka
waktu delaynya menjadi cukup panjang. Selain itu kualitas sinyal yang kurang
baik di lokasi-lokasi titik keypoint khususnya untuk daerah yang cukup jauh
11
dari perkotaan. Kedepannya, akan dilakukan sistem SCADA jaringan yang
jalur komunikasi nya diarahkan untuk menggunakan Fiber Optic (FO) dan
teknologi 3,5G Long Term Evolution (LTE).
Topologi kondisi sistem 500 kV di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dengan
3 Sub Sistem ini adalah seperti pada Gambar di bawah :
13
Untuk meningkatkan keandalan listrik sistem Jawa Tengah dan D.I.
Yogyakarta, direncanakan wilayah ini direncanakan akan dibuat menjadi 4
Sub Sistem. Dengan tambahan Sub Sistem baru yang dibangun di
Kesugihan, Rawalo – Cilacap.
Konfigurasi GITET Kesugihan ini direncanakan akan mensuplai wilayah:
1. Area Purwokerto
2. Area Cilacap
3. Area Magelang (sebagian)
4. Area Yogyakarta (sebagian)
Sub Sistem 4 akan dipasok melalui Trafo IBT 1x500 MVA. Dengan adanya
sub sistem ini, maka pasokan kelistrikan akan menjadi seperti pada gambar di
bawah.
Sub Sistem 4 ini akan meliputi 15 Gardu Induk 150/20 kV, yaitu:
1. GI Kesugihan 6. GI Semen Nusantara 11. GI Wadaslintang
2. GI Rawalo 7. GI PLTU Cilacap 12. GI Temanggung
3. GI Kalibakal 8. GI Gombong 13. GI Kebumen
4. GI Purbalingga 9. GI Mrica 14. GI Purworejo
5. GI Lomanis 10. GI Wonosobo 15. GI Wates
14
Sasaran yang dituju dengan pengoperasian GITET 500/150 kV Kesugihan ini
adalah:
1. Meningkatkan keandalan system di Jawa Tengah pada saat terjadi
gangguan pembangkit yang memasok system kelistrikan di Jawa
Tengah;
2. Memperbaiki mutu tegangan pelayanan untuk wilayah Purwokerto dan
Cilacap;
3. Menurunkan beban Trafo IBT Ungaran yang saat ini beban puncak
mencapai 87% menjadi 60% dengan setting In sebesar 1.718 Ampere.
15
MVA. Rencana pembangunan GI baru tersebut seperti tertuang dalam
RUPTL 2015-2024 yang telah dirangkum sebagai berikut:
KAPASITAS RENCANA
No. NAMA GARDU INDUK LOKASI KETERANGAN
(MVA) OPERASI
TOTAL 1630
16
Selain pembangunan GI baru, peningkatan pertumbuhan juga diantisipasi
dengan penambahan kapasitas trafo pada GI eksisting. Penambahan
kapasitas ini meliputi pekerjaan uprating dan extension. Kegiatan tersebut
sebagian telah dimulai pada tahun 2015. Secara keseluruhan, total kapasitas
17
trafo akan bertambah sebesar 5.490 MVA sampai dengan tahun 2024
mendatang.
Tabel 4.4. Penambahan kapasitas trafo pada GI eksisting hal 1
KAPASITAS RENCANA
No. NAMA GARDU INDUK LOKASI KETERANGAN
(MVA) OPERASI
18
KAPASITAS RENCANA
No. NAMA GARDU INDUK LOKASI KETERANGAN
(MVA) OPERASI
TOTAL 5490
19
4.3. Roadmap Perkuatan Sistem Tahun 2016 - 2019
Pengembangan Sistem Distribusi mengacu pada Roadmap Perkuatan system
Distribusi tahun 2015-2019, dengan focus Utama pembangunan penyulang
baru, penambahan keypoint (Recloser dan LBS), dan revitalisasi asset
dengan tahapan roadmap sbb :
20
4.4. Penambahan Penyulang Baru
Seiring dengan peningkatan konsumsi energi listrik baik yang
disebabkan oleh penambahan jumlah pelanggan maupun natural growth,
maka PLN DJTY telah melakukan langkah-langkah antisipasi diantaranya
penambahan penyulang baru. Selain itu penambahan penyulang ini juga
bertujuan untuk mengurangi beban penyulang-penyulang yang sudah
overload maupun didorong oleh adanya penambahan trafo baru maupun
penambahan kapasitas trafo.
Penyulang 20 kV sampai dengan April 2015 yang sejumlah 612
Penyulang akan bertambah seiring pertumbuhan beban di Jawa Tengah dan
D.I. Yogyakarta. Sampai dengan tahun 2019, jumlah penyulang akan
bertambah sejumlah 186 penyulang. Berikut ini adalah roadmap penambahan
jumlah penyulang yang bebannya melebihi 300 A dan penambahan
penyulang oleh adanya rencana penambahan Trafo baru di Gardu Induk dari
tahun 2015 sampai dengan 2019. Diharapkan, dengan terealisasinya
penambahan penyulang ini, maka beban maksimal untuk tiap penyulang
hanya berkisar 250 A.
Tabel 4.7. Penambahan Penyulang Baru
21
pelanggan padam yang lebih banyak dapat dihindari, selain itu akan lebih
memudahkan petugas dinas gangguan mencari lokasi gangguan.
Perencanaan keypoint yang diremote dari dispatcher APD JTY menggunakan
konsep 1,5 yaitu konsep system open loop dengan jumlah 3 unit LBS
Motorized RTU pada 2 penyulang (1 unit masing – masing ditempatkan di
penyulang A dan B, sedangkan 1 unit lainnya di titik tie-switch normally open).
Untuk menuju konsep 1,5 KP diperlukan LBS Motorized RTU sejumlah 1.959
Unit pada tahun 2016.
Tabel 4.8. Penambahan Keypoint Baru
22
Tabel 4.9. Program Rehab Jaringan TM Berisolasi
REHAB JARINGAN TEGANGAN MENENGAH MENJADI BERISOLASI
No. AREA/UL
2016 2017 2018 2019 2020 2021
4 PURWOKERTO 22 37 52 66 81 96
8 SALATIGA 46 53 59 66 73 80
9 KLATEN 19 29 39 50 60 70
10 PEKALONGAN 30 36 43 49 56 62
11 CILACAP 23 35 47 58 70 82
23
Tabel 4.11. Program penggantian kubikel
24
Tabel 4.13. Program Revitalisasi Arrester Penyulang
25
BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DAN VOLUME
PROGRAM PERKUATAN
700
614
Millions
600
500
360
400 331 330 326 320
300
200
100
-
2016* 2017 2018 2019 2020 2021
Program perkuatan difokuskan pada 6 (enam) PRK yakni Penyulang, Kubikel, Kabel
JTM, Kabel Power, Proteksi dan APD, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
26
Tabel 5.2. Volume Program Perkuatan tahun 2016-2021
Terlihat pada tabel diatas bahwa pada PRK perkuatan difokuskan pada
pekerjaan penambahan penyulang, penggantian/rehab kubikel 20 kV, rehab
JTM menjadi berisolasi, rehab kabel power penyulang, peningkatan proteksi
dengan penambahan arrester dan penambahan recloser atau LBS guna
menaikkan rasio Keypoint tiap penyulang.
27
BAB V PENUTUP
28