Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL PELATIHAN LKB DAN UPDATE SIHA

Dinkes Provinsi, Tanggal 18-21 Agustus 2015


Pembukaan oleh dr. Achmad Akhadi, MPH
Situasi epidemi HIV, garis besar program pengendalian HIV di DIY
Sekian banyak kasus IMS berupa HIV memberi kontribusi terbesar bagi
epidemic di DIY. Ada berbagai mekanisme penularan, hanya saja penanganannya
tidak sama. Permasalahan terbesar di kodya, bantul dan sleman. Selanjutnya baru
Kulon Progo dan Gunungkidul. Konsekuensi tidak sama maka permasalahan
mulai muncul dampaknya. Di tiga kabupaten kota menurun, di 2 kabupaten lain
mengalami peningkatan.
Harus ada system pencatatan dan pelaporan yaitu SIHA, versinya
diupgrade terus, sehingga ada software baru, perlu refreshing software.
Dalam SKN, dikuatkan Permenkes no.21/2013 pengendalian HIV/AIDS di
faskes dan seluruh kabupaten. Program di provinsi dan kabupaten tentang HIVAIDS mengacu SKN, menjadi garis kebijakan di provinsi. Kabupaten/Kota boleh
membuat kebijakan berdasar evidence base pada masing-masing kab/kota, tetapi
tetap mengacu pada provinsi. Dengan mempertimbangkan efek visibilitas
(kesinambungan) dan cost effectiveness (biaya murah tapi efektif). Contoh di
Kulon Progo untuk pencegahan kanker serviks maka diadakan vaksinasi HPV
(biaya mahal). Deteksi kanker serviks dapat dengan IVA ataupun papsmear.
Cukup dengan IVA saja, papsmear biaya tinggi, harus mengirim bahan
pemeriksaan ke yogya. Sehingga harus ada analisis mampu kelola dan mampu
laksana. Pada tahun 2004-2010 pelayanan PDP(perawatan Dukungan Pengobatan)
hanya di Sardjito, PKU, RSUD panembahan ( masih ada eksklusifitas). Sarana
faskes yang ditunjuk harus mau dan mampu menangani HIV-AIDS tidak ada
diferensiasi pelayanan (PMK no. 21/2013)
Program Pengendalian HIV, IMS, PPIA, PTRM, sero survelens di DIY
By. Dr Achmad Akhadi, MPH
Per Maret 2015 sekitar 1875 orang terinfeksi HIV (sebagian ada yang
AIDS), 1231 kasus AIDS (terdapat problem kesehatan masyarakat)
Program mengatasi orang terdampak AIDS. Orang AIDS maka kualitas makin
menurun, dampak ke kesehatan masyarakat. Mekanisme penularan sekarang lewat
heteroseksual. Di Gunungkidul terdapat 65 HIV, 109 AIDS (AIDSnya lebih
banyak daripada yang HIV). Di Gunungkidul ada fenomena urban focus
infeksinya di luar Gunungkidul, ketika pulang sudah dalam fase AIDS sehingga di
Gunungkidul lebih banyak kasus AIDS nya daripada yang HIV.
Di Sleman ada test and treatment diperiksa, jika positif langsung
diobati. Dulu model yang ditawari, sekarang sudah mandatory. Untuk pengobatan
jika ada kasus pneumonia pada HIV AIDS curiga karena aspergillus.
Perempuan adalah populasi rentan, Status menempatkan wanita pada
populasi rentan, karena penentuan status epidemic HIV AIDS berdasar pada ibu
dan bayi. (jika bayi, > 1% positif pada ibu dengan HIV, sehingga ada multiplayer
impact). Multiplayer impact = test HIV pada bumil menjadi prosedur rutin pada

ANC terpadu. ODHA kebanyakan pada usia produktif (20-29 tahun),


heteroseksual (840 HIV, 787 AIDS). Ini merupakan epidemic gelombang kedua
lebih susah penanganannya daripada yang gay. Akhirnya yang jadi sasaran
pemeriksaan adalah PSK. 80% laki-laki yang ke sosrowijayan telah beristri, dan
tidak lebih dari 3 %nya merasa bersalah telah ke sosrowijayan. Sekarang partial
mandatory, bukan voluntary lagi. Bia jumlah orang yang dites lebih banyak, tidak
masalah. Tetapi jika positif rate < 10% tidak apa-apa (jumlah yang positif dibagi
jumlah yang dites. Target yang di tes mestinya sama dengan yang mengunjungi
(ada distorsi berarti ada yang salah). Harapannya pelanggan PSK akan dites.
Berdasar data STBP, pekerja seks asal yogya ada 900, pelanggannya 11000.
Alasan rasional:
1. Data hasil STBP DFSW(direct female sex worker) ada penurunan,
PWID(people with intravena drug) meningkat, MSM (male sex male)
meningkat
2. Pemodelan estimasi jumlah infeksi baru infeksi baru pada wanita resiko
rendah meningkat, WPS(wanita pekerja seks) juga meningkat
3. Estimasi prevalensi di populasi beresikopengguna narkotika suntik
(penasun) ada kemunduran mental fluktuatif (heroin sulit didapat ganti
metadon, bila ada ganti heroin lagi), LSL(laki-laki seks dengan laki-laki)
meningkat
4. Ekspektasi program pengendalian HIV SRAN 2015-2019 pencapaian
dibanding SRAN belum sesuai, jadi perlu usaha lebih keras.
5. Fakta data epidemiologi HIV AIDS DIY fenomena beban di rural
dengan karakteristik masyarakat urban, urbanisasi meningkatkan jumlah
lelekai beresiko tinggi, resiko peningkatan penularan pada LBT dengan
pemahaman rendah, ketidak adaan program, epidemic pada orang muda,
epidemic pada wanita rentan, peningkatan jumlah kasus pada
heteroseksual
6. Kebijakan baru dalam bidang yankesSJSN (B20 termasuk dalam kriteria
145 diagnosis yang dilayani FKTP, FKTP sebagai goal keeper, pemberi
yankes tunduk pada aturan bidang yankes, system rujukan harus dipatuhi
ketat, kebijakan baru (perubahan model bantuan dana pembiayaan
program pengendalian HIV-AIDS
Perbedaan yankes HIV sebelum dan setelah JKN
1. Sebelum JKN out of pocket, beorientasi hasil, puskesmas tanpa pesaing,
pasien adalah obyek, layanan tidak terstandar, tidak procedural, eksklusif,
dibiayai dana luar negeri, tidak ada system rujukan.
2. Sesudah JKNkapitasi, beorientasi proses, banyak competitor, pasien
adalah subyek, layanan terstandar, sangat procedural, inklusif, biaya
APBN, APBD, swasta, system rujukan.
Kebijakan pengendalian HIV 2015-2019:

1. Transformasi pembiayaan program pengendalian HIV dari dana bantuan


ke dana pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota
2. Transformasi pelayanan di bidang HIV dari eksklusifitas ke inklusifitas
3. Pengendalian HIV terfokus pada populasi berdasarkan data epidemic
4. Mendorong peningkatan peran serta masyarakat dan LSM
5. Meningkatkan kapabilitas sumber daya kesehatan dalam melaksanakan
pengendalian HIV dan IMS
6. Meningkatkan fasilitasi pemerintah kabupaten/kota dalam program
pengendalian HIV dan IMS
7. Melibatkan potensi pemerintah daerah dalam pembiayaan pelayanan
kesehatan di bidang HIV dan IMS
Strategi Pengendalian HIV 2015-2019
1. Menyusun exit strategi pembiayaan program pengendalian HIV dan IMS,
sampai level kabupaten/kota
2. Mengembangkan pelayanan HIV dan IMS sampai ke FKTP, dengan
membuat jejaring layanan (cluster layanan)
3. Focus pengendalian: pekerja seks, pelanggan seks komersial, LSL, IDU
dan ibu hamil
4. Memberikan ruang kepada masyarakat, ODHA juga ormas dan LSM,
berpartisipasi dalam penjangkauan (konsep LKB),
5. Melakukan pelatihan di bidang HIV dan IMS bersumber biaya daerah
6. Biaya operasional program juga menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota
7. Mendorong bapel jamkesos memperbesar cakkupan pembiayaan
pelayanan kesehatan di bidang HIV dan IMS
Rencana implementasi strategi pengendalian HIV dan IMS
A. Rencana Jangka Pendek:
1. Membuat jejaring pelayanan HIV dan IMS, cluster layanan: puskesmas
rujukan tes dan satelit
2. Pelatihan peningkatan kapasitas SDM (pelatihan IMS, pelatihan ART,
pelatihan lab)
3. Sosialisasi perubahan layanan di bidang HIV dan IMS
4. Distribusi reagensia tes sampai ke puskesmas rujukan tes
Pembentukan cluster layanan :
1. Mengelompokkan puskesmas dalam cluster-cluster berdasarkan
karakteristik geografis, jarak, dan ketersediaan SDM, dan sarana prasarana
2. Mendorong reagensia tes HIV ke puskesmas rujukan tes
3. Menerapkan system rujukan sebagaimana diatur peraturan perundangan
4. Konseling tes, pengobatan ARV ada di puskesmas
5. Perawatan IO di RS sesuai severitasnya

B. Rencana Jangka Menengah:


1. Menyususn exit strategi pembiayaan program pengendalian
2. Memperluas layanan di bidang HIV dan IMS sampai ke FKTP (konsep
LKB)
3. Membentuk kelompok masyarakat pendukung upaya pengendalian
HIV dan IMS
C. Rencana jangka panjang: menjaga keberlangsungan pelayanan di bidang
HIV dan IMS
==========================================================
Identifikasi sasaran dan upaya pencegahan
1. Populasi rentan- pelajar/mahasiswa, ibu rumah tangga, petugas
kesehatan, warga binaan, anak jalanan, pekerja hiburan malam, TNI/polri,
pekerja
konstruksi, TKI
rekayasa
perilaku
pencegahan
primordial/primer
2. Populasi beresiko pekerja seks, pasangan pekerja seks, klien pekerja
seks, waria dan klien waria, LSL, pengguna narkotika suntik, pasangan
ODHA KIE, VCT/PITC, PPB, LASS/PTRM, akses kondom
pencegahan primordial/primer
3. Agen penular ODHA perawatan, dukungan, akses ARV, PMTCT,
LASS/PTRM, kondom 100% pencegahan sekunder
Upaya penanggulangan HIV
1. Populasi rentan sosialisasi pencegahan penularan, inisiasi tes, sosialisasi
pencegahan penularan HIV
2. Populasi berisiko tes HIV/KTS/, sosialisasi pencegahan penularan dari
ibu ke anak, sero survey, pengobatan presumptive kasus

3. Populasi terinfeksidukungan ODHA, pengobatan ARV, perawatan


infeksi opurtunistik, PPIA prong 3, pengobatan IMS
13 RS mampu merawat dan mengobati kasus AIDS (belum di update):
1. RSUP dr. Sardjito
2. RSU Panti Rapih
3. RSU Bethesda
4. RSU PKU Muhammadiyah
5. RSUD Panembahan Senopati
6. RSUD Wates
7. RSUD Wonosari
8. RSUD Jogja Kota Yogya
9. RSUD Sleman
Dalam pengembangan
10. RSUP TNI AU Hardjoloekito
11. Puskesmas Gedongtengen
12. Puskesmas Umbulharjo I
13. Puskesmas Mantrijeron
44 Klinik Konseling Tes Sukarela: klinik edelweiss, klinik 105, klinik phylia,
klinik Gamphita, Klinik Grhasia, klinik Gedongtengen, Klinik UHI, Klinik PKBI,
Klinik Morangan, Klinik Channa RSUD Panembahan Senopati, Klinik Empati
RSUD Wates, Klinik RSUD Wonosari, Klinik RSUD Jogja dan puskesmas
kodya7, bantul 6, sleman 10, Gunungkidul 5, Kulonprogo 5.
5 klinik terapi rumatan metadon: RSUP dr. Sardjito, RS Grhasia, Puskesmas
Gedongtengen, Puskesmas UmbulharjoI, Puskesmas Banguntapan II.
33 Puskesmas Layanan Komprehensif berkelanjutan: sleman 10, kodya 7, bantul
6, kulonprogo 5, gunungkidul 5.
Layanan Komprehensif IMS pengembangan 2014: puskesmas Ngawen I,
Tanjungsari, Purwosari, Wonosari I, Ponjong I, Wates, Sentolo2, temon2, galur 1
dan nanggulan.
==========================================================
Strategi tes HIV dan logistic pemeriksaan HIV
oleh dr. Woro
Ragam metode pemeriksaan HIV:
1. Diagnosis
HIV(Antibodi/Antigen):
Enzyme
Immunoassay(EIA),
pemeriksaan Rapid(RDT), Western Blot(WB)/tes konfirmasi HIV
2. Diagnosis awal untuk bayi usia <18 bulan: EID HIV DNA(kualitatif), HIV
RNA Viral Load, Antigen p24, minimal usia 6-8 minggu
3. Memantau pengobatan HIV: CD4 (untuk inisiasi dan pemantauan terapi
ARV), viral load (menentukan jumlah virus, pemantauan dan respon terapi
Pemeriksaan tes HIV untuk diagnosis
1. Metode RDT metode RDT terdaftar di Kemenkes sudah dievaluasi
oleh RSCM

2. Strategi 3 dengan 3 macam reagen sensitivitas dan spesifisitas


berbeda
Strategi 3: diagnosis reagen 1 (sensitivitas >99%)reagen 2(spesifisitas
>98%)reagen 3(spesifisitas >99%)
Untuk hasil yang indeterminate perlu diulang dengan bahan baru yang diambil
sedikitnya 14 hari sesudah yang pertama. Bila hasil tetap indeterminate
dengan bahan baru dilakukan pemantauan ulang pada 3,6 atau 12 bulan. Bila
setelah 1 tahun hasil tetap indeterminate, dianggap tidak terinfeksi HIV. Bila
ada fasilitas HIV RNA, hasill indeterminate sebaiknya dikonfirmasi dengan
HIV RNA. Hasil laboratorium hanya melaporkan reaktif dan non reaktif.
Kesimpulan klinis disimpulkan oleh dokter klinik.
Pengelolaan stok:
1. Layanan tes HIV di puskesmas dan RS
2. Stok reagen disediakan oleh kemenkes, APBD I dan II
3. Untuk reagen APBD I dan Kemenkes: one gate policy
4. Untuk diagnostic strategi 3
5. Perlu kehati-hatian dalam penentuan urutan reagen
6. Apabila stok reagensia sesuai dengan urutan sensitifitas dan spesifisitas,
maka urutan reagen harus sesuai dengan strategi 3
7. Apabila stok reagensia tidak mencukupi sesuai urutan sensitifitas dan
spesifisitas, maka urutan bisa tidak sesuai tetapi harus memperhatikan
syarat sensitivitas dan spesifisitas sebagai reagen 1,2 dan 3
Beberapa contoh reagensia rapid (evaluasi RSCM)
No. Kit/manufacture/tahun evaluasi
sensitivitas
1
SD Bioline HIV 1/230
100%
Standard diagnostics(tahun 2014)
2
HIV1&2 |Rapid test 4th generation
100%
Oncoprobe biotech (tahun 2005)
3
Fokus Diagnostic Rapid Test HIV1/2
100%
Fokus Diagnostic (tahun 2008)
4
One Step Anti HIV (1&2) Tri-Line test
99,34%
Intec Product Inc (tahun 2008)
5
Vikia HIV 1 / 2
100%
Biomereux (tahun 2006)

spesifisitas
98,86%
100%
98,86%

Contoh Penentuan Urutan Reagensia HIV berdasarkan stok reagensia


No. Kit/manufacture
stok
sensitivitas
1.
Fokus Diagnostic Rapid Test 142 box
100%
HIV1/2
(25 tes/box)
2.
SD HIV 1/230
48 box
100%
Standard diagnostics
(30 tes/box)
3.
Vikia Biomereux
48 box
100%
(25 tes/box)

100%
100%

spesifisitas
98,86%
98,86%
100%

Reagen 1 (focus), reagen 2 (SD HIV), reagen 3 (vikia)


Bila sensitivitas dan spesifisitas 100% masuk reagen ketiga. bila reagen 1 dan2
sama sensitivitas dan spesifisitas maka yang stoknya lebih banyak menjadi reagen
1.
Contoh lain
No. Kit/manufacture
1.
Intec One Step anti HIV 1&2
Tri line test
2.
SD HIV 1/230
Standard Diagnostics
3.
Vikia Biomereux

stok
sensitivitas spesifisitas
103 box
99,33%
100%
(100 tes/box)
50 box
100%
98,86%
(30 tes/box)
52 box
100%
100%
(25 tes/box)
Reagen 1 (Intec One Step), Reagen 2 (SD HIV 1/230), Reagen 3 (Vikia)
Syarat reagen 1 sensitifitas >99%, reagen 2 spesifisitas > 98% 1 dan 2 samasama bisa jadi reagen 1 dan 2, tetapi yang stoknya banyak jadi reagen 1.

Contoh lain:
No. Kit/manufacture
1.
Intec One Step anti HIV 1&2
Tri line test
2.
HIV 1&2 Rapid Test
Oncoprobe biotech
3.
Vikia Biomereux

stok
sensitivitas spesifisitas
103 box
99,33%
100%
(100 tes/box)
26 box
100%
100%
(50 tes/box)
52 box
100%
100%
(25 tes/box)
Reagen 1 (intec One step), reagen 2 (oncoprobe), reagen 3 (vikia)
Hasil penelitian oncoprobe tahun 2005, vikia 2006 jadi yang jadi reagen ketiga
adalah yang terbaru.
Perhatian :
1. Reagen oncoprobe dan vikia sebaiknya tidak dipakai sebagai reagen 1,
kecuali memang tidak memiliki stok reagen HIV sama sekali
2. Apabila hanya memiliki dua macam reagen dan salah satunya oncoprobe
atau vikia maka reagen tersebut tetap sebagai reagen 3. Jika positif bisa
dirujuk ke BLK
3. Jika urutan reagen tidak sesuai sensitivitas dan spesifisitasnya akan terjadi
indeterminate
==========================================================
Pengelolaan dan monev data HIV
By. Shinta (programmer HIV dinkes provinsi)
Pengelompokan program pengendalian HIV
1. Tes dan konseling HIV (KTS dan KTIP) = VCT dan PITC
2. Infeksi Menular Seksual (IMS) = STI
3. Perawatan dan Pengobatan (PDP) = CST
4. Pencegahan Penularan HIV Ibu ke Anak (PPIA) = PMTCT

5.
6.
7.
8.

Program Terapi Rumatan Metadhon (PTRM) = MMT


Surveilans HIV ; surveilans pasif dan surveilans aktif (sero survey)
Kegiatan VCT atau IMS mobile
Pengelolaan Logistik

Konseling Tes HIV (KTS KTIP)


1. Pengelola program bertanggung jawab untuk pengembangan tes HIV di
seluruh fasilitas kesehatan tingkat pertama, FKTL di wilayah masingmasing
2. Pengembangan layanan HIV dilakukan melalui pelatihan tim HIV, bisa
bersumber dana APBN, APBD 1 atau APBD 2 bila memungkinkan
3. Reagensia tes HIV disediakan oleh pemerintah sehingga layanan tidak
boleh memungut biaya reagensia tes
4. Bahan habis pakai disediakan secara mandiri oleh dinkes kab/kota atau
puskesmas melalui dana BOK
5. KTS dilaksanakan untuk populasi berisiko tinggi (WPS, waria, LSL,
IDU), pasien TB, ibu hamil
Tugas programmer HIV :
1. Memetakan pengembangan layanan
2. Memantau ketersediaan reagensia dan logistic
Infeksi Menular Seksual (IMS):
1. Layanan infeksi menular seksual: tes syphilis, GO, dll
2. Pengembangan layanan HIV dilakukan melalui pelatihan tim HIV, bisa
bersumber dana APBN, APBD 1 atau APBD 2 bila memungkinkan
3. Reagensia syphilis disediakan pemerintah rapid syphilis, RPR, pH meter,
cotton tip aplikator, dll
4. Bahan habis pakai sebagian besar disediakan secara mandiri
Perawatan dan Pengobatan (PDP):
1. Program tatalaksana pengobatan ODHA
2. Belum semua layanan, sementara baru RS
3. Setting layanan PDP cukup rumit, terkait dengan persyaratan terutama
ketersediaan personil
4. Obat diperoleh dari Kemenkes RI, didistribusikan ke dinkes propinsi lalu
langsung ke layanan PDP
5. Pengelola program bertanggung jawab
Pencegahan Penularan Ibu ke Anak (PPIA)
1. Program terdiri dari 4 Prong PPIA
2. Pengembangan program diutamakan kepada pelaksanaan tes HIV pada ibu
hamil dalam ANC terpadu, bekerja sama dengan kesga
3. Program lanjutan adalah advokasi setiap RSUD untuk melayani persalinan
ibu hamil ODHA

Program Terapi Rumatan Metadhon (PTRM)


1. Program terapi bagi pengguna narkotika suntik
2. Akses terhadap layanan kurang sehingga tidak dipertimbangkan
pengembangan layanan
3. Metadhon disediakan oleh Kemenkes RI melalui RS Sardjito
Surveilans HIV
Surveilans atau pengamatan secara terus menerus dilakukan dalam 2 cara:
1. Aktif : melalui sero survey rutin setiap tahun. Sero survey dilakukan
secara sentinel (kota) dan adhoc untuk kabupaten lain
2. Pasif: melalui instrument lembar surveilans HIV dan AIDS yang diisi oleh
fasyankes
Sero survey:
1. Dilakukan dengan pengambilan sampel darah pada kelompok populasi
beresiko (WPS, LSL, dll)
2. Khusus kota target minimal untuk 1 populasi berisiko homogeny adalah
250
3. Untuk kabupaten lain, sesuai ketersediaan populasi
4. Sampel darah sero survey dikirim ke balai laboratorium kesehatan DIY
Surveilans Pasif:
Mellaui pencatatan pelaporan berupa:
1. Formulir konseling tes HIV layanan
2. Formulir IMS layanan
3. Formulir PPIA layanan
4. Formulir PTRM: layanan
5. Formulir layanan PDP register ARV dll layanan
6. Lembar surveilans HIV: dinkes provinsi dan kabupaten
7. Lembar surveilans AIDS: Dinkes provinsi dan kabupaten
8. Pelaporan Program HIV dilakukan secara online dengan SIHA
Kegiatan VCT atau IMS Mobile:
1. Kegiatan yang ditujukan untuk penjangkauan tes HIV ke populasi2 yang
sulit untuk akses layanan
2. 2000-2015: ada anggaran Global fund (untuk sleman, bantul, kota) dan
APBD 1 (untuk Gunungkidul dan Kulon Progo)
3. Dilaksanakan oleh dinkes kab/kota dan atau layanan HIV IMS
Penyediaan logistic:
Logistik Reagensia:
1. Penyediaan reagensia HIV: disediakan 45% oleh Kemenkes RI dan %%%
oleh provinsi dan kab (60% prov dan 40% kab)
2. Penyediaan reagensia IMS disediakan 45% oleh Kemenkes RI, dan 55%
oleh provinsi dan kab (60% prov dan 40% kab)

3. Reagensia Sero Survey disediakan oleh provinsi


4. Alur gudang farmasi provinsi gudang farmasi kab/kota layanan
Logistik bahan habis pakai:
1. BHP sero survey dan layanan mobile disediakan oleh provinsi
2. BHP layanan HIV regular disediakan oleh dinkes kab/kota atau puskesmas
melalui dana BOK
3. Alur: P2 provinsi P2/Gudang farmasi kab/kota layanan
Logistik Obat:
1. Obat ARV disediakan 100% oleh Kemenkes RI
2. Alur obat: kemenkes gudang farmasi provinsi farmasi rumah sakit
(sementara tidak melalui farmasi kab/kota, tetapi dapat dipantau melalui
system online)
3. Obat IO dan IMS disediakan oleh Dinkes
Target dan Indikator Kerja
1. 2004-2015: target 3 kabupaten kota ditentukan oleh Global Fund
komponen AIDS
2. Sedangkan target gunungkidul dan kulon progo ditetapkan secara
bersama-sama
3. 2016: new funding model???
4. Indikator kerja sampai 2015: MDGs 2016: SDGs..????
Target KT DIY tahun 2015
No. wilayah
1

DIY

Kota Yogyakarta

Kab. Sleman

Kab Bantul

Kab. Kulon Progo

Kab Gunungkidul

Jumlah pddk Targetibu


berisiko
hamil ideal
12028
35% K1
10000
5524
35% K1
3000
3516
35% K1
2000
2257
35% K1
2000
800
35% K1
1500
1000
35% K1
1500

Target total
22028
8524
5516
4257
2300
2500

Rencana Pemenuhan Reagen HIV (dalam jumlah tes rapid 1)


No wilayah
target
Pusat
Jatah
provinsi
daerah
1. Kota
8524
3835,8
4688,2
2812,92
2
bantul
4257
1915,65
2341,35
1404,81
3
sleman
5516
2482,2
3033,8
1820,28
4
Kulon progo
2300
1035
1265
759
5
gunungkidul
2500
1125
1375
825

kab
1875,28
936,54
1213,52
506
550

Monitoring dan evaluasi:


Kegiatan rutin dalam monev HIV
1. Validasi data HIV dan AIDS setiap triwulan
2. Supervisi dari provinsi ke kab dan kab/kota kepada layanan HIV
3. Koordinasi ketersediaan logistic setiap saat
Contoh implementasi rutin program HIV provinsi:
1. Pengadaan reagensia: kab 40%
2. Pengadaan bahan dan alat pemeriksaan HIV: kab/fasyankes
3. Pengadaan formulir pelaporan: fasyankes
4. Kegiatan validasi data HIV: harapannya tahun 2016 bisa dilakukan tingkat
kab/ kota
5. Pengembangan kapsitas petugas: pelatihan LKB, konselor, PITC, CST,
IMS, dll
6. Pertemuan koordinasi program
SIHA 1.7 Logistik ARV
Alur pelaporan:
UPK dinkes kab/kota dinkes prov pusat
Alur Logistik
1. Sentralisasi : pusat UPK
2. Desentralisasi prov: pusat provinsi UPK
3. Desentralisasi kab/kota: pusat provinsi kab UPK
Pengguna Tiap Jenjang:
1. UPK: petugas RR, petugas farmasi, PJ farmasi
2. Dinkes Kab/kota: P2, farmasi, PJ farmasi
3. Dinkes Prov: P2, farmasi, PJ farmasi
4. Pusat: Binfar, subdit logistic AIDS
Alur permintaan obat regular UPK
1. Petugas RR UPK membuat laporan ART lembar 1 bulan ini, farmasi UPK
membuat laporan ART lembar 2 bulan ini
2. P2 melakukan validasi dan verifikasi laporan
Alur Pengiriman obat regular UPK
1. P2 dinkes
melakukan evaluasi kebutuhan obat, Farmasi Dinkes
melakukan verifikasi usulan P2 kebutuhan obat dan melakukan cek obat
yang akan dikirim, PJ farmasi dinkes menyetujui pengiriman
2. Farmasi UPK melakukan penerimaan obat
Alur permintaan obat khusus:
1. UPK farmasi melakukan permintaan obat khusus
2. Farmasi dinkes melakukan verifikasi permintaan

Alur pengiriman obat khusus:


1. Farmasi UPK melakukan permintaan obat
2. Farmasi dinkes menentukan alokasi distribusi obat yang akan dikirim, PJ
farmasi Dinkes menyetujui pengiriman
Alur permintaan dan pengiriman obat dinkes provinsi
Alur permintaan obat regular dinkes provinsi:
1. P2 dinkes provinsi membuat rekap laporan ART bulan berjalan dan
membuat laporan permintaan, farmasi provinsi memverifikasi permintaan
obat pada laporan P2, PJ farmasi provinsi menyetujui laporan permintaan
2. Pusat melakukan validasi dan verifikasi laporan
Alur pengiriman obat regular provinsi
1. Pusat menentukan alokasi distribusi obat yang akan dikirim berdasarkan
logistic dan pertimbangan anggaran, melakukan pengiriman
2. Farmasi provinsimelakukan penerimaan obat
Alur permintaan obat khusus dinkes provinsi
1. Farmasi Dinkes provinsi melakukan permintaan obat khusus
2. Pusat melakukan verifikasi permintaan
Alur pengiriman obat khusu dinkes provinsi
1. Pusat menentukan alokasi distribusi obat yang akan dikirim, PJ pusat
menyetujui pengiriman
2. Farmasi provinsi melakukan penerimaan obat
WIFI di DINKES PROVINSI dan passwordnya
SIKNAS ONLINE password siknas123
PANDU password prayogi81
Aula B password dinkesaulab.
Aula A password dinkesaulaa.
Latihan membuka SIHA online
1. Buka siha.depkes.go.id
2. Username ..pasword..
3. Klik menu ARV
4. Tampil pilihan LBPHA lembar 1,2
5. Di lembar 1 terdiri dari history (semua laporan yang pernah dibuat), list
dfraf ( laporan yang disimpan tetapi belum dikirim). Demikian juga
lembar 2
6. Pada menu ARV ini ada tiga user yang menggunakan yaitu RR, farmasi
dan kepala farmasi tingkat layanan
7. RR menginput lembar 1
8. Farmasi menginput LBPHA lembar 2 (permintaan regular, cito/khusus,
penerimaan obat regular maupun khusus)
9. Kepala farmasi menyetujui permintaan cito dari layanan

--------------------------------------------------------------------------------------------------Untuk yang di RR
1. Buka siha.depkes.go.id
2. Isi username.. password..
3. Klik menu ARV 2 kali, tampil LBPHA, pengiriman dan permintaan
4. Klik LBPHA
5. Klik LBPHA lembar 1. Histori adalah semua laporan yang sudah dibuat,
list draft adalah laporan belum dikirim tapi sudah dibuat, lembar 2 hanya
tampil histori saja
6. Pilih bulan apa, tahun berapa, klik tombol LOAD
7. Akan tampil form input (warna kuning adalah kumulatif data bulan lalu,
biru adalah kumulatif data sampai dengan bulan ini(tidak perlu diisi,
otomatis terisi). Yang diinput yang warna putih , bila tidak ada kunjungan
tak perlu diisi otomatis ngisi enol. Warna hijau harus diisi, bila tidak diisi
maka data tidak dapat disimpan. PERHATIAN: jadi pertama kali isi yang
hijau dulu ya.., njagani bila internet eror
8. Klik simpan. Bila ada peringatan, dibaca apa yang belum terisi atau salah.
Bila muncul angka berwarna merah berarti angka tidak valid cek lagi.
Klik daftar validasi: ada rumus-rumus di bagian atas tabel. Biasanya yang
sering salah adalah 2.5
9. Jangan lupa mengisi penanggung jawab CSInya (ketua pokja AIDS).
Kalau lembar 2 pemimpin layanannya
10. Kirim dari menu draft
Lembar 2 (farmasi)
1. Login sebagai user farmasi usernamenya tambahi f di depan username
UPKnya (RS jakarta f3171045 password 123456)
2. Di LBPHA lembar 2 ada draft, history dan list draft, regiman standard an
non standar, tabel regimen, tabel stok obat
3. Bila ada regimen lain, cara nambah, klik menu master, lalu klik regimen
non standar, lalu klik pilih tanda kaca pembesar, pilih regimennya, pilih
lagi kaca pembesar, pilih lagi regimen kedua dan klik save
4. Cek lembar 2, klik LOAD, akan muncul di regimen lain
5. Untuk regimen pediatric, dengan triple FDC junior sudah diblok jadi tidak
perlu diisi, akan terisi bila mengisi di berat badab anak. Di stok obat
kolom K sama dengan kolom J (rumus memperkirakan kebutuhan obat 3
bulan ke depan. Kalau kolom K adalah yang diminta layanan, jadi bisa
diedit, tapi beri alasan kenapa beda dengan J.
6. Nama pembuat laporan dicatat, nama pimpinan layanan (direktur RS,
kapusk) simpan dan kirim laporan
7. Bila ingin menghapus regimen klik menu master, kemudian klik delete
regimen yang ingin dihapus.
8. Bila divalidasi ada data yang tidak valid maka akan muncul kalimat merah
sebagai penanda ada yang tidak valid (contoh stok ada tetapi tanggal
kadaluarsa belum diisi)
Provinsi:

1. Validasi jumlah regimen dan pasien (4.5) persetujuanrespon


permintaan obat
2. Provinsi melihat dari laporan, dicek apakah masih ada yang merah, bila
masih ada yang merah berarti belum valid,bila tidak ada tanda merah
berarti valid.
3. Lembar 2 baru disetujui jika lembar 1 sudah terisi
4. Provinsi dapat mengirimkan balik ke layanan jika masih ada yang perlu
diperbaiki
5. Bila setuju,klik setuju, laporan akan hilang dari lembar persetujuan dan
akan muncul di history
6. Respon provonsi terhadap lembar 2 P2 Cuma buat rencana usulan obat,
yang mengirim farmasi provinsi.
7. Farmasi provinsi mengisi stok di gudangnya, bila ususlan P2 provinsi beda
dengan usulan UPK maka beri alasan. Misal kebutuhan total lamivudin se
DIY 500, stok di gudang adanya 300, maka susun prioritas
8. Data di simpan, kirim
9. Pengiriman obat berdasarkan batch, tanggal ED FEVO
--------------------------------------------------------------------------------------------------Kabupaten
1. Masih desentralisasi, sehingga peran kabupaten untuk respon obat belum
ada
2. Peran hanya monev laporan ARV lembar 1 dari UPK saja
3. Pelaporan ARV hard copy dari pelayanan kabprovinsipusat
4. Untuk hardcopy itu, kabupaten perlu verifikasi dan validasi seperti pada
layanan KT, IMS
5. Di menu SIHA, kabupaten wajib verifikasi semua laporan yang ada di
wilayahnya (KT, PPIA, PDP, PTRM dsb)
6. Setelah yakin data valid, di SIHA online ada tombol approval (bahwa data
valid) artinya hard copy dan soft copy sama
7. Validasi antar variabel dalam satu laporan ARV, KT, IMS, PPIA
8. Ada excel bantuan, ada menu validasi antar variabel
9. Tombol approval. Untuk ARV dilakukan oleh provinsi, tapi kabupaten
mengecek data di hard dan soft copy.
10. Di menu ARV dapat dilihat LBPHA lembar 1, history dan rekap. Ada
tulisan dalam laporan (sudah sampai provinsi menunggu persetujuan),
belum dikirim (belum dikumpul ke provinsi), bila dalam 3 hari belum
disetujui oleh provinsi, Tanya provinsi. Histori untuk lihat absensi
laporan.Rekap hanya data kabupaten
11. Menu pengiriman ada history dan rekap
12. Laihat laporan klik di sebelah kanan export ke excel (ada tombolnya)
print
Peran kabupaten hanya verifikasi validasi data yang dilaporkan dari UPK agar
data valid
Alurnya: UPK upload laporan kab/provinsi approve laporan online cek
absensi. Tanda K berarti approve oleh kabupaten, tanda P berarti approve oleh
provinsi. Bila menerima data valid, approve. Tidak valid, berikan feedback ke

UPK untuk perbaiki. Bila ada catatan di tk kabupaten maka kliknya tombol Save
dan approve. Alasan Save and approve: diisi
1. Data hard copy beda denga SIHA
2. Revisi laporan UPK
3. UPK belum tersosialisasi SIHA yg ngisikan kabupaten
4. UPK belum upload laporan sampai batas waktu pelaporan
Absensi laporan ada ceklist laporan
Selain itu juga ada 5 modul
1. Modul alat dan bahan yg ngisi kabupaten : reagen, obat IMS, kondom
2. Modul SDM yang mengisi adalah penyelenggara training (kab atau
provinsi)
3. Modul uji saring darah donor yg mengisi kab/kota berdasarkan laporan
PMI/UTD prevalensi HIV pada pendonor
4. Modul sero sentinel yg ngisi kabupaten atau provinsi. Dapat lihat
laporan sentinel agregat
5. Modul logistic ARV UPK, P2, farmasi
UTD sudah rutin mengirim data pem sifilis donor sukarela (DS)/ donor
pengganti(DP)
SIHA ONLINE
1. Akses internet
2. Tidak diinstal
3. Database di pusat
4. Data agregat
5. Dapat diakses dimanapun
SIHA OFFLINe
1. Input data individu
2. Buat laporan bulanan
3. Harus diinstal
4. Tidak perlu akses internet, database di computer pribadi
5. Hanya dapat diakses di UPK sendiri.
Alur:
1. Layanan mengisi data individu di SIHA offline
2. Muncul laporan bulanan
3. UPK upload laporan ke SIHA online (agar dapat melihat capaian kinerj)
4. Ada absen, validasi dari kab, provinsi dan pusat
Kabupaten:
1. Akses internet
2. Ada absensi kelengkapan laporan
3. Validasi kualitas data
4. Rekap data laporan
5. Analisa data
UPDATE SIHA 1.7 untuk yang sudah terinstal SIHA 1.65
1. Backup data dulu
2. Ke menu Tool
3. Pilih backup dan restore data base

4. Pilih backup data base


5. Muncul tombol, klik back up
6. Ada tulisan backup database selesai
7. Muncul download file data base (warna biru) klik
8. Muncul kotak dialog save file OK
9. Minimal ukuran 2 MB (bila < berarti gagal)
Atau langkah lain yang kedua:
1. Ketik localhost/phpmyadmin
2. Lalu di enter
3. Pilih menu sim aids
4. Pilih menu export
5. Pilih di bawah struktur, centang kotak add drop table/view/procedure/
funct tion/event
6. Ke kotak kanan bawah, pilih tombol GO
7. Muncul kotak save file, klik
8. Pilih folder tempat akan download.
Bila ada update ada panduan updatenya.
INSTAL SIHA OFFLINE BARU
1. Buka file pelatihan SIHA
2. Buka SIHA one click 1.65
3. Install
4. Klik kanan first time klik run as administrator muncul hitam
5. Jalankan install ini, double klik. Password juli2014
6. Klik oktunggu sampai selesai
7. Klik yes muncul hitam
8. Laporan bahwa install berhasil press any key to continue
9. enter
10. selesai
11. lanjut update 1.65 ke 1.7
12. ke folder c:/ cari folder siha huruf kecil
13. pastikan service apache dan mysql distop
14. browse ke folder c buka siha xampp htdocs
update_sql_farsita17.sql klik open klik restore ok update_sql
open
15. localhost/sim_aids/
16. berhasil bila di bagian bawah ada versi 1.7
yang manual
1. buka folder updatenya
2. update siha 1.7 klik siha udate 1.65
3. klik sim_aids copy (control c)
4. pergi ke c, xampp buka xampp__> htdocs klik kanan di area
kosong paste
5. bila muncul conflict, centang di kotak bawah, centang yes

Perbedaan SIHA 1.65 dengan SIHA 1.7


1. Form KTS dan PITC terpisah
2. Ada tambahan NIK dan nama ibu kandung
3. Tambahan status pasangan klien, kunjungan, rujukan
4. WBP pada 1.65 masuk kelompok resiko, pada 1.7 masuk populasi khusus,
status pasien jadi status klie, mengetahui hasil tes dari dokter diubah jadi
petugas kesehatan (karena banyak yg mungkin bukan dokter)
5. Jika menemukan HIV kirim ke PDP (jangan lupa tulis nomor registrasi
PDPnya.
Input data:
1. Mengisi formulir
2. Data akan muncul di list
3. Bila kunjungan 1 atau 2 atau 3 di KTS list ada action add kunjungan,
bila TIPK hanya 1 kali kunjungan
Report:
1. KT edit, KT view, IMS edit, IMS view
2. Buka KT edit pilih bulan pelaporan, tahun berapa?
3. Bila pasien datangnya di KTS maka muncul laporan KTS saja. Bila ada
juga kunjungan PITK maka selaian tampilan KTS juga TIPK muncul
4. Print dan simpan dari KT view dapat eksport tabel ini untuk dikirim ke
SIHA online
5. Cara mengirim ke SIHA online, dari SIHA offline
a. Excel laporan ke kapusk/direktur RS
b. Export table untuk file yang akan dikirim ke provinsi/kab/kota
c. Hasil eksport tabel nanti di download (bentuk zip) lalu save file
klik OK
d. Perhatian tulisan kodenya jangan diubah-ubah
6. Tahap selanjutnya
a. Buka SIHA online untuk upload laporan, caranya:
b. Masuk ke menu Tool pilih import laporan pilih lagi import
laporan klik pilih filenya ada dimana klik import
muncul bahwa data berhasil disimpan
c. Dapat dicek filenya apakah sudah ada atau tidak dalam daftar
(menu tool klik cek list laporan
7. Bila tanggal lahir tidak tahu maka dianggap lahirnya tanggal 1 januari
tahun tersebut (sesuai umur)
Dokumen baru ART
1. Menu Data data tabulasi klik any value
2. Pergi ke SIHA offline - pergi ke form input data ART, nomor untuk
worksheet jangan diubah import file pilih browse cari file
dokumen baru ART
3. Ke SIHA online menu tool klik layanan ART import data ART
browse dokumen bantunya pilih klik import proses agak lama
SIHA paling lama bisa diedit dalam 6 bulan terakhir.

Pada pelaporan ada 4 indikator untuk melihat kecenderungan resistensi terhadap


ARV. EW (early warning system) syarat data individu haru sterisi dahulu (input
data pasien baru dan lama)
Entry data awal: agar pada tabel form ART yg warna kuning terisi bukan angka
nol. Caranya klik entry data awal isi kumulatif pasien sampai bulan ini (Juli
2015), sehingga entry dimulai bulan Agustus 2015. Sehingga LBPHA per Agustus
2015 yang kuning-kuning sudah terisi akumulaUntuk bulan agustus sudah pakai
LBPHA baru upload
Sisanya dalam bentuk Power point.

Anda mungkin juga menyukai