Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN AUDIT KEPATUHAN CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN APD

BULAN MEI - Agustus

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas merupakan health care system yang di dalamnya terdapat sistem
surveilans sebagai upaya pengendalian dan pencegahan yang di dalamnya
Puskesmas mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan
kesehatan masyarakat di Indonesia, karena Puskesmas merupakan fasilitas yang
padat karya dan padat teknologi. Peran strategis Puskesmas sangat diperlukan
untuk menghadapi transisi epidemiologi yang terjadi saat ini.
HAIs (Health-care Associated Infections) merupakan kejadian infeksi yang
didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien
tidak dalam masa inkubasi. Karena HAIs, di identifikasi melalui kegiatan
surveilans, media penularan utama dari sebagian besar bakteri atau virus penyebab
infeksi adalah tangan tangan pemberi asuhan yang terkontaminasi.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan
menggunakan antiseptik pencuci tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan
global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan
inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dengan my five
moments for hand hygiene yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan
dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan
dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah
bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan stimulus
sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya universal
precaution sehingga akan meningkatkan peran
sertanya dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial. Kegagalan melakukan
kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama infeksi
nosokomial atau HAIs dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap
timbulnya wabah. Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan hand hygiene
untuk evaluasi kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) UPT Puskesmas Garawangsa.
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seorang pekerja yang berfungsi untuk mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Secara teknis APD
tidak secara penuh dapat melindungi tubuh tetapi dapat meminimalisir tingkat resiko
kecelakaan atau penyakit akibat yang terjadi. (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor PER.08/MEN/VII/2010).
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pasal 165 :
pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan
pasal diatas maka pengelola tempat kerja di rumah sakit mempunyai kewajiban untuk
menyehatkan tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja
disamping keselamatan kerja.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 7 tahun 2019 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit menyatakan bahwa petugas pengelola
sampah/sanitasi harus menggunakan alat pelindung diri diantaranya topi/helm, masker,
pelindung mata,pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu
boot, dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves. Pemakaian
APD yang dianjurkan adalah dipakai secara lengkap seluruh APD tersebut guna
meminimalkan risiko petugas terkena infeksi silang ataupun mendapat penyakit akibat
tertular dari zat-zat buangan rumah sakit, pasien, ataupun dari lingkungan kerja.
B. MAKSUD DAN
TUJUAN
1. Maksud :
a. Meningkatkan pemahaman tentang kebersihan tangan (hand hygiene).
b. Meningkatkan pemahaman petugas UPT Puskesmas Garawangsa Pengunaan
APD.

2. Tujuan :
a. Meningkatkan pengetahuan dalam melakukan cuci tangan (hand hygiene)
dengan handrub maupun handwash.
b. Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam kebersihan
tangan (hand hygiene).
c. Meningkatkan perilaku sehat dengan selalu melakukan cuci tangan (hand
hygiene) dengan 6 langkah dalam 5 momen.
d. Mendapatkan data tentang gambaran kepatuhan cuci tangan dan
ketersediaan fasilitas cuci tangan
e. Tenaga kerja mengidentifikasi risiko bahaya secara langsung risiko bahaya
yang ada di tempat kerja merupakan salah satu bentuk pengenalan.
f. Teknik merupakan salah satu pengendalian resiko yang harus dilakukan
sebelum menerapkan pengendalian untuk menggunakan APD.
g. Menganalisis Hubungan faktor person (pendidikan, pengetahuan, motivasi,
kemampuan, ketrampilan) dengan kepatuhan penggunaan APD.

C. PENGERTIAN
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh seluruh
pegawai Puskesmas terutama orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Untuk
menanggapi hal ini, Tim PPI melakukan penilaian terhadap kepatuhan cuci tangan
kepada petugas yang bersentuhan langsung dengan pasien yang dinilai setiap bulan.
Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam five moments for
hand hygiene (lima momen cuci tangan) yang ditetapkan oleh WHO.
Lima moment tersebut adalah:
1. Sebelum bersentuhan dengan pasien
2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril
3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
4. Setelah bersentuhan dengan pasien
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

Jumlah petugas yang dinilai (audit) berasal dari Profesi Pemberi Asuhan (PPA)
dan orang yang bersentuhan langsung dengan pasien untuk dilakukan
audit hand hygiene. Data dikumpulkan dengan cara menggunakan lembar
observasi. Lembar observasi berisi check list untuk melihat praktik hand hygiene
yang dilakukan oleh petugas (PPA), yang terdiri dari penilaian lima momen cuci
tangan dengan membandingkan jumlah nilai Opportunity dan jumlah Action setiap
petugas dalam melakukan tindakan cuci tangan dan penggunaan APD. Penilaian
Fasilitas cuci tangan juga menggunakan lembar Observasi dilakukan berupa format
yang berisi item-item yang perlu diamati menggunakan cheklist.
Berdasarkan pembahasan di latar belakang, maka rumusan masalah pada
Audit kepatuhan kebersihan tangan dan penggunan alat perlindungan diri tim PPI
berkontribusi melakukan survey dansosialisi dari semua materi yang sudah di
berikan kepada petugas.

D. HASIL KEGIATAN
Kepatuhan Hand Hygiene dan APD di UPT Puskesmas Garawangsa. Audit
hand hygiene dan penggunaan APD merupakan cara yang dilakukan untuk
mengobservasi dan mengukur kepatuhan para petugas kesehatan dalam
melakukan hand hygiene yang merupakan perilaku mendasar dalam upaya
mencegah timbulnya infeksi nosokomial, APD sebagai bentuk universal precation.
Dari pelaksanaan audit hand hygiene dan penggunaan APD yang dilaksanakan
rutin tiap 3 bulan di Puskesmas berikut ini laporan kepatuhan hand hygiene dan
penggunaan APD pada setiap unit pelayanan kesehatan Puskesmas bulan Mei –
agustus 2023.
Berdasarkan hasil audit, menunjukkan bahwa angka kepatuhan Hand Hygiene
dan penggunan APD bulan Mei - Agustusl 2023 di Puskesmas pada Profesi Dokter,
perawat dan Bidan masih aman yaitu diatas 80% namun pada CS dan Satpam
masih dibawah 80%

E. ANALISA DAN EVALUASI


1. Berdasarkan hasil laporan diatas terhadap kepatuhan kebersihan tangan
(hand hygiene) dan penggunaan APD petugas bulan Mei – Agustus di UPT
Puskesmas Garawangsa, khususnya pada CS dan Satpam masih dibawah
standar yaitu rata-rata 70,4%, sedangkan standar atau target yang diharapkan
yaitu ≥80%. Ini menunjukkan masih minimalnya kepatuhan petugas dalam
melakukan cuci tangan dan Mengunakan APD.
2. Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab kurangnya kepatuhan
petugas dalam cuci tangan dan penggunaan APD, antara lain:
a. Kurangnya akses/fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dan air
b. Kurangnya pengetahuan mengenai Cuci tangan 5 langkah dan 5 momen
c. Setelah di rasakan penurunan jumlah covid 19 penggunaan masker kurang di
perhatikan oleh petugas
d. Kurangnya kesadaran diri dari manfaat pengunaan APD semisal masker
bedah

F. UPAYA TINDAK LANJUT


Maka Tim PPI merencanakan peningkatan kepatuhan kebersihan tangan
(hand hygiene) dan penggunaan APD dengan cara:
1. Melakukan reedukasi rutin hand hygine dan penggunaan APD.
2. Membuat stiker cuci tangan, yang nantinya akan diberikan kepada setiap
petugas yang sudah bisa melakukan cuci tangan dengan baik dan benar,
serta dapat menyebutkan 5 momen cuci tangan.
3. Melakukan monitoring sarana dan prasarana untuk cuci tangan.
4. Menempel poster hand hygiene.
5. Membagikan brosur/leaflet hand hygiene
6. Untuk pelaksaaan hand hygiene agar maksimal maka Puskesmas perlu
menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai.
7. Memfasilitasi/menyediakanpenuh APD
G. PENUTUP
a. Pemahaman petugas IPCN tentang PPI sudah memadai, dan informasi
tentang PPI juga sudah disampaikan ke petugas ruangan, namun untuk
merubah perilaku petugas kesehatan juga harus didukung oleh
ketersediaan fasilitas cuci tangan untuk kepentingan pasien dan
Puskesmas tentunya.
b. Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan petugas dalam
kebersihan tangan dan penggunaan APD ini adalah tidak
terjadinya HAIs pada pasien Puskesmas. Karena kebersihan tangan dan
penggunaan APD merupakan salah satu indicator pacient safety yang
harus dijalankan oleh petugas di Puskesmas, maka meningkatnya
kepatuhan petugas dalam cuci tangan dan penggunaan APD juga berarti
meningkatnya kualitas pelayanan Puskesmas.

Garut, 01 September 2023


Penanggung Jawab PPI,

Egip Ibrahim, Amd.Kep


NIP.19850323 202221 1 002

Anda mungkin juga menyukai