Anda di halaman 1dari 14

Administrasi dan Manajemen Kesling

LK 9 : Administrasi dan manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit

DISUSUN OLEH :

Arif Ridwan

Diana Arum Sari

Elsa Supriani

Rifka Rosiyani

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

TAHUN 2015
Administrasi dan manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit

1. Pengertian

Administrasi

Istilah administrasi berasal dari bahasa latin yaitu Ad dan ministrate yang artinya
pemberian jasa atau bantuan, yang dalam bahasa Inggris disebut Administration artinya
To Serve, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu :


a. Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat mengatakan
Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda) yaitu
meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, keti-mengetik,
agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan(1988:2). Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan administrasi dalam arti sempit merupakan kegiatan
ketatausahaan yang mliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan
dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan
informasi serta mempermudah memperoleh informasi kembali jika dibutuhkan.
b. Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie mengatakan Administrasi
secara luas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu(1980:9). Administrasi
secara luas dapat disimpulkan pada dasarnya semua mengandung unsur pokok yang
sama yaitu adanya kegiatan tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama
serta mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendapat lain mengenai administrasi dikemukan oleh Sondang P. Siagian
mengemukakan Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang
atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya (1994:3). Berdasarkan uraian dan definisi tersebut
maka dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi adalah seluruh kegiatan yang
dilakukan melalui kerjasama dalam suatu organisasi berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan.
Manajemen

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan


pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau
gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks


sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi
multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan
kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).

Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya melalui
proses perencanaan, pengorganisasian, dan adanya kemampuan pengendalian untuk
mencapai tujuan Rumah Sakit.

Manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang dilakukan


oleh Azhar (2010), bahwa komitmen petugas sangat menentukan keberhasilan manajemen
kesehatan lingkungan di suatu rumah sakit. Dimana upaya kesehatan lingkungan rumah
sakit hanya lima kriteria yang memenuhi persyaratan menurut kepmenkes 1204 tahun 2004
dari delapan kriteria yang diobservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathia,
(2008) bahwa komitmen yang berpengaruh secara dominan adalah komitmen normatif.

Keberhasilan program sanitasi rumah sakit sangat ditentukan oleh peranan petugas
kesehatan lingkungan untuk menciptakan keberhasilan sistem manajemen kesehatan
lingkungan yang ada di rumah sakit. Dasar semua tindakan yang dilakukan petugas
kesehatan lingkungan adalah komitmen organisasi terhadap kepedulian lingkungan,
sehingga komitmen merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja petugas
terhadap upaya pengelolaan lingkungan rumah sakit. Sebagaimana penelitian yang
dilakukan oleh Azhar, (2010) bahwa komitmen berpengaruh terhadap implementasi upaya
kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditambahkan oleh Utami, (2011) bahwa komitmen
mempengaruhi prestasi kerja pegawai.
Pelayanan

Secara etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646)


menyatakan pelayanan ialah usaha melayani kebutuhan orang lain. Pelayanan pada
dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani,
yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki.
Layanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun
(Simamora, 2001:172).

Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah Suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien (Menurut American Hospital Assocition).
Menurut Kotter (1983) definisi rumah sakit adalah merupakan suatu perusahaan
yang bergerak di bidang pelayanan atau jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi
perkembangan RS, antara lain; teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor
kebutuhan masyarakat terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan
pemerintah yang berlaku.
Sedangkan menurut Wolper dan Pena (1987), mereka mendefinisikan rumah sakit
sebagai tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta
tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai
tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

Jadi dapat disimpulkan, administrasi dan manajemen pelayanan kesehatan adalah


suatu kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara
mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang ada untuk melayani kebutuhan orang
lain di bidang kesehatan.
2. Program Kesehatan Lingkungan di RS

Program Kesehatan Lingkungan di rumah sakit bertujuan untuk melindungi


masyarakat terhadap resiko kesehatan di lingkungan rumah sakit, rumah sakit adalah
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes RI, 2004) maka peran seorang sanitarian untuk menjaga kesehatan
lingkungan sangatlah fital.

Program Kesling di RS yang harus diterapkan adalah:

1. Pengembangan kebijakan KLRS


2. Pembudayaan perilaku KLRS
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia KLRS
4. Pengembangan Pedoman dan Standard Operational Procedure (SOP) KLRS
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan di rumah sakit.
6. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair, gas
7. Pengembangan manajemen tanggap darurat
8. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan KLRS
9. Review program tahunan
Penyehatan bangunan dan ruangan,
Penyehatan makanan dan minuman,
Penyehatan air,
Penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen,
Pengendalian serangga dan tikus,
Sterilisasi/desinfeksi,
Perlindungan radiasi,
Penyuluhan kesehatan lingkungan,
Pengendalian infeksi nosokomial, dan
Pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).
Kebijakan Pelaksanaan KLRS

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, pakar, modal, dan
teknologi,namun keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak negatif terhadap timbulnya
penyakit. Oleh sebab itu perlu dilaksanakan kebijakan pelaksanaan KLRS yang bertujuan
untuk mendukung ketercapaian program Kesehatan Lingkungan. Kebijakan pelaksanaan
KLRS tersebut antara lain:

1. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan RS


2. Menyediakan Organisasi KLRS di rumah sakit
3. Melakukan sosialisasi KLRS di rumah sakit pada seluruh jajaran rumah sakit
4. Membudayakan perilaku KLRS di rumah sakit
5. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang KLRS
6. Meningkatkan Sistem Informasi KLRS di rumah sakit

Manfaat Manajemen Kesling RS

1. Perlindungan terhadap lingkungan


2. Manajemen lingkungan
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit
5. Peraturan perundang-undangan
6. Bagian dari manajemen mutu terpadu (TQM)
7. Pengurangan dan penghematan biaya
8. Meningkatkan citra rumah sakit.

Perencanaan Program Kesling di Rumah Sakit

RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan


sistem manajemen KLRS dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.

Perencanaan meliputi:

a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko.Identifikasi


sumber bahaya yang ada di RS berguna untuk menentukan tingkat risiko yang
merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan PAK (penyakit akibat
kerja). Sedangkan penilaian faktor risiko merupakan proses untuk menentukan ada
tidak nya risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan.
b. Pengendalian faktor risiko di RS dilaksanakan melalui 4 tingkatan yakni
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan
lain yang tingkat risikonya lebih rendah bahkan tidak ada risikosama sekali,
administrasi, dan alat pelindung pribadi (APP).
c. Membuat peraturan - Peraturan yang merupakan Standar Operasional Prosedur
yang harus dilaksanakan, dievaluasi, diperbaharui, serta harus dikomunikasikan dan
disosialisasikan kepada karyawan dan pihak yang terkait.
d. Menentukan tujuan (sasaran dan jangka waktu pencapaian)
e. Indikator kinerja yang harus diukur sebagai dasar penilaian kinerja KLRS dan
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian KLRS.
f. Program KLRS ditetapkan, dilaksanakan, dimonitoring, dievaluasi dan dicatat
serta dilaporkan.

Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis dengan
wadah kegiatan terdiri dari unsur:

1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit


2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.


2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning
service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.

Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit merupakan kunci
dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam pengawasan
infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence) sanitasi yang efektif dan
melaporkan pelaksanaan programnya kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah
sakit menentukan hasil layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah
sakit. Petugas sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi faktor
biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman, dan asri.

Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung jawab
terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan RS meliputi kegiatan-
kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan kualifikasi sebagai berikut:

1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas A dan B (rumah sakit


pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi
sanitarian serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan
lingkungan, teknik lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas C dan D (rumah sakit
pemerintah) dan yang setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian
serendah-rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.
3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus berpendidikan
sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang kesehatan lingkungan
rumah sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau badan lain sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan mengikuti
pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakityang diselenggarakan
oleh pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku (Depkes RI, 2004).

Sumber Daya Rumah Sakit


Sumber daya diperlukan dalam mencapai tujuan program kesling rumah sakit. Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber daya manusia sebagai
sumber daya aktif, dana atau keuangan, sarana dan prasarana (machine), metode yang
digunakan, pasar (market).

Money (Uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat
tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah
uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang merupakan alat (tools)
yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus
dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi (Hapsari, 2010).

Sarana dan Prasarana (Machines)


Sarana dan prasarana adalah sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan
Manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan preventif. Pelaksanaan
pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan berupa
proses administrasi, pencatatan dan pelaporan, dan pedoman buku petunjuk teknis
sanitasi (Depkes RI, 2009).
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja
yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan
sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode
baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan
utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri (Marsum dkk, 2007).
Upaya pengelolaan limbah RS dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat
lunaknya yang berupa peraturan, pedoman, dan kebijakan yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS. Unsur-unsur yang terkait
dengan penyelenggaraan kegitan pelayanan RS (termasuk pengelolaan limbahnya),
yaitu :

1. Pemrakarsa atau penanggung jawab RS


2. Pengguna jasa pelayanan RS
3. Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran
4. Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang
diperlukan (Adisasmito, 2007).

Market (Pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses
kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti
menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan.
Supaya pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan
selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen (Hapsari, 2010).

6. Pengorganisasian

Pelaksanaan KLRS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam pelaksanaan
KLRS. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola
pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan
serta penegakkan disiplin.

a. Tugas pokok unit pelaksana KLRS

1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur Rsmengenai masalah-


masalah yang berkaitan dengan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaandan prosedur.
3) Membuat program KLRS

b. Fungsi unit pelaksana K3 RS

1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang
berhubungan dengan KLRS.
2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi KLRS.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program KLRS
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi bagian dari Rumah Sakit.
6) Memberi nasehat tentang manajemen KLRS di Rumah Sakit, kontrol bahaya,
mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.

SISTEM MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESLING DI RUMAH SAKIT

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi program kesehatan lingkungan di rumah


sakit adalah salah satu fungsi manajemen program kesehatan lingkungan rumah sakit yang
berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana
proses kegiatan program kesehatan lingkungan rumah sakit itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan program
kesehatan lingkungan rumah sakit dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pengawasan (monitoring)

Pengawasan (monitoring) di rumah sakit yang dilakukan merupakan proses kegiatan


pengawasan terhadap pelaksanaan program kesehatan lingkungan yang meliputi
keterkaitan antara pelaksanaannya dan hasil-hasilnya.

Pengawasan (monitoring) di rumah sakit memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Menentukan apakah dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan yang telah


dibuat sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Menentukan apakah pelayanan kepada kelompok sasaran memang benar-benar sampai
kepada mereka.
c. Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah pelaksanaan
sejumlah program kesehatan lingkungan dari waktu ke waktu.
d. Menjelaskan mengenai hasil-hasil program kesehatan lingkungan yang telah tercapai.

Terdapat proses pengawasan (monitoring) yang meliputi :

a. Pencatatan dan pelaporan program kesling terintegrasi ke dalam sistem pelaporan


rumah sakit.
- Pencatatan dan pelaporan program kesehatan lingkungan
- Pencatatan semua kegiatan program kesehatan lingkungan
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan program kesehatan
lingkungan secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi program kesehatan
lingkungan di rumah sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh petugas kesehatan
lingkungan rumah sakit sehingga masalah lingkungan di rumah sakit dapat dicegah
sedini mungkin. Kegiatan lainnya adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja yang berisiko seperti biological monitoring (pemantauan
secara biologis).
c. Melaksanakan audit
Audit program kesehatan lingkungan yang meliputi tujuan, administrasi dan
pengelolaan, karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Pelaksanaan audit ini memiliki salah satu tujuan, yaitu untuk menentukan langkah
untuk mengendalikan kegiatan agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit, identifikasi,
penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan
untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan
kesehatan lingkungan.
Terdapat beberapa jenis pengawasan, yaitu :

a. Auditing
- Prosedur keuangan
- Fasilitas fisik
- Kebijakan
- Program penggunaan wewenang
- Prosedur dan metode operasi
b. Internal Auditing
- Pemeriksaan dilakukan oleh pihak dalam
- Pemeriksaan keuangan
- Pemeriksaan kegiatan operasional
c. External Auditing
- Pemeriksaan dilakukan pihak luar
- Untuk mengetahui secara objektif keadaan keuangan dan hasil usaha

Evaluasi

Proses evaluasi program kesehatan lingkungan merupakan suatu pengkajian secara


sistematik terhadap akibat-akibat dari suatu program kesehatan lingkungan rumah sakit dan
program pemerintah yang sedang berjalan dan kesesuaiannya dengan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai oleh program kesehatan lingkungan rumah sakit.

Beberapa pengevaluasian program kesehatan lingkungan dirumah sakit, yaitu :

a. Pengevaluasian hasil yang telah dicapai dari program yang telah dilakukan.
b. Pengevaluasian dengan membandingkan kesesuaian antara pelaksanaan program
dengan tujuan program kesehatan lingkungan yang telah dibuat.
c. Pengevaluasian peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam
penyampaian program kesehatan lingkungan.
d. Pengevaluasian program yang telah dibuat dengan kesesuaian peraturan perundang-
undangan, apakah tidak melanggar HAM dan hak-hak individu.
Setelah dilakukan pengevaluasian terhadap program kesehatan lingkungan yang telah
dibuat, akan ada tiga kemungkinan yang muncul, yaitu dilanjutkan, diperbaiki, atau diakhiri.
Namun kebanyakan program akan diteruskan dengan hanya sedikit revisi/perbaikan.

Daftar Pustaka

http://staypublichealth.blogspot.com/2012/11/manajemen-sanitasi-rumah-
sakit.html#sthash.NFM80ffv.dpuf
https://www.academia.edu/5070021/Administrasi_Rumah_Sakit_Kesehatan_dan_Keselam
atan_Kerja_Laboratorium_Rumah_Sakit

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41596/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai