Oleh:
1. dr. Bob Arvianto
2. dr. Erick Imbab
3. dr. Heidy Lusiana Listianto
4. dr. Lusye Diana Jacob
5. dr. Vifin Rotuahdo Saragih
6. dr. Yahya Iryianto Butar Butar
Pembimbing
dr. Melva Desintha Sirait, M.Kes
i
Daftar Isi
iv
Bab I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya permasalahan dan penyelesaian masalah program penapisan HIV-
AIDS dan permasalahan yang terdapat didalamnya di wilayah kerja Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus
2019.
1.3.2 Tujuan Khusus
3
1. Diketahuinya cakupan pelayanan dan pelaksanaan program penapisan HIV-
AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan,
periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
2. Diketahuinya pelaksanaan kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS) dan
program penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak,
Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
3. Diketahuinya hasil pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program
penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
4
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kegiatan program
penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan.
3. Menurunkan angka prevalensi HIV-AIDS yang diakibatkan oleh berbagai cara
penularan HIV.
1.5 Sasaran
Seluruh penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura
Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
Bab II
5
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari catatan bulanan hasil kegiatan
program Penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019 yang terdiri dari:
a. Cakupan pelayanan program Penapisan HIV-AIDSdi Puskesmas.
b. Kegiatan promosi Penapisan HIV-AIDS.
c. Data pemantauan wilayah setempat (PWS)
d. Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program penapisan HIV-AIDS.
2.2 Metode
Metode evaluasi program penapisan HIV-AIDS dasar ini menggunakan pendekatan
sistem dengan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah program penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja
Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai
Agustus 2019 terhadap tolok ukur yang ditetapkan terutama pada variabel keluaran. Hasil
evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
Bab III
Kerangka Teoritis
6
3.1 Sistem
Lingkungan
Umpan Balik
Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan
mempunyai suatu tujuan yang jelas. Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-
elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah
satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ada 6 unsur yang saling
berhubungan dan mempengaruhi pada sistem, yaitu :
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari sumber daya
atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem, misalnya: Man (staf), Money
(dana operasional), Material (logistic, obat, vaksin, alat medis), Method
(ketrampilan/cara, prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan).
2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai
7
dari perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
6. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
Bab IV
Penyajian Data
8
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
a. Data umum, data wilayah, data penduduk dan data sumber daya Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019
b. Data cakupan pelayanan penapisan HIV-AIDS di Puskesmas Elly Uyo Polimak,
Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019
4.2 Data Umum
1.Nama : Elly Uyo
9
4.2.1 Data Geografis
Letak geografis Puskesmas Elly Uyo terletak di Kelurahan ArdipuraDistrik Jayapura
Selatan.Wilayah kerja meliputi seluruh wilayah Kelurahan Ardipura .
Batas Wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Numbay
Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Entrop
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Argapura
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Jayapura Utara
Luas Wilayah :
Kelurahan Ardipura terdiri dari 11 RW dengan luas wilayah 12,20 km2. Air
menggunakan air dari berbagai sumber antara lain PDAM, Sumur Gali, PAH, PMA
Jumlah KK : 4.075 KK
Sarana Kesehatan
- Posbindu : 5 buah
10
Kegiatan Puskesmas Elly Uyo Kelurahan Ardipura dilaksanakan oleh 33 orang Tenaga
terdiri dari :
1. Dokter : 2 orang
2. Paramedis : 9 orang
3. Bidan : 4 orang
7. Analis : 4 orang
4.3.1.2 Dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : Tersedia dan cukup untuk
program penapisan HIV-AIDS.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : Tersedia dan cukup untuk program
penapisan HIV-AIDS dasar.
4.3.1.3 Sarana
a) Medis
Peralatan suntik
Spuit 3 cc : Ada
Alkohol 70 % : Ada
Kapas alkohol : Ada
Atikoagulan EDTA : Ada
Kit Rapid Test HIV : Ada
Centrifuge : Ada
11
Tabung vacuntainer : Ada
Jarum vacuntainer : Ada
Mikropipet : Ada
Reagen Kit Anti HIV : Ada
b) Sarana Non Medis
Gedung Puskesmas
Ruang pendaftaran : 1 ruang
Ruang tunggu : 1 ruang
Ruang periksa : 1 ruang
Kamar obat : 1 ruang
Ruang P2M : 1 ruang
Laboratorium : 1 ruang
Alat bantu lainnya
Laptop : 1 buah
Proyektor : Tidak ada
Buku pencatatan pelayanan PITC : 1 buah
Buku pencatatan stok reagen HIV : 1 buah
Buku Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS di FKTP : Ada
Lembar persetujuan pemeriksaan PITC : Ada
Buku KIA : Ada
Pamflet edukasi HIV/AIDS : Tidak Ada
Poster edukasi HIV/AIDS : Ada
Spanduk edukasi HIV/AIDS : Ada
4.3.1.4 Metode
Menurut Permenkes nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS, daerah dengan tingkat epidemi meluas tes HIV ditawarkan pada semua pasien
yang berkunjung ke fasilitas kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan. Pada
daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi, tes HIV ditawarkan pada semua ibu
hamil, penderita TB, penderita hepatitis, penderita IMS, pasangan ODHA dan
populasi kunci.
4.3.1.4.1 Pemberian Informasi tentang HIV/AIDS sebelum Tes
Pemberian Informasi ini terdiri atas beberapa sasaran sebagai berikut:
1. Sesi informasi pra-tes secara kelompok
12
Semua pasien atau klien yang datang ke layanan kesehatan terutama di
layanan TB, IMS, PTRM, LASS, KIA, KB, layanan untuk populasi kunci/orang
yang berperilaku risiko tinggi (penasun, pekerja seks, pelanggan atau pasangan seks
dari pekerja seks, waria, LSL dan warga binaan pemasyarakatan) dan pada
kelompok pekerja yang berisiko ataupun klien yang datang ke layanan KTS untuk
mencari layanan Tes HIV secara sukarela, dapat diberikan KIE secara kelompok di
ruang tunggu sebelumbertatap muka dengan petugas yang bersangkutan sambil
menunggu gilirannya dilayani.
KIE tersebut hendaklah diselenggarakan secara rutin dan berkala sesuai
kondisi tempat layanan dengan topik kesehatan secara umum dan masalah yang
berkaitan dengan HIV dan AIDS. Metode penyampaiannya dapat berupa edukasi
dengan alat Audio-Visual (AVA) seperti TV, video atau bahan KIE lain seperti
poster maupun brosur atau lembar balik oleh petugas yang ditunjuk sesuai dengan
kondisi setempat.
Informasi kelompok hendaknya meliputi komponen penting yang dibutuhkan
pasien atau klien seperti:
a) Informasi dasar HIV dan AIDS,
b) Upaya pencegahan yang efektif, termasuk penggunaan kondom secara
konsisten, mengurangi jumlah pasangan seksual, penggunaan alat suntik
steril dan lainnya.
c) Keuntungan dan pentingnya tes HIV sedini mungkin.
d) Informasi tentang proses pemeriksaan laboratorium HIV
e) Membahas konfidensialitas, dan konfidensialitas bersama
f) Membahas pilihan untuk tidak menjalani tes HIV
g) Tawaran untuk menjalani tes pada masa mendatang bila klien belum siap
h) Pentingnya pemeriksaan gejala dan tanda penyakit TB selama konseling
pra dan pasca-tes
i) Rujukan ke layanan yang terkait dengan HIV, seperti misalnya konsultasi
gizi, pemeriksaan dan pengobatan TB, pemeriksaan IMS, pemeriksaan
CD4, tatalaksana infeksi oportunistik dan stadium klinis.
Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu
diberikan secara individual dengan kesaksian petugas kesehatan. Pasal 45 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, secara jelas memuat
mengenai Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi. Dalam pasal
13
tersebut dijelaskan bahwa Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap.
14
b) Informasi bahwa jika hasil tes positif, akan dirujuk ke layanan HIV
termasuk pengobatan ARV dan penatalaksanaan lainnya;
c) Bagi mereka yang menolak tes HIV dicatat dalam catatan medik untuk
dilakukan penawaran tes dan atau konseling ulang ketika kunjungan
berikutnya;
d) Persetujuan untuk anak dan remaja di bawah umur diperoleh dari orangtua
atau wali/pengampu; dan
e) Pada pasien dengan gangguan jiwa berat atau hendaya kognitif yang tidak
mampu membuat keputusan dan secara nyata berperilaku berisiko, dapat
dimintakan kepada isteri/suami atau ibu/ayah kandung atau anak
kandung/saudara kandung atau pengampunya.
15
Tes Enzyme Immuno Assay (EIA) biasanya dilakukan di fasilitas layanan
kesehatan dengan sarana laboratorium yang lengkap dan petugas yang terlatih dengan
jumlah pasien yang lebih banyak. Setiap dilakukan pemeriksaan harus mencantumkan
nama dan jenis reagen yang digunakan.
Pemilihan antara menggunakan tes cepat HIV atau tes ELISA harus
mempertimbangkan faktor tatanan tempat pelaksanaan tes HIV, biaya dan
ketersediaan perangkat tes, reagen dan peralatan; pengambilan sampel, transportasi,
SDM serta kesediaan pasien untuk kembali mengambil hasil.
Dalam melaksakan tes HIV, perlu merujuk pada alur Tes sesuai dengan
pedoman nasional pemeriksaan yang berlaku dan dianjurkan menggunakan alur serial,
seperti contoh pada bagan dibawah ini, alur diagnosis HIV. Tes HIV secara serial
adalah apabila tes yang pertama memberi hasil nonreaktif, maka tes antibodi akan
dilaporkan negatif. Apabila hasil tes pertama menunjukkan reaktif, maka perlu
dilakukan tes HIV kedua pada sampel yang sama dengan menggunakan reagen,
metoda dan/atau antigen yang berbeda dari yang pertama. Perangkat tes yang persis
sama namun dijual dengan nama yang berbeda tidak boleh digunakan untuk
kombinasi tersebut. Hasil tes kedua yang menunjukkan reaktif kembali maka di
lanjutkan dengan tes HIV ketiga. Standar Nasional untuk tes HIV adalah
menggunakan alur serial karena lebih murah dan tes kedua hanya diperlukan bila tes
pertama memberi hasil reaktif saja.
16
Pengendalian HIV dan AIDS Nasional menggunakan strategi III dengan tiga
jenis reagen yang berbeda sensitifitas dan spesifitas-nya, dengan urutan yang
direkomendasikan sebagai berikut:
Reagen pertama memiliki sensitifitas minimal 99%.
Reagen kedua memiliki spesifisitas minimal 98%.
Reagen ketiga memiliki spesifisitas minimal 99%.
Setiap jenis tes harus mendapatkan rekomendasi Laboratorium rujukan
Nasional dan sebaiknya. Kombinasi tes HIV tersebut perlu dievaluasi sebelum
17
digunakan secara luas, untuk menghindari diskordans <5 persen dari kombinasi 3
reagensia.
Tes HIV harus disertai dengan sistem jaminan mutu dan program
perbaikannya untuk meminimalkan hasil positif palsu dan negatif palsu. Jika tidak
maka, pasien akan menerima hasil yang tidak benar dengan akibat serius yang
panjang.
Tes virologi HIV DNA kualitatif dianjurkan untuk diagnosis bayi dan anak
umur kurang dari 18 bulan dan perempuan HIV positif yang merencanakan kehamilan
dan persalinan. Tes HIV untuk anak umur kurang dari 18 bulan dari ibu HIV-positif
tidak dianjurkan dengan tes antibodi, karena akan memberikan hasil positif palsu.
18
Sesuai dengan kebijakan program penapisan HIV-AIDS berdasarkan Perpres
nomor 124 tahun 2016, pelayanan Penapisan HIV-AIDS dilaksanakan di
Puskesmasdengan rincian sebagai berikut:
a. Penentuan Besar Sasaran Penapisan HIV-AIDS
Jumlah sasaran penapisan ini berdasarkan pedoman penerapan PITC di Faskes
Layanan Primer tahun 2010 dan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) atau sumber resmi lainnya. Jumlah sasaran
didapatkan dari seluruh orang yang datang ke puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan di wilayah kerja puskesmas Elly Uyo.
b. Penghitungan Kebutuhan Logistik penapisan HIV-AIDS
1) Kebutuhan Alat Suntik
Logistik penapisan HIV-AIDS terdiri dari vaksin, Single Use
Disposable Syringe ukuran 3 ml. Dalam menghitung kebutuhan
alat suntik berdasarkan jumlah cakupan yang akan dicapai tahun
ini
Kebutuhan spit 3 ml untuk pengambilan sampel darah
Jumlah Spuit 3 mL
= sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
2) Menghitung Kebutuhan tabung darah.
Tabung darah adalah tabung tempat penyimpanan sampe darah
dengan ukuran keamanan bagi petugas, sasaran, dan
masyarakatdengan ukuran tabung 10 mL. Tabung darah yang
dibutuhkan sama dengan jumlah spuit 3 mL untuk pengambilan
sampel darah
3) Menghitung kebutuhan bahan tes rapid Standard Diagnostic HIV1/2 3.0
dan reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent.
Standard Diagnostic HIV1/2 3.0 merupakan alat tes derajat
pertama yang digunakan untuk melakukan penapisan HIV-AIDS.
Reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent adalah reagen yang
digunakan dengan mencampur serum darah pasien dengan
larutan tersebut untuk fungsi diagnostik dan dalam 1 botol 3 mL
larutan dapat digunakan untuk 10 pasien. Jumlah yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
19
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
4) Menghitung kebutuhan bahan tes rapid Fokus Diagnostic HIV1/2 3L dan
reagen HIV sample diluent.
Fokus Diagnostic HIV1/2 3L merupakan alat tes derajat kedua
yang digunakan untuk melakukan penapisan HIV-AIDS. Reagen
IV sample diluent. adalah reagen yang digunakan dengan
mencampur serum darah pasien dengan larutan tersebut untuk
fungsi diagnostik dan dalam 1 botol 3 mL larutan dapat
digunakan untuk 10 pasien. Jumlah yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
5) Menghitung kebutuhan bahan tes rapid VIKIA HIV1/2 dan reagen
VIKIA HIV R2 3 mL sample diluent.
VIKIA HIV1/2 merupakan alat tes derajat ketiga yang digunakan
untuk melakukan penapisan HIV-AIDS. VIKIA HIV R2 3 mL.
adalah reagen yang digunakan dengan mencampur serum darah
pasien dengan larutan tersebut untuk fungsi diagnostik dan dalam
1 botol 3 mL larutan dapat digunakan untuk 10 pasien. Jumlah
yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
c. Pendistribusian dan Pengelolaan alat dan bahan penapisan HIV-AIDS
Pendistribusian merupakan tanggung jawab pemerintah daerah secara
berjenjang dengan mekanisme diantar oleh level yang lebih atas atau diambil
oleh level yang lebih bawah, tergantung masing – masing kebijakan daerah.
Seluruh distribusi alat dan bahan dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas alat dan bahan agar mampu memberikan tes yang
akurat dan optimal kepada sasaran. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengelola alat dan bahan peralatan penapisan HIV-AIDS adalah:
- Permintaan alat dan bahan dilakukan setiap 1 bulan dengan stok yang
disimpan di puskesmas adalah stok 1 bulan + 1 minggu cadangan.
- Semua reagen dan alat disimpan pada lemari es dengan suhu 10C-300C
20
- Memperhatikan reagen terhadap panas dan masa kadaluarsa alat dan
bahan.
- Monitoring vaksin dan logistik.
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ke tingkat berikutnya atau digunakan, alat tes rapid dan reagen
harus disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu +1˚C s/d +30˚C untuk
semua alat Rapid test dan reagen.
Tata cara penyimpanan vaksin di Puskesmas:
- Semua vaksin disimpan pada suhu +1˚C s/d +30˚C
- Letakkan satu buah termometer Muller dibagian tengah lemari es
- Rapid test dan reagen selalu disimpan di dalam kotak kemasan agar
tidak terkena sinar ultra violet.
4.3.1.4.8 Promosi mengenai penapisan HIV-AIDS
a. Perorangan
Dengan memberikan penyuluhan langsung kepada semua pasien rawat
jalan di puskesmas Elly Uyo Polimak. Pelaksana penyuluhan harus
memberikan informasi lengkap tentang penapisan HIV-AIDS meliputi
alat dan bahan ,tata cara pemakaian, manfaat, dan konseling.
b. Kelompok
Dilakukan terhadap kelompok orang atau masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Elly Uyo Polimak melalui ceramah dan diskusi. Penyuluhan
dan promosi dapat diberikan terutama kepada tokoh masyarakat, pemuka
agama, dan ketua adat setempat. Penyuluhan dan promosi penapisan
HIV-AIDS juga dapat menggunakan media massa dan/atau media
informasi kepada masyarakat.
21
c. Pencatatan logistik alat dan bahan. (keluar-masuk nya alat dan bahan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, sisa stock)
d. Pencatatan suhu lemari es. (2 kali sehari: pagi waktu datang dan sore
sebelum pulang)
Pelaporan dilakukan secara berjenjang ke tingkat atasnya sesuai waktu yang
telah ditetapkan.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
4.3.2.1.1 Pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
a. Menentukan besarnya sasaran dan target cakupan penapisan HIV-AIDS
dengan PITC
Besar sasaran: 18.521 orang
Target cakupan: 100%
b. Merencanakan logistik penapisan HIV-AIDS PITC untuk 1 tahun
A. Kebutuhan reagen dan alat tes cepat
Standard Diagnostic HIV1/2 3.0 = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
Reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
Fokus Diagnostic HIV1/2 3L = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
Reagen HIV sample diluent = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
VIKIA HIV1/2 = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
reagen VIKIA HIV R2 3 mL = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
22
= 18.521 buah
B. Kebutuhan alat suntik = Jumlah sasaran x target cakupan
Alat suntik 3mL untuk pengambilan sampel darah=
18.521 x 100% = 18.521 buah
Tabung darah untuk pengambilan sampel darah=
18.521 100% = 18.521 buah
C. Tenaga pengelola
Jenis dan jumlah ketenagaan minimal yang harus tersedia di tingkat
puskesmas adalah:
- 1 orang koordinator promosi kesehatan
- 1 orang atau lebih analis laboratorium
- 1 orang pengelola alat dan bahan penapisan
- 1 orang atau lebih dokter umum
- 1 orang atau lebih paramedis
- 1 orang atau lebih bidan
Kegiatan penapisan hanya dapat dilaksanakan oleh petugas medis yang
mempunyai pendidikan latar belakang pendidikan medis atau
keperawatan atau petugas kesehatan lain yang kompeten dan telah
memperoleh pelatihan.
b) Kelompok
Dilakukan terhadap kelompok orang atau masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Elly Uyo Polimak melalui ceramah dan diskusi. Penyuluhan dan
promosi dapat diberikan terutama kepada tokoh masyarakat, pemuka agama,
dan ketua adat setempat. Penyuluhan dan promosi penapisan HIV-AIDS juga
23
dapat menggunakan media massa dan/atau media informasi kepada
masyarakat.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya:
Pengorganisasian dalam program penapisan HIV-AIDS dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (Rodinda Sihombing, SKM, M.Kes):
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan program penapisan HIV-AIDS tingkat kecamatan.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan program penapisan HIV-
AIDS di wilayah kerja.
b. Koordinator Promosi Kesehatan (Yunita Renyaan, SKM, S.Kep, Ns)
Sebagai koordinator dan pelaksana program.
Monitoring pelaksanaan program penapisan HIV-AIDS
Melakukan perencanaan kegiatan program penapisan HIV-AIDS.
Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kegiatan program kepada kepala
puskesmas.
24
P
K
B
W
J
U
G
A
N
E
&
L
,
d
I
S
M
R
F
G
N
R
O
U
T
S
A
I
M
.
r
K
L
A
P
E
T
K
P
L
S
U
G
A
N
E
E
U
L
O
Y
M
K
H
A
S
P
&
M
L
E
R
Y
W
D
O
H
A
T
I
U
N
S
S
M
K
s
,
p
e
.
N
E
G
N
A
P
25
A
T
M
S
E
B
W
A
J
G
M
S
E
A
M
O
A
G
I
B
,
N
s
M
K
S
,
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
4.3.2.3.1 Sasaran dan Target Cakupan Penapisan HIV-AIDS PITC
a) Besar sasaran: 18.521 orang
Tabel 10. Data Jumlah Penapisan HIV-AIDS PITC perbulan
Periode Agustus 2018 – Agustus 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Elly Uyo
Bulan Jumlah
Agustus 46
September 0
Oktober 11
November 25
Desember 34
Januari 29
Februari 68
Maret 44
April 60
Mei 159
Juni 40
Juli 55
Agustus 56
September 46
TOTAL 627
Sumber: Data cakupan Penapisan HIV-AIDS bulanan Periode Agustus 2018 – Agustus 2019 di Wilayah
Kerja Puskesmas Elly Uyo
26
VIKIA HIV1/2 (Jumlah sasaran x target cakupan) = 18.521 buah
- Kebutuhan alat suntik (Jumlah sasaran x target cakupan)
Alat suntik 3 mL untuk pengambilan sampel darah = 18.521 buah
- Kebutuhan tabung darah (Jumlah sasaran x target cakupan)
Tabung darah untuk pengambilan sampel darah = 18.521 buah
- Pengelolaan reagen dan tes cepat
Permintaan reagen dan tes cepat dilakukan setiap 1 bulan dengan
stok yang disimpan di puskesmas adalah stok 1 bulan + 1 minggu
cadangan.
Semua vaksin disimpan pada suhu 10C - 300C pada lemari es.
Pengelola memperhatikan keterpaparan reagen dan tes cepat
terhadap panas, masa kadaluarsa, waktu penerimaan, dan sisa stok
pemakaianPengelola melakukan monitoringreagen dan tes cepat dan
logistik.
c) Tenaga pengelola
- 1 orang kepala puskesmas
- 1 orang koordinator promosi kesehatan
- 2 orang dokter umum
- 9 orang paramedis
- 4 orang bidan
- 4 orang analis laboratorium
b) Kelompok
Penyuluhan kelompok tidak dilaksanakan secara menyuluruh. Pemasangan
poster di puskesmas juga tidak dilakukan. Pertemuan pemuka agama, ketua
adat, dan tokoh masyarakat kurang membahas tentang penapisan HIV-AIDS.
27
4.3.2.3.3 Pencatatan dan Pelaporan
- Pencatatan dan pelaporan dilakukan 1 bulan sekali.
- Pencatatan hasil cakupan penapisanHIV-AIDS belum lengkap karena tidak
terdapat pencatatan dan pelaporan fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
- Pencatatan alat dan bahan, suhu lemari es, dan logistik tidak lengkap.
4.3.2.3.4 Pengawasan
- Monitoring Evaluasi
Tidak adanya waktu rapat yang pasti dalam setahun di dinas kesehatan
setempat (kadang sekali setahun atau tidak ada sama sekali) guna melakukan
monitoring evaluasi terhadap program yang dijalankan.
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
a. Cakupan pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
Tabel 12. Cakupan Program Penapisan HIV-AIDS PITC Periode Agustus 2018 – Agustus
2019Puskesmas Elly Uyo.
28
Pencatatan sasaran Penapisan HIV-AIDS PITC dan hasil cakupan Penapisan
HIV-AIDS PITC kurang lengkap. Karena terdapat ketidaksesuaian data
mengenai penapisan HIV-AIDS yang sudah/belum didapatkan antara data
puskesmas dan pencatatan dan pelaporan fasilitas pelayanan kesehatan
swasta.
4.3.4 Lingkungan
4.3.4.1 Lingkungan Fisik
a. Lokasi : Terjangkau oleh masyarakat
b. Transportasi : Tidak menjadi faktor penghambat.
4.3.4.2 Lingkungan Non Fisik
a. Pendidikan : Tidak ada Data
b. Sosial ekonomi : Tidak menjadi faktor penghambat
c. Agama dan kepercayaan: Menjadi faktor penghambat
4.3.5 Dampak
a. Langsung :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit HIV–AIDS dan
komplikasi dari penyakit tersebut
b. Tidak Langsung :
Meningkatkan derajat kesehatan dankualitas hidup masyarakat di wilayah
kerja.
Mengurangi insidensi HIV-AIDS di Tanah Papua
Adanya rapat kerja bulanan bersama kepala puskesmas dan lintas program untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan setiap bulannya.
29
BAB V
PEMBAHASAN MASALAH
Pelaksana Terdapat minimal 1 orang dokter, bidan, Tenaga untuk pelaksana cukup -
dan paramedis
Petugas analis Terdapat minimal 1 orang petugas Tenaga sebagai analis laboratorium -
laboratorium dan petugas dan petugas pemeliharaan alat dan
pemeliharaan alat dan bahan cukup
bahan
Dana APBD Tersedia dan cukup untuk Program Cukup -
Penapisan HIV (PITC)
Sarana
Alat dan Reagen Alat dan reagen tersedia untuk Tersedia -
Pemeriksaan Penapisan HIV (PITC)
30
Ruangan Ruangan periksa dan konseling tersedia Tersedia -
Metode
Pemberian Informasi Terdapat panduan mengenai penyampaian Terdapat panduan -
mengenai informasi, edukasi, dan konesling PITC,
pemeriksaan serta cara pelaksanaan PITC
penapisan
HIV/AIDS (PITC)
31
HIV yang terdeteksi di tempat praktik mereka.
32
HIV diberikan konseling pasca tes.
Pengawasan +
Dilakukan monitoring dan evaluasi program
secara rutin 6 bulan sekali
Tidak terlaksana
33
Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan Evaluasi Program Penapisan HIV-AIDS PITC di Puskesmas Elly Uyo
periode Agustus 2018 hingga Agustus 2019 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluaran
Cakupan Penapisan HIV-AIDS PITC hanya 3.39% dari target 100% besar masalah
96,61%.
2. Masalah menurut unsur lain (penyebab masalah)
Dari Proses (Pelaksanaan)
Pemberian informasi edukasi dan konseling dari dokter, perawat, dan bidan
mengenai prosedur dan kegunaan PITC secara perorangan belum maksimal.
Pemberian informasi mengenai PITC secara media cetak seperti poster, leaflet
dan pamflet belum ada.
Kerjasama antara puskesmas dengan tokoh agama, ketua adat, dan tokoh
masyarakat lainnya belum ada.
Tidak semua pasien rawat jalan bersedia menandatangani form pemeriksaan
PITC.
Pengisian pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap karena tidak disertai
pencatatan dan pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Tidak adanya monitoring evaluasi secara rutin dari dinas kesehatan setempat
terhadap puskesmas dan program yang dijalankan.
Dari Lingkungan
Terdapat stigma negatif terhadap penyakit HIV-AIDS di masyarakat yang
menjadi penghalang edukasi dan informasi
Tidak ada data mengenai pendidikan warga di wilayah kerja puskesmas.
34
Bab VII
Pemecahan Masalah
Cakupan Penapisan HIV-AIDS PITC sebesar 3.39% dari target 100%. Besar masalah 96.61%.
Penyebab masalah:
Pemberian informasi edukasi dan konseling dari dokter, perawat, dan bidan mengenai
prosedur dan kegunaan PITC secara perorangan belum maksimal.
Pemberian informasi mengenai PITC secara media cetak seperti poster, leaflet, dan
pamflet belum ada.
Kerjasama antara puskesmas dengan tokoh agama, ketua adat, dan tokoh masyarakat
lainnya belum ada.
Tidak semua pasien rawat jalan bersedia menandatangani form pemeriksaan PITC.
Pengisian pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap karena tidak disertai pencatatan
dan pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan swasta.
Terdapat stigma negatif terhadap penyakit HIV-AIDS di masyarakat yang menjadi
penghalang edukasi dan informasi
Dinas kesehatan setempat tidak ada kegiatan evaluasi rutin untuk program penapisan
HIV-AIDS.
Penyelesaian masalah:
Meningkatkan usaha promosi penapisan HIV-AIDS kepada perorangan pasien oleh
dokter, bidan, dan paramedis puskesmas.
Pembuatan poster, selebaran, pamflet, dan media cetak lainnya untuk promosi penapisan
HIV-AIDS dengan PITC.
Membangun kerjasama puskesmas dengan tokoh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
sebagai upaya promosi penapisan HIV-AIDS.
Merubah stigma masyarakat terhadap penyakit HIV-AIDS dengan penyuluhan dan
penjelasan secara menyeluruh.
Harus adanya rapat dan monitoring evaluasi antara dinas kesehatan setempat dengan
puskesmas terutama di program penapisan HIV-AIDS PITC secara rutin setiap 3 bulan, 6
bulan dan setahun.
35
Bab VIII
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program penapisan HIV-AIDS PITC yang dilakukan dengan cara
pendekatan sistem di Puskesmas Elly Uyo pada periode Agustus 2018 hingga Agustus 2019
sebagian besar belum berjalan dengan baik. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi
masalah, yaitu:
Cakupan Penapisan HIV-AIDS PITC hanya 3.39% dari target 100% besar masalah
96,61%.
9.2 Saran
Agar Program penapisan HUV-AIDS PITC di Puskesmas Elly Uyo di periode yang akan
datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas diharapkan dapat meninjau
kembali program dengan penyelesaian masalah. Disarankan kepada Kepala Puskesmas Elly Uyo
sebagai penanggung jawab program dalam 1 tahunkedepan diharapkan untuk:
Meningkatkan usaha promosi penapisan HIV-AIDS PITC secara perorangan dan
kelompok, serta membangun kerjasama dengan tokoh masyarakat mengenai hal tersebut.
Menggunakan media lain seperti poster, selebaran, pamflet, dan media cetak lainnya
untuk promosi penapisan HIV-AIDS dengan PITC di puskesmas.
Membangun kerjasama puskesmas dengan tokoh masyarakat di wilayah kerja puskesmas
sebagai upaya promosi penapisan HIV-AIDS dan dalam upaya untuk merubah stigma
masyarakat.
Merubah stigma masyarakat terhadap penyakit HIV-AIDS dengan penyuluhan dan
penjelasan secara menyeluruh.
Harus adanya rapat dan monitoring evaluasi antara dinas kesehatan setempat dengan
puskesmas terutama di program penapisan HIV-AIDS PITC secara rutin setiap 3 bulan, 6
bulan dan setahun.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention: First 100.000 cases of acquired
immunodeficiency syndrome. United States:MMWR;1989.h. 561-3.
2. Djoerban Z, Djauzi S, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5. Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2009.h.2861-9.Johnson RA, Dover JS. Cutaneous manifestation of human immunodeficiency
virus diseases. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K. Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine. 6th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2003.p.2514-35.
3. Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS Nasional. Strategi dan Aksi Nasional 2015-2019.
Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS; 2015.h.10-6.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes no. 21 Tahun 2013. Penanggulangan
HIV AIDS. Diakses dari: http://kkpyogyakarta.com/files/100_Permenkes%20No
%2021%20Tahun%202013%20Penanggulangan%20HIVAIDS.pdf
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes no. 74 Tahun 2014. Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV. Diakses dari:
https://aidsfree.usaid.gov/sites/default/files/hts_policy_indonesia_2014.pdf
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Petunjuk Teknis Program Pengendalian
HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Diakses dari:
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/4__Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.pdf
7. UNAIDS. UNAIDS Data Conference of 2018.Swiss: UNAIDS Publication; 2019.h.18,127-
130.
8. UNAIDS. Data and Statistics on HIV-AIDS. Cited: 2019. Dikutip pada: Oktober 2019.
https://aidsinfo.unaids.org/.
9. World Health Organization. Data and Statictics on HIV-AIDS. Cited: 2019. Dikutip pada:
Oktober 2019. https://www.who.int/hiv/data/en/.
37