Oleh:
Pembimbing:
dr. Noverita Susanti Yunus
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas program dokter
internship di Puskesmas Kota Selatan periode 15 Desember – 15 Maret 2021
Pembimbing
Kepala Puskesmas
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia.
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia merupakan suatu sindroma klinis dari berbagai keadaan
psikopatologis yang sangat mengganggu yang melibatkan proses pikir, emosi,
persepsi dan tingkah laku. Skizofrenia merupakan golongan psikosa yang
ditandai dengan tidak adanya pemahaman diri (insight) dan ketidakmampuan
menilai realitas.F Karakteristik skizofrenia terdiri dari gejala positif,
seperti halusinasi atau delusi, bicara tidak teratur. Selain itu terdapat
juga gejala negatif, seperti afek datar atau miskin bicara, dan gangguan
kognisi,meliputi perhatian, memori, dan fungsi eksekutif. Penyakit ini
umumnya terkait dengan gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.4 Sampel
3.4.1 Populasi Target
Semua pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Kota Selatan
3.4.2 Populasi Terjangkau
Semua pasien skizofrenia yang terdata di wilayah kerja Puskesmas Kota
Selatan periode 15 Januari-30 Februari 2021.
3.4.3 Kriteria Inklusi
- Pasien/keluarga pasien bersedia menjadi responden
- Pasien/keluarga pasien mampu berkomunikasi dengan jelas
- Pasien pernah mengonsumsi antipsikotik
- Pasien pernah mengalami perbaikan/remisi
3.4.4 Kriteria Eksklusi
- Sedang dirawat di Rumah Sakit Jiwa atau Panti Jiwa
- Sudah berobat rutin ke dokter spesialis jiwa
3.5 Sampling
Metode sampling yang digunakan adalah total samping dengan jumlah sampel
sebanyak 24 orang.
Kategorik Koding
Rendah 1
Sedang 2
Tinggi 3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total 24 100 %
Kelurahan Frekuensi
Limba B 2 3 1
(33,33%) (50%) (16,66%)
Limba UI 3 - 1
(75%) (25%)
Limba UII - 1 3
(25%) (75%)
Biawu 2 1 5
(25%) (12,5%) (62,5%)
Biawao 1 - 1
(50%) (50%)
Alasan Frekuensi
Lainnya 2 responden
Kambuh Tidak
kambuh
Sedang- 3 13 16
Tinggi (18,8 %) (81,2 %) (100%)
Total 10 14 24
(41,7%) (58,3 %) (100 %)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Hubungan
kepatuhan minum obat dengan tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di
wilayah kerja Puskesmas Kota Selatan Gorontalo Periode Januari-Februari
2021”, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan tingkat
kekambuhan pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Kota
Selatan periode Januari-Februari tahun 2021.
2. Sebaran pasien skizofrenia dengan kepatuhan minum obat tinggi yaitu
11 responden (45,83%), kepatuhan minum obat sedang yaitu 5
responden (20,83%) dan kepatuhan minum obat rendah yaitu 8
responden (33,33%) di wilayah kerja Puskesmas Kota Selatan periode
Januari-Februari tahun 2021.
3. Diketahuinya sebaran pasien skizofrenia yang kambuh yaitu 10
responden (41,67%) dan tidak kambuh yaitu 14 responden (58,33%) di
wilayah kerja Puskesmas Kota Selatan periode Januari-Februari tahun
2021.
1. Kemenkes RI. Infodatin situasi kesehatan jiwa di Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi; 2019. h. 1-12
2. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan; 2019. h. 134-40
3. Puskesmas Kota Selatan. Status pendataan dan indeks keluarga sehat Puskesmas
Kota Selatan. Gorontalo: Puskesmas Kota Selatan; 2020
4. Puskemas Kota Selatan. Data pasien jiwa Puskesmas Kota Selatan. Gorontalo:
Puskesmas Kota Selatan; 2020.
5. Kazadi NJB, dkk. Factors as Sociated With Relaps in Schizophrenia South African
Journal of Psychiatry, Vol 14, No 2. 2008
6. Sinaga RB. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2007
7. Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry.7th Ed.Lippincott
Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2010.):1161-7.
8. Mubin MF, Livana PH. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan
skizofrenia paranoid. Jurnal Farmasetis 2019; 1(8):21-4
9. Mi WF, Chen XM, Fan TT, Tabarak S, Xiao JB, et al. Identifying modifiable risk
factor for relapse in patients with schizophrenia in China. Frontiers in Psychiatry
2020;11:1-11.
10. Novitayani. Karakteristik pasien skizofrenia dengan riwayat rehospitalisasi. Idea
Nursing Journal 2016: 7(2): 23-30
11. Sariah AE, Outwater AH, Malima KIY. Risk and protective factors for relapse
among individuals with schizophrenia: a qualitative study in Dar es Salaam,
Tanzania. BMC Psychiatry 2014, 14:240
12. Muliyani, Isnani N, Solihin RALHSP. Hubungan kepatuhan minum obat terhadap
tingkat kekambuhan pasien skizofrenia di poli jiwa RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin. JKIKT 2020;2(1):35-9.
13. Sari MM, Muharso, Rivandi D. Hubungan kepatuhan minum obat dan dukungan
keluarga terhadap relaps pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Lampung tahun 2014. Jurnal Medika Malahayati 2014; 1(2):59-65
14. Xiao J, Mi WF, Li L, Zhang H. High relapse rate and poor medication adherence in
the Chinese population with schizophrenia: results from an observational survey in
People’s Republic of China. Neuropsychiatr Dis Treat 2015;11:1161-7.
15. Barus M, Rahmat I, Madyaningrum E. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan kontrol pada pasien skizofrenia. JIK 2007;2(3):1-8.
16. BPOM. Pemberian informasi obat untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Badan
POM RI. Diakses dari http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-6-petunjuk-praktis-
penggunaan-obat-yang-benar/pemberian-informasi-obat-untuk, 24 Januari 2021.
17. Kaunang I, Kanine E, Kallo V. Hubungan kepatuhan minum obat dengan
prevalensi kekambuhan pada pasien skizofrenia yang berobat jalan di ruang
poliklinik jiwa Rumah Sakit Prof Dr. V. L. Ratumbuysang Manado. Neliti
2015;2(2):1-7.
Kategorik Koding
Rendah 1
Sedang2
Tinggi 3